Anda di halaman 1dari 23

Latar Belakang

Penggunaan compound sodium laktat (CSL) 30 ml/kg iv pada laparoskopi ginekologi kurangi kejadian muntah, mual dan penggunaan antiemetik (dibandingkan 10 ml/kg) Tujuan : mengevaluasi pengaruh penggunaan cairan intravena pada kejadian mual dan muntah pasca tiroidektomi 100 pasien yang telah dijadwalkan operasi tiroidektomi Secara acak dibagi 2 kelompok (CSL-10 (n=50) menerima CLS 10 ml/kg dan CSL-30 (n=50) menerima CSL 30 mg/kg) Kejadian mual dan muntah, perlu tidaknya penggunaan antiemetik dan analgesik dinilai oleh pada 0.5,2,6,12,18 dan 24 jam setelah operasi Dilakukan juga penilaian tingkat kepuasan pasien (0-100) Mual (64%) sama pada kedua kelompok (P= 0.1). Muntah 34% pada kelompok CSL-10 dan 32% pada kelompok CSL-30 (P=0.83). Penggunaan antiemetik (P=0.84) dan analgesik (P= 0.72) tidak berbeda secara signifikan pada kedua kelompok Tingkat kepuasan pasien juga dibandingkan (P=0.39) Penggunaan CSL 30ml/kg iv pada pasien tiroidektomi tidak mengurangi angka kejadian mual, muntah dan penggunaan antiemetik dibandingkan dengan CSL 10ml/kg

Metode

Hasil

Kesimpulan

Mual dan muntah pasca operasi (PONV) salah satu masalah yang paling ditakuti oleh pasien bedah.

Menghindari PONV adalah penting untuk pasien, lebih

Insiden PONV sangat bervariasi, tergantung pada faktor nonanaesthetik dan anesthesia. Pemberian cairan intravena terbukti mengurangi insiden dan keparahan PONV di berbagai jenis operasi termasuk operasi laparoskopi (kolesistektomi, ginekologis dan bypass lambung) Hipotesis infus larutan garam seimbang di 30ml/kg akan mengurangi insidensi PONV lebih baik dibandingkan dengan 10 ml/kg pada pasien sehat yang menjalani tiroidektomi.

dari nyeri pasca operasi analgesia Pasien bersedia membayar lebih untuk antiemetik yang efektif.

Kriteria inklusi

Kriteria eksklusi

Seluruh pasien yang akan dilakukan tiroidektomi

CHF Hipertensi Peny. Katup jantung DM Epilepsi R. Alergi obat Pemberian antiemetik 24 jam terakhir

Persetujuan tertulis 102 pasien tiroidektomi -Struma multinoduler -Struma multinoduler toksik

Komposisi CSL : -Sodium 131 mmol/l - Kalium 5 mmol/l -Kalsium 2 mmol/l -Klorida 111 mmol/l -Laktat 29 mmol/l

Pengacakan dengan komputer


CSL 10 (51) Menerima CSL 10 mg/ kg CSL 30 (51) Menerima CSL 30 mg/kg

Pemberian cairan pada preoperatif dan selama operasi (hanya dokter anastesi yang mengetahui cairan yang diberikan)

Semua pasien diberikan anastesi umum dengan standar monitoring Analgetik post op Paracetamol 1 gr diberikan 30 menit sebelum operasi selesai dilanjut titrasi morfin 2 mg/5 menit
Di ruang perawatan diberikan paracetamol (iv)1 g /6 jam Tramadol (im) 1 mg/kg/8 jam

Obat anastesi yang digunakan propofol 2-4 mg/kg fentanil 2 g/kg Cisatracurium 1.5 mg/kg Neostigmin 50 g/kg Atropin 10 g/kg

Pasien boleh makan dan minum 6 jam post op

Observasi mual dan muntah pada 30 menit, 2,6,12,24 jam

Antiemetik yang diberikan metoclorpamid (iv) 10mg/8 jam Bila dalam 30 menit tidak berhenti diberikan ondansentron (iv) 4 mg

Kecuali yang telah ditentukan, data dirangkum dengan menggunakan mean SD untuk variabel kontinyu dan persentase untuk variabel kategori. Analisis statistik yang digunakan adalah students t-test untuk variabel kontinyu dan X2 untuk variabel kategoris atau Yates correction bila diperlukan. Analisis statistik SPSS 13.0 (SPSS Inc 233 S. Wacker Drive, Chicago, Illinois, USA). P = <0,05 dianggap signifikan secara statistik.

102 pasien

Kel CSL 10 (51)

Kel CSL 30 (51) 1 eksklusi (menerima deksametason setelah dianastesi) Kel CSL 30 (50)

1 eksklusi (menerima antiemetik saat op)

Kel CSL 10 (50) Tidak menerima antiemetik (22)


Mual (17)

P= 0,88

Tidak menerima antiemetik (23)


Mual (16)

P = 0,82

Karakteristik pasien pada kedua kelompok tidak ada perbedaan berarti Insiden mual dan muntah , penggunaan antiemetie dan analgesik tidak berbeda secara signifikan pada kedua kelompok Ondansetron diberikan hanya jika metoclopramide sudah diberikan. Tak satu pun dari pasien yang mengalami komplikasi dari pemberian cairan tambahan

Penelitian acak, prospektif dan terkontrol ini gagal mengamati manfaat pemberian CSL 30ml/kg bila dibandingkan dengan 10 ml / kg dalam mengurangi kejadian PONV setelah tiroidektomi. Banyak artikel telah dipublikasikan menunjukkan penggunaan terapi cairan intravena untuk mengurangi kejadian PONV Volume yang digunakan dalam studi ini tidak sama, pada penelitian Ali dkk. digunakan 15 ml / kg Holte dkk. digunakan 40ml/kg dan Maharaj et al. menunjukkan potensi 2ml/kg/ jam waktu puasa (= 24 vs3 ml / kg) untuk mengurangi kejadian PONV secara nyata pada pasien berisiko tinggi yang menjalani laparoskopi ginekologis.

Peneliti memilih untuk menggunakan metodologi yang sama dengan yang digunakan oleh Magner et al . yang menemukan bahwa pemberian intravena CSL 30 ml / g untuk wanita sehat yang menjalani laparoskopi ginekologi mengurangi kejadian mual, muntah dan penggunaan antiemetik bila dibandingkan dengan CSL 10 ml / kg . Yogendran et al . tidak dapat menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam PONV pada periode pasca operasi dini dengan pemberian cairan intravena tetapi menunjukkan signifikan perbedaan setelah 24 jam . Tampaknya hipoperfusi mukosa usus perioperatif karena hipovolemia merupakan salah satu penyebab PONV dalam operasi abdominal . Iskemia menyebabkan pelepasan serotonin , yang merupakan pemicu mual dan muntah

Pada penelitian ini tidak menemukan apapun yang signifikan

Inilah sebabnya mengapa volume besar cairan intravena mengurangi PONV setelah kolesistektomi laparoskopi , bypass lambung dan prosedur ginekologis

Operasi tiroid berbeda dari operasi abdomen, karena iskemia usus tidak mungkin terjadi karena sirkulasi splanknikus tidak terlibat , perdarahan rendah dan hipotensi jarang terjadi.
tidak mengurangi PONV dalam penelitian ini .

Ini mungkin alasan mengapa pemberian cairan intravena

Bahkan , Joris et al gagal mengamati manfaat pemberianoksigen tambahan pada PONV setelah tiroidektomi . Oksigen perioperatif mungkin mengurangi jumlah jaringan usus iskemik dan dengan demikian,risiko mual dan muntah Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa mual dan muntah setelah tiroidektomi tidak karena iskemia usus .

Sebaliknya , Tominaga dan Nakahara [ 19 ] menunjukkan bahwa 20 posisi reverse trendelenburg selama operasi tiroid memberikan pengurangan 40 % pada kejadian PONV dan mengurangi muntah lebih dari 50 % . Posisi ini juga mengurangi kehilangan darah , sehingga mereka menyarankan bahwa defisit volume intravaskular mungkin menjadi faktor dalam PONV Apfel et al . [ 20 ] mengembangkan skor risiko yang disederhanakan untuk memprediksi PONV pada dewasa berdasarkan empat faktor : perempuan, riwayat mabuk atau PONV ; status tidak merokok; dan penggunaan opioid untuk analgesia pascaoperasi .

Penelitian ini memiliki keterbatasan potensial.


Pertama , pemberian cairan intravena dimulai di

daerah pra operasi dan ruang operasi dan selesai pada akhir operasi , sedangkan studi terbaru merekomendasikan pemberian cairan pra operasi daripada cairan intravena perioperatif sebagai terapi untuk mengurangi PONV Kedua , kami tidak mengevaluasi skor nyeri , yang tampaknya menjadi lebih rendah pada pasien yang menerima cairan infus volume besar pada laparoskopi ginekologis, tetapi kami tidak menemukan perbedaan statistik pada pemberian morfin { P = 0.72 ) dan tramadol ( P = 0,16 )

Ketiga , ini bukan studi dosis - respon ,

peneliti hanya mengevaluasi dosis yang terbukti efisien dalam operasi jenis lain Keempat , meskipun benar hipotesis nol yang mengatakan pemberian CSL 30 ml / kg dibandingkan dengan 10ml/kg mengurangi insiden PONV sebesar 40 % tidak dapat ditolak , efek seperti itu tidak mungkin untuk dideteksi

Beberapa obat telah terbukti memiliki profilaksis dan berpengaruh terhadap PONV setelah tiroidektomi :
reseptor serotonin antagonis
Droperidol Deksametason

Propofol

Kami gagal untuk mengamati manfaat penggunaan CSL 30 ml/kg dibandingkan dengan CSL10 ml/kg dalam mengurangi kejadian mual muntah pasca operasi (PONV) setelah tiroidektomi.

Anda mungkin juga menyukai