LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi
Nama
: Ny.NR
Usia
: 40 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Pekerjaan
: IRT
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Alamat
: Palembang
MRS
: 28 maret 2015
: 123444
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan bawah
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Os mengeluh nyeri kurang lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit os
mengeluh nyeri pada perut sebelah kanan bawah dan pinggang, nyeri perut
bersifat hilang timbul dan berlangsung 15 menit sampai 1 jam dan terasa
tajam. Nyeri perut
berlemak. Penderita juga mengeluh nyeri pada bahu sebelah kanan, mual (+),
muntah (-), demam (-), riwayat kuning (-). Os juga mengeluh nyeri kepala.
BAK normal, frekuensi 3-4 kali/hari, warna kuning muda, darah (-), nyeri saat
BAK (-), BAK berpasir (-). BAB normal, frekuensi 1 kali sehari, konsistensi
lunak, warna cokelat, darah (-), lendir (-).
Pada tanggal 28 maret 2015 penderita berobat ke dokter kemudian
dilakukan USG dengan hasil colelitiasis multifel.Os dibawa ke RSUD BARI.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Kesadaran
: E4M6V5
Gizi
: cukup
Pernapasan
: 22x/menit
Nadi
: 92x/menit
Tekanan darah
:120/80 mmHg
Suhu
: 37,1O C
Kepala
Pupil
Leher
Kelenjar-kelenjar
Toraks
Abdomen
Genitalia eksterna
Status lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: distensi, nyeri tekan di perut kanan bawah, Murphy sign (-), hepar
dan lien tidak teraba, tidak teraba massa pada ke empat kuadran
abdomen.
Perkusi
Kolelitiasis
Kolesistitis
Kolangitis
Ulkus petikum
Edukasi
Informed consent
Analgetik
Diet rendah lemak
Kolesistektomi
2.7 Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Vesica billiaris (kandung empedu) adalah sebuah kantong
berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan bawah (fascies viceralis)
hepar. Vesica billiaris mempunyai kemampuan menampung empedu
sebanyak 30-50 ml dan menyimpannya, serta memekatkan empedu dengan
cara mengabsorbsi air. Vesica billiaris dibagi menjadi fundus, corpus, dan
collum. Fundus vesica billiaris berbentuk bulat dan biasanya menonjol
dibawah margo inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus
bersentuhan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung cartilago
costalis IX dextra. Corpus vesica billiaris terletak dan berhubungan dengan
facies visceralis hepar dan arahnya ke atas, belakang, dan kiri. Collum
vesica biliaris melanjutkan diri sebagai duktus sistikus yang berbelok dalam
omentum minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus
communis untuk membentuk ductus choledochus.
Peritoneum meliputi seluruh bagian fundus vesica biliaris dan
menghubungkan corpus dan collum vesica biliaris dengan facies visceralis
hepar.
Hubungan
Ke anterior
Ke posterior
Perdarahan
Arteriae arteria cystica, cabang arteria hepatica dextra
Venae vena cystica mengalirkan darah langsung ke vena porta.
Sejumlah arteria dan venae kecil juga berjalann diantara hepar an
vesica biliaris.
Aliran limfe
3.3 Kolelitiasis
3.3.1
Definisi
Kolelitiasis dimaksudkan untuk penyakit batu empedu yang dapat
batu
kolesterol
terbentuk
di
dalam
kandung
empedu
Klasifikasi
Epidemiologi
Etiologi/Faktor Resiko
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini.
Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin
besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut
antara lain:
a. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu.
Kehamilan,
yang
menigkatkan
kadar
esterogen
juga
10
11
Dijumpai nyeri di daerah hipokondrium kanan, yang kadangkadang disertai kolik bilier yang timbul menetap/konstan.
Rasa nyeri kadang-
12
13
3.3.6. Patogenesis
Hepatolithiasis ialah batu empedu yang terdapat di dalam saluran
empedu dari awal percabangan duktus hepatikus kanan dan kiri meskipun
percabangan tersebut mungkin terdapat di luar parenkim hati. Batu tersebut
umumnya berupa batu pigmen yang berwarna cokelat, lunak, bentuknya
seperti lumpur dan rapuh.
Hepatolihiasis akan menimbulkan kolangitis piogenik rekurens atau
kolangitis oriental yang sering sulit penanganannya.
Batu kandung empedu dapat berpindah ke dalam duktus koledokus
melalui duktus sistikus, batu tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran
empedu secara parsial atau komplet sehingga menimbulkan gejala kolik
empedu. Pasase batu berulang melalui duktus sistikus yang sempit dapat
menimbulkan
iritasi
dan
perlukaan
sehingga
dapat
menimbulkan
14
dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau tertahan oleh
striktur, batu akan tetap berada di sana sebagai batu duktus sistikus.
Kolelthiasis asimtomatik biasanya diketahui secara kebetulan,
sewaktu pemeriksaan ultrasonografi, pembuatan foto polos perut, atau
perabaan sewaktu operasi. Pada pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak
ditemukan kelainan.
3.3.7
Diagnosis
Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan gejala-gejala yang terjadi pada
kolelitiasis. Setengah sampai dua pertiga penderita batu kandung empedu
adalah asimptomatik. Keluhan yang mungkin timbul berupa dispepsia yang
kadang disertai intolerans terhadap makanan berlemak.
Pada yang simptomatik, keluahan utamanya berupa nyeri di daerah
epigastrium, kuadran kanan atas atau prekordium. Rasa nyeri lainnya adalah
kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadangkadang baru menghilang beberapa jam kemudian.
Penyebaran terjadi ke punggung bagian tengah, skapula, atau
kepuncak bau, disertai mual dan muntah.
Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri
menghilang setelah mengkonsumsi antasida. Kalau terjadi kolesistitis,
keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam dan
sewaktu kandung empedu tersentuh ujung jari tangan sehingga pasien
berhenti menarik nafas yang merupakan tanda rangsangan peritoneum.
Pemeriksaan fisik
Batu kandung empedu
Kalau ditemukan kelainan,
biasanya
berhubungan
dengan
15
kandung
empedu
yang
asimtomatik
umunya
tidak
Mirizzi,
akan
ditemukan
16
hilang-timbul
menghindari atau
bisa
mengurangi
dihindari
makanan
atau
dikurangi
berlemak.
dengan
Pilihan
17
ini
dibandingkan
prosedur
konvensional
adalah
dapat
18
Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biayamanfaat pad saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas
pada pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani
terapi ini.
f) Kolesistotomi
Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan di
samping tempat tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang
bermanfaat, terutama untuk pasien yang sakitnya kritis.
3.3.9
Terapi
Ranitidin
Komposisi: Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet,
50 mg/ml injeksi.
Indikasi: Ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap
simetidina, ulkus duodenum, hiperekresi asam lambung (Dalam
kasus kolelitiasis ranitidin dapat mengatasi rasa mual dan muntah /
anti emetik).
Perhatian: Pengobatan dengan ranitidina dapat menutupi gejala
karsinoma lambung, dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil.
NaCl
NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida/Natrium Clorida yang dimana
kandungan osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di
dalam plasma tubuh.
NaCl 3 % berisi Sodium Clorida/Natrium Clorida tetapi kandungan
osmolalitasnya lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam
plasma tubuh.
3.3.10 Penatalaksanaan Diet
Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh
jumlah lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik mensintesis kolesterol dari
19
20
biasanya kandung empedu dikelilingi dan ditutupi oleh alat-alat perut (kolon,
omentum), dan dapat juga membentuk suatu fistel kolesistoduodenal.
Penyumbatan duktus sistikus dapat juga berakibat terjadinya kolesistitis akut
yang dapat sembuh atau dapat mengakibatkan nekrosis sebagian dinding
(dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan dapat membentuk suatu fistel
kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi perforasi kandung empedu yang
berakibat terjadinya peritonitis generalisata.
Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus
pada saat kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai
duktus koledokus kemudian menetap asimtomatis atau kadang dapat
menyebabkan kolik. Batu yang menyumbat di duktus koledokus juga
berakibat terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis, kolangiolitis, dan
pankretitis.
Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui
terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar dapat
menyumbat pad bagian tersempit saluran cerna (ileum terminal) dan
menimbulkan ileus obstruksi.
BAB IV
ANALISIS KASUS
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi
ke-6. Jakarta: EGC.
2. Moore, K. L. and A. F. Dalley. 2006. Clinically Oriented Anatomy, 5th
Ed.Lippincott, Williams & Wilkins, Baltimore
3. Netter, F. H. 2003. Atlas of Human Anatomy, 3rd Ed.Icon Learning Systems,
Teterboro.
22
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit batu empedu merupakan salah satu penyakit abdomen
yang paling
23
komplikasi akibat
batu empedu
kolelithiasis yang
kandung
Masalah :
24