Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM DI INDONESIA

Disusun oleh: Kelompok 2

Nurul Hayatun Nupus M. Agung Wijaksana Maulia Wisda Era C Nisrina Ariesta Syahputri Melinda Rachmadianty Fitri Hidayati

04111001008 04111001009 04111001010 04111001011 04111001014 04111001015

Pengajar :

Bapak Abdul Gafur, S.Sag, M.Pd.i

PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2014

Halaman | 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Hukum, HAM, dan Demokrasi Dalam Islam. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Sriwijaya. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Palembang, 2014

Februari

Tim Penulis

Halaman | 2

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR....................................................................................... DAFTAR ISI ............. BAB I PENDAHULUAN 1.3. LATAR BELAKANG. 2.3. RUMUSAN MASALAH . 3.3. TUJUAN .. BAB II PEMBAHASAN 2.1. HUKUM 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 Pengertian Hukum Islam Ruang Lingkup Hukum Islam Tujuan Hukum Islam .. Sumber Hukum Islam .... Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakkan Hukum Islam .. 2.1.6 Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Masyarakat

2 3

4 5 5

6 7 8 12

13 14

2.2. HAK ASASI MANUSIA MENURUT ISLAM 2.2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia .. 2.2.2. Sejarah Hak Asasi Manusia 2.2.3. Hak-Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat.. 2.3. DEMOKRASI DALAM ISLAM 2.3.1. Definisi Demokrasi 2.3.2. Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam Islam BAB III PENUTUPAN 3.1. KESIMPULAN 3.2. SARAN. DAFTAR PUSTAKA . 36 36 37 27 28 16 17 18

Halaman | 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Agama islam mempunyai hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perbuatan yang mengandung suatu keharusan atau boleh memiliki atau mengandung wadla, yakni mengandung isyarat tentang adanya suatu hukum. Jika kita berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam pikiran kita adalah peraturanperaturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, yang dibuat dan ditegakkan oleh penguasa atau manusia itu sendiri seperti: 1) Hukum adat dan 2) Hukum pidana dan sebagainya. Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suatu tempat pada suatu massa tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyunya yang terdapat dalam Al-Quran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai rasulnya melalui sunnah beliau yang terhimpun dalam kitab hadits. Dasar inilah yang membedakan hukum Islam secara fundamental dengan hukum yang lain. Adapun konsepsi hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam bermasyarakat, dan hubungan manusia dengan benda serta alam sekitarnya. Kita berlanjut ke Hak asasi manusia dalam Islam, HAM dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini. Umat Islam seringkali kebingungan dengan istilah demokrasi. Di saat yang sama, demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai dengan hari ini masih belum diterima secara bulat. Sebagian kalangan memang bisa menerima tanpa reserve,
Halaman | 4

sementara yang lain, justeru bersikap ekstrem. Menolak bahkan mengharamkannya sama sekali. Tak sedikit sebenarnya yang tidak bersikap sebagaimana keduanya. Artinya, banyak yang tidak mau bersikap apapun. Kondisi ini dipicu dengan banyak dari kalangan umat Islam sendiri yang kurang memahami bagaimana Islam memandang demokrasi. Di bawah ini, ada tulisan menarik tentang demokrasi dalam perspektif Islam. Untuk itu, kami akan membahas mengenai bagaimana sebenarnya Hukum, HAM dan Demokrasi menurut ajaran islam.

1.2. RUMUSAN MASALAH Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana ruang lingkup hukum Islam sebagai bagian dari Agama Islam di Indonesia ? 2. Bagaimana hak-hak asasi manusia menurut pandangan dalam Islam dan pandangan Barat ? 3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi dalam Islam ?

1.3. TUJUAN MASALAH Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ruang lingkup hukum Islam sebagai bagian dari Agama Islam di Indonesia 2. Untuk memahami hak-hak asasi manusia menurut pandangan dalam Islam dan pandangan Barat 3. Untuk mengetahui pelaksanaan demokrasi dalam Islam

Halaman | 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1. HUKUM 2.1.1. Pengertian Hukum Islam Makna syariah adalah jalan ke sumber (mata) air, dahulu (di arab) orang mempergunakan kata syari;ah untuk sebutan jalan setapak menuju ke sumber (mata) air yang diperlukan manusia untuk minum dan membersihkan diri. [1] Kata syariah ini juga berarti jalan yang lurus, jalan yang lempang tidak berkelok-kelok,juga berarti jalan raya. Kemudian penggunaan kata syariah ini bermakna peraturan, adapt kebiasaan, undang-undang dan hukum. Syariah islam berarti segala peraturan agama yang di tetapkan Allah untuk ummat islam, baik dari Al-Quran maupun dari sunnah Rasulullah saw. yang berupa perkataan,perbuatan ataupun takrir (penetapan atau pengakuan). Menurut pengertian-pengertian tersebut, syariah itu meliputi hukum-hukum Allah bagi seluruh perbuatan manusia, tentang halal, haram, makruh, sunnah dan mubah pengertian inilah yang kita kenal ilmu fiqih, yang sinonim dengan istilah undang-undang. Para pakar hukum islam selalu berusaha memberikan batasan pengertian Syariah yang lebih tegas, untuk memudahkan kita membedakan dengan fiqih, yang dia antaranya sebagai berikut: 1. Syikh Muhammad Ali ath-thawi dalam bukunya kassyful istilahil funun mengatakan: Artinya Syariah yang telah diisyaratkan Allah untuk para hambanya, dari hukum-hukum yang telah dibawa oleh seseorang nabi dan para nabi Allah as. Baik yang berkaitan dengan cara pelaksanaanya, dan disebut dengan fariyah amaliyah, lalu dihimpun oleh ilmu kalam dan syariah ini dapat disebut juga pokok akidah dan dapat disebut juga dengan diin(agama) dan millah.

Halaman | 6

Definisi tersebut menegaskan bahwa syariah itu muradif(sinonim) dengan diin dan milah(agama). Berbeda dengan ilmu fiqih, karena ia hanya membahas tentang amaliyah hukum(ibadah), sedangkan bidang akidah dan hal-hal yang berhubungan dengan alam ghaib dibahas oleh ilmu kalam atau ilmu tauhid. 2. Prof.DR. Mahmud Salthut mengatakan bahwa : Syariah ialah segala peraturan yang telah diisyaratkan allah,atau ia telah mensyariatkan dasar-dasarnya, agar manusia melaksanakannya, untuk dirinya sendiri dalam berkomunikasi dengan tuhannya dengan sesama muslim dengan sesama manusia denga alam semesta dan berkomunikasi dengan kehidupan.

2.1.2. Ruang Lingkup Hukum Islam Jika kita bandingkan hukum islam bidang muamalah ini dengan hukum barat yang membedakan antara hukum privat (hukum perdata) dengan hukum public,maka sama halnya dengan hukum adat di tanah air kita, hukum islam tidak membedakan (dengan tajam) antara hukum perdata dengan hukum publik disebabkan karena menurut system hukum islam pada hukum perdata terdapat segi-segi publik ada segi-segi perdatanya. Itulah sebabnya maka dalam hukum islam tidak dibedakan kedua bidang hukum itu. Yang disebutkan adalah bagian-bagian nya saja seperti misalnya, (1) munakahat (2) wirasah (3) muamalat dalam arti khusus (4) jinayat atau ukubat (5) al ahkam as sulthaniyah (khilifah), (5) siyar dan (7) mukhasamat.[2] Kalau bagian bagian hukum islam itu disusun menurut sistematik hukum barat yang membedakan antara hokum perdata dengan hokum publik seperti yang di ajarkan dalam pengantar ilmu hokum di tanah air kita, yang telah pula di singung di muka, susunan hokum muamalah dalam arti luas itu adalah sebagai berikut: Hukum perdata ( islam ) adalah (1) munakahat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya; (2) wirasah mengatur segala masalh yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris,

Halaman | 7

harta peninggalan serta pembagian warisan. Hukum kewarisan Islam ini disebut juga hukum faraid; (3) muamalat dalam arti khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual-beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan, dan sebagainya. Hukum publik(islam) adalah (4) jinayat yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarinah hudud maupun dalam jarimah tazir. Yang dimaksud dengan jarimah adalah perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas hukumanya dalam al-Quran dan sunnah Nabi MUhamad (hudud jamak dari hadd = batas ). Jarimah tazir adalah perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumanya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya (tazir = ajaran atau pengajaran); (5) al-ahkam as-sulthaniyah membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan kepala Negara, pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun daerah , tentara, pajak dan sebagainya; (6) siyar mengatur segala urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama dan Negara lain; (7) mukhasamat mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hokum acara. Jika bagian-bagian hukum islam bidang muamalah dalam arti luas tersebut di atas dibandingkan dengan susunan hokum barat seperti yang telah menjadi tradisi diajarkan dalam pengantar Ilmu hokum di tanah air kita, maka butir (1) dapat disamakan dengan hokum perkawinan, butir (2) dengan hokum kewarisan , butir (3) dengan hokum benda dan hokum perjanjian, perdata khusus, butir (4) dengan hokum pidana, butir (5) dengan hokum ketatanegaraan yakni tata Negara dan administrasi Negara, butir (6) dengan hokum internasional, dan butir (7) dengan hukum acara.

2.1.3. Tujuan Hukum Islam Hukum yang mejadi penutan masyarakat merupakan cita-cita social yang tidak pernah berhenti dikejar sampai akhir hayat.Cita-cita sosial bersandarkan pada hukum.Setiap keberadaan hukum tidak dapat terlepas dari tujuan dan harapan subjek hokum.Harapan manusia terhadap hokum pada umumnya meliputi harapan keamanan dan ketenteraman hidup tanpa batas waktu. Manusia berharap pada beberapa hal-hal berikut: 1. 2. Kemaslahatan hidup bagi diri orang lain Menegakkan keadilan
Halaman | 8

3. 4. 5.

Persamaan hak dan kewajipan dalam hokum Saling control dalam masyarakat Kebebasan berekpresi,berpendapat,bertindak dengan tidak melebihi batasan hukum.

6.

Regenerasi sosial yang positif dan bertanggungjawab

Apabila satu menit saja kehidupan sosial tidak terjamin oleh hukum yang kuat,masyarakat dengan semua komponennya akan rusak,karena semenit tanpa adanya jaminan hukum bagaikan adanya bencana yang melanda dalam sesuatu masyarakat tersebut. Asas legalitas sebagai pokok dari hidup dan berlakunya hukum .Yang berbahaya lagi adalah memendan hukum tidak berguna lagi karena keberpihakan hukum kepada keadilan dan persamaan hak sehingga masyarakat kurang percaya kepada hukum. Cita-cita hukum adalah menegakkan keadilan,tetapi yang menegakkan keadilan bukan teks-teks hokum,melainkan manusia yang meneria sebutan hakim,pengacara penguasa hukum,penegak hukum,polisi dan sebagainya. Identitas hukum Islam adalah adil,member rahmat dan mengandungi hikmah yang banyak bagi kehidupan.Dengan yang demikian setiap hal yang merupakan kezaliman,tidak member rasa keadilan,jauh dari rahmat,menciptakan

kemafsadatan bukan merupakan tujuan hokum Islam. Asy Syatibi mengatakan bahawa tujuan Syariat Islam adalah mencapai kemaslahatan hamba baik di dunia maupon di akhirat.Antara kemaslahatan tersebut adalah seperti berikut: 1. Memelihara Agama 2. Memelihara Jiwa 3. Memelihara Akal 4. Memelihara Keturunan 5. Memelihara Kekayaan Lima unsur di atas dibedakan menjadi tiga peringkat yaitu: 1. Dharuriyyat 2. Hijiyyat 3. Tahsiniyyat

Halaman | 9

Peringkat Dharuriyyat menepati urutan yang pertama,disusuli dengan peringkat yang ke dua yaitu Hijiyyat dan dilengkapi dengan yang terakhir sekali ialah Tahsiniyyat. Yang dimaksudkan dengan Dharuriyyat adalah memelihara segala kebutuhan-kebutuhan yang bersifat esensial bagi kehidupan manusia. Yang dimaksudkan dengan Hijiyyat adalah tidak termasuk dlam kebutuhankebutuhan yang esensial,melainkan kebutuhan yangdapat menghindarkan manusia dari kesulitan hidup mereka. Dimaksudkan pula dengan Tahsiniyyat adalah kebutuhan yang menunjang peningkatan mertanat seseorang dalam masyarakat dan dihadapan Tuhannya,sesuai dengan kepatutan . Kesimpulannya disini ketiga-tiga peringkat yang disebut Dharuriyyat, hijiyyat serta Tahsiniyyat, mampu mewujudkan serta memelihara kelima-lima pokok tersebut. a. Memelihara Agama (Hifz Ad-Din) Menjaga atau memelihara agama,berdasarkan kepentingannya,dapat kita bedakan dengan tiga peringkat ini: 1. Dharuriyyah : Memelihara dan melaksanakan kewajiban agama yang masuk peringkat primer . Contoh : Solat lima waktu. Jika solat itu diabaikan,maka akan terancamlah eksestensi agama. 2. Hijiyyat : Melaksanakan ketentuan Agama. Contoh : Solat Jamak dan Solat Kasarbagi orang yang sedang bepergian. Jika tidak dilaksanakan solat tersebut,maka tidak akan mengancam eksestensi agamanya, melainkan hanya mempersulitkan bagi orang yang melakukannya. 3. Tahsiniyyat : Mengikuti petunjuk agama. Contoh : Menutup aurat baik di dalam maupun diluar solat, membersihkan badan,pakaian dan tempat.Kegiatan ini tidak sama sekali mengancam eksestensi agama dan tidak pua mempersulitkan bagi orang yang melakukannya.

b. Memelihara Jiwa (Hifz An-Nafs) Memelihara jiwa berdasarkan tingkat kepentinganya,kita dapat bedakan dengan tiga peringkat yaitu:
Halaman | 10

1.

Dharuriyyat : Memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan hidup.Jika diabaikan maka akan berakibat

terancamnya eksestensi jiwa manusia. 2. Hijiyyat : sepertinya diperbolehkan berburu binatang untuk menikmati makanan yang halal dan lezat. Jika diabaikan maka tidak akan mengancam eksestensi manusia,melainkan hanya untuk mempersulitkan hidupnya. 3. Tahsiniyyat : Sepertinya ditetapkannya tatacara makan dan minum.Kegiatan ini hanya berhubung dengan kesopanan dan etika.Sama sekali tidak mengancam eksestensi jiwa manusia ataupun mempersulitkan kehidupan seseorang. c. Memelihara Akal (Hifz Al-Aql) Memelihara akal,dilihat dari segi kepentingannya,dapat dibedakan menjadi tiga peringkat yaitu: 1. Dharuriyyat: Diharamkan meminum minuman keras.Jika tidak diindahkan maka akan mengakibatkan terancamnya eksestensinya akal. 2. Hijiyyat : Sepertinya menuntu ilmu pengetahuan.Jika hat tersebut diindahkan maka tidak akan mengakibatkan terancamnya

eksestensinya akal. 3. Tahsiniyyat : Menghindarkan diri dari menghayal atau

mendengarkan sesuatu yang tidak berfaedah.Hal ini jika diindahkan maka tidak akan ancamnya eksestensi akal secara langsung.

d. Memelihara Keturunan (Hifz An-Nasl) 1. Dharuriyyat: Sepertinya disyariatkan nikah dan dilarang berzina.Jika di abaikan maka eksestensi keturunannya akan terancam. 2. Hijiyyat : Sepertinya ditetapkan menyebut mahar bagi suami pada waktu akad nikah dan diberi hak talaq padanya.Jika mahar itu tidak disebut pada waktu akad maka si suami akan mengalami

kesulitan,karena suami harus membayar mahar.

Halaman | 11

3.

Tahsiniyyat

Disyariatkan

Khitbah

atau

Walimat

dalam

perkahwinan.hal ini jika diabaikan maka tidak akan mengancam eksestensi keturunan.

e. Memelihara Harta (Hifz Al-Mal) 1. Dharuriyat : Tata cara pemilikan dan larangan mengambil harta orang lain. Jika diabaikan maka akan mengakibatkan eksestensi harta. 2. Hijiyyat : Sepertinya tentang jual beli dengan salam.Jika tidak dipakai salam, Maka tidak akan mengancam eksestensi harta. 3. Tahsiniyyat: Menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan. Hal ini erat Kaitannya dengan etika bermuamalah atau etika bisnis.

2.1.4. Sumber Hukum Islam a. Sumber utama dalam hukum dalam hukum islam Alquran sebagai sumber utama hukum islam Al-sunnah sebagai suber syariah utama kedua Ijma (consensus ulama) Ijma didefinisikan sebagai kesepakatan panadangan para sahabat Nabi Muhammad SAW, juga kesepakatan yang dicapai dalam berbagai keputusan hokum dan dilakukan oleh para mutfhi yang ahli. Allah sendiri bahkan telah mendorong agar meminta pendapat orang lain dalam masalah-masalah agama, sebagaimana dinyatakan dalam al- Quran surah Ali Imran (3) ayat 159 di bawah ini: )( Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

b. Sumber syariah kedua dalam hokum islam

Halaman | 12

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya. (QS Ali Imran : 159) Qiyas adalah azas hukum yang diperkenalkan untuk memperoleh kesimpulan logis dari suatu hukum tertentu yang harus dilakukan demi keselamatan kaum muslimin. Walaupun demikian, Qiyas ini harus didasarkan pada al- Quran, Al sunnah dan ijma . Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam. Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.

2.1.5. Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum Islam Hukum islam ada dua sifat, yaitu: 1. Al- tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah sepanjang masa 2. At-tathawwur (berkembang), hukum islam tidak kaku dalam berbagai kondisi dan situasi sosial. Dilihat dari sketsa historis, hukum islam masuk ke indonesia bersama masuknya islam ke Indonesia pada abad ke 1 hijriyah atau 7/8 masehi. Sedangkan hukum barat baru diperkenalkan VOC awal abad 17 masehi. Sebalum islam masuk Indonesia, rakyat Indonesia menganut hukum adat yang bermacam-macam sistemnya dan sangat majemuk sifatnya. Namun setelah islam datang dan menjadi agama resmi di berbagai kerajaan nusantara, maka
Halaman | 13

hukum islam pun munjadi hukum resmi kerajaan-kerajaan tersebut dan tersebar menjadi hukum yang berlaku dalam masyarakat. Secara yuridis formal, keberadaan negara kesatuan Indonesia adalah diawali pada saat proklamasi 17 Agustus 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945 kemudian diakui berlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Pada saat itulah keinginan para pemimpin islam untuk kembali menjalankan hukum islam bagi umat islam berkobar. Dalam pembentukan hukum islam di indonesia, kesadaran berhukum islam untuk pertama kali pada zaman kemeerdekaan adalah di dalam Piagam Jakarta 22 juni 1945 , yang di dalam dasar ketuhanan diikuti dengan pernyataan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya. Tetapi dengan pertimbangan untuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akhirnya mengalami perubahan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang rumusan sila pertamanya menjadi ketuhanan yang maha esa. Meskipun demikian, dalam berbagai macam peraturan perundang-undangan, hukum islam telah benar-benar memperoleh tempat yang wajar secara kontitusional yuridis. Dengan demikian kontribusi umat islam dalam petrumusan dan penegakan hukum sangat besar. Adapun upaya yang harus dilakukan untuk penegakan hukum dalam praktek bermasyarakat dan bernegara yaitu melalui proses kultural dan dakwah. Apabila islam telah menjadikan suatu keebijakan sebagai kultur dalam masyarakat, maka sebagai konsekuensinyahukum harus ditegakkan. Bila perlu law inforcement dalam penegakkan hukum islam dengan hukum positif yaitu melalui perjuangan legislasi. Sehingga dalam perjaalananya suatu ketentuan yang wajib menurut islam menjadi wajib pula menurut perundangan.

2.1.6. Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Masyarakat Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia membutuhkan pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam memperoleh kemajuan dan dinamika kehidupannya. Setiap individu dan kelompok sosial memiliki kepentingan. Namun demikan kepentingan itu tidak selalu sama satu saama lain, bahkan mungkin bertentangan. Hal itu
Halaman | 14

mengandung potensi terjanya benturan daan konflik. Maka hal itu membutuhkan aturan main. Agar kepentingan individu dapat dicapai secara adil, maka dibutuhkan penegakan aturan main tersebut. Aturan main itulah yang kemudian disebut dengan hukum islam yang dan menjadi pedoman setiap pemeluknya. Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu: a. Mendidik indiividu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi sumber kebaikan, b. Menegakkan keadilan (iqamat al-adl), c. Merealisasikan kemashlahatan (al-mashlahah). Orientasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam jangka pendek dalam kehidupan duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan kehidupan di akherat yang kekal abadi, baik yang berupa hukum-hukum untuk menggapai kebaikan dan kesempurnaan hidup (jalbu al manafi), maupun pencegahan kejahatan dan kerusakan dalam kehidupan (daru al-mafasid). Begitu juga yang berkaitan dengan kepentingan hubungan antara Allah dengan makhluknya maupun kepentingan orientasi hukum itu sendiri. Sedangkan fungsi hukum islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu: 1) Fungsi ibadah Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: "Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu". Maka dengan daalil ini fungsi ibadah tampak palilng menonjol dibandingkan dengan fungsi lainnya.

2) Fungsi amr makruf naahi munkar (perintah kebaikan dan peencegahan kemungkaran). Maka setiap hukum islam bahkan ritual dan spiritual pun berorientasi membentuk mannusia yang yang dapat menjadi teladan kebaikan dan pencegah kemungkaran.

3) Fungsi zawajir (penjeraan) Adanya sanksi dalam hukum islam yang bukan hanya sanksi hukuman dunia, tetapi juga dengan ancaman siksa akhirat dimaksudkan agar manusia dapat jera dan takut melakukan kejahatan.

Halaman | 15

4) Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi masyarakat) Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas ancaman dan untuk menakut-nakuti masyarakat saja, akan tetapi juga untuk rehaabilitasi dan pengorganisasian umat mrnjadi leboh baik. Dalam literatur ilmu hukum hal ini dikenal dengan istilah fungsi enginering social. Keempat fungsi hukum tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang hukum tertentu tetapi satu dengan yang lain juga saling terkait.

2.2. HAK ASASI MANUSIA MENURUT ISLAM 2.2.1. Pengertian Hak Asasi Manusia HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Berikut merupakan pengertian hak asasi manusia menurut beberapa ahli: a. Menurut John Locke hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. b. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Ruang lingkup HAM meliputi: a. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dll; b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada; c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial. Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan

Halaman | 16

tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara. Hak asasi manusia berawal dari titik demokrasi dalam Islam, dimana dalam hal ini hak asasi manusia merupakan hak-hak dan kekuasaan serta hak kekhalifahan yang dimiliki oleh setiap individu dalam satu masyarakat Islam dan tidak ada satu orangpun yang bisa mencabut hak-hak dan kekuasaannya. Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal seperti diatas. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini. Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini. Dari sinilah kaum muslimin di bawah Abu Bakar memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Negara juga menjamin tidak ada pelanggaran terhadap hak-hak ini dari pihak individu. Sebab pemerintah mempunyai tuga sosial yang apabila tidak dilaksanakan berarti tidak berhak untuk tetap memerintah. Allah berfirman: "Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukannya di muka bumi, niscaya mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat maruf dan mencegah perbuatan munkar. Dan kepada Allah-lah kembali semua urusan." (QS. 22: 4)

2.2.2. Sejarah Hak Asasi Manusia Deklarasi Hak Hak Asasi sedunia yang telah disahkan oleh majelis umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tanggal 10 Desember 1948 ini berisi konsensus yang paling luas tentang Hak Asasi Manusia dari peradaban masa kini. Hak Hak Asasi Manusia tidak hanya merupakan masalah domestik masing masing negara akan tetapi telah menjadi masalah dunia. Pada tahun

Halaman | 17

1966, misalnya, atas prakarsa PBB berhasil dirumuskan persetujuan internasional tentang Hak Hak sipil dan politik. Sebagai fenomena modern gagasan tentang hak asasi manusia memang berakar dalam perkembangan sejarah dunia barat. Dalam konteks ini kita merujuk pada Magna Charta Libertatum (1215), Habias Corpus (1679), Bill of Rights (1689), Bill of Rights of Virginia (1776), dan Declaration des droits des hommes et des citoyens (1789). Namun ide ide dan nilai nilai yang dikandung dalam rumusan hak hak asasi manusia kita bisa menelurusi lebih jauh kebelakang. Hak asasi manusia mengandung nilai-nilai yang diajarkan dari agama-agama besar didunia tanpa terkecuali agama Islam sehingga, berbagai uraian dan ulasan hak asasi manusia banyak bermunculan dari perspektif agama Islam. Didalam pengertian istilah hukum yang diakui, Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia tidaklah merupakan suatu undang-undang. Namun demikian kedudukannya adalah seibarat tonggak sejarah yang ditelusuri oleh umat manusia untuk mencapai kebebasan, keadilan dan persamaaan, melalui penderitaan dan kesengsaraan dari abad ke abad.

2.2.3. Hak-Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat Rakyat di barat memiliki kebiasaan mengaitkan setiap perkembangan yang menguntungkan didunia bagi kepentingan mereka sendiri. Sebagai contoh, dengan lantang diklaim bahwa dunia untuk pertama kalinya mendapat konsep dasar hak asasi manusia dari Magna Charta di Inggris yang disusun 600 tahun setelah kebangkitan Islam. Tetapi yang sesungguhnya adalah bahwa sampai abad ke-19 tidak ada satu orang pun yang pernah bermimpi untuk mengatakan bahwa Magna Charta memuat prinsip-prinsip pengadilan oleh juri, Habeas Corpus dan kontrol parlemen atas pajak. Negara barat tidak mempunyai konsep hak asasi manusia dan hak-hak warga negara sebelum abad ke-17. Dan pada abad ke-18 barulah konsep itu mendapat tempat praktis dalam konstitusi Amerika Serikat dan Prancis. Pada pertengahan abad ini, perserikatan bangsabangsa (divided nations), telah membuat sebuah deklarasi universal hak-hak asasi manusia, dan mengeluarkan sebuah resolusi yang mengutuk permusnahan umat manusia (genocide): peraturan peraturan pun telah dirumuskan untuk mengubah tindakan tersebut. Hak asasi manusia dalam pandangan barat tidak

Halaman | 18

mempunyai sanksi, tidak ada paksaan, baik fisik maupun moral, untuk melaksanakannya. Berikut merupakan sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu : a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis. b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa. c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

HAM menurut konsep Negara-negara Barat: a. Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak. b. Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas. c. Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia. d. Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.

HAM menurut konsep sosialis: a. Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat b. Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada. c. Negara menghendaki. berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi

HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika: a. Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya. b. Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap kepala keluarga c. Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban sebagai anggota masyarakat.

HAM menurut konsep PBB konsep HAM ini dipimpin oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor Roosevelt dan secara resmi

Halaman | 19

disebut Universal Decralation of Human Rights. Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai: a. Hak untuk hidup b. Kemerdekaan dan keamanan badan c. Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum d. Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana e. Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara f. Hak untuk mendapat hak milik atas benda g. Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan h. Hak untuk bebas memeluk agama i. Hak untuk mendapat pekerjaan j. Hak untuk berdagang k. Hak untuk mendapatkan pendidikan l. Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat m. Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

Pendekatan Islam Jika kita berbicara tentang hak-hak asasi manusia dalam Islam maka yang kita maksudkan adalah hak-hak yang diberikan oleh Tuhan. Hak-hak yang diberikan oleh raja-raja atau majelis-majelis legislatif dengan mudahnya bisa dicabut kembali semudah saat memberikannya. Tetapi tidak ada individu maupun lembaga yang memiliki wewenang untuk mencabut hak-hak yang diberikan oleh Tuhan. Piagam dan proklamasi proklamasi serta resolusi-resolusi perserikatan bangsa-bangsa tidak bisa disebandingkan dengan hak-hak yang disertai sanksi oleh Tuhan: hak-hak yang disebut pertama tidak mengikat siapapun, sedangkan yang disebut belakangan adalah suatu bagian integral dari kepercayaan Islam. Semua muslim dan semua penguasa yang mengakui dirinya sebagai Muslim harus menerima, mengakui dan melaksanakannya. Jika mereka gagal melaksanakannya atau melanggarnya dengan dalih apapun, Al-Quran telah mengatakan dengan tegas: Barangsiapa yang memutuskan perkara bukan menurut apa yang diturunkan Allah, mereka itu adalah orang-orang kafir (kafirun) (5:44) Ayat berikutnya mengatakan:
Halaman | 20

mereka adalah orang-orang dzalim (dzalimun) (5:45) Ayat ketiga dari surat yang sama mengatakan: Mereka itu adalah orang-orang fasik (fasiqun) (5:47) Dengan perkataan lain, jika penguasa-penguasa duniawi menganggap katakatanya dan keputusan-keputusannya sebagai kebenaran dan apa-apa yang dikatakan Tuhan sebagai kebohongan: mereka adalah kafir. Dilain pihak, apabila mereka menganggap perintah- perintah Tuhan sebagai hal yang benar tetapi dengan sengaja mereka mengesampingkannya demi membenarkan keputusan-keputusannya, maka mereka adalah orang-orang keji. Orang-orang fasik adalah orang-orang yang mengindahkan sumpah kesetiaan. Apa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan buatan manusia adalah keharusan (dharurat) yang mana masyarakat tidak dapat hidup tanpa dengannya. Para ulama muslim mendefinisikan masalah-masalah dalam kitab Fiqh yang disebut sebagai Ad-Dharurat Al-Khams, dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir syariah Islam adalah menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan dan harta benda manusia. Nabi saw telah menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada haji wada. Dari Abu Umamah bin Tsalabah, nabi saw bersabda: "Barangsiapa merampas hak seorang muslim, maka dia telah berhak masuk neraka dan haram masuk surga." Seorang lelaki bertanya: "Walaupun itu sesuatu yang kecil, wahay rasulullah ?" Beliau menjawab: "Walaupun hanya sebatang kayu arak." (HR. Muslim). Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia sebagai hamba Allah tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya. Tetapi semua harus mengacu pada hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap dipandang sebagaimana hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang bershadaqah (berbuat baik) dengan hal-hal yang buruk. "Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..." (QS. 2: 267).

1. Hak-hak Alamiah Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia sebagai makhluk yang diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber yang sama pula (lihat QS. 4: 1, QS. 3: 195).
Halaman | 21

a. Hak Hidup Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan dan meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit pun dijaga oleh Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila seseorang mengkafani mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani dengan baik." Atau "Janganlah kamu mencaci-maki orang yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati apa yang mereka kerjakan." (Keduanya HR. Bukhari). b. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan paling suci adalah kebebasan beragama dan menjalankan agamanya, selama tidak mengganggu hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia supaya mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99). Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara negara, Allah memerintahkan memerangi kelompok yang berbuat aniaya terhadap kelompok lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak beribadah kalangan non-muslim. Khalifah Abu Bakar menasehati Yazid ketika akan memimpin pasukan: "Kamu akan menemukan kaum yang mempunyai keyakinan bahwa mereka tenggelam dalam kesendirian beribadah kepada Allah di biara-biara, maka biarkanlah mereka." Khalid bin Walid melakukan kesepakatan dengan penduduk Hirah untuk tidak mengganggu tempat peribadahan (gereja dan sinagog) mereka serta tidak melarang upacara-upacaranya. Kerukunan hidup beragama bagi golongan minoritas diatur oleh prinsip umum ayat "Tidak ada paksaan dalam beragama." (QS. 2: 256). Sedangkan dalam masalah sipil dan kehidupan pribadi (ahwal syakhsiyah) bagi mereka diatur syariat Islam dengan syarat mereka bersedia menerimanya sebagai undang-undang. Firman Allah: "Apabila mereka (orang Yahudi) datang kepadamu minta keputusan, berilah putusan antara mereka atau biarkanlah mereka. Jika engkau biarkan mereka, maka tidak akan mendatangkan mudharat bagimu. Jika engkau menjatuhkan putusan hukum, hendaklah engkau putuskan dengan adil.
Halaman | 22

Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang adil." (QS. 5: 42). Jika mereka tidak mengikuti aturan hukum yang berlaku di negara Islam, maka mereka boleh mengikuti aturan agamanya - selama mereka berpegang pada ajaran yang asli. Firman Allah: "Dan bagaimana mereka mengangkat kamu sebagai hakim, sedangkan ada pada mereka Taurat yang di dalamnya ada hukum Allah? Kemudian mereka tidak mengindahkan keputusanmu. Sesungguhnya mereka bukan orang-orang yang beriman ." (QS.5: 7). c. Hak Bekerja Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu Majah).

2. Hak Hidup Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyariatkan oleh Allah. Diantara hak-hak ini adalah : a. Hak Pemilikan Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188). Oleh karena itulah Islam melarang riba dan setiap upaya yang merugikan hajat manusia. Islam juga melarang penipuan dalam perniagaan. Sabda nabi saw: "Jual beli itu dengan pilihan selama antara penjual dan pembeli belum berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual-beli, maka mereka diberkahi. Tetapi jika berdusta dan menipu berkah jual-bei mereka dihapus." (HR. Al-Khamsah)
Halaman | 23

Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha yang halal, kecuali untuk kemashlahatan umum dan mewajibkan pembayaran ganti yang setimpal bagi pemiliknya. Sabda nabi saw: "Barangsiapa mengambil hak tanah orang lain secara tidak sah, maka dia dibenamkan ke dalam bumi lapis tujuh pada hari kiamat." Pelanggaran terhadap hak umum lebih besar dan sanksinya akan lebih berat, karena itu berarti pelanggaran tehadap masyarakat secara keseluruhan. b. Hak Berkeluarga Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman. Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan orang-orang yang bujangan di bawah perwaliannya (QS. 24: 32). Aallah menentukan hak dan kewajiban sesuai dengan fithrah yang telah diberikan pada diri manusia dan sesuai dengan beban yang dipikul individu. Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala keluarga yaitu kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan laki-laki atas wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-masing memiliki beban yang sama. "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang maruf, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS. 2: 228) c. Hak Keamanan Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman Allah: "Allah yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4). Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa izin (QS. 24: 27). Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal, negara berkewajiban menyediakan baginya. Termasuk keamanan dalam Islam adalah memberi tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan yang membutuhkannya. Oleh karena itulah, Umar bin Khattab menerapkan tunjangan sosial kepada setiap bayi yang lahir dalam Islam baik miskin ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah yang tidak ada sembahan selain
Halaman | 24

Dia, setiap orang mempunyai hak dalam harta negara ini, aku beri atau tidak aku beri." (Abu Yusuf dalam Al-Kharaj). Umar jugalah yang membawa seorang Yahudi tua miskin ke petugas Baitul-Maal untuk diberikan shadaqah dan dibebaskan dari jizyah. Bagi para terpidana atau tertuduh mempunyai jaminan keamanan untuk tidak disiksa atau diperlakukan semena-mena. Peringatan rasulullah saw: "Sesungguhnya Allah menyiksa orang-orang yang menyiksa manusia di dunia." (HR. Al-Khamsah). Islam memandang gugur terhadap keputusan yang diambil dari pengakuan kejahatan yang tidak dilakukan. Sabda nabi saw:"Sesungguhnya Allah menghapus dari ummatku kesalahan dan lupa serta perbuatan yang dilakukan paksaan" (HR. Ibnu Majah). Diantara jaminan keamanan adalah hak mendpat suaka politik. Ketika ada warga tertindas yang mencari suaka ke negeri yang masuk wilayah Darul Islam. Dan masyarakat muslim wajib memberi suaka dan jaminan keamanan kepada mereka bila mereka meminta. Firman Allah: "Dan jika seorang dari kaum musyrikin minta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman baginya." (QS. 9: 6). d. Hak Keadilan Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syariah dan diberi putusan hukum sesuai dengan syariah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak setiap orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima. Firman Allah swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang kecuali oleh orang yang dianiaya." (QS. 4: 148). Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa yang sah yang dapat memberikan perlindungan dan membelanya dari bahaya atau kesewenang-wenangan. Bagi penguasa muslim wajib menegakkan keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang cukup. Sabda nabi saw: "Pemimpin itu sebuah tameng, berperang dibaliknya dan berlindung dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim). Termasuk hak setiap orang untuk mendapatkan pembelaan dan juga mempunyai kewajiban membela hak orang lain dengan kesadarannya. Rasulullah saw bersabda: "Maukah kamu aku beri tahu saksi yang palng
Halaman | 25

baik?

Dialah

yang

memberi

kesaksian

sebelum

diminta

kesaksiannya." (HR. Muslim, Abu Daud, Nasai dan Tirmidzi). Tidak dibenarkan mengambil hak orang lain untuk membela dirinya atas nama apapun. Sebab rasulullah menegaskan: "Sesungguhnya pihak yang benar memiliki pembelaan." (HR. Al-Khamsah). Seorang muslim juga berhak menolak aturan yang bertentangan dengan syariah, dan secara kolektif diperintahkan untuk mengambil sikap sebagai solidaritas terhadap sesama muslim yang mempertahankan hak. e. Hak Saling Membela dan Mendukung Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak kepada pemiliknya sebaik mungkin, dan saling tolong-menolong dalam membela hak dan mencegah kedzaliman. Bahkan rasul melarang sikap mendiamkan sesama muslim, memutus hubungan relasi dan saling berpaling muka. Sabda nabi saw: "Hak muslim terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar ke kubur, memenuhi undangan dan mendoakan bila bersin." (HR. Bukhari). f. Hak Keadilan dan Persamaan Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan mendeklarasikan persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat QS. Al-Hadid: 25, Al-Araf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama di mata hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim). Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan hukum ini. Misalnya kasus putri bangsawan dari suku Makhzum yang mencuri lalu dimintai keringanan hukum oleh Usamah bin Zaid, sampai kemudian rasul menegur dengan: "... Apabila orang yang berkedudukan di antara kalian melakukan pencurian, dia dibiarkan. Akan tetapi bila orang lemah yang melakukan pencurian, mereka memberlakukan hukum kriminal..." Juga kisah raja Jabalah Al-Ghassani masuk Islam dan melakukan penganiayaan saat haji, Umar tetap memberlakukan hukum meskipun ia seorang raja. Atau kisah Ali yang mengadukan seorang Yahudi mengenai tameng perangnya, dimana Yahudi akhirnya memenangkan perkara.
Halaman | 26

Umar

pernah

berpesan

kepada

Abu

Musa

Al-Asyari

ketika

mengangkatnya sebagai Qadli: "Perbaikilah manusia di hadapanmu, dalam majlismu, dan dalam pengadilanmu. Sehingga seseorang yang berkedudukan tidak mengharap kedzalimanmu dan seorang yang lemah tidak putus asa atas keadilanmu."

2.3. DEMOKRASI DALAM ISLAM 2.3.1. Definisi Demokrasi )( Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali Imran : 159)1[1]

Isitilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18 , bersama perkembangan sistem demokrasi di banyak negara. Kata demokrasi yang bahasa Inggrisnya democracy berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu demos yang artinya rakyat, dan kratos berarti pemerintahan. Dalam pengertian ini, demokrasi berarti demokrasi langsung yang dipraktikkan di beberapa negara kota di Yunani kuno. Dengan demikian, demokrasi dapat bersifat langsung seperti yang di Yunani

Halaman | 27

kuno, berupa partisipasi langsung dari rakyat untuk membuat peraturan perundang-undangan, atau demokrasi tidak langsung yang dilakukan melalui lembaga perwakilan. Demokrasi tidak langsung ini cocok untuk negara yang penduduknya banyak dan wilayahnya luas. Demokrasi-Islam terdiri dari dua istilah yang mewakili dua konsep yang asing antara satu dengan yang lain. Islam adalah sebuah sistem kehidupan yang terbangun dari pandangan hidup tertentu (aqidah islam), dan Islam merupakan sebuah prinsip nilai adi luhung dalam membangun komunikasi komprehensif, baik dalam konteks kemanusiaan, maupun lingkungan dan peribadahan (hablum minallah). Sedangkan demokrasi merupakan model pemerintahan yang dihasilkan dari pandangan hidup yang lain (bukan aqidah islam), dan demokrasi merupakan prinsip hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Demokrasi merupakan produk akal sedang Islam adalah wahyu yang difirmankan kepada Rasulullah SAW. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pemerintahan yang dijalankan oleh Rasulullah SAW dan Khula al Rasyidin tidak menyebutkan atau berlandaskan pada demokrasi. Pertemuan Islam dan demokrasi merupakan pertemuan peradaban, ideologi, dan latar belakang sejarah yang jauh berbeda.

2.3.2. Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam Islam Prinsip Demokrasi Menurut Sadek, J. Sulaymn, dalam demokrasi terdapat sejumlah prinsip yang menjadi standar baku. Di antaranya, Kebebasan berbicara setiap warga negara, pelaksanaan pemilu untuk menilai apakah pemerintah yang berkuasa layak didukung kembali atau harus diganti, kekuasaan dipegang oleh suara mayoritas tanpa mengabaikan kontrol minoritas, peranan partai politik yang sangat penting sebagai wadah aspirasi politik rakyat, pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, supremasi hukum (semua harus tunduk pada hukum), semua individu bebas melakukan apa saja tanpa boleh dibelenggu.Pandangan Ulama tentang Demokrasi.

Halaman | 28

Dalam hal ini al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, Islam tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk dari pertentangan Barat terhadap agama sehingga cenderung sekuler. Karenanya, al-Maududi menganggap demokrasi modern (Barat) merupakan sesuatu yang berssifat syirik. Menurutnya, Islam menganut paham teokrasi (berdasarkan hukum Tuhan). Tentu saja bukan seperti teokrasi yang diterapkan di Barat pada abad pertengahan yang telah memberikan kekuasaan tak terbatas pada para pendeta. Kritikan terhadap demokrasi yang berkembang juga dikatakan oleh intelektual Pakistan ternama M. Iqbal. Menurut Iqbal, sejalan dengan kemenangan sekularisme atas agama, demokrasi modern menjadi kehilangan sisi spiritualnya sehingga jauh dari etika. Demokrasi yang merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama. Parlemen sebagai salah satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang bertentangan dengan nilai agama kalau anggotanya menghendaki. Karenanya, menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model demokrasi Barat yang telah kehilangan basis moral dan spiritual. Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh etik dan moral ketuhanan. Jadi yang ditolak oleh Iqbal bukan demokrasi an sich. Melainkan, prakteknya yang berkembang di Barat. Lalu, Iqbal menawarkan sebuah model demokrasi sebagai tauhid dengan landasan asasi; kepatuhan pada hukum; toleransi sesama warga; tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit; serta dilandasi penafsiran hukum Allah melalui ijtihad. Menurut Muhammad Imarah Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah. Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah. Jadi, Allah berposisi sebagai al-Syri (legislator) sementara

Halaman | 29

manusia

berposisi

sebagai

faqh

(yang

memahami

sesuai

batasan

kemampuannya dan menjabarkan) hukum-Nya. Demokrasi Barat berpulang pada pandangan mereka tentang batas kewenangan Tuhan. Menurut Aristoteles, setelah Tuhan menciptakan alam, Diia membiarkannya. Dalam filsafat Barat, manusia memiliki kewenangan legislatif dan eksekutif. Sementara, dalam pandangan Islam, Allah-lah pemegang otoritas tersebut. Allah befirman, Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS. al-Arf: 54). Inilah batas yang membedakan antara sistem Syariah Islam dan Demokrasi Barat. Adapun hal lainnya seperti membangun hukum atas persetujuan umat, pandangan mayoritas, serta orientasi pandangan umum, dan sebagainya adalah sejalan dengan Islam. Menurut Yusuf al-Qardhawi, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal. Misalnya : pertama, dalam demokrasi proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di belakangnya. Kedua, usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam. Bahkan amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam. Ketiga pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak, berarti ia telah menyalahi perintah Allah untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.

Halaman | 30

Ketiga penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih seseorang yang diunggulkan dari luar mereka. Yaitu Abdullah ibn Umar. Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak bertentangan dengan nash syariat secara tegas. Keempat juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam. Menurut Salim Ali al-Bahnasawi, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada sikap menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang haram. Karena itu, ia menawarkan adanya islamisasi demokrasi sebagai berikut pertama, menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah. Kedua, wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas lainnya. Ketiga mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan dalam Alquran dan Sunnah. Keempat komitmen terhadap islam terkait dengan persyaratan jabatan sehingga hanya yang bermoral yang duduk di parlemen. Dalam Islam kita mengenal tiga landasan untuk mengambil keputusan yang disebut dengan prinsip prinsip demorasi dalam islam, yaitu musyawarah, Konsesus atau ijma, serta penilaian interpretative yang mandiri (itjihad). a. Musyawarah (syura)

Halaman | 31

Secara etimologis, musyawarah berasal dari kata syawara, yaitu berunding, berembuk, atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Makna dasar dari kata musyawarah adalah mengeluarkan dan menampakan (al-istihkhraju wa alizhar). Secara terminologis, musyawarah diartikan sebagai upaya

memunculkan sebuah pendapat dari seorang ahli untuk mencapai titik terdekat pada kebenaran demi kemaslahatan umum. Kata musyawarah diambil dari akar kata syin (sy) waw (w), dan ra (r). Ketiga huruf tersebut membentuk kata syawara, yang awalnya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat). Pada dasarnya, musyawarah digunakan untuk hal-hal yang bersifat umum atau pribadi. Oleh karena itu, bermusyawarah sangat dibutuhkan, terutama untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, baik oleh masyarakat secara individu maupun secara umum. Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara eksplisit ditegaskan dalam al-Quran. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura :38 dan Ali Imran:159. Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai pelaksana syura adalah ahl halli walaqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga ini lebih menyerupai tim formatur yang bertugas memilih kepala negara atau khalifah. Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan

manusia. Oleh karena itu perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam tercermin terutama dalam doktrin musyawarah. Hal ini disebabkan menurut ajaran Islam, setiap muslim yang dewasa dan berakal sehat, baik pria mauoun wanita adalah khalifah Allah di bumi. Dalam bidang politik, umat Islam mendelegasikan kekuasaan mereka kepada penguasa dan pendapat mereka harus diperhatikan dalam menangani masalah negara. Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyyah, dalam surat Al-syura ayat 3 : )(

Halaman | 32

Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Asy-Syura : 38).

B. Persetujuan (ijma) Ijmak atau Ijma' (Arab: )adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Ijma' umat terbagi menjadi dua: 1. Ijma' Qauli, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' mengeluarkan pendapatnya dengan lisan ataupun tulisan yang menerangkan

persetujuannya atas pendapat mujtahid lain di masanya. 2. Ijma' Sukuti, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' diam, tidak mengatakan pendapatnya. Diam di sini dianggap menyetujui. Menurut Imam Hanafi kedua macam ijma' tersebut adalah ijma' yang sebenarnya. Menurut Imam Syafi'i hanya ijma' yang pertama saja yang disebut ijma' yang sebenarnya. Selain ijma' umat tersebut masih ada macammacam ijma' yang lain, yaitu: 1. Ijma' sahabat 2. Ijma' Khalifah yang empat 3. Ijma' Abu Bakar dan Umar 4. Ijma' ulama Madinah 5. Ijma' ulama Kufah dan Basrah 6. ijma' itrah (golongan Syiah) Ijma' tidak dipandang sah, kecuali apabila ada sandaran, sebab ijma' bukan merupakan dalil yang berdiri sendiri. Sandaran tersebut dapat berupa dalil qath'i yaitu Qur'an dan Hadits mutawatir, juga dapat berupa dalil zhanni yaitu Hadits ahad dan qiyas. Ijma artinya kesepakatan semua ulama mujtahidin dari ummat Muhammad SAW pada suatu masa, atas suatu hukum syariat. Jadi, apabila para ulama itu telah sepakat baik di masa sahabat maupun sesudahnya

Halaman | 33

atas salah satu hukjm syariat, maka kesepakatan mereka adalah merupakan ijma, sedang melaksanakan apa yang mereka sepakati adalah wajib. Dalilnya, bahwa nabi SAW telah memberitakan, bahwa para ulama kaum muslimin takkan sepakat atas satu kesesatan. Jadi kesepakatan mereka adalah merupakan kebenaran. Dalam Musnadnya (6 396), Ahmad telah meriwayatkan dari Abu Bashrah al-Ghifari RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: . Aku telah meminta kepada Allah Azza Wa Jalla agar ummatku tidak menyepakati suatu kesesatan, maka permintaanku itu Dia perkenankan Contohnya ialah ijma para sahabat RA, bahwa kakek mengambil seperenam harta peninggalan si mayi, bila ada anak lelaki, sedang ayah mayit itu tidak ada. Kedudukan Ijma' dalam Fiqih Islam : Sebagai rujukan hukum, ijma menempati urutan ketiga. Artinya, apabila kita tidak mendapatkan hukum dalam al-Quran maupun dalam as-Sunnah, maka kita tinjau apakah para ulama kaum muslimin telah ijma. Apabila ternyata demikian, maka ijma mereka kita ambil dan kita laksanakan.

Ijma atau konsensus telah lama diterima sebagai konsep pengesahan resmi dalam hukum Islam. Konsensus memainkan peranan yang menentukan dalam perkembangan hukum Islam dan memberikan sumbangan pemikiran sangat besar pada korpus hukum atau tafsir hukum. Konsensus dan musyawarah sering dipandang sebagai landasan yang efektif bagi demokrasi Islam modern. Konsep konsensus memberikan dasar bagi penerimaan sistem yang mengakui suara mayoritas. Atas dasar inilah konsensus dapat menjadi legitimasi sekaligus prosedur dalam suatu demokrasi Islam

C. Itjihad Ijtihad (Arab: ) adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran
Halaman | 34

maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu. Upaya ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di suatu tempat atau waktu. Tuhan hanya mewahyukan prinsipprinsip utama dan memberi manusia kebebasan untuk menerapkan prinsipprinsip tersebut dengan arah yang sesuai dengan semangat dan keadaan zamannya. Itjihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan pembaharuan, karena prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis, pendekatan kitalah yang telah menjadi statis. Oleh karena itu sudah selayaknya dilakukan pemikiran ulang yang mendasar untuk membuka jalan bagi munculnya eksplorasi, inovasi dan kreativitas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musyawarah, konsensus dan itjihad merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi artikulasi demokrasi Islam dalam kerangka Keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia sebagai khalifah-Nya. Sehingga antara hukum, Hak Asasi Manusia dan demokrasi merupakan tiga konsep yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi adalah adanya penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap warga masyarakat tidak terpenuhi. Sedangkan pemeunuhan dan perlindungan HAM akan terwujud apabila hukum ditegakkan, karena Al-Quran sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam mengandung ajaran tentang nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dalam pengembangan sistem politik Islam.

Halaman | 35

BAB III PENUTUPAN 3.1. KESIMPULAN 1. Hukum islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyunya yang terdapat dalam Al-Quran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai rasulnya. 2. HAM dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini. 3. Pertemuan Islam dan demokrasi merupakan pertemuan peradaban, ideologi, dan latar belakang sejarah yang jauh berbeda.

3.2. SARAN 1. Kita sebagai umat Islam sehendaknya menerapkan hukum-hukum Islam berdasarkan Al- Quran dan Al-Sunnah dalam kehidupan sehari-hari. 2. Diharapkan negara Indonesia menjamin hak seluruh warga negara, terutama hak untuk beribadah menurut agama masing-masing 3. Diharapkan warga negara menggunakan hak mereka dalam negara dan demokrasi (seperti pada Pemilu dengan memilih pemimpin sesuai dengan ajaran agama). 4. Setiap warga negara mendukung dan bekerja sama untuk mendapatkan hak dan kewajiban masing masing serta melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

Halaman | 36

5. Setiap warga negara diwajibkan menjaga hak-hak masing masing individu serta tidak mendzalimi hak warga negara lain atau orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud. 1998. Hukum Islam. Jakarta: rajawali press. Afandi, Arief. 1997. Islam Demokrasi Atas Bawah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anwar, M. Thoha. 1992. Islam Meluruskan Bangsa. Jakarta: Kalam Mulia. Doi, A. Rahman I. 2002. Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum ALLAH (Syariah). Jakarta :PT Raja Grafindo Persada. Fadl, Khaled Abou El. 2003. Cita dan Fakta Toleransi Islam. Bandung: PT Mizan Pustaka. Husein, Moh. Nabhan. 1990. Negara dalam Sunnah Rasulullah. Jakarta: Kalam Mulia. Khan, Muhammad Zafrullah. 1994. Islam dan HAM. Jakarta Pusat: PT Arista Brahmatyasa. Maududi, Maulana Abdul Ala. 1995. Hak-Hak Asasi Dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Rasjidi, H.M. 1976. Hukum Islam dan Pelaksanaanya dalam Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang. Roestam, dkk. 1995. Hukum dan Syariat Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Zaini, Syahminan. 1995. Kehidupan Sosial Seorang Muslim. Jakarta: Kalam Mulia. Zuhri, Muh. 1996. Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Halaman | 37

Anda mungkin juga menyukai

  • PROLANIS
    PROLANIS
    Dokumen32 halaman
    PROLANIS
    Redho Afriando
    Belum ada peringkat
  • Adat Khitanan Dedek
    Adat Khitanan Dedek
    Dokumen1 halaman
    Adat Khitanan Dedek
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Perawatan Diabetes Melitus
    Perawatan Diabetes Melitus
    Dokumen66 halaman
    Perawatan Diabetes Melitus
    Rina Budiarti
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Neuropati
    Diabetes Neuropati
    Dokumen19 halaman
    Diabetes Neuropati
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Pterigium Grade 3
    Pterigium Grade 3
    Dokumen11 halaman
    Pterigium Grade 3
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Neuropati Diabetes
    Jurnal Neuropati Diabetes
    Dokumen27 halaman
    Jurnal Neuropati Diabetes
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Gynekologi
    Gynekologi
    Dokumen10 halaman
    Gynekologi
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • JIWA
    JIWA
    Dokumen17 halaman
    JIWA
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Status
    Status
    Dokumen11 halaman
    Status
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Twiit
    Twiit
    Dokumen1 halaman
    Twiit
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • One Piece
    One Piece
    Dokumen1 halaman
    One Piece
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • JIWA
    JIWA
    Dokumen17 halaman
    JIWA
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Case Depresi
    Case Depresi
    Dokumen39 halaman
    Case Depresi
    Aulia Putri Mentari
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen19 halaman
    Anemia
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Gerd
    Gerd
    Dokumen22 halaman
    Gerd
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Cholelitiasis Fix
    Cholelitiasis Fix
    Dokumen24 halaman
    Cholelitiasis Fix
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Skenario C
    Skenario C
    Dokumen3 halaman
    Skenario C
    Try Febriani Siregar
    Belum ada peringkat
  • Ami
    Ami
    Dokumen16 halaman
    Ami
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Hukum, Ham, Dan Demokrasi
    Hukum, Ham, Dan Demokrasi
    Dokumen18 halaman
    Hukum, Ham, Dan Demokrasi
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen6 halaman
    Bab III
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Refrat
    Refrat
    Dokumen17 halaman
    Refrat
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Makalah Hukum Islam
    Makalah Hukum Islam
    Dokumen10 halaman
    Makalah Hukum Islam
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Dkenario C Blok 16
    Laporan Tutorial Dkenario C Blok 16
    Dokumen9 halaman
    Laporan Tutorial Dkenario C Blok 16
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Endocarditis
    Endocarditis
    Dokumen4 halaman
    Endocarditis
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Laporan FIX SKENARIO D 2014
    Laporan FIX SKENARIO D 2014
    Dokumen61 halaman
    Laporan FIX SKENARIO D 2014
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Perut Kembung
    Perut Kembung
    Dokumen1 halaman
    Perut Kembung
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Penanganan Limbah Padat
    Penanganan Limbah Padat
    Dokumen14 halaman
    Penanganan Limbah Padat
    Mukhlis Adam
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial
    Laporan Tutorial
    Dokumen49 halaman
    Laporan Tutorial
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat