Anda di halaman 1dari 25

DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN

KELOMPOK III EZI NELVA RANIA AHYAR SEPTAVIANI MEGA SARI YOUMTRIS TIS AH
1

BAB I

Lanjutan A. LATAR BELAKANG


Kemampuan bernalar Manusia mengembangkan pengetahuan Tidak hanya untuk memenuhi kelangsungan hidupnya, tetapi juga memanusiakan diri dalam hidupnya Karena pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental, pengetahuan merupakan sumber jawaban berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan

1.
2.

Lanjutan B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah tentang apa saja dasar-dasar pengetahuan. Pembahasan dalam makalah ini dibatasi pada penjelasan tentang penalaran, logika, sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran.

Lanjutan C. TUJUAN PENULISAN Untuk menjelaskan tentang dasar-dasar pengetahuan yang meliputi penalaran, logika, sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran.

BAB II

Lanjutan A. PENALARAN 2 hal utama penyebab pengetahuan dapat dikembangkan manusia : 1. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. 2. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap yaitu menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
7

Lanjutan Hakikat Penalaran Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan melainkan mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran

Lanjutan Penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:

1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika. 2. Sifat analitik yaitu penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir

Lanjutan Dalam menemukan kebenaran, dapat dibedakan 2 jenis pengetahuan, yaitu:

1. Penalaran maupun kegiatan lainnya seperti perasaan dan intuisi didapat dari usaha yang aktif dari manusia. 2. Wahyu merupakan pengetahuan yang ditawarkan atau diberikan, umpamanya wahyu yang diberikan Allah SWT lewat malaikat dan nabinabi-Nya.

10

Lanjutan Penalaran hanya merupakan cara berpikir tertentu. Untuk melakukan analisis diperlukan materi pengetahuan yang berasal dari suatu sumber kebenaran. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio (rasionalisme) dan fakta (empirisme).

11

Lanjutan B. LOGIKA Cara penarikan kesimpulan disebut logika.

Jadi, logika secara luas dapat didefenisikan sebagai pengkajian untuk berfikir secara sahih.

12

Lanjutan Dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif

logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

logika deduktif menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus).

13

Lanjutan Kesimpulan yang bersifat umum (Logika Induktif) memiliki 2 keuntungan:

1.

Bersifat ekonomis, maksudnya kehidupan yang beraneka ragam dapat direduksikan menjadi sebuah pernyataan. 2. Memicu untuk menimbulkan proses penalaran selanjutnya karena dari pernyataan umum tersebut dapat disimpulkan pernyataan yang lebih bersifat lebih umum lagi.

14

Lanjutan

Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir silogismus Silogismus disusun dari dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor) dan sebuah kesimpulan. Contoh: Semua makhluk mempunyai mata (premis mayor) Si Polan adalah seorang makhluk hidup (premis minor) Jadi si Polan mempunyai mata (kesimpulan)
15

Lanjutan

Penarikan kesimpulan deduktif tergantung atas tiga hal yakni : kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor, dan keabsahan pengambilan kesimpulan.

16

Lanjutan C. SUMBER PENGETAHUAN Kaum Rasionalis Kaum Empiris Bersumber dari pengalaman yang komplit. Bersifat aposteriori Kelemahan: 1. Fakta bersifat kontradiktif 2. Panca indra manusia terbatas
17

Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide Bersifat apriori
Kelemahan: cenderung bersifat solipsistik (benar dalam kerangka pemikiran tertentu) dan subjektif.

Lanjutan I N T U I S I

Selain rasionalisme dan empirisme juga terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu:

W A H Y U
18

Lanjutan C. KRITERIA KEBENARAN Teori Koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa semua manusia pasti akan mati adalah suatu pernyaatan yang benar, maka pernyataan bahwa si Polan seorang manusia dan si Polan pasti akan mati adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama. Dengan kata lain, penalaran koherensi bersifat logika deduktif.
19

Lanjutan

Teori Korespondensi

Benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Maksudnya jika seseorang mengatakan bahwa Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta maka pernyatan itu adalah benar sebab penyataan itu berhubungan dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta memang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia.
20

Lanjutan

Teori Korespondensi

Teori Koherensi

Digunakan dalam berfikir Ilmiah

21

Lanjutan

Teori Pragmatis

Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

22

Lanjutan

Kaum pragmatis berpaling kepada metode ilmiah sebagai metode untuk mencari pengetahuan tentang alam ini yang dianggapnya fungsional dan berguna dalam menafsirkan gejala-gejala alamiah.
Demikian juga kaum pragmatis percaya kepada agama sebab agama bersifat fungsionil dalam memberikan pegangan moral dan percaya kepada demokrasi sebab demokrasi bersifat fungsional dalam menemukan konsesus masyarakat.
23

Lanjutan

Kriteria pragmatis ini juga dipergunakan oleh para ilmuwan dalam menentukan kebenaran ilmiah dilihat dalam perspektif waktu. Secara historis pernyataaan ilmiah yang sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian

24

Thanks To:

Ibu Dr. Yuni Ahda, M. Si

Teman-teman Pend. Bio 2012

Anda mungkin juga menyukai