Anda di halaman 1dari 9

Komposisi ASI dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya masa laktasi, nutrisi, diet, dan jenis bangsa/ras.

Komposisi ASI pada masa laktasi dibedakan menjadi 3, yang terdiri dari: 1. Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali dikeluarkan oleh kelenjar susu dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, cairan tersebut sifat nya kental dan berwarna kuning karena mengandung betakarotin. Kolostrum lebih banyak mengandung protein terutama globulin, mineral terutama natrium, kalium dan vitamin yang larut dalam lemak. globulin pada kolostorum merupakan antibodi yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai bayi berusia 6 bulan (DepKes RI, 2005). 2. Air Susu Peralihan Merupakan peralihan kolostrum dan ASI mature. Air susu ini diproduksi pada hari ke 4-7 sampai dengan hari ke 10-14 masa laktasi. Kadar protein pada susu ini semakin menurun, sedangkan kadar lemak, karbohidrat serta volume semakin bertambah. 3. Air Susu Mature Air susu ibu yang diseksresikan pada hari ke 10-14 dan seterusnya. Air susu mature merupakan cairan putih kekuningan yang disebabkan oleh warna garam kalsium kaseinat, riboflavin, dan karotin. ASI ini tidak menggumpal bila dipanaskan (Akre, 1994). Komposisi gizi dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk masa 4-6 bulan. Komposisi gizi tersebut mempunyai arti besar sekali untuk bayi. Zat-zat yang terkandung dalam ASI antara lain : 1. Air ASI mengandung sekitar 88 gram air per 1 gram ASI. Air berguna untuk melarutkan zat yang terdapat di dalamnya sehingga tidak menyebabkan keadaan hiperkalsemia dan hipernatremia (Roesli, 2000). 2. Protein Susu ibu terdiri dari 1,1 % protein. Protein ini terdiri dari casein dan whey protein (laktabumin dan laktoglobulin), yang lebih muda dicerna dibanding casein. Pada ASI laktabumin 60% dan 40%. Protein lain yang ditemukan dalam ASI adalah lysozymdan dan laktoferin yang mempunyai peranan sebagai anti infeksi (DepKes, 2005). Laktoglobulin yang ada pada protein susu mengandung protein tinggi yang dibutuhkan bayi, dan semua ini mengandung antibody terhadap segala macam penyakit (Penny, 1997).

3. Lemak Sumber energi utama dalam ASI adalah lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,54,5%. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol ASI lebih tinggi dari pada susu sapi, sehingga bayi mendapat ASI seharusnya mempunyai kadar kolesterol darah lebih tinggi. Hal ini berguna untuk membentuk enzim yang diperlukan untuk mengendalikan kadar kolesterol dikemudian hari. Juga variasi dalam jumlah dan tipe lemak ASI sangat penting pada perkembangan normal susunan saraf pusat (Suharjo, 1996). Selain itu ASI juga mengandung DHA dan AA yang jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari (DepKes, 2005). 4. Karbohidrat ASI mengandung laktosa lebih tinggi (6,5-7%) dari susu sapi. Laktosa dibagi dalam 2 bagian, yaitu galaktosa dan glukosa. Galaktosa merupakan bahan yang sangat diperlukan lapisan myelin serat-serat urat saraf. Laktosa dalam usus akan mengalami peragian hingga membentuk asam laktat. Adanya asam laktat dalam usus bayi memberi manfaat berupa : Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan berbagai asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin dalam usus. Memudahkan terjadinya pengendapan Calsium Caseinat (protein susu). Memudahkan berbagai jenis mineral seperti kalsium, pospor, magnesium (DepKes, 2003).

5. Mineral Kandungan mineral dalam ASI lebih kecil dibandingkan kandungan mineral dalam susu sapi (1:4). Karena kandungan mineral yang tinggi pada susu akan menyebabkan terjadinya beban osmolar yaitu tinggi kadar mineral dalam tubuh (Pudjiadi, 2000). 6. Vitamin Kadar vitamin dalam ASI diperoleh dari asupan makanan ibu yang harus cukup dan seimbang. ASI mengandung vitamin A yang tinggi dan vitamin D yang rendah. Sehingga bayi yang premature atau bayi yang kurang mendapatkan sinar matahari , dianjurkan untuk diberi suplementasi vitamin D. ASI mengandung vitamin C yang lebih banyak dari susu sapi, kecuali jika makanan ibu kekurangan vitamin C. vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator

pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap. Didalam ASi juga terdapat vitamin E, terutama dalam kolostrum (Suharjo,1996). 7. Faktor-faktor Anti infeksi Susu ibu mengandung antibodi dan bahan-bahan lain yang dapat mencegah infeksi dalam tubuh bayi. Antibodi dalam ASI dapat bertahan dalam pencernaan bayi karena tahan terhadap asam. Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi juga rendah. Faktor-faktor pelindung terdiri atas berbagai macam imunoglobin, lysozym, laktoperoksid, faktor pertumbuhan lactobasilus, substansi streptococus , makrofag dan dan lemak (DepKes, 2005). Imuglobulin Semua macam imunoglobulin terdapat pada ASI seperti Ig A, Ig E, Ig G, Ig M. imunoglobulin A kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum. Sekretori Ig A tidak diserap, tetapi melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus dalam pencernaan (DepKes RI, 2005). Lysozym Lysozym adalah enzim yang memecah dinding bakteri. Lysozym merupakan salah satu enzim yang terdapat dalam ASI sebnyak 6-300 mg/100 ml, dan kadarnya biasa naik 30005000 kali lebih banyak dibandingkan kadar lisozym dalam susu sapi. Enzim ini aktif mengatasi bakteri E.coli dan salmonella (DepKes RI, 2005). Laktoperoksidase Laktoperoksidase merupakan enzim bersama-sama peroksidase hidrogen dan ion tiosinat membantu membunuh streptococcus (Pudjiati, 1999). Faktor Bifidus Sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen dan menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat petumbuhan bakteri yang merugikan. Kotoran bayi menjadi bersifat asam yang berbeda dari kotoran bayi yanm meminum susu formul (DepKes RI, 2005) Faktor anti staphilococus Merupakan asam lemak dan melidungi bayi terhadap gangguan bakteri staphilococus. Laktoferin dan Transferin Kedua zat ini tedapat dalam ASI walaupun tidak banyak. Protein-protein tersebut mempunyai kapasitas pengikat zat besi bagi pertumbuhan kuman yang memerlukan.

Komponen komplemen Sistem komplemen terdiri atas 11 protein serum yang dapat dibedakan satu sama lain, dan dapat diaktifkan oleh berbagai zat seperti antibodi, produk kuman dan enzim. Dalam kolostrum terdapat konentrasi CO yang tinggi hingga dalam keadaan aktif merupakan faktor pertahanan yang berarti. Lipase ASI mengandung lipase yang juga merupakan zat anti virus (Pudjiati, 1999)
Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi kolostrum ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:

Komposisi Susu Formula

Makanan Olahan Pabrik (Tidak Ketemu.....) Makanan tambahan hasil olahan pabrik adalah makanan yang disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan beredar dipasaran untuk menambah energi dan zat-zat gizi esensial pada bayi (Depkes RI, 2006). Makanan tambahan pabrikan disebut juga makanan pendamping ASI pabrikan (MP-ASI pabrikan) atau makanan komersial. Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran instan atau biskuit yang dapat dimakan secara langsung atau dapat dijadikan bubur (Krisnatuti, 2000). Sunaryo (1998) dalam Krisnatuti (2000) menyatakan bahwa untuk membuat makanan bayi harus memenuhi petunjuk dan mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Formula Formula harus dibuat berdasarkan angka kecukupan gizi bayi dan balita, bahan baku yang diizinkan, criteria zat gizi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. 2) Proses Teknologi Pemilihan proses teknologi berkaitan dengan spesifikasi produk yang diinginkan, tingkat sanitasi dan higienitas yang dikehendaki, faktor keamanan pangan, serta mutu akhir produk. 3) Higiene Produk jadi makanan tambahan harus memenuhi syarat-syarat seperti bebas dari mikroorganisme pathogen, bebas dari kontaminan hasil pencemaran mikroba penghasil racun atau alergi, bebas racun, harus dikemas tertutup sehingga terjamin sanitasinya dan disimpan di tempat yang terlindung. 4) Pengemasan Kemasan yang dipakai harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak beracun, tidak mempengaruhi mutu inderawi produk (dari segi penampakan, aroma, rasa dan tekstur), serta mampu melindungi mutu produk selama jangka waktu tertentu. 5) Label Persyaratan label makanan bayi harus mengikuti codex standard 146-1985, dengan informasi yang jelas, tidak menyesatkan konsumen, komposisi bahan-bahan tercantum dalam kemasan, nilai gizi produk dan petunjuk penyajian. Makanan tambahan pabrikan seperti bubur susu diperdagangkan dalam keadaan kering dan pre-cooked, sehingga tidak perlu dimasak lagi dan dapat diberikan pada bayi setelah ditambah air matang seperlunya.

Bubur susu terdiri dari tepung serealia seperti beras, maizena, terigu ditambah susu dan gula, dan bahan perasa lainnya. Makanan tambahan pabikan yang lain seperti nasi tim yakni bubur beras dengan tambahan daging, ikan atau hati serta sayuran wortel dan bayam, dimana untuk bayi kurang dari 10 bulan nasi tim harus disaring atau di blender terlebih dahulu. Selain makanan bayi lengkap (bubur susu dan nasi tim) beredar pula berbagai macam tepung baik tepung mentah maupun yang sudah matang (pre-cooked) (Pudjiadi, 2000).

Jumlah zat gizi yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh bayi dapat dilihat pada setiap Recommended Dietary Allowance (RDA) yang telah diestimasikan berdasarkan kelompok usia, seperti tabel berikut:

Frekuensi Pemberian ASI Pada pemberian bayi yang baru lahir mempunyai jadwal makan yang tidak teratur. Mereka bisa makan sebanyak 6 sampai 12 kali atau mungkin juga sampai Pemberian MP-ASI yang baik 18 kali dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Dalam dua hari pertama produksi ASI belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama, cukup beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari-hari berikutnya bayi dapat disusui selama 15-20 menit tiap kalinya, walaupun sebagian besar ASI keluar pada 510 menit pertama dari setiap buah dada. Jadwal menyusui hendaknya disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari ibu. Misalnya tiap 3 jam dimulai pada jam 6 pagi, walaupun demikian jadwal itu tidak perlu kaku, jika setelah 2 jam bayi sudah menangis dapat diberikan lagi. Sebaliknya harus diperhatikan, bahwa bayi yang menangis tidak selalu disebabkan oleh rasa lapar. Mungkin juga oleh mulas-mulas ( kolik, gerak usus yang berlebihan ) setelah minum ASI, sedang sakit dan sebagainya (Pudjiadi, 2005).

Resiko Pemberian MP-ASI dini Risiko pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan berbahaya karena pemberian makanan yang terlalu dini dapat menimbulkan solute load hingga dapat menimbulkan hyperosmolality, kenaikkan berat badan yang terlalu cepat dapat

menyebabkan obesitas, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan yang diberikan pada bayi. Bayi yang mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan pada ginjal bayi yang belum matang, dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang membahayakan dalam penyediaan dan penyimpanan makanan (Pudjiadi, 2000). Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut (Ariani, 2008): a) Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini, makanan tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan produksi ASI ibu akan lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. b) Anak mendapat faktor perlindungan dari ASI lebih sedikit sehingga resiko infeksi meningkat. c) Risiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI. d) Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, bubur nya berkuah dan sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit. e) Obesitas Pemberian makanan padat terlalu dini sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak. Makanan tambahan yang diberikan pada bayi cenderung mengandung protein dan lemak tinggi sehingga pada akhirnya akan berdampak pada konsumsi kalori yang tinggi dan mengakibatkan obesitas (Albar, 2007).

Anda mungkin juga menyukai

  • Nama Obat
    Nama Obat
    Dokumen6 halaman
    Nama Obat
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 PDL
    Bab 1 PDL
    Dokumen3 halaman
    Bab 1 PDL
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Promkes
    Promkes
    Dokumen11 halaman
    Promkes
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan Vaksinasi
    Pendahuluan Vaksinasi
    Dokumen1 halaman
    Pendahuluan Vaksinasi
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Nama Oba11
    Nama Oba11
    Dokumen43 halaman
    Nama Oba11
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • BAB II Laporan Kasus Efusi Pleura
    BAB II Laporan Kasus Efusi Pleura
    Dokumen10 halaman
    BAB II Laporan Kasus Efusi Pleura
    Thifah Ariqonitah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 PDL
    Bab 1 PDL
    Dokumen3 halaman
    Bab 1 PDL
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan Vaksinasi
    Pendahuluan Vaksinasi
    Dokumen1 halaman
    Pendahuluan Vaksinasi
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Mekanisme Gejala
    Mekanisme Gejala
    Dokumen1 halaman
    Mekanisme Gejala
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 PDL
    Bab 1 PDL
    Dokumen3 halaman
    Bab 1 PDL
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • ANATOMI
    ANATOMI
    Dokumen8 halaman
    ANATOMI
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Mekanisme Gejala
    Mekanisme Gejala
    Dokumen1 halaman
    Mekanisme Gejala
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Antihipertensi
    Antihipertensi
    Dokumen23 halaman
    Antihipertensi
    heruprabowohadi
    100% (1)
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • GD Document
    GD Document
    Dokumen18 halaman
    GD Document
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Cara Menanam Tomat Hidroponik
    Cara Menanam Tomat Hidroponik
    Dokumen4 halaman
    Cara Menanam Tomat Hidroponik
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • GD Document
    GD Document
    Dokumen18 halaman
    GD Document
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Typhoid Fever
    Typhoid Fever
    Dokumen0 halaman
    Typhoid Fever
    Ardi_x
    Belum ada peringkat
  • Analisis Malaria
    Analisis Malaria
    Dokumen1 halaman
    Analisis Malaria
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Dampak Tidak Sarapan
    Dampak Tidak Sarapan
    Dokumen4 halaman
    Dampak Tidak Sarapan
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Learning Issue Malaria
    Learning Issue Malaria
    Dokumen5 halaman
    Learning Issue Malaria
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • BAB VI Cranium Print
    BAB VI Cranium Print
    Dokumen5 halaman
    BAB VI Cranium Print
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Jantung Manusia
    Anatomi Jantung Manusia
    Dokumen6 halaman
    Anatomi Jantung Manusia
    Rola Mesrani Simbolon
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Amira Syahab
    Belum ada peringkat