Anda di halaman 1dari 12

DEFINISI Secara harfiah, anafilaksis berasal dari kata ana yang berarti balik dan phylaxis yang berarti

perlindungan. Dalam hal ini respons imun yang seharusnya melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan, dengan kata lain kebalikan dari pada melindungi (anti-phylaxis atau anaphylaxis). Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai oleh Immunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I) yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu reaksi antigen antibodi yang timbul segera setelah suatu antigen yang sensitif masuk dalam sirkulasi. Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari anafilaksis yang merupakan syok distributif, ditandai oleh adanya hipotensi yang nyata akibat vasodilatasi mendadak pada pembuluh darah dan disertai kolaps pada sirkulasi darah yang dapat menyebabkan terjadinya kematian. Syok anafilaktik merupakan kasus kega!atan, tetapi terlalu sempit untuk menggambarkan anafilaksis secara keseluruhan, karena anafilaksis yang berat dapat terjadi tanpa adanya hipotensi, seperti pada anafilaksis dengan gejala utama obstruksi saluran napas. EPIDEMIOLOGI Insiden anafilaksis sangat bervariasi, di "merika Serikat disebutkan bah!a angka kejadian anafilaksis berat antara # $ kasus%#&.&&& penduduk, paling banyak akibat penggunaan antibiotik golongan penisilin dengan kematian terbanyak setelah '& menit penggunaan obat. Insiden anafilaksis diperkirakan # $%#&.&&& penduduk dengan mortalitas sebesar # $%# juta penduduk.Sementara di Indonesia, khususnya di (ali, angka kematian dari kasus anafilaksis dilaporkan ) kasus%#&.&&& total pasien anafilaksis pada tahun )&&* dan mengalami peningkatan prevalensi pada tahun )&&' sebesar + kasus%#&.&&& total pasien anafilaksis.

"nafilaksis dapat terjadi pada semua ras di dunia. (eberapa sumber menyebutkan bah!a anafilaksis lebih sering terjadi pada perempuan, terutama perempuan de!asa muda dengan insiden lebih tinggi sekitar $*, dan mempunyai risiko kira kira )& kali lipat lebih tinggi dibandingkan laki laki. (erdasarkan umur, anafilaksis lebih sering pada anak anak dan de!asa muda, sedangkan pada orang tua dan bayi anafilaksis jarang terjadi. FAKTOR PREDISPOSISI DAN ETIOLOGI (eberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko anafilaksis adalah sifat alergen, jalur pemberian obat, ri!ayat atopi, dan kesinambungan paparan alergen. -olongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis adalah makanan, obat obatan, sengatan serangga, dan lateks. .dang, kepiting, kerang, ikan kacang kacangan, biji bijian, buah beri, putih telur, dan susu adalah makanan yang biasanya menyebabkan suatu reaksi anafilaksis. /bat obatan yang bisa menyebabkan anafikasis seperti antibiotik khususnya penisilin, obat anestesi intravena, relaksan otot, aspirin, 0S"ID, opioid, vitamin (#, asam folat, dan lain lain. 1edia kontras intravena, transfusi darah, latihan fisik, dan cuaca dingin juga bisa menyebabkan anafilaksis. PATOFISIOLOGIS 2oomb dan -ell (#3'$) mengelompokkan anafilaksis dalam hipersensitivitas tipe I (Immediate type reaction). 1ekanisme anafilaksis melalui ) fase, yaitu fase sensitisasi dan aktivasi. 4ase sensitisasi merupakan !aktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig 5 sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Sedangkan fase aktivasi merupakan !aktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama sampai timbulnya gejala. "lergen yang masuk le!at kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh 1akrofag. 1akrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada 6imfosit 7, dimana ia akan mensekresikan sitokin (I6+, I6#$) yang menginduksi 6imfosit ( berproliferasi menjadi sel 8lasma (8lasmosit). Sel plasma memproduksi Ig 5 spesifik untuk antigen tersebut kemudian terikat pada reseptor permukaan sel 1ast (1astosit) dan basofil. 1astosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang. 8ada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. "lergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig 5 spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah preformed mediators. Ikatan antigen antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran sel yang akan menghasilkan leukotrien (67) dan prostaglandin (8-) yang terjadi beberapa !aktu setelah degranulasi yang disebut newly formed mediators. 4ase 5fektor adalah !aktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi mucus, dan vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan (radikinin menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (8"4) berefek bronkospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit. (eberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil. 8rostaglandin leukotrien yang dihasilkan menyebabkan bronkokonstriksi.

9asodilatasi pembuluh darah yang terjadi mendadak menyebabkan terjadinya fenomena maldistribusi dari volume dan aliran darah. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah balik sehingga curah jantung menurun yang diikuti dengan penurunan tekanan darah. :emudian terjadi penurunan tekanan perfusi yang berlanjut pada hipoksia ataupun anoksia jaringan yang berimplikasi pada keaadan syok yang membahayakan penderita. Gambar 2.1. Patofisiologi Rea si A!fila sis

Gambar 2.2. Patofisiologi S"o A!afila sis

MANIFESTASI KLINIS 1anifestasi klinis anafilaksis sangat bervariasi. Secara klinik terdapat $ tipe dari reaksi anafilaktik, yaitu reaksi cepat yang terjadi beberapa menit sampai # jam setelah terpapar dengan alergen; reaksi moderat terjadi antara # sampai )+ jam setelah terpapar dengan alergen; serta reaksi lambat terjadi lebih dari )+ jam setelah terpapar dengan alergen.

-ejala dapat dimulai dengan gejala prodormal baru menjadi berat, tetapi kadang kadang langsung berat. (erdasarkan derajat keluhan, anafilaksis juga dibagi dalam derajat ringan, sedang, dan berat. Derajat ringan sering dengan keluhan kesemutan perifer, sensasi hangat, rasa sesak dimulut, dan tenggorok. Dapat juga terjadi kongesti hidung, pembengkakan periorbital, pruritus, bersin bersin, dan mata berair. "!itan gejala gejala dimulai dalam ) jam pertama setelah pemajanan. Dera#at se$a!g $a%at me!&a '% sem'a ge#ala(ge#ala ri!ga! $itamba) bro! os%asme $a! e$ema #ala! !afas ata' lari!g $e!ga! $is%!ea* bat' $a! me!gi. <ajah kemerahan, hangat, ansietas, dan gatal gatal juga sering terjadi. "!itan gejala gejala sama dengan reaksi ringan. Derajat berat mempunyai a!itan yang sangat mendadak dengan tanda tanda dan gejala gejala yang sama seperti yang telah disebutkan diatas disertai kemajuan yang pesat kearah bronkospame, edema laring, dispnea berat, dan sianosis. (isa diiringi gejala disfagia, keram pada abdomen, muntah, diare, dan kejang kejang. Henti jantung dan koma jarang terjadi. :ematian dapat disebabkan oleh gagal napas, aritmia ventrikel atau renjatan yang irreversible. -ejala dapat terjadi segera setelah terpapar dengan antigen dan dapat terjadi pada satu atau lebih organ target, antara lain kardiovaskuler, respirasi, gastrointestinal, kulit, mata, susunan saaraf pusat dan sistem saluran kencing, dan sistem yang lain. :eluhan yang sering dijumpai pada fase permulaan ialah rasa takut, perih dalam mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan kesemutan pada tungkai, sesak, serak, mual, pusing, lemas dan sakit perut. 8ada mata terdapat hiperemi konjungtiva, edema, sekret mata yang berlebihan. 8ada rhinitis alergi dapat dijumpai allergic shiners, yaitu daerah di ba!ah palpebra inferior yang menjadi gelap dan bengkak. 8emeriksaan hidung bagian luar di bidang alergi ada beberapa tanda, misalnya= allergic salute, yaitu pasien dengan menggunakan telapak tangan menggosok ujung hidungnya ke arah atas untuk menghilangkan rasa gatal dan melonggarkan sumbatan; allergic crease, garis melintang akibat lipatan kulit ujung hidung; kemudian allergic facies, terdiri dari pernapasan mulut, allergic shiners, dan kelainan gigi geligi. (agian dalam hidung diperiksa untuk menilai !arna mukosa, jumlah, dan bentuk sekret, edema, polip hidung, dan deviasi septum. 8ada kulit terdapat eritema, edema, gatal, urtikaria, kulit terasa hangat atau dingin, lembab%basah, dan diaphoresis. 8ada sistem respirasi terjadi hiperventilasi, aliran darah paru menurun, penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan pulmonal, gagal nafas, dan penurunan volume tidal. Saluran nafas atas bisa mengalami gangguan jika lidah atau orofaring terlibat sehingga terjadi stridor. Suara bisa serak bahkan tidak ada suara sama sekali jika edema terus memburuk. /bstruksi saluran napas yang komplit adalah penyebab kematian paling sering pada anafilaksis. (unyi napas mengi terjadi apabila saluran napas ba!ah terganggu karena bronkospasme atau edema mukosa. Selain itu juga terjadi batuk batuk, hidung tersumbat, serta bersin bersin. :eadaan bingung dan gelisah diikuti pula oleh penurunan kesadaran sampai terjadi koma merupakan gangguan pada susunan saraf pusat. 8ada sistem kardiovaskular terjadi hipotensi, takikardia, pucat, keringat dingin, tanda tanda iskemia otot jantung (angina), kebocoran endotel yang menyebabkan terjadinya edema, disertai pula dengan aritmia. Sementara pada ginjal, terjadi hipoperfusi ginjal yang mengakibatkan penurunan pengeluaran urine (oligouri atau anuri) akibat penurunan -4>, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya gagal ginjal akut. Selain itu terjadi peningkatan (.0 dan kreatinin disertai dengan perubahan kandungan elektrolit pada urine.

Hipoperfusi pada sistem hepatobilier mengakibatkan terjadinya nekrosis sel sentral, peningkatan kadar en?im hati, dan koagulopati. -ejala yang timbul pada sistem gastrointestinal merupakan akibat dari edema intestinal akut dan spasme otot polos, berupa nyeri abdomen, mual muntah atau diare. :adang kadang dijumpai perdarahan rektal yang terjadi akibat iskemia atau infark usus. Depresi sumsum tulang yang menyebabkan terjadinya koagulopati, gangguan fungsi trombosit, dan DI2 dapat terjadi pada sistem hematologi. Sementara gangguan pada sistem neuroendokrin dan metabolik, terjadi supresi kelenjar adrenal, resistensi insulin, disfungsi tiroid, dan perubahan status mental. 8ada keadaan syok terjadi perubahan metabolisme dari aerob menjadi anaerob sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan piruvat. Secara histologis terjadi keretakan antar sel, sel membengkak, disfungsi mitokondria, serta kebocoran sel. PEMERIKSAAN PEN+N,ANG 8emeriksaan laboratorium diperlukan karena sangat membantu menentukan diagnosis, memantau keadaan a!al, dan beberapa pemeriksaan digunakan untuk memonitor hasil pengbatan serta mendeteksi komplikasi lanjut. Hitung eosinofil darah tepi dapat normal atau meningkat, demikian halnya dengan Ig5 total sering kali menunjukkan nilai normal. 8emeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. 8emeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu Ig5 spesifik dengan RA ! (radio-immunosorbent test) atau E"I A (En#ym "in$ed Immunosorbent Assay test), namun memerlukan biaya yang mahal. 8emeriksaan secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab yaitu dengan uji cukit (pric$ test), uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (s$in end-point titration% E!). .ji cukit paling sesuai karena mudah dilakukan dan dapat ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk anak, meskipun uji intradermal (S57) akan lebih ideal. 8emeriksaan lain sperti analisa gas darah, elektrolit, dan gula darah, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, feses lengkap, elektrokardiografi, rontgen thorak, dan lain lain. DIAGNOSIS 8ada pasien dengan reaksi anafilaksis biasanya dijumpai keluhan ) organ atau lebih setelah terpapar dengan alergen tertentu. .ntuk membantu menegakkan diagnosis maka American Academy of Allergy, Asthma and Immunology telah membuat suatu kriteria. :riteria pertama adalah onset akut dari suatu penyakit (beberapa menit hingga beberapa jam) dengan terlibatnya kulit, jaringan mukosa atau kedua duanya (misalnya bintik bintik kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus, kemerahan, pembengkakan bibir, lidah, uvula), dan salah satu dari respiratory compromise (misalnya sesak nafas, bronkospasme, stridor, whee#ing, penurunan 854, hipoksemia) dan penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan disfungsi organ sasaran (misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia). :riteria kedua, dua atau lebih gejala berikut yang terjadi secara mendadak setelah terpapar alergen yang spesifik pada pasien tersebut (beberapa menit hingga beberapa jam), yaitu keterlibatan jaringan mukosa kulit (misalnya bintik bintik kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus, kemerahan, pembengkakan bibir lidah uvula); Respiratory compromise (misalnya sesak nafas, bronkospasme, stridor, whee#ing, penurunan 854, hipoksemia); penurunan

tekanan darah atau gejala yang berkaitan (misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia); dan gejala gastrointestinal yang persisten (misalnya nyeri abdominal, kram, muntah). :riteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah terpapar pada alergen yang diketahui beberapa menit hingga beberapa jam (syok anafilaktik). 8ada bayi dan anak anak, tekanan darah sistolik yang rendah (spesifik umur) atau penurunan darah sistolik lebih dari $&,. Sementara pada orang de!asa, tekanan darah sistolik kurang dari 3& mmHg atau penurunan darah sistolik lebih dari $&, dari tekanan darah a!al. DIAGNOSA -ANDING (eberapa keadaan dapat menyerupai reaksi anafilaktik. -ambaran klinis yang tidak spesifik dari anafilaksis mengakibatkan reaksi tersebut sulit dibedakan dengan penyakit lainnya yang memiliki gejala yang sama. Hal ini terjadi karena anafilaksis mempengaruhi seluruh sistem organ pada tubuh manusia sebagai akibat pelepasan berbagai macam mediator dari sel mast dan basofil, dimana masing masing mediator tersebut memiliki afinitas yang berbeda pada setiap reseptor pada sistem organ. (eberapa kondisi yang menyerupai reaksi anafilaksis dan syok anafilaktik adalah reaksi vasovagal, infark miokard akut, reaksi hipoglikemik, reaksi histeris, &arsinoid syndrome, &hinese restaurant syndrome, asma bronkiale, dan rhinitis alergika. >eaksi vasovagal, sering dijumpai setelah pasien mandapat suntikan. 8asien tampak pingsan, pucat dan berkeringat. 7etapi dibandingkan dengan reaksi anafilaktik, pada reaksi vasovagal nadinya lambat dan tidak terjadi sianosis. 1eskipun tekanan darahnya turun tetapi masih mudah diukur dan biasanya tidak terlalu rendah seperti anafilaktik.Sementara infark miokard akut, gejala yang menonjol adalah nyeri dada, dengan atau tanpa penjalaran. -ejala tersebut sering diikuti rasa sesak tetapi tidak tampak tanda tanda obstruksi saluran napas. Sedangkan pada anafilaktik tidak ada nyeri dada. >eaksi hipoglikemik, disebabkan oleh pemakaian obat antidiabetes atau sebab lain. 8asien tampak lemah, pucat, berkeringat, sampai tidak sadar. 7ekanan darah kadang kadang menurun tetapi tidak dijumpai tanda tanda obstruksi saluran napas. Sedangkan pada reaksi anafilaktik ditemui obstruksi saluran napas. Sedangkan pada reaksi histeris, tidak dijumpai adanya tanda tanda gagal napas, hipotensi, atau sianosis. 8asien kadang kadang pingsan meskipun hanya sementara. Sedangkan tanda tanda diatas dijumpai pada reaksi anafilaksis. &arsinoid syndrome, dijumpai gejala gejala seperti muka kemerahan, nyeri kepala, diare, serangan sesak napas seperti asma. &hinese restaurant syndrome, dapat dijumpai beberapa keadaan seperti mual, pusing, dan muntah pada beberapa menit setelah mengkonsumsi 1Slebih dari #gr, bila penggunaan lebih dari * gr bisa menyebabkan asma. 0amun tekanan darah, kecepatan denyut nadi, dan pernapasan tidak berbeda nyata dengan mereka yang diberi makanan tanpa 1S-. "sma bronkiale, gejala gejalanya dapat berupa sesak napas, batuk berdahak, dan suara napas mengi (whee#ing'. Dan biasanya timbul karena faktor pencetus seperti debu, aktivitas fisik, dan makanan, dan lebih sering terjadi pada pagi hari. >hinitis alergika, penyakit ini menyebabkan gejala seperti pilek, bersin, buntu hidung, gatal hidung yang hilang timbul, mata berair yang disebabkan karena faktor pencetus seperti debu, terutama di udara dingin. PENATALAKSANAAN

Ti!$a a! :alau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan alergen baik peroral maupun parenteral, maka tindakan pertama yang paling penting dilakukan adalah mengidentifikasi dan menghentikan kontak dengan alergen yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. :aki diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah. 7indakan selanjutnya adalah penilaian airway, breathing, dan circulation dari tahapan resusitasi jantung paru untuk memberikan kebutuhan bantuan hidup dasar. Airway, penilaian jalan napas. @alan napas harus dijaga tetap bebas agar tidak ada sumbatan sama sekali. .ntuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan triple airway manuver yaitu ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut. 8enderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi. (reathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda tanda bernapas spontan, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. 8ada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. 8enderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen * #& liter %menit. &irculation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a. $arotis atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar. Obat(obata! Sampai sekarang adrenalin masih merupakan obat pilihan pertama untuk mengobati syok anafilaksis. /bat ini berpengaruh untuk meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh darah, melebarkan bronkus, dan meningkatkan aktivitas otot jantung. "drenalin bekerja sebagai penghambat pelepasan histamin dan mediator lain yang poten. 1ekanisme kerja adrenalin adalah meningkatkan c"18 dalam sel mast dan basofil sehingga menghambat terjadinya degranulasi serta pelepasan histamine dan mediator lainnya. Selain itu adrenalin mempunyai kemampuan memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus pembuluh darah perifer dan otot polos bronkus. "drenalin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteri dan memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika dan berakhir dalam !aktu pendek. 8emberian adrenalin secara intramuskuler pada lengan atas, paha, ataupun sekitar lesi pada sengatan serangga merupakan pilihan pertama pada penatalaksanaan syok anafilaktik. "drenalin memiliki onset yang cepat setelah pemberian intramuskuler. 8ada pasien dalam keadaan syok, absorbsi intramuskuler lebih cepat dan lebih baik dari pada pemberian subkutan. (erikan &,* ml larutan # =#&&& (&,$ &,* mg) untuk orang de!asa dan &,&# ml%kg (( untuk anak. Dosis diatas dapat diulang beberapa kali tiap * #* menit, sampai tekanan darah dan nadi menunjukkan perbaikan. Tabel 2.1. Dosis A$re!ali! I!tram's 'lar '!t' A!a (a!a

"drenalin sebaiknya tidak diberikan secara intravena kecuali pada keadaan tertentu saja misalnya pada saat syok (mengancam nya!a) ataupun selama anestesia. 8ada saat pasien tampak sangat kesakitan serta kemampuan sirkulasi dan absorbsi injeksi intramuskuler yang benar benar diragukan, adrenalin mungkin diberikan dalam injeksi intravena lambat dengan dosis *&& mcg (* ml dari pengenceran injeksi adrenalin #=#&&&&) diberikan dengan kecepatan #&& mcg%menit dan dihentikan jika respon dapat dipertahankan. 8ada anak anak dapat diberi dosis #& mcg%kg (( (&,# ml%kg (( dari pengenceran injeksi adrenalin #=#&&&&) dengan injeksi intravena lambat selama beberapa menit. (eberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin ) + ug%menit. Individu yang mempunyai resiko tinggi untuk mengalami syok anafilaksis perlu memba!a adrenalin setiap !aktu dan selanjutnya perlu diajarkan cara penyuntikkan yang benar. 8ada kemasan perlu diberi label, pada kasus kolaps yang cepat orang lain dapat memberikan adrenalin tersebut. (8amela, adrenalin, draholik) 8engobatan tambahan dapat diberikan pada penderita anafilaksis, obat obat yang sering dimanfaatkan adalah antihistamin, kortikosteroid, dan bronkodilator. 8emberian antihistamin berguna untuk menghambat proses vasodilatasi dan peningkatan peningkatan permeabilitas vaskular yang diakibatkan oleh pelepasan mediator dengan cara menghambat pada tempat reseptor mediator tetapi bukan bukan merupakan obat pengganti adrenalin. 7ergantung beratnya penyakit, antihistamin dapat diberikan oral atau parenteral. 8ada keadaan anafilaksis berat antihistamin dapat diberikan intravena. .ntuk "H) seperti simetidin ($&& mg) atau ranitidin (#*& mg) harus diencerkan dengan )& ml 0a2l &,3, dan diberikan dalam !aktu * menit. (ila penderita mendapatkan terapi teofilin pemakaian simetidin harus dihindari sebagai gantinya dipakai ranitidin. "nti histamin yang juga dapat diberikan adalah dipenhidramin intravena *& mg secara pelan pelan (* #& menit), diulang tiap ' jam selama +A jam. :ortikosteroid digunakan untuk menurunkan respon keradangan, kortikosteroid tidak banyak membantu pada tata laksana akut anafilaksis dan hanya digunakan pada reaksi sedang hingga berat untuk memperpendek episode anafilaksis atau mencegah anafilaksis berulang. -lukokortikoid intravena baru diharapkan menjadi efektif setelah + ' jam pemberian. 1etilprednisolon #)* mg intravena dpt diberikan tiap + ' jam sampai kondisi pasien stabil (yang biasanya tercapai setelah #) jam), atau hidrokortison intravena B #& mg%:g ((, dilanjutkan dengan * mg%kg(( setiap ' jam, atau deksametason ) ' mg%kg ((. "pabila terjadi bronkospasme yang menetap diberikan aminofilin intravena + B mg%:g (( selama #& )& menit, dapat diikuti dengan infus &,' mg%:g ((%jam, atau aminofilin * ' mg%:g (( yang diencerkan dalam )& cc deCtrosa *, atau 0a2l &,3, dan diberikan perlahan lahan sekitar #* menit. 8ilihan yang lain adalah bronkodilator aerosol (terbutalin,

salbutamol). 6arutan salbutamol atau agonis D) yang lain sebanyak &,)* cc &,* cc dalam ) + ml 0a2l &,33, diberikan melalui nebulisasi. "pabila tekanan darah tidak naik dengan pemberian cairan, dapat diberikan vasopresor melalui cairan infus intravena. 6arutan # ml epineprin #=#&&& dalam )*& ml deCtrosa (konsentrasi + mg%ml) diberikan dengan infus # + mg%menit atau #* '& mikrodrip%menit (dengan infus mikrodrip), bila diperlukan dosis dapat dinaikan sampai dosis maksimum #& mg%ml, atau aramin ) * mg bolus I9 pelan pelan, atau levarterenol bitartrat + A mg%liter dengan dekstrosa *, dengan kecepatan )ml%menit, atau Dopamin &,$ #,) mg%:g ((%jam secara infus dengan deCtrosa *,. Tera%i .aira! (ila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. 8emberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. 8emilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. 8ada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah $ + kali dari perkiraan kekurangan volume plasma. (iasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan )& +&, dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma. 8erlu diperhatikan bah!a larutan koloid plasma protein atau deCtran juga bisa melepaskan histamin. 2airan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. 2airan plasma atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler. Obser/asi Dalam keadaan ga!at, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. :alau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian harus seoptimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi penderita harus dika!al oleh dokter. 8osisi !aktu diba!a harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung. :alau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat cepat dipulangkan, tetapi harus diobservasi dulu selama selama )+ jam, ' jam berturut turut tiap ) jam sampai keadaan fungsi membaik. Hal hal yang perlu diobservasi adalah keluhan, klinis (keadaan umum, kesadaran, vital sign, dan produksi urine), analisa gas darah, elektrokardiografi, dan komplikasi karena edema laring, gagal nafas, syok dan cardiac arrest. :erusakan otak permanen karena syok dan gangguan cardiovaskuler. .rtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan, infark miokard, aborsi, dan gagal ginjal juga pernah dilaporkan. 8enderita yang telah mendapat adrenalin lebih dari ) $ kali suntikan, harus dira!at di rumah sakit.),3,#) Gambar 2.0. Algoritma Pe!atala sa!aa! Rea si A!afila sis

Pe!&ega)a! 8encegahan merupakan langkah terpenting dalam penetalaksanaan syok anafilaktik terutama yang disebabkan oleh obat obatan. 1elakukan anamnesis ri!ayat alergi penderita dengan cermat akan sangat membantu menentukan etiologi dan faktor risiko anafilaksis. Individu yang mempunyai ri!ayat penyakit asma dan orang yang mempunyai ri!ayat alergi terhadap banyak obat, mempunyai resiko lebih tinggi terhadap kemungkinan terjadinya syok anafilaktik. 1elakukan s$in test bila perlu juga penting, namun perlu diperhatian bah!a tes kulit negatif pada umumnya penderita dapat mentoleransi pemberian obat obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaksis. /rang dengan tes kulit negatif dan mempunyai ri!ayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi sebesar # $, dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi '&,, bila tes kulit positif.

Dalam pemberian obat juga harus berhati hati, encerkan obat bila pemberian dengan jalur subkutan, intradermal, intramuskular, ataupun intravena dan observasi selama pemberian. 8emberian obat harus benar benar atas indikasi yang kuat dan tepat. Hindari obat obat yang sering menyebabkan syok anafilaktik. 2atat obat penderita pada status yang menyebabkan alergi. @elaskan kepada penderita supaya menghindari makanan atau obat yang menyebabkan alergi. Hal yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat pena!ar untuk mengantisipasi reaksi anfilaksis serta adanya alat alat bantu resusitasi kega!atan. Desensitisasi alergen spesifik adalah pencegahan untuk kebutuhan jangka panjang. Prog!osis 8enanganan yang cepat, tepat, dan sesuai dengan kaedah kega!atdaruratan, reaksi anafilaksis jarang menyebabkan kematian. 0amun reaksi anafilaksis tersebut dapat kambuh kembali akibat paparan antigen spesifik yang sama. 1aka dari itu perlu dilakukan observasi setelah terjadinya serangan anafilaksis untuk mengantisipasi kerusakan sistem organ yang lebih luas lagi. 7erdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis dari reaksi anafilaksis yang akan menentukan tingkat keparahan dari reaksi tersebut, yaitu umur, tipe alergen, atopi, penyakit kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronis, asma, keseimbangan asam basa dan elektrolit, obat obatan yang dikonsumsi seperti D blocker dan "25 Inhibitor, serta interval !aktu dari mulai terpajan oleh alergen sampai penanganan reaksi anafilaksis dengan injeksi adrenalin. KESIMP+LAN Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai oleh Ig 5 yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat. Syok anafilaktik memang jarang dijumpai, tetapi mempunyai angka mortalitas yang sangat tinggi. (eberapa golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis, yaitu makanan, obat obatan, dan bisa atau racun serangga. 4aktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya anafilaksis, yaitu sifat alergen, jalur pemberian obat, ri!ayat atopi, dan kesinambungan paparan alergen. "nafilaksis dikelompokkan dalam hipersensitivitas tipe I, terdiri dari fase sensitisasi dan aktivasi yang berujung pada vasodilatasi pembuluh darah yang mendadak, keaadaan ini disebut syok anafilaktik. 1anifestasi klinis anafilaksis sangat bervariasi. -ejala dapat dimulai dengan gejala prodormal kemudian menjadi berat, tetapi kadang kadang langsung berat yang dapat terjadi pada satu atau lebih organ target. 8emeriksaan laboratorium diperlukan dan sangat membantu menentukan diagnosis, memantau keadaan a!al, dan beberapa pemeriksaan digunakan untuk memonitor hasil pengobatan dan mendeteksi komplikasi lanjut. "namnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang baik akan membantu seorang dokter dalam mendiagnosis suatu syok anafilaktik. 8enatalaksanaan syok anfilaktik harus cepat dan tepat mulai dari hentikan allergen yang menyebabkan reaksi anafilaksis; baringkan penderita dengan kaki diangkat lebih tinggi dari kepala; penilaian ", (, 2 dari tahapan resusitasi jantung paru; pemberian adrenalin dan obat obat yang lain sesuai dosis; monitoring keadaan hemodinamik penderita bila perlu berikan terapi cairan secara intravena, observasi keadaan penderita bila perlu rujuk ke rumah sakit.

8encegahan merupakan langkah terpenting dalam penatalaksanaan syok anafilaktik terutama yang disebabkan oleh obat obatan. "pabila ditangani secara cepat dan tepat sesuai dengan kaidah kega!at daruratan, reaksi anafilaksis jarang menyebabkan kematian

Anda mungkin juga menyukai