Anda di halaman 1dari 2

Rini Septiani 1111101000058 APLIKASI ANALISA MEDICAL ECOLOGY KABUPATEN BONEBOLANGO Faktor abiotik 1.

Tempat berkembang biak Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat misalnya di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan 2. Suhu Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp dimana suhu yang tinggi akan meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya bisa menjadi lebih cepat tetapi apabila suhu di atas 35C akan membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk berkisar antara 20C 30C. 3. Kondisi lingkungan Lingkungan buruk (adanya rawa sebagai tempat perindukan nyamuk penular)memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian filariasis, karena berhubungan dengan jarak terbang nyamuk yang kurang dari 200 m. hal tersebut, akan sangat memberikan peluang besar terjadinya filariasis di daerah tersebut. Hal ini pula dibuktikan dengan teori bahwa nyamuk pada umumnya mempunyai daya terbang sejauh 50-100 meter. Dilaporkan pula beberapa jenis nyamuk antara lain nyamuk Aedes mampu terbang sampai 320m. Selain itu, letak sumber air yang digunakan di luar rumah turut memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian filariasis. Hal tersebut dapat terjadi karena sumber air yang digunakan untuk peneuhan kebutuhan seharihari berada diluar rumah, maka untuk mengakses air tersebut haruslah dilakukan, setidaknya pada pagi dan sore hari. Padahal TERHADAP KASUS FILARIASIS DI KECAMATAN BONERAYA,

saat tersebutlah nyamuk Culex mulai aktif menghisap darah seseorang. Kondisi lingkungan ini mendukung peluang terjadinya filariasis di Kabupaten Bone Bolango. 4. Kondisi rumah Konstruksi rumah semi permanen berhubungan signifikan dengan kejadian filariasis di tempat tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Juriastuti, et al (2010) salah satu hal yang berhubungan dengan konstruksi rumah, yaitu plafon yang buruk di rumah akan lebih berisiko mengalami kejadian filariasis 6,3 kali dibandingkan responden dengan keadaan plafon yang baik. Plafon sendiri berguna sebagai pemisah antara genting dengan ruangan agar tidak berhubungan langsung. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan plafon cukup penting agar nyamuk tidak leluasa masuk rumah melalui celah-celah genting. Faktor biotic 1. Kebiasaan penggunaan Kelambu, tidak memakai lengan panjang, pemakaian kasa pada ventilas memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian filariasis. Keberadaan kawat kassa dapat diartikan bahwa responden yang tidak memiliki kawat kassa di rumahnya berisiko lebih besar menderita filariasis dibandingkan responden yang tidak menggunakan kawat kassa. Kawat kassa yang dipasang di bagian ventilasi rumah ini berfungsi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah sehingga terhindar dari gigitan nyamuk dan tanpa disadari dapat menjauhkan diri dari risiko terkena filariasis.

2. Aktivitas di luar rumah pada malam hari Beberapa perilaku yang didapatkan proporsi kasus mempunyai kegiatan di luar rumah antara lain kegiatan ronda keamanan lingkungan, berbincang-bincang di luar rumah, nonton di luar rumah, penjaja keliling / berjualan, berada di tempat terbuka, buang air besar di luar rumah, berkumpul di luar rumah malam hari, memasang obat nyamuk di luar rumah. Kondisi tersebutlah menggambarkan peluang kontak dengan nyamuk lebih besar. 3. Perilaku pencarian pengobatan Perilaku yang berhubungan dengan mencari pengobatan didapatkan yang ke Puskesmas 102 (72,9%), praktik dokter 15 (10,7%), obat sendiri 49 (35%), dukun 32 (22,9%). Ini menunjukkan bahwa walaupun akses ke tempat pelayanan kesehatan sudah cukup tinggi namun usaha dalam mengobati sendiri dan minta pertolongan dukun masih cukup tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa hal-hal di atas merupakan yang mendukung perilaku/ kebiasaan menjadi bermakna. 4. Pola waktu nyamuk menggigit Pola kebiasaan waktu menggigit nyamuk dewasa yang membentuk dua kali puncak pada malam hari yaitu sesaat setelah matahari terbenam dan menjelang matahari terbit dapat dijelaskan bahwa kondisi tersebut dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara yang dapat menambah atau mengurangi aktivitas menggigit nyamuk dewasa.

5. Reservoir Didapatkan bahwa kucing berhubungan bermakna dengan kejadian filariasis. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian di Kalimantan Timur bahwa pada kucing ditemukan 20 ekor cacing sama banyaknya antara jantan dan betina yangmenunjukkan bahwa kucing merupakan hospes reservoir

Faktor cultural 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah pemahaman atau persepsi dalam menanggapi fakta, kondisi atau keadaan yang nyata jelas terlihat secara pasti mempengaruhi mental dan pengertian seseorang. Pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian filariasis. Pengetahuan tentang penyebab filariasis yang menunjukkan hubungan yang signifikan adalah pendapat yang menyatakan bahwa filariasis disebabkan karena selalu kontak dengan air dan kelebihan bekerja.

2. Kepercayaan Adanya responden yang menyatakan filariasis tidak dianggap sebagai penyakit yang berbahaya atau penyakit menular. Dikatakan bergaul dengan penderita kaki bengkak tidak membahayakan hanya merupakan nasib atau penyakit kutukan. Pemahaman lain yang sudah mengakar di daerah tersebut berkaitan dengan penyebab dari filariasis adalah penyakit keturunan 44,3%, akibat menginjak daerah terlarang 25,7%, dan dukun/guna-guna 17%

Uloli, Reyke; Soeyoko; Sumarni. Analisis FaktorFaktor Risiko Kejadian Filariasis dalam Berita Kedokteran Masyarakat, Maret 2008; Vol. 24; No. 1. h 44 50 Juriastuti, Puji, et al. Faktor Risiko Kejadian Filariasis di Kelurahan Jati Sampurna dalam Makara Kesehatan, Juni 2010;Vol. 14; NO. 1. h. 31-36

Anda mungkin juga menyukai