Indonesia
ABSTRACT Perilaku berisiko HIV/AIDS tidak hanya terjadi di masyarakat luas tetapi juga pada sub populasi khusus seperti narapidana yang menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan rawan tertular HIV. Pada Juli 2008 jumlah narapidana yang ada di Rutan Balige sebanyak 162 orang, 50 % ditahan akibat kasus narkoba dan 50 % dengan bukan narkoba. Melihat keadaan tersebut kemungkinan epidemi HIV di rumah tahanan Balige dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik narapidana dan adanya hubungan pengetahuan serta sikap narapidana dengan tindakan berisiko HIV, dengan menggunakan uji Chi-square dan Uji Regresi Linier ganda. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh narapidana sebanyak 120 orang. Data diperoleh dengan menggunakan wawancara dan kuesioner tertutup. Hasil penelitian mayoritas : berumur 20-29 tahun (36%), jenis kelamin laki-laki (96%,) pendidikan SLTA (44,2%), pekerjaan wiraswasta (47 %) dan masa tahanan 1tahun (51,7%). Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa : ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan P= 0,020 dan sikap P = 0,011 dengan tindakan beresiko HIV. Hasil Uji Regresi Linier Ganda menunjukkan bahwa : tingkat pengetahuan dan sikap sama-sama berpengaruh terhadap tindakan berisiko HIV, P < (0,005). Kesimpulan : Variabel yang paling berpengaruh adalah tingkat pengetahuan,( nilai beta pengetahuan 0,308 > nilai beta sikap 0,200 ) dan nilai R.Square sebesar 0,814. Disarankan kepada pimpinan Rutan Balige untuk lebih meningkatkan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Toba Samosir ( khususnya Petugas kesehatan di Rutan) dan Komite AIDS HKBP Balige dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap narapidana terhadap faktor-faktor risiko dan pencegahan HIV/AIDS. Petugas rutan diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan di bidang penanggulangan HIV/AIDS sehingga dapat memberikan penyuluhan langsung terhadap narapidana. Kata Kunci: HIV/AIDS, perilaku, narapidana,rumah tahanan
12
Pendahuluan Epidemi melanda Indonesia. cepat negara Epidemi menimbulkan HIV/AIDS telah membuat daripada risiko didunia lebih luar. besar Perilaku
yangmembuat narapidana/tahanan rawan HIV telah umum terjadi, yaitu akibat perilaku berisiko yang meliputi praktik seksual tidak aman (narapidana dengan narapidana
tanpa dan
terhadap pembangunan nasional secara keseluruhan, karena selain berpengaruh terhadap kesehatan juga terhadap ekonomi, politik dan keamanan (Maas, dkk 2004). Perilaku berisiko tidak hanya terjadi di masyarakat luas tetapi juga pada sub populasi tertentu seperti narapidana / penghuni
sesama jenis kelamin dan sesama narapidana kelamin) peralatan dengan beda jenis
penggunaan suntik,tato,
bersama kekerasan
lain termasuk pemerkosaan dan kekerasan berdarah umum lainnya (Dep Hukum dan HAM, RI, Dirjen Pemasyarakatan, 2005) Menurut Shakarashvili (2005) dikebanyakan negara tingkat
lembaga pemasyarakatan (Lapas) juga cukup memprhatinkan. yang Lapas menjalani merupakan
Narapidana hukuman di
dibandingkan
dengan
populasi
salah satu sub populasi khusus yang rawan tertular HIV. Meskipun pengawalan sangat ketat, suasana Rutan/ Lapas,sangat
umum, prevalensi HIV dipenjara Rusia diperkirakan 4 kali lebih tinggi dari populasi umum. Menurut UNAIDS (2005) yang mengutip pendapat bahwa di Montano et al (2005) penjara Moskow,
12
dikalangan tahanan laki-laki 2,9% positip HIV, perempuan muda 4% dan perempuan tuna Wisma 1,8%. Dibeberapa penjara lainnya juga masih banyak prevalensi HIVnya yang cukup tinggi terutama
tingkat pengetahuan mereka yang rendah tentang HIV/ AIDS dan kurang mengetahui tentang
penularan HIV. seperti rendahnya angka penggunaan kondom pada seks berisiko, dan tingginya angka berbagi jarum suntik dikalangan pengguna Sedangkan umumnya Napza tentang suntik. persepsi, AIDS
tahanan laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan sejenis ditemukan di Brasil, Yunani,
Prancis, Bangkok, Thailand, India dan lain-lain. Prevalensi narapidana di HIV Indonesia pada dari
menganggap
sebagai penyakit menular yang berbahaya atau mematikan, namun hanya kurang lebih 30%-75% yang merasa dirinya rawan tertular HIV. Melihat beberapa gambaran dari
beberapa propinsi juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu Lapas/Rutan DKI Jakarta
lembaga
pemasyarakatan yang ada serta tingginya prevalensi HIV/AIDS di penjara, maka kemungkinan
17,65%, Jawa Barat pada tahun 2002 sebesar 5% menjadi 21,1% pada tahun 2003, dan Banten pada tahun 2002 sebesar 10,8%
Kabupaten Toba Samosir. Dari Kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara bahwa prevalensi HIV/AIDS ditemukan yang di tinggi juga Toba
menjadi 21,3% pada tahun 2003, Jakarta Timur pada tahun 2000
(10%) menjadi 22% pada tahun 2004 ((Dep Hukum dan HAM, RI, Dirjen Pemasyarakatan, 2005). Salah satu penyebab tingginya tingkat perilaku berisiko HIV karena 12
Kabupaten
Kabupaten
Samosir hingga Mei 2007 ada sebanyak 42 orang terdiri dari,HIV (+) sebanyak 26 orang (62%) dan 16 orang AIDS (38%). Menurut faktor resiko HIV/AIDS, pengguna suntik seksual narkoba (29,4%) (65%),perilaku dan tidak
yang
telah
ditentukan untuk
masa
tahanannya
menjalani
hukumannya. Narapidana dengan berbagai kasus ditempatkan dalam rutan/lapas tidak ada pemisahan antara narapidana dengan kasus narkoba dan bukan dengan kasus narkoba (Sumber: Hasil
diketahui (5,9%),perinatal (0,07%) (Sumber : Komite HIV/AIDS HKBP BALIGE, Mei 2008). Hasil studi pendahuluan
wawancara peneliti dengan kepala rutan Balige, July 2008). Bila dilihat dari keadaan narapidana tahanan yang ada dirumah maka
peneliti di rutan Balige dengan wawancara kepada kepala Rutan, hingga July 2007 jumlah yang ada hampir kasus
tersebut
kemungkinan narapidana tersebut sebelum masuk rumah tahanan sudah memiliki latar belakang
akibat
perilaku berisiko terinfeksi HIV dari berbagai cara penularan. Apabila tindakan berisiko tersebut masih
narapidana/tahanan dan
dilakukan oleh narapidana/tahanan di rumah tahanan Balige maka hal ini dapat memicu HIV/AIDS terjadinya dirumah
perempuan
narapidana/tahanan
hampir 50% dengan kasus narkoba yaitu perdagangan narkoba dan pemakai narkoba. Rutan Balige menampung akan narapidana yang untuk tahanannnya
epidemi
tersebut peneliti ingin menganalisa pengetahuan dan sikap narapidana terhadap HIV/AIDS 12 di tindakan Rumah berisiko Tahanan
disidangkan masa
menentukan
Samosir.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan research dengan Metode Pengumpulan Data dengan Wawancara dan dengan menggunakan kuesioner tertutup kepada seluruh responden Tehnik digunakan analisis adalah : yang Univariat,
explanatory
hubungan pengetahuan dan sikap narapidana dengan tindakan risiko HIV/AIDS di Rumah Tahanan
dilakukan untuk mendeskripsikan tiap variabel yang akan diteliti.. Bivariat, dilakukan uji Chi dengan square
Negara Balige Kabupaten Toba Samosir. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penghuni rumah
menggunakan
regresi
120 orang. Keseluruhan populasi tersebut dijadikan responden atau merupakan sampel didalam
Setelah terhadap
dilakukan
penelitian di
(36%),
jenis
kelamin
laki-laki
narapidana/tahanan
(96%,) pendidikan SLTA (44,2%), pekerjaan wiraswasta (47 %) dan masa tahanan 1tahun (51,7%). Pengetahuan narapidana /
Rutan Balige,Kabupaten
Toba
tahanan
tentang
risiko penularan,
HIV
dan
cara
pencegahannya,
menjawab salah. Penularan HIV melalui hubungan seksual ( 54%) narapidana yang yang tidak tahu. Penularan HIV melalui hubungan seksual (54%) dengan narapidana sesama yang jenis tidak
mayoritas kurang yaitu : 71 orang ( 59,2 % ). Hal ini dapat diketahui dari hasil jawaban responden
terhadap 10 pertanyaan yang telah diajukan narapidana,seperti pemahaman berikut kepada ini :
mengetahuinya Mengurangi resiko tertular melakukan HIV dengan tidak seksual nara tahu. HIV
responden
tentang
penularan HIV melalui penggunaan suntik secara bergantian dan alat suntik yang tidak steril dapat
hubungan
menularkan HIV sebanyak 82,5 % menjawab dengan benar, tetapi ketika digali tentang penularan HIV melalui alat suntikan lainnya
Mengurangi
dengan menggunakan kondom bila berhubungan seks dengan bukan pasangan tetap(54%) yang
seperti membuat tatto yang sudah digunakan oleh orang lain 72%
narapidan yang tidak tahu, resiko tertular HIV melalui jarum tindik bekas pakai orang lain narapidana yang 71% tidak
pencegahannya mayoritas
kurang yaitu (45%). Berdasarkan hasil jawaban yang diperoleh dari masing-masing item pertanyaan gambaran
mengetahuinya, resiko tertular HIV melalui pisau cukur bekas pakai penderita narapidana HIV orang (67%) tidak
yang
di Rumah tahanan negara Balige dapat dilihat sebagai berikut: Penggunaan bergantian suntik sesama secara pengguna
cukur secara bergantian sesama teman, setuju : 74 orang (61,7%). Tindakan berisiko berisiko
narapidana baik sebelum masuk rutan dan setelah masuk rutan ada (50,8 %).Hal ini dapat diketahui
melalui jarum suntik bekas pakai teman dengan menggunakan air bersih, setuju 67 orang ( 56,8%). Hubungan pasangan seks tetap dengan setuju bukan 63%,
masuk rutan sebagai berikut : Melakukan hubungan seks dengan bukan (33,3%). untuk (37,5%) pasangan tetap, sering
Hubungan seks dengan membayar sesorang, setuju 48 orang ( 40%). Hubungan seks dengan sesama jenis setuju 56 orang (46,6%). yang berhubungan
Membayar
berhubungan
Seseorang seks
Menggunakan
bila berhubungan seks dengan bukan pernah dengan pasangan tetap, tidak
tetapnya,
memakai kondom ,setuju 48 orang ( 40 % ) Seseorang yang sudah terinfeksi diasingkan HIV sebaiknya dari
/dijauhkan
keluarga atau dari masyarakat, setuju 75 orang alat tindik (61,7%). bekas
Penggunaan
suntik pakai alat secara bergantian, sering: (1,66%). suntik (6,6%) dan pernah jarum pemutih pernah
pakai orang lain,setuju 67 orang (55,8%). Penggunaan jarum tatto bekas pakai orang lain, setuju 73 orang (60,8%). Penggunaan pisau 12
(desinfektan),
(80%).Menggunakan pisau cukur secara bergantian, sering (67,5%) dan pernah(10%). Menggunakan jarum sering (21,7%). tatto : secara bergantian, dan pernah jarum
dengan
sesama
jenis,
pernah:
pernah : (3 %). Menggunakan narkoba suntik bersama teman secara begantian, pernah :
(17,5%)
Menggunakan
tindik secara bergantian, sering (21,7%) dan pernah (17,5%). Tindakan berisiko HIV yang telahdilakukan narapidana/tahanan selama di dalam rutan, adalah sebagai berikut : Melakukan
Menggunakan jarum tatto secara bergantian bersama teman,pernah (30%) dan sering orang
teman,pernah (11,7%) dan sering (80,8%).Menggunakan jarum tindik secara bergantian bersama
dengan nilai P = 0,020 (P < 0,05). Nilai ini menunjukkan yang bahwa
Narapidana / Tahanan
narapidana
mempunyai
Tindakan Berisiko HIV/ AIDS di Rutan Balige. Dari hasil uji diperoleh hubungan dengan Chi-Square
tindakan
menggunakan alat cukur sekali pakai, selain itu menurut mereka dengan menggunakan alat cukur tidak akan mungkin berisiko untuk
melakukan tindakan yang berisiko HIV/AIDS. Pengetahuan tentang cara yang rendah /faktor
tertularnya virus HIV. Demikian juga halnya tentang penggunaan jarum tatto dan tindik,
penularan
risiko HIV dan pencegahannya ditunjukkan dengan tidak tahunya narapidana/tahanan bahwa
menunjukkan banyak pemahaman narapidana/tahanan yang kurang atau tidak mengetahui bahwa
hubungan seksual dengan sesama jenis penularan dapat virus menimbulkan HIV. Hal ini
melakukan tindik dan tatto dengan menggunakan alat yang tidak steril dapat beresiko untuk menularkan HIV. Hasil dengan penelitian ini sama Liliane
tentunya akan membawa risiko penularan responden HIV. tentang Pengetahuan penggunaan
alat cukur, secara bergantian juga masih sangat kurang. Dari hasil wawancara didapat bahwa
hasil
penelitian
sebagian besar narapidana sering menggunaan alat cukur secara bersamaan, karena menurut
Pemasyarakatan Penfui, Kupang, berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan bahwa pengetahuan
menggunakan alat cukur sekali pakai kalau situasi mereka ada di rumah tahanan. narapidana Dari beberapa
dan HIV relatif rendah sekitar 33 % menjawab dengan benar, mereka juga memiliki perilaku beresiko tinggi baik sebelum masuk ke 12
yang diwawancarai
berisiko HIV/AIDS.
Berdasarkan
pendapat tersebut dapat diketahui bahwa responden kecenderungan yang kurang sikap akan
memberi peluang besar terhadap penularan Balige. HIV/AIDS Dari di Rutan Sikap yang kurang masih
narapidana tentang penggunaan jarum tatto, ada 50 % narapidana pernah membuat tatto selama
narapidana/tahanan tersebut
didalam rutan. Hubungan Sikap narapidana Terhadap Tindakan Beresiko HIV AIDS di Rutan Balige Hasil uji statistik juga didapat bahwa: narapidana Ada hubungan /tahanan sikap dengan
terlihat
dilakukannya beberapa tindakan berisiko HIV didalam rutan antara lain seperti yang diuraikan berikut ini: Hubungan seksual sesama jenis untuk memuaskan kebutuhan biologis beberapa narapidana.
tindakan berisiko HIV,dengan hasil uji Chi Square yang diperoleh nilai P = 0,011 (P < 0,05). Hal ini berarti bahwa mempunyai tentang narapidana sikap yang risiko / yang kurang cara
Alasan yang disebutkan adalah karena situasi dan kondisi rutan yang memaksa perilaku itu
faktor
secara naluriah tidak akan bisa ditolak untuk dialihkan ke kegiatan lain. Dari hasil wawancara peneliti terhadap 5 informan bahwa ada 3 orang yang pernah melakukan
melakukan tindakan beresiko tinggi HIV,sebaliknya bila narapidana / tahanan memiliki sikap yang baik maka narapidana/tahanan
Sikap
narapidana
yang
kesehatan
kemungkinan
tidak
ditunjukkan di atas didukung oleh pendapat Thursonte yang dikutip Ahmadi (2002) yang menyatakan bahwa sikap sebagai yang negatif dengan tindakan bersifat yang objek
otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap yang negatif terhadap
kesehatan hampir pasti berdampak negatif pada perilakunya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Edy Suyanto (2000)
berhubungan
psikologi. Sikap positif yaitu sikap yang menunjukan atau menerima, serta
yang dikutip oleh Isfandari (2005) mengenai narapidana Pemasyarakatan perilaku di di seksual Lembaga Yogyakarta,
memperlihatkan, mengakui,
menyetujui
melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Sedangkan sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan penolakan atau atau
yang mengatakan bahwa selama menjalani pidana di penjara, para narapidana deprivasi hubungan membuat kemudian prisonisasi, di lapas mengalami termasuk deprivasi yang
memperlihatkan
individu itu berada Hal ini sejalan pendapat Niven (2002), dengan sikap
bentuk Bagi
perbuatan narapidana
seseorang adalah kompenen yang sangat penting dalam yang bahwa perilaku kemudian adanya
kesehatannya, diasumsikan
walaupun
tidak
lawan jenis. Cara yang paling sering dilakukan adalah melalui homoseksual. Dari 53 narapidana 12
seseorang
terhadap
beban
masing-
hukuman di lapas. Berbagai alasan membuat mereka untuk negatif narapidana lainnya yang dapat menimbulkan tindakan penelitian resiko ini HIV dalam tentang
psikologis,ekonomi dan rasa aman. Informasi yang diperoleh dari informan banyak karena menyebutkan waktu aktifitas yang di bahwa terbuang tidak
adalah
pemakaian alat suntik narkoba, masih ditemukannya narapidana yang menggunakan jarum suntik bergantian dalam pemakaian membersihkan
rutan
dimanfaatkan
dengan
kegiatan-
kegiatan yang dapat menyibukan para tahanan. Kondisi ini membuat waktu kumpul sesama narapidana jadi semakin banyak dan waktu untuk berbagi cerita tentang
jarum suntik bekas pakai dengan desifektan yang sebelum digunakan Dari hasil 5
lainnya. peneliti
wawancara informan
terhadap
bahwa seseorang yang memiliki situasi dan kondisi yang sama dalam situasi yang sama pula akan cenderung kearah mempunyai yang sama perilaku pula.
Walupun angka tersebut kecil jika dibandingkan beresiko menjadi HIV dengan lainnya, tindakan hal ini HIV
Berdasarkan teori ini maka dapat diartikan bahwa para narapidana yang memiliki permasalahan yang sama akan bertindak sama dalam
pemicu
resiko
tersebut
12
Hal pendapat
ini
sesuai
0,05), tetapi variabel yang paling berpengaruh pengetahuan, adalah hal ini tingkat ditandai nilai
Baby
(2005)
mengatakan
meskipun
signifikansi dan nilai beta pada pengetahuan yaitu sebesar 0,308 (lebih besar dari nilai sikap ). Pengaruh tingkat pengetahuan dan sikap narapidana/tahanan
penyalahgunaan narkoba
di masyarakat, namun hal ini tetap sangat berbahaya. karena Hal ini
disebabkan
langkanya
peralatan setiap kali menyuntik, dan jarum yang sama biasanya akan digunakan bersama dan
terhadap tindakan risiko HIV/AIDS sebesar 81,4 %, sedangkan 17,6 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hal ini berarti dan bahwa sikap sangat narapidana /
bergantian. Hal tersebut sebagai faktor utama terjadinya kasus baru HIV di dalam Lapas/Rutan. Hasil Analisis Multivariat : Dari hasil uji regresi berganda dapat diketahui bahwa pengetahuan dan sikap narapidana/tahanan secara samasama berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan
narapidana/tahanan mempengaruhi
disebabkan faktor lainnya seperti kondisi rumah tahanan, petugas kesehatan rutan dan peran petugas
tindakan risiko terjadinya HIV (P < Kesimpulan : 1. Ada hubungan yang Rumah tahanan negara (Rutan Balige dimana nilai P = 0,020 ( P < 0,05 ).
12
2. Ada
hubungan
sikap
sedangkan dipengaruhi
dalam Rutan Balige, dimana nilai P = 0,011 ( P = 0,05). 3. Pengaruh pengetahuan narapidana/ dan tingkat sikap tahanan
lain,dalam hal ini kondisi rutan, peran petugas rutan dan peran petugas
kesehatan
Daftar Pustaka :
1. Ahmadi,Abu, 2002. Psikologi Sosial, Edisi Revisi,Cetakan kedua, Jakarta: Rineka Cipta 2. Azrul, Azwar., dan Joedo Prihartono., 2003.Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Binarupa Aksara. 3. Arikunto.Suharsimi., 2005. Manajemen penelitian, Jakarta : Rineka cipta 4. Ahmad dan Emiyanty Sri, 2004. Langkah-langkah Strategi Penanggulangan HIV/AIDS. 5. Baby Jim.A, 2005,Ribuan Napi di penjara jakarta berisiko terinfeksi HIV, Jakarta, Suara Merdeka Cybernews Nasional. 6. Chin James,2000, Manual pemberantasan Penyakit Menular, editor penerjemah I Nyoman Kandun, Edisi 17, Jakarta. 7. David J Cooke, 2008. Menyingkap Dunia Gelap Penjara, Jakarta, Gramedia Pustaka Umum.
8. Depkes,RI., 2006.Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif (NAPZA), Jakarta. 9. ................ 2006. Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS secara sukarela (Voluntary Counseling and Testing, Jakarta, Dirjen P2 & PL 10. ----------- 2003. Pedoman Advokasi Untuk Pencegahan HIV Yang Efektif Pada Pengguna NAPZA Suntik, Jakarta. Ditjen PPM & PL. 11. Depertemen Hukum dan HAM, RI, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan ,2005. Strategi Penanggulangan Narkoba dan HIV/AIDS di dalam Rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan untuk tahun 20052009, Jakarta., 12. Isfandari, Siti, Sedyaningsih R.Endang dan Mahamit, 2005.Kajian Penelitian Sosial dan Perilaku yang berkaitan dengan Infeksi menular Seksual, HIV/AIDS Di Indonesia, Jakarta: Dep Kes RI bekerjasama dengan KPAN. 13. Maas T.Linda, 2004. Dukungan Pelayanan Kesehatan , Psikologis Dan
12
Sosial Bagi ODHA Di Sumatera Utara, Medan : KPNAD. 14. Notoatmojo Soekijo, 2007. Promosi Kesehatan , &Ilmu perilaku , Jakarta: Rineka Cipta. 15. -------------, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan , Jakarta : Rineka Cipta. 16. Neil Niven, alih bahasa Agung Waluyo, 2002, Psikologi Kesehatan Pengantar
Untuk Perawat & Profesional Kesehatan,Edisi Kedua, Jakarta, EGC. 17. Shakarasvilli A,et al (2005), Sex Worker,Drugs Use, HIV Infection and Speread Of Sexually Transmitted Infection in Moscow, Rusian, Federation the ancet,366 18. Stubblefield, Elisabeth dan Whol David, 2001. HIV di Penjara Seluruh Dunia 19. UNAIDS / WHO, 2005. Info Terkini Epidemi AIDS
12
12