OLEH YAYAT DHAHIYAT PROGRAM PASCASARJANA ILMU LINGKUNGAN DAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

EKOSISTEM

PERAIRAN MERUPAKAN EKOSISTEM YANG KOMPLEKS DAN SANGAT BERANEKARAGAM EKOSISTEM PERAIRAN TERDIRI DARI ALIRAN AIR/SUNGAI KECIL (FRESHWATER/TAWAR), DANAU, SUNGAI, ESTUARIA, LAUT, AIR PAYAU, LAUT DALAM. KOMPONEN BIOTIK DAN ABIOTIKNYA SANGAT BERBEDA DAN MEMPUNYAI SIFAT YANG UNIK

BIOTIK:TUMBUHAN, HEWAN DAN MIKROORGANISME KETIGA HIDUP PADA EKOSISTEM MASINGMASING YANG MEMPUNYAI NICHE/RELUNG BERBEDA ABIOTIK/KOMPONEN TIDAK HIDUP: AIR, SUBSTRAT/SEDIMEN KEDUA KOMPONEN TSB. SALING BERINTERAKSI YANG KOMPLEKS

SIFAT FISIK DAN KIMIAWI DARI EKOSISTEM PERAIRAN DAPAT BERPENGARUH BESAR AKTIVITAS BIOLOGI, JUGA SIFAT KIMIAWI LAINNYA SERTA BAHAN ASING/XENOBOTIC (PERSISTENT ORGANIC POLLUTANTS MISALNYA PESTISIDA/DDT,ALDRIN,PCB; DAN LOGAM BERAT

SIFAT MUDAH RUSAKNYA EKOSISTEM PERAIRAN TERGANTUNG KEPADA:

SIFAT FISIK DAN KIMIAWI PERAIRAN KONSENTRASI DAN JUMLAH MASUKAN BAHAN KIMIA YANG MASUK KE DALAM EKOSISTEM PERAIRAN LAMANYA BAHAN KIMIA DI DALAM EKOSISTEM DAN JENIS BAHAN KIMIA (AKUT ATAU KRONIS, TERUS MENERUS LIMBAH ATAU SEKALI-KALI) RUNOFF DAN FLUSHING AKIBAT ADANYA PASANG SURUT LOKASI EKOSISTEM KADANG-KADANG SULIT UNTUK DIMENGERTI RESPONS DARI LINGKUNGAN TERHADAP BAHAN KIMIA, KARENA TERJADINYA INTERAKSI ANTARA BAHAN KIMIA ITU SENDIRI

SUNGAI DENGAN DEBIT 5-150 M3/DETIK: SAMPLE AIR DIAMBIL SEBANYAK 2 TITIK SAMPLING, PADA JARAK 1/3 DAN 2/3 LEBAR SUNGAI PADA 0,5 KALI KEDALAMAN PERMUKAAN AIR SUNGAI DENGAN DEBIT > 150 M3/DETIK SAMPLE AIR DIAMBIL SEBANYAK 6 TITIK SAMPLING, PADA JARAK , , DAN LEBAR SUNGAI PADA 0,2 KALI DAN 0,8 KALI KEDALAMAN PERMUKAAN AIR.

PADA SUMBER AIR ALAMIAH, DIAMBIL PADA LOKASI YANG BELUM MENGALAMI PENCEMARAN SUMBER AIR TERCEMAR DIAMBIL PADA LOKASI YANG TELAH TERCEMAR DI HILIR TITIK PENCEMARAN SUMBER AIR YANG DIMANFAATKAN, SEPERTI SUPLAI AIR UNTUK KEPERLUAN DOMESTIK PERTEMUAN DUA ANAK SUNGAI DEKAT PERTEMUAN SUNGAI, DI DAERAH MASUKNYA ESTUARI, DI DAERAH BADAN AIR POTENSIAL PENERIMA PENCEMAR

SECARA UMUM, SAMPLE AIR DANAU DIAMBIL PADA MASUKAN (INFLOW), TENGAH (CENTRAL) DAN KELUARAN (OUTFLOW) DI BAGIAN TENGAH, PENGAMBILAN DILAKUKAN SETIAP KEDALAMAN 1-5 M, PERTENGAHAN KEDALAMAN DANAU DAN DASAR DANAU, JUGA DIAMBIL DI LOKASI PENYADAPAN AIR UNTUK PEMANFAATAN TERTENTU

UNTUK MENENTUKAN JUMLAH STASIUN SAMPLING MELALUI PENDEKATAN LOG 10 DARI LUAS DANAU DALAM KM2 MEMBUTUHKAN SATU STASIUN SAMPLING UNTUK 100 KM2 DIBUTUHKAN 2 STASIUN SAMPLING DST. UNTUK DANAU YANG KEDALAMANNYA > 10 M, PERLU DITENTUKAN TERMOKLIN DENGAN CARA MENGUKUR SUHU PADA BBRP TEMPAT DENGAN INTERVAL TERTENTU

SAMPLE UNTUK ANALISIS KUALITAS AIR SEHARUSNYA DIAMBIL BERDASARKAN PADA POSISI DAN JANGKAUAN (KEDALAMAN TERMOKLIN), SEBAGAI PEDOMAN UMUM: 1 M DI BAAH PERMUKAAN AIR TEPAT DI ATAS KEDALAMAN TERMOKLIN TEPAT DI BAWAH KEDALAMAN TERMOKLIN 1 M DI ATAS DASAR SEDIMEN DANAU (ATAU LEBIH KE DALAM LAGI JIKA PENGAMBILAN SAMPLE TSB TIDAK MENGGANGGU SEDIMEN)

JIKA TERMOKLIN LEBIH DALAM SAMPAI MELEWATI BEBERAPA KEDALAMAN, PERLU ADANYA TAMBAHAN SAMPLE PADA TERMOKLIN AGAR DAPAT MENGETAHUI KUALITAS AIR DENGAN KEDALAMAN SECARA UMUM, DANAU PADA IKLIM DIMANA KEDALAMAN KURANG DARI 10 M, MINIMUM LOKASI SAMPLING ADALAH 1 M DI BAWAH PERMUKAAN DAN 1 M DI TAS DASAR SEDIMEN DANAU

SAMPLE AIR TANAH DIAMBIL LANGSUNG DARI KELUARANNYA, YAITU KRAN AIR PADA SUMUR GALI, DIAMBIL PADA KEDALAMAN SEKITAR 20 CM DI BAWAH PERMUKAAN AIR.

SAMPLING AIR SUNGAI DAN DANAU UNTUK KEPENTINGAN PEMANTAUAN/MONITORING DILAKUKAN SATU KALI DALAM SEBULAN, SELAMA TIGA TAHUN PEMANTAUAN PENDAHULUAN DILAKUKAN DUA KALI DALAM SETAHUN, YAITU PADA MUSIM HUJAN DAN MUSIM KEMARAU

GRAB SAMPLE: SAMPLE AIR DIAMBIL ATAU

DIKUMPULKAN PADA SATU WAKTU DAN LOKASI TERTENTU COMPOSITE SAMPLE: SAMPLE AIR YANG MERUPAKAN CAMPURAN BEBERAPA GRAB SAMPLE YANG DIAMBIL PADA LOKASI PENGAMBILAN YANG SAMA, PADA WAKTU YANG BERBEDA INTEGRATED SAMPLE: SAMPLE AIR YANG MERUPAKAN CAMPURAN GRAB SAMPLE YANG DIKUMPULKAN DARI BERBAGAI TITIK YANG BERBEDA SECARA SERENTAK

BASIC DETERMINAT: PARAMETER UTAMA

YANG SEKURANG-KURANGNYA HARUS DIANALISIS OPTIONAL DETERMINAT: PARAMETER YANG DAPAT DIPILIH SESUAI DENGAN KEADAAN LOKASI SAMPLING GLOBALLY SIGNIFICANT: PARAMETER YANG PERLU DIANALISIS PADA SEMUA TEMPAT

PARAMETER FISIK, KIMIAWI DAN BIOLOGIS PARAMETER FISIK: SUHU, TDS, TSS, SALINITAS, DAYA HANTAR LISTRIK (SPECIFIC CONDUCTIVITY), TURBIDITAS PARAMETER KIMIAWI: pH, BOD, COD, DO, NH3, NO3, NO2, PO4, SO4, H2S, LOGAM BERAT (Hg, Pb, Cd, Cr, As, Ni, Cu, Zn), RESIDU PESTICIDA (DDT, ENDRIN, DIELDRIN, ALDRIN, CHLORDANE, HEPTACHLOR, LINDANE, TOXAPHAN) PARAMETER BIOLOGIS: FAECAL COLIFORM (MPN COLI & MPN COLIFORM), PLANKTON DAN BENTHOS RADIOAKTIFITAS: GROSS-A, GROSS-B

Untuk mengevaluasi mutu suatu perairan dapat dilihat MPN Coliform & Colitinja, indeks diversitas plankton dan benthos Indeks diversitas yang digunakan adalah indeks saprobik dan indeks diversitas Simpson untuk plankton Sedangkan untuk benthos/benthic animal/hewan dasar adalah indeks Shannon Wienner

 Kelimpahan

Keterangan : N = Jumlah plankton (ind/L) n = Jumlah plankton yang diamati vr = Volume plankton yang tersaring (ml) vo = Volume plankton yang diamati (ml) vs = Volume air yang disaring (L)

Fitoplankton (Sachlan 1982) N = n x (vr/vo) x (1/vs)

Indeks Diversitas (Krebs 1985) C = 1 (ni/N)2

Keterangan : ni = Jumlah individu dalam spesies N = Jumlah total individu

Indeks Dominansi (Krebs 1985) D = (Pi)2

Keterangan : D = Indeks Dominansi Simpson Pi = Proporsi genus dalam total genus, dimana Pi = ni/N ni = Jumlah individu dalam spesies N = Jumlah total individu

Keterangan : CN = Koefisien kesamaan Sorenson aN = Jumlah total individu stasiun A bN = Jumlah total individu stasiun B jN = Jumlah terkecil dari spesies yang ditemukan pada stasiun A dan stasiun B

Koefisien Kesamaan Sorenson (Magurran 1988) CN = 2jN (aN + bN)

KUALITAS AIR: KARAKTERISTIK/SIFAT-SIFAT AIR YANG TERDIRI DARI PARAMETER FISIK, KIMIAWI DAN BIOLOGIS BAKU MUTU KUALITAS AIR: BATAS KADAR YANG DIPERBOLEHKAN BAGI ZAT ATAU BAHAN PENCEMAR TERDAPAT DALAM AIR, NAMUN AIR TETAP BERFUNGSI SESUAI DENGAN PERUNTUKANNYA. BAKU MUTU KUALITAS AIR: MERUPAKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH YANG MENCANTUMKAN PEMBATASAN KONSENTRASI BERBAGAI PARAMETER KUALITAS AIR BAKU MUTU KUALITAS AIR DI INDONESIA: TINGKAT NASIONAL, SEKTORAL DAN LOKAL (REGIONAL)

Bahan pencemaran Banyak Senyawa organik

Derajat pencemaran Sangat tinggi

Tahap saprobik

Indeks saprobik

Polisaprobik Poli/-mesosaprobik -meso/polisaprobik -mesosaprobik

-3 s/d -2 -2 s/d -1,5 -1,5 s/d -1 -1 s/d -0,5

Agak tinggi

Sedang

/-mesosaprobik /-mesosaprobik
-mesosaprobik -meso/ oligosaprobik Oligo/-mesosaprobik Oligosaprobik

-0,5 s/d 0 0 s/d + 0,5

+0,5 s/d +1 +1 s/d +1,5 +1,5 s/d +2 +2 s/d +3

Senyawa organik dan anorganik Sedikit senyawa organik dan anorganik

Ringan/ rendah Sangat ringan

Derajat Pencemaran

Indeks diversitas komunitas

DO (mg/L)

BOD (mg/L)

TSS (mg/L)

NH3-N (mg/L)

Belum tercemar Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar berat

>2

>6,5

>3,0

>20

>0,5

1,6-2,0

4,5-6,5

3,0-4,9

20-49

0,5-0,9

1,5-1,0

2,0-4,4

5,0-15

50-100

1,0-3,0

<1,0

<2,0

>25

>100

>3,0

Berbagai kegiatan pada ekosistem perairan dapat menimbulkan pencemaran bahan organik atau eutrofikasi perairan, menurunkan kualitas air. Untuk mengetahui kondisi perairan/status mutu air dapat digunakan Metode Storet (USEPA/Canter, 1977). Kepmen LH Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air Mutu air: kondisi kualitas air yang diukur berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku Metode Storet dapat mengetahui parameter yang memenuhi dan melampaui baku mutu air, dengan membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air, sesuai dengan peruntukannya.

METODE STORET (US-EPA, 1977) KEPMEN KLH NO. 115/2003, TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR KLASIFIKASI MUTU AIR TERDIRI DARI 4 KELAS: 1. KELAS A: BAIK SEKALI, SKOR=0, MEMENUHI BAKU MUTU 2. KELAS B: BAIK, SKOR= -1 S/D -10, CEMAR RINGAN 3. KELAS C: SEDANG, SKOR= -11 S/D -30, CEMAR SEDANG 4. KELAS D: BURUK, SKOR > -31, CEMAR BERAT

Jumlah Contoh

Nilai Maksimum Minimum Rata-rata Maksimum Minimum Rata-rata

Parameter Fisika -1 -1 -3 -2 -2 -6

Parameter Kimia -2 -2 -6 -4 -4 -12

Parameter Bakteri -3 -3 -9 -6 -6 -18

< 10

> 10

NILAI NEGATIF DIBERIKAN APABILA SUATU PARAMETER KUALITAS AIR MELAMPAUI BAKU MUTU NILAI NOL DIBERIKAN APABILA MEMNUHI BAKU MUTU NILAI PARAMETER BAKTERIOLOGI= 3 X NILAI PARAMETER FISIK NILAI PARAMETER KIMIA= 2X NILA PARAMETER FISIK APABLA ANGKA RATA-RATA PARAMETER KUALITAS AIR MELAMPAUI BAKU MUTU, DIBERI NILAI 3 X NILAI YANG DIBERIKAN PADA PARAMETER MAKSIMUM/MINIMUM YANG MELAMPAUI BAKU MUTU JUMLAH CONTOH AIR DARI SUATU STASIUN ATAU BADAN AIR YANG > 10 DIBERI NILAI = 2X DARI JUMLAH CONTOH < 10 JUMLAH NILAI NEGATIF DARI SELURUH PARAMETER DIHITUNG DAN DITENTUKAN STATUS MUTUNYA BERDASARKAN JUMLAH SKOR YANG DIDAPAT

No. Stasiun *)

Golongan B**) Parameter yang tidak memenuhi standar H2S, DO, COD, BOD TDS, pH, NH3, DO, COD, BOD DO, COD, BOD H2S, DO, COD, BOD H2S, DO, COD, BOD DO, COD, BOD H2S, DO, COD, BOD DO, COD, BOD DO, COD, BOD Jumlah skor Status Mutu ***) Buruk Buruk Parameter yang tidak memenuhi standar

Golongan C**) Jumlah skor Status Mutu ***) Buruk Buruk Parameter yang tidak memenuhi standar Na, RSC TDS, pH, Na, RSC Na Na, RSC RSC RSC RSC RSC RSC

Golongan D**) Jumlah skor Status Mutu ***)

1b 2

-40 -36

H2S, NH3, Cl2, DO TDS, pH, H2S, NH3, DO, Zn H2S, NH3, NO2, Cl2, DO H2S, NO2, Cl2, DO H2S, Cl2, DO H2S, Cl2, DO, Zn H2S, NH3, Cl2, DO H2S, Cl2, DO Cl2, DO

-38 -34

-20 -22

Sedang Sedang

3 4 5 6 7 8 9

-30 -38 -32 -30 -32 -30 -30

Sedang Buruk Buruk Sedang Buruk Sedang Sedang

-32 -34 -20 -26 -28 -26 -18

Buruk Buruk Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

-10 -18 -8 -10 -10 -10 -8

Baik Sedang Baik Baik Baik Baik Baik

Rata-rata

-33

Buruk

-28

Sedang

-13

Sedang

No. Stasiun *)

Golongan B**) Parameter yang tidak memenuhi standar DO, COD, BOD DO, COD, BOD Jumlah skor Status Mutu ***) Parameter yang tidak memenuhi standar NO2, Zn, Pb NO2, Zn

Golongan C**) Jumlah skor Status Mutu ***) Parameter yang tidak memenuhi standar RSC RSC

Golongan D**) Jumlah skor Status Mutu ***) -

1/Tailrace 7/S. Citarum Waduk 2 3 4 5

DO, COD, BOD H2S, DO, COD, BOD DO, COD, BOD DO, COD, BOD, Hg

-28 -32 -30 -38

Sedang Buruk Sedang Buruk

H2S, NH3, NO2, DO, Zn H2S, NO2, Cl2, DO, Cu, Zn NO2, Cl2, DO, Zn Cl2, DO

-24 -42 -20 -10

Sedang Buruk Sedang baik

RSC RSC RSC RSC

-10 -10 -10 -10

Baik Baik Baik Baik

6
Rata-rata

DO, COD, BOD

DO, COD, BOD, Hg, E. coli, Coliform

-66
-39

Buruk
Buruk

NH3, NO2, Cl2, DO, Zn, Hg

-32
-26

Buruk
Sedang

RSC

-10
-10

Baik
Baik

Golongan B**) No. Stasiun *)

Golongan C**)

Parameter yang tidak memenuhi standar

DO, COD, BOD dan Pb DO, COD, BOD

Jumlah skor
-32 -30 0

Status Mutu ***)

Buruk Sedang Baik sekali Sedang Sedang Sedang Sedang

Parameter yang tidak memenuhi standar

H2S dan Pb H2S H2S H2S H2S dan Pb H2S dan Pb

Jumlah skor
-20 -10 -10

Status Mutu ***)

Sedang Baik Baik

JTL-A01 JTL-A02 JTL-A03

JTL-A04 JTL-A05 JTL-A06 Rata-rata Skor

DO, COD, BOD DO, COD, BOD COD dan BOD

-30 -30 -10 -24

-10 -20 -20 -15

Baik Sedang Sedang Sedang

PENDEKATAN SPATIAL (KERUANGAN): MENCEGAH TERJADINYA KONFLIK KEPENTINGAN ANTAR PERUNTUKAN PENDEKATAN TEKNOLOGIKAL: USAHA PENGOLAHAN LIMBAH, BAIK SECARA FISIK, KIMIAWI DAN BIOLOGIS (MENGGUNAKAN MIKROORGANISME UNTUK MERUBAH BAHAN ORGANIK MENJADI BIOMAS DAN SENYAWA SEDERHANA) PENDEKATAN INSTITUSIONAL (KELEMBAGAAN): DENGAN MELAKUKAN KERJASAMA ANTAR LEMBAGA. KERJASAMA DILAKUKAN MELIPUTI PEMBIAYAAN, SUPERVISI DAN PENGAWASAN