Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi
Nama

: Ny.NR

Usia

: 40 tahun

Jenis Kelamin

: perempuan

Pekerjaan

: IRT

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Alamat

: Palembang

MRS

: 28 maret 2015

Nomor Rekam Medis

: 123444

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan bawah
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Os mengeluh nyeri kurang lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit os
mengeluh nyeri pada perut sebelah kanan bawah dan pinggang, nyeri perut
bersifat hilang timbul dan berlangsung 15 menit sampai 1 jam dan terasa
tajam. Nyeri perut

timbul terutama setelah penderita makan makanan

berlemak. Penderita juga mengeluh nyeri pada bahu sebelah kanan, mual (+),
muntah (-), demam (-), riwayat kuning (-). Os juga mengeluh nyeri kepala.
BAK normal, frekuensi 3-4 kali/hari, warna kuning muda, darah (-), nyeri saat
BAK (-), BAK berpasir (-). BAB normal, frekuensi 1 kali sehari, konsistensi
lunak, warna cokelat, darah (-), lendir (-).
Pada tanggal 28 maret 2015 penderita berobat ke dokter kemudian
dilakukan USG dengan hasil colelitiasis multifel.Os dibawa ke RSUD BARI.
Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal


Riwayat sakit maag disangkal
Riwayat sakit kuning disangkal
Riwayat pernah mengalami trauma pada perut kanan bawah disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit lain dalam keluarga di sangkal
2.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis (28 maret 2015)
Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: E4M6V5

Gizi

: cukup

Pernapasan

: 22x/menit

Nadi

: 92x/menit

Tekanan darah

:120/80 mmHg

Suhu

: 37,1O C

Kepala

: Konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-

Pupil

: Isokor, refleks cahaya +/+

Leher

: tidak ada kelainan

Kelenjar-kelenjar

: tidak ada pembesaran

Toraks

: tidak ada kelainan

Abdomen

: lihat status lokalis

Genitalia eksterna

: tidak ada kelainan

Ekstremitas superior : tidak ada kelainan


Ekstermitas inferior

Status lokalis

: tidak ada kelainan

Regio Abdomen
Inspeksi

: simetris, datar, tidak ada benjolan.

Palpasi

: distensi, nyeri tekan di perut kanan bawah, Murphy sign (-), hepar
dan lien tidak teraba, tidak teraba massa pada ke empat kuadran
abdomen.

Perkusi

: timpani di seluruh kuadran abdomen

Auskultasi : bising usus (+) normal, 6 x/menit


Pemeriksaan USG (31 Maret 2015)
Hepar: ukuran besar dan bentuk masih normal, permukaan masih licin, tepi
tajam, parenkim homogen lunak, v. porta/v. hepatica normal, tidak tampak
pelebaran saluran bilier intra/ekstra hepater.
Gall blader: Batu multiple (+)
Ginjal kanan & kiri: ukuran normal, batas korteks medula jelas, pelebaran
kaliks (-), batu (-)
Lien: ukuran normal, parenkim normal
Pankreas: normal
Vesica Urinaria : tidak membesar, dinding tidak menebal tidak Nampak
batu/massa
Kesan: cholecistolithiasis multiple
2.4 Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.

Kolelitiasis
Kolesistitis
Kolangitis
Ulkus petikum

2.5 Diagnosis Kerja


Kolelitiasis
2.6 Penatalaksanaan

Edukasi
Informed consent
Analgetik
Diet rendah lemak

Kolesistektomi

2.7 Prognosis
Quo ad vitam

: bonam

Quo ad functionam

: bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi
Vesica billiaris (kandung empedu) adalah sebuah kantong
berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan bawah (fascies viceralis)
hepar. Vesica billiaris mempunyai kemampuan menampung empedu
sebanyak 30-50 ml dan menyimpannya, serta memekatkan empedu dengan
cara mengabsorbsi air. Vesica billiaris dibagi menjadi fundus, corpus, dan
collum. Fundus vesica billiaris berbentuk bulat dan biasanya menonjol
dibawah margo inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus
bersentuhan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung cartilago
costalis IX dextra. Corpus vesica billiaris terletak dan berhubungan dengan
facies visceralis hepar dan arahnya ke atas, belakang, dan kiri. Collum
vesica biliaris melanjutkan diri sebagai duktus sistikus yang berbelok dalam
omentum minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus
communis untuk membentuk ductus choledochus.
Peritoneum meliputi seluruh bagian fundus vesica biliaris dan
menghubungkan corpus dan collum vesica biliaris dengan facies visceralis
hepar.
Hubungan
Ke anterior
Ke posterior

: dinding abdomen dan facies visceralis hepar


: colon transversum serta pars superior dan
descendens duodenum.

Perdarahan
Arteriae arteria cystica, cabang arteria hepatica dextra
Venae vena cystica mengalirkan darah langsung ke vena porta.
Sejumlah arteria dan venae kecil juga berjalann diantara hepar an
vesica biliaris.
Aliran limfe

Cairan limfe mengalir ke nodus cysticus yang terletak dekat collum


vesica biliaris. Dari sini, pembuluh limf berjalan ke nodi hepatici dengan
berjalan sepanjang perjalanan arteria hepatica communis dan kemudian ke
nodi coelici.
Persarafan
Saraf simpatis dan parasimpatis membentuk plexus coeliacus. Vesica
biliaris berkontraksi sebagai respon terhadap hormon kolesistokinin yang
dihasilkan oleh tunica mucosa duodenum karena masuknya makanan
berlemak dari gaster.

Gambar 1: Anatomi Kandung Empedu


Sumber : Moore, K. L. and A. F. Dalley. 2006. Clinically Oriented Anatomy,
5th Ed.Lippincott, Williams & Wilkins, Baltimore.
3.2 Fisiologi

Vesica biliaris berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu. Vesica


biliaris mempunyai kemampuan untuk memekatkan empedu, dan untuk
membantu proses ini, mukosavesica biliaris mempunyai lipatan-lipatan
permanen yang saling berhubungan sehingga permukaannya tampak seperti
sarang tawon. Sel-sel toraks yang terletak pada permukan mukosa
mempunyai banyak vili.
Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1500 ml per hari.
Di luar waktu makan, empedu disimpan untuk sementara di dalam kandung
empedu, dan disini mengalami pemekatan sekitar 50%.
Pengaliran cairan empedu diatur oleh tiga faktor, yaitu sekresi empedu
oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter koledokus.
Dalam keadaan puasa, empedu yang dihasilkan akan dialih-alirkan ke dalam
kandung empedu. Setelah makan, kandung empedu berkontraksi, sfingter
relaksasi, dan empedu mengalir kedalam duodenum. Aliran tersebut
sewaktu-waktu seperti disemprotkan karena secara intermiten tekanan
saluran empedu akan lebih tinggi daripada tahanan sfingter.
Empedu dialirkan ke duodenum sebagai akibat kontraksi dan
pengosongan parsial vesica biliaris. Mekanisme ini diawali dengan
masuknya makanan berlemak ke dalam duodenum. Lemak menyebabkan
pengeluaran hormon kolesistokinin dari tunica mucosa duodenum. Lalu
hormon masuk ke dalam darah dan menimbulkan kontraksi vesica biliaris.
Pada saat yang bersamaan, otot polos yang terletak apda ujung distal ductus
choledocus dan ampula relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya
empedu yang pekat ke dalam duodenum. Garam-garam empedu di dalam
cairan empedu penting untuk mengemulsikan lemak di dalam usus serta
membantu pencernaan dan absorbsi lemak.
Garam empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan komponen terbesar
(90%) cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam
anorganik.
Garam empedu adalah molekul steroid yang dibuat oleh hepatosit dan
berasal dari kolesterol. Pengaturan produksinya dipengaruhi mekanisme
umpan balik yang dapat ditingkatkan sampai 20 kali produksi normal kalau
diperlukan.

3.3 Kolelitiasis
3.3.1

Definisi
Kolelitiasis dimaksudkan untuk penyakit batu empedu yang dapat

ditemukan di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu empedu


terutama

batu

kolesterol

terbentuk

di

dalam

kandung

empedu

(kolesistolitiasis). Kalau batu kandung empedu ini berpindah ke dalam


saluran empedu sekunder atau koledokolitiasis sekunder.
Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung
empedu, tetapi ada juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu
ekstrahepatik maupun intrahepatik. Batu primer saluran empedu, harus
memenuhi kriteria sebagai berikut: Ada Massa asimptomatik setelah
kolesistektomi, morfologik cocok dengan batu empedu primer, tidak ada
striktur pada duktus koledokus atau tidak ada sisa duktus sistikus yang
panjang. Khusus untuk orang Asia, dapat ditemukan sisa cacing askaris atau
cacing jenis lain di dalam batu tersebut. Morfologik batu primer saluran
empedu antara lain bentuknya ovoid, lunak, rapuh, seperti lumpur atau
tanah, dan warna coklat muda sampai coklat gelap.
3.3.2

Klasifikasi

Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di


golongkan atas 3 (tiga) golongan, yaitu:
a) Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari
70% kolesterol.
b) Batu kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama.
c) Batu pigmen hitam

Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk


dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.
3.3.3

Epidemiologi

Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang


orang dewasa dan usia lanjut. Angka kejadian di Indonesia di duga tidak
berbeda jauh dengan angka di negara lain di Asia Tenggara dan sejak tahu
1980-an agaknya berkaitan erat dengan cara diagnosis dengan
ultrasonografi.
3.3.4

Etiologi/Faktor Resiko

Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini.
Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin
besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut
antara lain:
a. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu.

Kehamilan,

yang

menigkatkan

kadar

esterogen

juga

meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan


terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung
empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.
b. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena
kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.
c. Berat badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi

10

garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung


empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah
operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia
dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung
empedu.
e. Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar
dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga.
f. Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya
kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit
berkontraksi.
g. Penyakit usus halus
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn
disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
h. Nutrisi intravena jangka lama
Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang
melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi
meningkat dalam kandung empedu.
3.3.5. Manifestasi Klinis
Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu
tersebut bermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari yang tanpa gejala
(asimptomatik), ringan sampai berat karena adanya komplikasi.

11

Dijumpai nyeri di daerah hipokondrium kanan, yang kadangkadang disertai kolik bilier yang timbul menetap/konstan.
Rasa nyeri kadang-

kadang dijalarkan sampai di daerah

subkapula disertai nausea, vomitus dan dyspepsia, flatulen dan lain-lain.


Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan hipokondrium kanan, dapat
teraba pembesaran kandung empedu dan tanda Murphy positif. Dapat juga
timbul ikterus. Ikterus dijumpai pada 20 % kasus, umumnya derajat ringan
(bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila kadar bilirubin tinggi, perlu dipikirkan
adanya batu di saluran empedu ekstra hepatic.
Kolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar pasien.
Nyeri viseral ini berasal dari spasmetonik akibat obstruksi transient
duktus sistikus oleh batu. Dengan istilah kolik bilier tersirat pengertian
bahwa mukosa kandung empedu tidak memperlihatkan inflamasi
akut.Kolik bilier biasanya timbul malam hari atau dini hari, berlangsung
lama

antara 30 60 menit, menetap, dan nyeri terutama timbul di daerah

epigastrium. Nyeri dapat menjalar ke abdomen kanan, ke pundak,


punggung, jarang ke abdomen kiri dan dapat menyerupai angina pektoris.
Kolik bilier harus dibedakan dengan gejala dispepsia yang merupakan
gejala umum pada banyak pasien dengan atau tanpa kolelitiasis.
Diagnosis dan pengelolaan yang baik dan tepat dapat mencegah
terjadinya

komplikasi yang berat. Komplikasi dari batu kandung

empedu antara lain kolesistitis akut, kolesistitis kronis, koledokolitiasis,


pankreatitis, kolangitis, sirosis bilier sekunder, ileus batu empedu, abses
hepatik dan peritonitis karena perforasi kandung empedu. Komplikasi
tersebut akan mempersulit penanganannya dan dapat berakibat fatal.
Sebagian besar (90 95 %) kasus kolesititis akut disertai
kolelitiasis dan keadaan ini timbul akibat obstruksi duktus sistikus yang
menyebabkan peradangan organ tersebut.

12

Pasien dengan kolesistitis kronik biasanya mempunyai kolelitiasis


dan telah sering mengalami serangan kolik bilier atau kolesistitis akut.
Keadaan ini menyebabkan penebalan dan fibrosis kandung empedu dan
pada 15 % pasien disertai penyakit lain seperti koledo kolitiasis,
panleneatitis dan kolongitis.
Batu kandung empedu dapat migrasi masuk ke duktus koledokus
melalui duktus sistikus (koledokolitiasis sekunder) atau batu empedu dapat
juga terbentuk di dalam saluran empedu (koledokolitiasis primer).
Perjalanan penyakit koledokolitiasis sangat bervariasi dan sulit diramalkan
yaitu mulai dari tanpa gejala sampai dengan timbulnya ikterus obstruktif
yang nyata.
Batu saluran empedu (BSE) kecil dapat masuk ke duodenum
spontan tanpa menimbulkan gejala atau menyebabkan obstruksi temporer
di ampula vateri sehingga timbul pankreatitis akut dan lalu masuk ke
duodenum (gallstone pancreatitis). BSE yang tidak keluar spontan akan
tetap berada dalam saluran empedu dan dapat membesar. Gambaran klinis
koledokolitiasis didominasi penyulitnya seperti ikterus obstruktif,
kolangitis dan pankreatitis.

13

Gambar 4: Manifestasi klinis yang umum terjadi

3.3.6. Patogenesis
Hepatolithiasis ialah batu empedu yang terdapat di dalam saluran
empedu dari awal percabangan duktus hepatikus kanan dan kiri meskipun
percabangan tersebut mungkin terdapat di luar parenkim hati. Batu tersebut
umumnya berupa batu pigmen yang berwarna cokelat, lunak, bentuknya
seperti lumpur dan rapuh.
Hepatolihiasis akan menimbulkan kolangitis piogenik rekurens atau
kolangitis oriental yang sering sulit penanganannya.
Batu kandung empedu dapat berpindah ke dalam duktus koledokus
melalui duktus sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran
empedu secara parsial atau komplet sehingga menimbulkan gejala kolik
empedu. Pasase batu berulang melalui duktus sistikus yang sempit dapat
menimbulkan

iritasi

dan

perlukaan

sehingga

dapat

menimbulkan

peradangan dinding duktus sistikus dan striktur. Kalau batu terhenti di

14

dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau tertahan oleh
striktur, batu akan tetap berada di sana sebagai batu duktus sistikus.
Kolelthiasis asimtomatik biasanya diketahui secara kebetulan,
sewaktu pemeriksaan ultrasonografi, pembuatan foto polos perut, atau
perabaan sewaktu operasi. Pada pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak
ditemukan kelainan.
3.3.7

Diagnosis

Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan gejala-gejala yang terjadi pada
kolelitiasis. Setengah sampai dua pertiga penderita batu kandung empedu
adalah asimptomatik. Keluhan yang mungkin timbul berupa dispepsia yang
kadang disertai intolerans terhadap makanan berlemak.
Pada yang simptomatik, keluahan utamanya berupa nyeri di daerah
epigastrium, kuadran kanan atas atau prekordium. Rasa nyeri lainnya adalah
kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadangkadang baru menghilang beberapa jam kemudian.
Penyebaran terjadi ke punggung bagian tengah, skapula, atau
kepuncak bau, disertai mual dan muntah.
Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri
menghilang setelah mengkonsumsi antasida. Kalau terjadi kolesistitis,
keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam dan
sewaktu kandung empedu tersentuh ujung jari tangan sehingga pasien
berhenti menarik nafas yang merupakan tanda rangsangan peritoneum.
Pemeriksaan fisik
Batu kandung empedu
Kalau ditemukan kelainan,

biasanya

berhubungan

dengan

komplikasi, seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum,


hidrops kandung empedu, empiema kadung empedu, atau pankreatitis
Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punktum
maksimum di daerah letak anatomi kandung empedu. tanda Murphy positif
apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik napas panjang

15

karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan


pemeriksa dan pasien berhenti menarik napas.
Batu saluran empedu
Batu saluran empedu tidak menimbulkan gejala atau tanda dalam
fase tenang. Kadang teraba hati agak membesar dan sklera ikterik. Patut
diketahui bahwa bila kadar bilirubin darah kurang dari 3 mg-dl, gejala
ikterik tidak jelas. Apabila sumbatan saluran empedu bertambah berat, baru
akan timbul ikterus klinis.
Apabila timbul serangan kolangitis yang umumnya disertai
obstruksi, akan ditemukan gejala klinis yang sesuai dengan beratnya
kolangitis tersebut. Kolangitis akut yang ringan sampai sedang biasanya
kolangitis bakterial nonpiogenik yang ditandai dengan trias charcot, yaitu
demam dan menggigil, nyeri didaerah hati, dan ikterus. Apabila terjadi
kolangitis, biasanya berupa kolangitis piogenik intrahepatik, akan timbul
lima gejala pentade Reynold, berupa tiga gejala trias Charcot, ditambah
syok, dan kekacauan mental atau penurunan kesadaran sampai koma. Kalau
ditemukan riwayat kolangitis yang hilang timbul, harus dicurigai
kemungkinan hepatolitiasis.
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Batu

kandung

empedu

yang

asimtomatik

umunya

tidak

menunjukkan kelainan laboratorik. Apabila terjadi peradangan akut, dapat


terjadi leukositosis. Apabila ada sindrom

Mirizzi,

akan

ditemukan

kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledokus oleh


batu, dinding yang udem di daerah kantong 1artmann, dan penjalaran
radang ke dinding yang tertekan tersebut. Kadar bilirubin serum yang tinggi
mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledokus. Kadar fosfatase
alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya meningkat
sedang setiap kali ada serangan akut.
b. Pemeriksaan pencitraan

16

Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitivitas yang


tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran
empedu intrahepatikmaupun ekstrahepatik. Dengan ultrasonografi juga
dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem
karena peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat ada duktus
koledokus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang udara dalam usus.
Dengan ultrasonografi, punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung
empedu yang gangren lebih ejlas daripada dengan palpasi biasa.
Foto polos perut tidak memberikan gambaran yang khas. Kadang
kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi
dapat dilihat dari foto polos.
Kolesistografi dengan kontras, untuk penderita tertentu dilakukan
karena relatif murah, sederhana dan cukup akurat untuk melihat batu
radiolusen.
Foto rontgen dengan kolangipankretikografi endoskopi retrograd di
appila vater (ERCP) atau melalui kolongiografi transhepatik perkutan (PTC)
berguna untuk pemeriksaan batu kandung emepdu dengan gangguan fungsi
hati yang tidak dapat dideteksi dengan ultrasonografi dan kolesistografi oral,
mislanya karena batu kecil.
3.3.8 Tatalaksana
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan.
Nyeri yang

hilang-timbul

menghindari atau

bisa

mengurangi

dihindari
makanan

atau

dikurangi
berlemak.

dengan
Pilihan

penatalaksanaak antara lain:


a) Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga
kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat
terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka
mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi

17

yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren,


diikuti oleh kolesistitis akut.
b) Kolesistektomi laparaskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya
kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli
bedah mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut
dan pasien dengan batu duktus koledokus. Secara teoritis keuntungan
tindakan

ini

dibandingkan

prosedur

konvensional

adalah

dapat

mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien


dapat cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik.
Masalah yang belum terpecahkan adalah kemanan dari prosedur ini,
berhubungan dengan insiden komplikasi 6r seperti cedera duktus biliaris
yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama kolesistektomi
laparaskopi.
c) Disolusi medis
Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan
adalah angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat
disolusi hanya memrlihatkan manfaatnya untuk batu empedu jenis
kolesterol. Penelitian prospektif acak dari asam xenodeoksikolat telah
mengindikasikan bahwa disolusi dan hilangnnya batu secara lengkap
terjadi sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan, kekambuhan batu tejadi pada
50% pasien.
d) Disolusi kontak
Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten
(metil-ter-butil-eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter
yang diletakkan per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan batu
empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian
utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5 tahun).
e) Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)

18

Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biayamanfaat pad saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas
pada pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani
terapi ini.
f) Kolesistotomi
Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan di
samping tempat tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang
bermanfaat, terutama untuk pasien yang sakitnya kritis.
3.3.9

Terapi

Ranitidin
Komposisi: Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet,
50 mg/ml injeksi.
Indikasi: Ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap
simetidina, ulkus duodenum, hiperekresi asam lambung (Dalam
kasus kolelitiasis ranitidin dapat mengatasi rasa mual dan muntah /
anti emetik).
Perhatian: Pengobatan dengan ranitidina dapat menutupi gejala
karsinoma lambung, dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil.
NaCl
NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida/Natrium Clorida yang dimana
kandungan osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di
dalam plasma tubuh.
NaCl 3 % berisi Sodium Clorida/Natrium Clorida tetapi kandungan
osmolalitasnya lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam
plasma tubuh.
3.3.10 Penatalaksanaan Diet
Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh
jumlah lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol dari

19

metabolisme lemak, sehingga klien dianjurkan/dibatasi dengan makanan cair


rendah lemak. Menghindari kolesterol yang tinggi terutama yang berasal dari
lemak hewani. Suplemen bubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk
ke dalam susu skim dan adapun makanan tambahan seperti: buah yang
dimasak, nasi ketela, daging tanpa lemak, sayuran yang tidak membentuk gas,
roti, kopi/teh.
3.3.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis:
a. Asimtomatik
b. Obstruksi duktus sistikus
c. Kolik bilier
d. Kolesistitis akut
Empiema
Perikolesistitis
Perforasi
e. Kolesistitis kronis
Hidrop kandung empedu
Empiema kandung empedu
Fistel kolesistoenterik
Ileus batu empedu (gallstone ileus)
Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya makanan
mengakibatkan/ menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu
yang tadi ada dalam kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus
sistikus, batu dapat menetap ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu
menutupi duktus sitikus secara menetap maka mungkin akan dapat terjadi
mukokel, bila terjadi infeksi maka mukokel dapat menjadi suatu empiema,

20

biasanya kandung empedu dikelilingi dan ditutupi oleh alat-alat perut (kolon,
omentum), dan dapat juga membentuk suatu fistel kolesistoduodenal.
Penyumbatan duktus sistikus dapat juga berakibat terjadinya kolesistitis akut
yang dapat sembuh atau dapat mengakibatkan nekrosis sebagian dinding
(dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan dapat membentuk suatu fistel
kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi perforasi kandung empedu yang
berakibat terjadinya peritonitis generalisata.
Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus
pada saat kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai
duktus koledokus kemudian menetap asimtomatis atau kadang dapat
menyebabkan kolik. Batu yang menyumbat di duktus koledokus juga
berakibat terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis, kolangiolitis, dan
pankretitis.
Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui
terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar dapat
menyumbat pad bagian tersempit saluran cerna (ileum terminal) dan
menimbulkan ileus obstruksi.

BAB IV
ANALISIS KASUS

Seorang prempuan berusia 40 tahun datang ke RSUD BARI dengan


keluhan nyeri perut kanan bawah. Dari anamnesis didapatkan bahwa kurang
lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluh nyeri pada perut
sebelah kanan bawah dan pinggang, nyeri perut bersifat hilang timbul dan
berlangsung 15 menit sampai 1 jam dan terasa seperti terpelintir. Nyeri perut

21

timbul terutama setelah penderita makan makanan berlemak. Penderita juga


mengeluh nyeri pada bahu sebelah kanan, mual (+), muntah (-), demam (-),
riwayat kuning (-). BAK normal, frekuensi 3-4 kali/hari, warna kuning muda,
darah (-), nyeri saat BAK (-), BAK berpasir (-). BAB normal, frekuensi 1 kali
sehari, konsistensi lunak, warna cokelat, darah (-), lendir (-).
Pada tanggal 31 Maret 2015 penderita berobat kemudian dilakukan
USG dengan hasil Colelitiasis Multifel. Penderita disarankan untuk dioperasi
dan dirawat di bangsal kelas 3 bangsal penyakit dalam kemudia pasien di alih
rawat ke bangaim bangsal bedah.
Dari anamnesis ini diperoleh diagnosis bandingnya yaitu kolelitiasis,
kolesistitis, dan kolangitis.
Dari pemeriksaan fisik diperoleh status generalis dalam batas normal. Pada
status lokalis didapatkan palpasi abdomen lemas, nyeri tekan di perut kanan atas,
Murphy sign (-), hepar dan lien tidak teraba. Tidak adanya demam dan tanda Murphy
sign (-) ini menyingkirkan diagnosis kolesistitis. Namun, belum menyingkirkan
kolelitiasis.
Dari hasil USG diperoleh data bahwa Colelitiasis Multifel, dinding tidak

menebal,dan tidak ada kolesistitis.


Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan USG ditegakkan diagnosis pada
pasien ini yaitu colelitiasis. Terapi definitif pada pasien ini adalah
kolesistektomi. Prognosis pasien ini quo ad vitam bonam dan quo ad
fungtionam bonam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi
ke-6. Jakarta: EGC.
2. Moore, K. L. and A. F. Dalley. 2006. Clinically Oriented Anatomy, 5th
Ed.Lippincott, Williams & Wilkins, Baltimore
3. Netter, F. H. 2003. Atlas of Human Anatomy, 3rd Ed.Icon Learning Systems,
Teterboro.

22

4. Sjamsuhidajat, R. Jong, W. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta:


EGC.
5. Reshetny, Vasiliy Ivanovich. 2012. Concept of the pathogenesis and treatment
of cholelithiasis. World J Hepatol. 27; 4(2): 18-34
6. Cahyono. JBSB. Batu empedu. Jakarta: KanisiusH. 2009. Hal.27.
7. Bellows, Charles F. Berger, David H. Management of Gallstones. American
Family Physician. August 2005. Vol.27. No.4.
8. National Digestive Diseases Information Clearinghouse. Gallstone. NIH
Publication.2013. No. 132897.

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit batu empedu merupakan salah satu penyakit abdomen
yang paling

banyak membawa pasien datang berobat ke rumah sakit. Setiap

tahun prevalensi batu kandung empedu semakin meningkat. . Terdapat beberapa


faktor yang mempengaruhi pembentukan batu empedu diantaranya pola
hidup, genetik, dan infeksi. Penyakit batu empedu ini sering terjadi di negara

23

barat terutama di negara industri dengan angka insidens mencapai 20%,


sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis.
Kolelithiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan
di dalam kandung empedu atau saluran empedu, atau keduanya. Sebagian besar
batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu.
Kebanyakan pasien dengan batu empedu tidak menunjukkan gejala
klinis (asimtomatik) dan seringkali ditemukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan ultrasomography (USG). Pasien dapat mengalami nyeri
abomen

(kolik biliaris) atau ditemukan gejala yang disebabkan oleh

komplikasi akibat

obstruksi oleh batu atau akibat proses inflamasi.

Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu,


tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran
empedu menjadi batu saluran empedu (koledokolithiasis) dan disebut batu saluran
empedu sekunder.
Perjalanan batu saluran empedu sekunder belum begitu jelas, tetapi
komplikasi akan lebih sering terjadi dan semakin berat dibandingkan batu pada
kandung empedu asimptomatik. Distribusi jenis kelamin untuk

batu empedu

adalah 2-3 kali lebih sering pada perempuan dibandingkan laki-laki,


sehingga

insidens kolesistitis calculous juga lebih tinggi pada wanita.


Di Indonesia belum ada data pasti mengenai kolesistitis dan

kolelithiasis yang

terjadi secara bersamaan, namun walaupun belum ada data

epidemiologis penduduk, insidensinya di Indonesia relatif lebih rendah


dibandingkan negara-negara barat. Kolesistitis akut dapat berkembang menjadi
empiema, perikolesistitis hingga perforasi pada kandung empedu. Maka dari itu
diperlukan

penegakan diagnosis dan penanganan yang tepat pada kasus batu

kandung

empedu agar dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.

Masalah :

24

1. Apa penyebab dari nyeri perut kanan atas?


2. Apa komplikasi pada kasus ini ?
3. Apa diagnosis banding dari kolelithiasis?
4. Apa tatalaksana kolelithiasis?
5. Apa gejala kolelithiasis ?
6. Bagaimana klasifikasi batu empedu ?
7. Pemeriksaan penunjang apa saja yang boleh dilakukan pada pasien
kolelithiasis?
8. Bagaimana edukasi diet pada kasus ini ?

Anda mungkin juga menyukai

  • Perawatan Diabetes Melitus
    Perawatan Diabetes Melitus
    Dokumen66 halaman
    Perawatan Diabetes Melitus
    Rina Budiarti
    Belum ada peringkat
  • PROLANIS
    PROLANIS
    Dokumen32 halaman
    PROLANIS
    Redho Afriando
    Belum ada peringkat
  • Status
    Status
    Dokumen11 halaman
    Status
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Twiit
    Twiit
    Dokumen1 halaman
    Twiit
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • NEUROPATI DIABETES
    NEUROPATI DIABETES
    Dokumen27 halaman
    NEUROPATI DIABETES
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • One Piece
    One Piece
    Dokumen1 halaman
    One Piece
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Pterigium Grade 3
    Pterigium Grade 3
    Dokumen11 halaman
    Pterigium Grade 3
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Adat Khitanan Dedek
    Adat Khitanan Dedek
    Dokumen1 halaman
    Adat Khitanan Dedek
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Neuropati
    Diabetes Neuropati
    Dokumen19 halaman
    Diabetes Neuropati
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Gynekologi
    Gynekologi
    Dokumen10 halaman
    Gynekologi
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • JIWA
    JIWA
    Dokumen17 halaman
    JIWA
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Case Depresi
    Case Depresi
    Dokumen39 halaman
    Case Depresi
    Aulia Putri Mentari
    Belum ada peringkat
  • JIWA
    JIWA
    Dokumen17 halaman
    JIWA
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen19 halaman
    Anemia
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Refrat
    Refrat
    Dokumen17 halaman
    Refrat
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Ami
    Ami
    Dokumen16 halaman
    Ami
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Skenario C
    Skenario C
    Dokumen3 halaman
    Skenario C
    Try Febriani Siregar
    Belum ada peringkat
  • Gerd
    Gerd
    Dokumen22 halaman
    Gerd
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen6 halaman
    Bab III
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Laporan FIX SKENARIO D 2014
    Laporan FIX SKENARIO D 2014
    Dokumen61 halaman
    Laporan FIX SKENARIO D 2014
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Agama
    Agama
    Dokumen37 halaman
    Agama
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Penanganan Limbah Padat
    Penanganan Limbah Padat
    Dokumen14 halaman
    Penanganan Limbah Padat
    Mukhlis Adam
    Belum ada peringkat
  • Makalah Hukum Islam
    Makalah Hukum Islam
    Dokumen10 halaman
    Makalah Hukum Islam
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Perut Kembung
    Perut Kembung
    Dokumen1 halaman
    Perut Kembung
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Endocarditis
    Endocarditis
    Dokumen4 halaman
    Endocarditis
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Hukum, Ham, Dan Demokrasi
    Hukum, Ham, Dan Demokrasi
    Dokumen18 halaman
    Hukum, Ham, Dan Demokrasi
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Dkenario C Blok 16
    Laporan Tutorial Dkenario C Blok 16
    Dokumen9 halaman
    Laporan Tutorial Dkenario C Blok 16
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial
    Laporan Tutorial
    Dokumen49 halaman
    Laporan Tutorial
    Muhammad Agung Wijaksana
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat