Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN a.

Latar Belakang Perilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat berinteraksi, klien kecemasannya meningkat dalam merespon stresor. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/bahaya dari luar. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Melati II RS P sebagai lahan praktek, diperoleh data bah!a "# $ klien yang ra!at ulang. Masalah asuhan kepera!atan yang ditemukan adalah menarik diri, curiga, halusinasi dan ketidakmampuan mera!at diri. %ari masalah-masalah yang ditemukan, pembahasan mengenai asuhan kepera!atan curiga belum banyak ditemukan. Berdasarkan &enomena tersebut, kelompok tertarik untuk mempelajari lebih lanjut dan menyajikan dalam bentuk seminar dengan topik '(suhan )epera!atan )lien dengan *uriga' b. Tujuan Penulisan. +ujuan kelompok mahasis!a mera!at klien ,, melakukan seminar dan menulis laporan studi kasus adalah Mengerti asuhan kepera!atan klien curiga berdasarkan konsep dan teori yang benar. Menerapkan asuhan kepera!atan klien curiga Menyebarluaskan asuhan kepera!atan yang telah dilakukan kepada klien .

c. Proses Penulisan. (suhan kepera!atan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan proses kepera!atan yang meliputi tahap pengkajian, perumusan diagnosa kepera!atan, perencanaan, pelaksanaan dan e.aluasi. Pengkajian dilakukan dengan cara obser.asi, !a!ancara dan peran serta langsung klien dalam kegiatan yang ada diruangan. %ari hasil pengkajian didapatkan masalah kepera!atan, setelah penemuan masalah dibuat perancanaan dan dilaksanakan serta dilakukan e.eluasi kemudian diseminarkan.

BAB III TINJAUAN TEORITI A. Proses terja!in"a #asala$. Prilaku curiga merupakan gangguan berhubungan lingkungan Prilaku dengan orang lain dan yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku merupakan prilaku proyeksi terhadap perasaan ditolak,

tersebut tampak jelas saat indi.idu berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. curiga ketidakadekuatan dan in&eriority. )etika klien kecemasannya meningkat dalam merespon terhadap stresor, intra personal, ekstra personal dan inter personal. Perasaan ketidak nyamanan di dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai ancaman/ bahaya dari luar. )lien akan mempunyai &okus untuk memproyeksikan perasaannya yang akan menyebabkan perasaan curiga terhadap orang lain dan lingkungannya. Proyeksi klien tersebut akan menimbulkan prilaku agresi& sebagaimana yang muncul pada klien atau klien mungkin menggunakan mekanisme pertahanan yang lain seperti reaksi &ormasi mela!an agresi&itas, ketergantungan, a&ek tumpul, denial, menolak terhadap ketidaknyamanan. /aktor predisposisi dari curiga adalah tidak terpenuhinya trust pada masa bayi. +idak terpenuhinya karena lingkungan yang bermusuhan, orang tua yang otoriter, suasana yang kritis dalam keluarga, tuntutan lingkungan yang tinggi terhadap penampilan anak serta tidak terpenuhinya kebutuhan anak. %engan demikian anak akan menggunakan mekanisme &antasi untuk meningkatkan harga dirinya atau dia akan mengembangkan tujuan yang tidak jelas. Pada klien , dari data yang ditemukan &aktor predisposisi dari prilaku curiga adalah gangguan pola asuh. %i dalan keluarga klien merupakan anak angkat dari keluarga yang pada saat itu belum memiliki anak. )lien menjadi anak kesayangan ayahnya, karena klien dianggap sebagai pemba!a rejeki keluarga. Sejak kelahiran adik-adiknya 0 " orang 1 klien mulai merasa tersisih dan tidak diperhatikan, merasa tidak nyaman, sehingga klien merasa terancam dari lingkungan keluarganya. Sejak itu klien tidak percaya pada orang lain, sering marah-marah dan mengamuk sehingga klien diba!a oleh keluarganya ke RS ji!a.

B. %asala$&#asala$ "ang #uncul 'a!a klien curiga. Masalah yang biasanya timbul pada klien curiga karena adanya kecemasan yang timbul akibat klien merasa terancam konsep dirinya, kurangnya rasa percaya diri

terhadap lingkungan yang baru/asing 0masalah ini tidak muncul pada klien ,1. Masalah lain yang juga sering muncul pada klien curiga yaitu marah, timbul sebagai proyeksi dari keadaan ketidak adekuatan dari perasaan ditolak 0masalah ini muncul pada klien 1. Isolasi sosial merupakan masalah yang juga muncul pada diri klien. )lien menarik diri akibat perasaan tidak percaya pada lingkungan . *uriga merupakan a&ek dari mekanisme koping yang tidak e&ekti&, klien menunjukan bingung peran, kesulitan membuat keputusan, berprilaku destrukti& dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tidakl sesuai, dan masalah ini ada pada diri klien. Masalah lain yang timbul adalah gangguan pera!atan diri dan data yang diperoleh - klien berpenampilan tidak adekuat, dimana klien tidak mandi, tidak mau gosok gigi, rambut kotor dan banyak ketombe, kuku kotor dan panjang. 0masalah ini ada pada diri klien1 Pada klien muncul juga gangguan harga diri rendah, dimana klien mempunyai pandangan negati& terhadap dirinya ditunjukkan dengan prilaku menarik diri atau menyerang orang lain.0 masalah ini ada pada diri klien1 Potensial gangguan nutrisi, pada klien curiga biasanya mengira makanan itu beracun atau petugas mungkin sudah memasukkan obat-obatan ke dalam minumannya, akibatnya tidak mau makan - minum. 0masalah ini tidak ada pada diri klien1

BAB I( PELA) ANAAN PRO E )EPERA*ATAN Pelaksanaan proses kepera!atan berorientasi pada masalah yang timbul pada klien. Pada bab ini akan menyampaikan secara singkat mengenai pelaksanaan proses kepera!atan yang meliputi - %iagnosa )epera!atan, +ujuan jangka panjang, Inter.ensi, 2.aluasi dan tindak lanjut. (dapun proses kepera!atan secra lengkap ada pada lampiran. Diagnosa ke'era+atan I Potensial melukai diri sendiri/ orang lain s/d ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstrukti&. +upan - +idak melukai orang lain/ diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah secara konstrukti&. Inter.ensi 3. Membina hubungan saling percaya dengan klien . 4. Memelihara ketengann lingkungan, suasana hangat dan bersahabat. 5. Mempertahan kan sikap per!at secara konsisten. 6. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah. #. Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah. 7. Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilekukan bila klien marah. ". Mendiskusikan dengan klien cara konstrukti&. 8. Mendiskusikan dengan keluarga 0 pada saat kunjungan rumah 1 ttg marah pada klien , apa yang sudah dilakukan bila klien marah dirumah bila klien cuti. 2.aluasi )lien mau menerima petugas 0mahasis!a 1, dan membalas salam. Berespon secara .erbal. Membalas jabat tangan, mau diajak berbicara. )lien mampu mengungkapkan penyebab marahnya. )lien dapat mengenal tanda-tanda marah. )lien megatakan kalau amuk itu tidak baik. mengungkapkan marah secara

)lien dapat memperagakan tehnik relaksasi.

+indak lanjut Melanjutkan untuk latihan marah yang konstrukti& dengan tehnik relaksasi, tehnik aserti&. Diagnosa ke'era+atan II ,angguan hubungan sosial9 menarik diri sehubungan dengan curiga. Inter.ensi 3. Membina hubungan saling percaya. 4. Bersikap empati pada klien. 5. Mengeksplorasi penyebab kecurigaan pada klien . 6. Mengadakan kontak sering dan singkat. #. Meningkat respom klien terhadap realita. 7. Memberikan obat sesuai dengan program terapi dan menga!asi respon klien. ". Mengikut sertakan klien dalam +() sosialisasi untuk berinteraksi. 2.aluasi )lien mampu mengeksplorasi yang menyebabkan curiga. )lien disiplin dalam meminum obat sesuai program terapi.

+indak lanjut+eruskan untuk program sosialisasi/ interaksi klien untuk mengurangi kecurigaan. %iagnosa )epera!atan III Penampilan diri kurang s/d kurang minat dalam kebersihan diri. +upan - Penampilan klien rapih dan bersih serta klien mampu mera!at kebersihan diri. Inter.ensi 3. Memperhatikan tentang kebersihan klien . 4. Mendiskusikan dengan klien ttg gunanya kebersihan. 5. Memberikan rein&orsemen positi& apa yang sudah dilakukan klien. 6. Mendorong klien untuk mengurus kebersihan diri. +indak lanjut Perlu dilanjutkan dengan +() tentang kegiatan sehari-hari. Berikan moti.asi agar klien mau mera!at diri.

BAB ( PE%BAHA AN Ibu % 0 4: tahun 1, dari data yang diketahui mengalami masalah halusinasi &ase III , dengan masalah lain yaitu menarik diri, penampilan diri tidak ade;uat, tidak mampu mengungkapkan marah secara konstrukti&. Prioritas pemecahan masalah yang diatasi secara berurutan adalah9 menarik diri, halusinasi dan penampilan diri tidak ade;uat. Menarik diri diutamakan karena setelah terciptanya hubungan saling percaya klien mau membuka diri pada pera!at, selanjutnya barulah dapat diinter.ensi masalah selanjutnya secara bersama-sama. %iba!ah ini akan dibahas satu persatu proses pemberian asuhan kepera!atan berdasarkan masalah kepera!atan klien ibu %. 3. Menarik diri. Pada a!alnya klien menolak untuk berhubungan. Pada saat itu pera!at menggunakan rencana tindakan yang telah dibuat seperti melakukan teknik-teknik komunikasi terapeutik, bersikap menerima kondisi klien, dan lain-lain sesuai rencana tindakan. %engan segala kesabaran akhirnya secara bertahap klien mau membuka diri. )lien bercerita tentang kondisinya, perasaannya, problema rumah tangganya, serta harapannya. %engan pendekatan intensi& klien lebih dapat mempercayai pera!at. %engan modal kepercayaan tersebut klien mudah untuk diarahkan. )lien belajar berhubungan dengan lingkungan sekitar seperti dengan klien yang lain, pera!at yang lain. )lien juga dilibatkan dalam terapi akti.itas kelompok - sosialisasi dengan respon yang sangat baik klien memperkenalkan diri, menyebutkan alamat, hobi dan lain-lain. Belakangan ini diketahui klien telah mempunyai teman akrap 0 klien lain 1 dalam satu ruangan. %engan demikian penyelesaian masalah sampai akhir mahasis!a praktek dapat dikatakan berhasil. 4. <alu=sinasi. <alusinasi terkaji sejak pertemuan a!al, yang mana klien sering bicara dan terta!a sendiri dan tampak mendengarkan sesuatu 0memasang kupingnya1 dengan mata menatap pada satu arah. >amun saat dikaji lebih jauh dengan menanyakan apakah klien mendengar sesuatu, kilen mengatakan tidak, dan hal ini tidak dapat terkaji hingga akhir praktek. %engan adanya tingkah laku klien saat berbicara dan terta!a sendiri telah menunjukkan adanya halusinasi dengar, dibuatlah rencana tindakan yang

kemudian diimplementasikan sebagai berikut - memutuskan halusinasi klien dengan cara kontak sering tapi singkat, teknik distraksi, dan lain-lain sesuai dengan apa yang direncanakan. )ondisi yang sering berubah-ubah 0data tentang halusinasinya1 membuat tindakanpun sering tak berurutan namun disesuaikan dengan masalah klien. Sekitar # minggu dilakukan inter.ensi, klien tidak lagi menunjukkan tingkah laku halusinasi yang sering, yang mana klien sudah dapat menceritakan tentang keluarganya, perasaannya dan lain-lain dengan tingkah laku yang tenang. <anya kadang-kadang tingkah laku itu muncul jika klien duduk menyendiri, dan saat ditanya dengan siapa klien berbicara klien mengatakan tidak tahu. >amun pera!at tidak berputus asa untuk terus coba menggali permasasalahannya 0 halusinasinya 1 dan sekaligus melakukan inter.ensi halusinasi secara berulang. Sejauh ini penyelesaian masalah boleh dikatakan mengalami kemajuan karena beberapa teknik distraksi halusinasi sudah dapat dilakukan klien yakni dengan mengadakan kontak dengan klien lain di ruangan dan &rekuensi bicara dan terta!a sendiri menurun. %engan demikian dapat dikatakan permasalahan halusinasi telah terselesaikan !alaupun belum tuntas dan perlu di!aspadai pula kemungkinan kambuh. 5. Penampilan diri kurang ade;uat. %ari pengamatan pera!at, secara umum kegiatan diperhatikan. %engan timbulnya masalah sehari-hari klien adalah tidur, makan dan jalan-jalan di ruangan. Sehingga untuk kebersihan dirinya tidak kebersihan diri yang kurang ade;uat, pera!at mulai mengiter.ensi klien. %ari e.aluasi didapatkan klien telah dapat mandi sendiri dengan kualitas mandi yang baik yakni mandi dengan menggunakan sabun dan mencuci rambut dengan sampo, dan dari penampilan klien, klien tampak bersih dan rapih. >amun kegiatan untuk kebersihan diri ini dilaksanakan tanpa jad!al yang telah dibuat bersama pera!at, yang mana !aktu mandi klien semaunya. %ari e.aluasi yang didapatkan bah!a penyelesaian masalah dapat dikatakan masih belum optimal.

6. )urang mampu mengungkapkan marah secara konstrukti&. Berdasarkan pengamatan mahasis!a, klien cepat sekali tersinggung dengan menunjukkan tinggkah laku menarik diri bila ada sesuatu tindakan yang dilakukan oleh sesama klien yang tidak berkenan padanya. %engan adanya masalah ini pera!at mulai menerapkan inter.ensi yakni dengan mengkaji &aktor pencetus marah pada klien dan mendiskusikan cara-cara menyalurkan marah secara konstrukti&. %ari hasil e.aluasi, klien tampak kurang memberikan tanggapan secara serius, hal ini dapat

terlihat dari ekspresi !ajah klien yang datar. >amun pada minggu keempat klien dapat diajak berdiskusi dalam hal penyaluran marah secara konstrukti&, dalam hal ini klien mulai menceriterakan pada pera!at adanya perasaan tidak senang yang dibuat oleh klien lain . %ari apa yang di bahas di atas, bah!a kemajuan yang diperoleh dari klien setelah dilakukan tindakan kepera!atan . !alaupun sejauh ini hasil yang didapatkan belum optimal, namun dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan seperti apa yang dikatakan dalam teori dapat dibuktikan. +idak optimalnya hasil, dapat ditinjau

kembali dari berbagai segi seperti !aktu interaksi yang sempit yakni 4 hari dalam seminggu 0 kamis ? jumat 1 , itupun hanya beberapa jam dalam seharinya, dapat mempengaruhi kontinuitas interaksi. Selain itu ketidakseragaman tindakan/ asuhan yang diberikan antar sesama pera!at atau tim medis membuat ketajaman terapi sulit diberikan. <al ini dapat terlihat dari timbul tenggelamnya halusinasi klien. /asilitas yang kurang baik, sarana maupun prasarana untuk mendukung tindakan kepera!atan seperti pola akti.itas dan tata ruangan merupakan salah satu kendala penyelesaian masalah. uga kurangnya support sistim lingkungan terutama dari keluarga dapat menghambat pengoptimalan dari hasil.

BAB (I )E I%PULAN DAN ARAN A. )E I%PULAN. 3. (suhan kepera!atan ibu % 0 4: thn 1 diberikan berdasarkan proses kepera!atan yang dia!ali dengan 4. %ari pengkajian diketahui pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, klien mempunyai masalah antara lain - halusinasi, implementasi kemudian e.aluasi. menarik diri, penampilan diri yang tidak ade;uat dan ketidakmampuan menyalurkan marah secara konstrukti&. 5. Setelah dibuat rencana tidakan yang kemudian diimplementasikan, dari e.aluasi terhadap klien diketahui klien mangalami kemajuan. Beberapa masalah dapat diselesaikan !alaupun hasil yang didapat belum optimal., seperti - klien sudah dapat berinteraksi dengan klien lain dan pera!at, halusinasi dapat terkontrol, penampilan diri cukup ade;uat dan dapat menyalurkan marah secara konstrukti&. 6. Beberapa kendala yang ditemui dan menghambat pengoptimalan tindakan kepera!atan yang diberikan antatara lain - !aktu interaksi yang terbatas, kurangnya kontuinitas tindakan, ketidakseragaman tindakan yang diberikan antara sesama pera!at maupun tim kesehatan lainnya, &asilitas 0 sarana dan prasarana 1 yang kurang mendukung, serta kurangnya support sistem dari lingkungan terutama keluarganya. B. ARAN. Penulisaaan makalah kepera!aan ibu %, bukan merupakan akhir dari tugas kepera!atan ji!a, melainkan langkah a!al dalam peningkatan asuhan kepera!atan, oleh karena itu disarankan 3. Pemberian asuhan kepera!atan terhadap ibu % dapat dilanjutkan sesuai dengan apa yang tertera dalam rencana tindakan, atau modi&ikasi berdasarkan masalah klien. 4. Perbanyak !aktu interaksi dengan klien dan isi hubungan dengan tindakan 0komunikasi dan perilaku 1 yang terapeutik. 5. @akukan tindakan kepera!atan secara berkesinambungan, sambil senantiasa die.aluasi respon yang didapat dari klien. Berikan tindakan sesuai dengan respon klien / masalah klien.

6. Apayakan keseragaman persepsi dan tindakan dalam memberikan asuhan kepeara!atan, baik antar sesama pera!at lainnya. #. Memodi&ikasi &asilitas untuk mendukung tindakan kepera!atan yang diberikan misalnya, mem&asilitasi mandi, mencuci baju sendiri dan mengeringkannya, melakukan terapi akti&itas kelompok, dan lain-lain. 7. Memoti.asi terus keluarga serta melibatkannya dalam asuhan kepera!atan yang diberikan. maupun dengan tim kesehatan

BAB III

Proses Terja!in"a %asala$. ,angguan hubungan sosial merupakan gangguan kepribadian yang tidak &leksibel, respon sosial yang maladaptit& yang mengganggu &ungsi seseorang dalam melaksanakan hubungan sosial 0 Ra!linsB lCC5 1. ,angguan hubungan sosial meliputi - curiga, manipulasi , ketergantungan pada orang lain, gangguan komunikasi dan menarik diri. Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa maka didapatkan bah!a masalah kepera!atan yang dijumpai pada klien Ibu %. adalah menarik diri. Menarik diri adalah suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung 0 %irjen )es!a, lC85 1. Seorang yang cenderung mengembangkan perilaku menarik diri menunjukkan perilaku seperti menyendiri, menolak berbicara dengan orang lain, kurang berpartisipasi dalan akti&itas, perasaan malas, perasaan gagal karena tidak mampu melakukan sesuatu yang berarti, sulit membuat keputusan, pola tidur memanjang dan mengisolasi diri 0 %irjen )es!a, lC85 1. %ari pengkajian terhadap Ibu %. perilaku menarik diri ditunjukkan dengan perilaku menyendiri, banyak tiduran di tempat tidur, melamun , kurang inisiati& dan kurang berpartisipasi dalam pembicaraan, menja!ab pertanyaan pera!at seperlunya saja dengan satu-dua patah kata, kurang berpartisipasi dalam kegiatan ruang pera!atan dan kurangnya perhatian pada penampilan diri atau kebersihan dirinya . *ara berpikir klien menarik diri dapat tiba-tiba terhambat atau tidak mampu berpikir. +idak adanya rangkaian cara berpikir ini menyebabkan timbulnya inkoherensi dalam proses berpikir . ,angguan proses pikir ini dapat ditandai dengan adanya halusinasi dan !aham 0%irjen )es!a,lC85 1. <alusinasi adalah persepsi terhadap stimulus ekstrenal tanpa adanya stimulus yang diberikan 0 Ra!lins , lCC5 1. <alusinasi dapat berupa halusinasi dengar, lihat, penciuman, raba dan kecap.%ari hasil pengkajian pada Ibu %. didapatkan bah!a ibu %.mengalami halusinasi dengar yang ditunjukkan dengan bicara atau terta!a sendiri, tanpa adanya orang lain yang di ajak bicara,sambil memasang telinga dan memandang ke satu arah dengan tatapan tajam. ,angguan proses pikir lain adalah !aham yaitu suatu pikiran yang salah karena bertentangan dengan kenyataan. >amun pada Ibu %. belum dijumpai tanda-tanda ini. Amumnya proses pikir klien menarik diri tidak adekuat, tidak sesuai dan apatis., kadang-kadang klien menunjukkan ketegangan yang berlebihan yang tiba-tiba. Pada

saat kecemasan memuncak 0 e=cited 1 tingkah lakunya dapat eksploitati& yang secara tiba-tiba ia dapat menyerang lingkungan atau melukai dirinya. Pada diri Ibu %. didapatkan perilaku amuk ini di rumah berdasarkan in&ormasi keluarga yaitu saat ia sedang menonton tele.isi dengan adegan perkelahian atau kekerasan tiba-tiba klien mengamuk, memecahkan barang rumah tangga dan menyerang /memukuli ibunya. %engan alasan inilah keluarga baru memba!a klien untuk dira!at di rumah sakit ji!a. +etapi selama di rumah sakit klien tidak menunjukkan perilaku ini. Dalaupun demikian pada klien ini tetap mempunyai potensi untuk terjadinya amuk Munculnya perilaku menarik diri tidak lepas dari adanya &aktor .

predisposisi yakni

masa tumbuh kembang teruama pada usia bayi 0 :-3 tahun 1 masa pembentukan trust dan mistrust. >amun pada diri ibu %. masa ini dilalui dengan baik , ia medapat perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. )on&lik yang terjadi pada Ibu % mulai tampak setelah ayahnya meninggal, yakni pada usia klien C tahun di tambah adanya suasana komunikasi dalam keluarga yang kurang terbuka. Pada usia puber 0 usia 37 tahun 1 klien menikah dengan laki-laki yang sebenarnya tidak dicintainya. /aktor psikologis lain adalah kebiasaan klien menutup diri, jarang mengungkapkan perasaan pada orang lain baik pada ibu maupun pada kakaknya. /aktor pencetus munculnya perilaku menarik diri pada Ibu %. disebabkan oleh adanya stress yang berat di mana klien mengalami kegagalan dalam berumah tangga . Ia sering dimarahi dan dipukuli suaminya oleh karena alasan ringan seperti tidak dapat memasak enak atau terlambat pulang dari pasar. Setelah klien mengalami gangguan ji!a suaminya kemudian menceraikannnya. %alam upaya mengoptimalkan kee&ekti&an proses terapi yang diberikan &aktor keluarga sangat menentukan. )urangnya support system keluarga, ketidaksiapan keluarga seperti ketidakmampuan keluarga mera!at klien menarik diri serta lingkungan sosial yang tidak mendukung dapat meningkatkan kondisi menarik diri dan meningkatkan resiko kambuh bila klien sudah memungkinkan untuk dipulangkan. %engan demikian keterlibatan dan keikutsertaan keluarga diperlukan sejak a!al masuk rumah sakit. Pada klien Ibu %, didapatkan adanya support system tetapi kurang adekuat yakni keluarga menjenguk klien tiap 3: hari sekali , namun keluarga tidak memahami penyebab gangguan ji!a klien dan tidak mampu mera!atnya. Antuk itu selama perencanaan dan inter.ensi kepera!atan klien keluarga telah dilibatkan . >amun lingkungan sosialnya belum dapat dikaji lebih lanjut sehingga klien masih tetap

mempunyai potensi kambuh. Antuk inter.ensi ini pera!at belum bisa melakukannya mengingat !aktu yang tersedia. ,. PROBLE% TREE - Po$on %asala$ . Pena#'ilan !iri ti!ak a!ekuat )urang #inat !l# kebersi$an !iri %enarik Diri Pengungka'an #ara$ "ang ti!ak konstrukti/ Potensial A#uk E/ek

,URI0A Proble#

,ore

Harga Diri Ren!a$

,ausa

)on/lik ibling )e$ilangan berke'anjangan

PEN0)AJIAN P I)O O IAL I. I!entitas )lien >ama klien Amur enis kelamin Suku Status Pekerjaan (gama (lamat MRS Postur tubuh Penampilan - >n.,.. - 6" +ahun - Perempuan. - +ionghoa. - ,adis. - +idak bekerja - Budha. - ,g.%arma!an E. >o. 5a Rt :6/R! :6 )arang (nyar akarta Pusat.. - 3C"8. - )lien tampak kurus, +B- 37: cm, BB- #4 kg, Rambut pendek beruban,tidak pernah sisiran,banyak ketombe ,gigi kuning sudah banyak yang tanggal.,kuku panjang dan kotor,tidak pernah pakai sandal.,pakaian jarang ganti. )ebiasaan Sering menyendiri di lantai dekat tempat tidur sambil merokok,suka bersih-bersih,0kamar mandi,ruangan1,cuci piring. In&ormasi - )lien, keluarga dan pera!at ruangan serta status klien.

II. Perse'si !an $ara'an klien 1 keluarga a. Persepsi klien tentang masalah )lien mengatakan bah!a dia merasa kesal dengan saudara-saudaranya,klien dirumah kerjaannya hanya bersih-bersih got rumahnya,sedangkan saudaranya enak-enak saja 0setiap klien berceritra tentang dirumahnya 1,nada suaranya agak meninggi dan menangis mengatakan ingin pulang. b. Persepsi keluarga tentang masalah )eluarga mengatakan mungkin klien tidak akan sembuh lagi. %ari anggota keluarga nya tidak ada yang sakit ji!a seperti klien dan langsung nangisnya berhenti juga. )lien sering

c. Harapan klien tentang pemecahan masalah )lien ingin sembuh, ingin sehat jasmani dan rohani. )lien ingin pulang seperti keluarganya yang lain ,tidak dirumah sakit terus. d. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah )eluarga menginginkan klien sembuh dari sakitnya,tidak marah-marah terus bila dirumah,apalagi sakit dulu ngamuk,ingin keluarga perilakunya tidak bisa seperti orang sehat dan pada umumnya.)eluarga mengatakan kalau memang belum sembuh biar saja di rumah ,karena mengatasi membuat keluarga/lingkungannya terganggu.atur minum obat, makanan secara teratur dan latihan bekerja. III. Pengkajian Psikologis a. Status emosi Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa, menyendiri, melamun, tiduran di tempat tidur. arang berkomunikasi dengan klien lain. 2kspresi muka tampak datar. Bila klien marah atau tersinggung oleh orang lain, klien lebih suka diam dan menekan perasaan itu sendiri. Meskipun klien pernah membanting piring dan gelas saat marah karena disuruh oleh roh halus. Saat berinteraksi, klien mampu menja!ab pertanyaan pera!at meskipun dengan ja!aban singkat. b. Kosep diri roh halus yang membisik telinganya. )lien juga mengatakan ia juga sering menyendiri, diam diri di kamar, malas berbicara dengan keluarga. )emudian keluarga memba!a ke rumah )lien tidak ingin pulang dari RS karena merasa sulit menghindari roh-roh halus atau setan yang selalu mengganggunya. %ari pada di rumah kambuh, lebih baik di rumah sakit. )lien merasa tidak dapat bekerja karena ijasahnya hanya S%. dan klien merasa sulit mencari kerja. )lien mengatakan mungkin saya sampai mati di RS saja. (spek konsep diri klien S. dimana tentang gambaran diri9 klien memandang dirinya sebagai manusia yang apa adanya, harga diri klien 9 klien mengatakan dirinya hanya lulus S% dan tidak mampu melakukan sesuatu pekerjaan9 identitas klien jelas dan klien tahu akan identitasnya9 ideal diri klien ingin supaya sembuh dan sehat kembali9 sedangkan peran nya, klien mengatakan tidak mempunyai peran dalam kehidupan baik pada diri sendiri ataupun keluarganya.

c. Gaya komunikasi )lien berbicara secara berhati-hati, tidak meloncat-loncat dari satu topik ke topik yang lain. )lien memberikan in&ormasi dengan jelas jika diberikan pertanyaan oleh pera!at. depan. d. Pola interaksi )lien jarang berinteraksi dengan klien lain dan pera!at. )lien lebih suka tiduran di tempat tidur serta melamun. %idalam berinteraksi klien lebih suka diam, mendengarkan pembicaraan orang lain atau melamun. )lien lebih mengharapkan kedatangan keluarganya. %i rumah klien tidak terbuka kepada anggota keluarga. Bila menghadapi masalah tidak pernah diungkapkan pada keluarga melainkan disimpan sendiri. e. Pola pertahanan Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka berdiam diri di kamar, melamun, menekan rasa marahnya. +etapi klien pernah membanting piring, gelas. )lien mengatakan tidak mengetahui cara-cara untuk mengatasi masalahnya. I(. Pengkajian sosial a. Pendidikan dan pekerjaan : Pendidikan terakhir sebagai sis!a SMP. )lien pernah bekerja di )osipa selama 5 tahun, kemudian keluar karena bosan. )emudian pindah ke bengkel bubut di (ncol selama 3 tahun, karena merasa capek, klien keluar dan saat ini menganggur. )lien mengatakan lebih senang tinggal di rumah sakit dari pada di rumah, karena tidak tahu apa yang dapat dikerjakan di rumah dan kadang-kadang malah membuat klien S menyendiri di kamar. b. Hubungan sosial )lien jarang menyampaikan perasaannya kepada teman-temannya. )lien tidak mempunyai teman dekat. %irumah klien juga jarang berbicara dengan saudarasaudaranya. %i rumah sakit klien suka tiduran, bengong, melamun di kamar, jarang berbicara dengan pasien lain. arang balik memberikan pertanyaan. 2kspresi non.erbal saat berionteraksi yaitu datar, kadang-kadang kontak mata, kadang-kadang melihat ke

c. Faktor sosial budaya )lien beraghama Islam, sebelum MRS klien rajin menjalankan sholat lima !aktu, mengaji, sedangkan selama MRS klien tidak melakukan sholat lima !aktu ataupun kegiatan rohani lainnya yang diadakan di rumah sakit pada setiap hari kamis, klien S. selalu dipaksa baru mulai terlibat dan selalu dia!asi dalam mengikuti kegiatan ini. Sumber keuangan klien dari saudaranya. Penghasilan keluarga setiap bulan kurang lebih 3,# juta.

d. Gaya hidup Sebelum sakit 0 3: tahun1 yang lalu klien tinggal bersama ibu dan isterinya di Pekalongan. )lien menghabiskan !aktunya untuk bekerja di sa!ah.

(. Pengkajian )eluarga Genogram

)lien selama ini tinggal dengan adiknya >y. S. 5" tahun yang telah bersuami dan telah memiliki 5 orang anak. )lien paling dekat dengan adiknya 0>y.S.1 sedangkan ibu klien tinggal di Pekalongan. Meskipun klien menikah hanya berlangsung selama 5 bulan, karena istrinya hanya menginginkan hartanya saja, lalu meninggalkannya. (I. Pengkajian )ese$atan 2isik A. Masalah kesehatan yang lalu dan sekarang 3. Penyakit dan pera!atan di rumah sakit yang lalu +ahun 3C88 pernah dira!at di RSA Pekalongan karena mengalami kecelakaan pada saat mengendarai sepeda motor milik temannya, kemudian tangannya dioperasi. 4. Penyakit sekarang +anggal 3" (pril 3CC" klien mengatakan tenggorokan gatal, serak dan batuk-batuk. Pemeriksaan &isik - Berat Badan- 6" kg9 +inggi Badan- 3":

cm9 >adi- 8: = / menit9 Suhu - 57,# *elsius9 +ekanan %arah - 3:: / ": mmhg9 Pernapasan - 4: = / menit. 5. Pengobatan sekarang (mpicilin 5 = #:: mg 6. (lergi )lien tidak ada ri!ayat alergi / gatal-gatal terhadap makanan atau obat-obatan. . Kebiasaan sekarang 3. Penampilan diri Penampilan klien 9 kulit kotor, rambut kotor dan tidak disisir, gigi kotor, pakaian kusut dan tidak rapih, serta kuku panjang dan hitam / kotor. Mandi sehari sekali, mencuci rambut seminggu sekali, jarang sikat gigi, ganti pakaian dua hari sekali. Sikap tubuh agak bungkuk 0seperti ki&osis1 4. Rokok )lien merokok, kadang-kadang sehari habis 4 batang. 5. Minuman keras )lien mengatakan tidak pernah meminum minuman keras, seperti yang mengandung alkohol. 6. Pola tidur )lien mengatakan sulit tidur karena sering diganggu oleh roh-roh halus serta klien jarang tidur siang. #. Pola makan )lien makan tiga kli sehari menghabiskan porsi yang diberikan, tetapi kadang-kadang harus sedikit karena perutnya mual. )lien makan bersama-sama temannya. 7. Pola eliminasi B.a.b. 3 - 4 hari sekali, b.a.k. 7 - " kali sehari )lien tidak menggunakan obat la=ansia. ". +ingkat akti&itas

Peran serta dalam akti&itas jarang karena klien lebih suka melamun, tiduran di dalam kamar. Selama MRS klien sering diajak untuk mengikuti kegiatan di ruangan seperti9 menyapu, mengepel dan mengelap kaca. Sedangkan selama di rumah klien jarang diajak atau di libatkan untuk melakukan kegiatan akti&itas sehari-hari karena dianggap tidak mampu untuk mengerjakannya. 8. +ingkat energi )lien tampak malas, dan tiduran terus. (III tatus atau )ea!aan %ental A. Kebenaran data: )lien tampaknya hati-hati, jujur dalam memberikan in&ormasi. Semua in&ormasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa yang disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah. . Status sensorik: Penglihatan Pendengaran Penciuman Pengecapan Perabaan !. Status persepsi )lien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya. )lien sering berbicara sendiri, senyum sendiri karena mendengar sesuatu. D. Status motorik Motorik kasar)lien berjalan, berpakaian, dan berbicara masih terkontrol Motorik halus )lien mampu menulis, menggenggam sesuatu, memasukan kancing ke dalam lubang kancing tanpa tremor. ". A#ek 2mosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang diungkapkan. - )adang-kadang berkunag-kunang, secara umum - &ungsinya baik. - )lien sering mendengan suara-suara seperti ada- rintihan adiknya yang dibunuh orang. - +ak ada kelainan - +ak ada kelainan - +ak ada kelainan

Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut terta!a. F. $rientasi )lien mengenal orang yang ada disekitarnya. )lien mengetahui berada di RS )lien mengetahui tentang !aktu. G. %ngatan )lien kurang dapat berpikir secara rasional. *ontoh- )etika ditanya sebab kecekaaan 3: tahun yang lalu, klien mengatakan ada sesuatu yang mendorong sepeda motornya kemudian tabrak mobil.

H. &aya tilik diri 'insigt( )lien mengetahui penyebab di ra!at di RS karena klien sering diam, melamun atau melempar gelas, piring, mendengar suara-suara. (III. Diagnosa %e!ik SFchiFophrinea tak tergolongkan Progra# 'engobatan #e!ik3 +riFine # mg, 5= sehari (rtan 4 mg, 5= sehari *hlorpromaFine 3:: mg, 5= sehari

ANALI A DATA )LA I2I)A I DATA Data ub"ekti/3 )lien mengatakan Sering tiduran diu tempat tidur dan ,angguan hubungan sosial - menarik jarang berbicara dengan klien diri lain atau pera!at. Bila berinteraksi klien lebih suka diam dan mendengar pembicaraan. arang membicarakan masalahnya dengan orang lain )alau sembuh mau ngapain ijasah saya hanya S% Data Ob"ekti/3 )lien sering tiduran, bengong di tempat tidur, melamun )lien sering tampak putus asa. Data ub"ekti/ 3 )lien mengatakan Sering mendengar kalau bengong suara-suara, Potensial melukai diri sendiri dan orang sedang lain. dan terutama melamun, %A ALAH

menjelang tidur. Saya diba!a ke rumah sakit karena saya membanting gelas, piring, barang-barang lainnya karena disuruh oleh roh halus. Bolehkah berteman dengan roh halus karena ia yang sering mengajak saya berbicara. Data Ob"ekti/3 )lien tidur tampak mendengarkan sesuatu bila tiduran di tempat

)lien sering tersenyum sendiri,

mulut komat-kamit Data ub"ekti/3 )lien mengatakan %iba!ah ke rumah sakit karena di rumah kliem membanting piring, gelas dan barang lain. ika kesal atau marah suka berdiam diri dalam kamar )lien tidak mengetahui cara mengatasinya Data ub"ekti/3 )lien mengatakan )lien mandi sekali sehari, kadangkadang dua hari sekali, mencuci rambut seminggu sekali. Malas rambut, Data Ob"ekti/3 )ulit agak kotor Rambut kotor ,tidak disisir ,igi kotor Pakaian kusut )uku panjang dan hitam )lien banyak tiduran di tidur arang melakukan akti&itas termasuk tempat untuk mandi, mencuci kuku, memotong ,angguan kebersihan diri. Potensial marah yang destrukti&

menggosok gigi.

BAB ( PE%BAHA AN %alam bab pembahasan ini akan diuraikan sejaumana keberhasilan tindakan kepera!atan secara teoritis yang telah diaplikasikan terhadap klien S. Proses terjadinya halusinasi dengar pada klien S. sejalan dengan &ase-&ase atau tahap-tahap dalam teori halusinasi, yaitu dimulai dengan klien sering menyendiri, melamun, pemikiran internal menjadi lebih menonjol seperti gambaran suara dan sensasi, klien berada pada tingkat listening disusul dengan halusinasi lebih menonjol. )lien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasi, dimana halusinasi memberikan kesenangan dan rasa aman sementara, dan ahhirnya halusinasi berubah menjadi mengancam. (dapun tindakan kepera!atan pada klien halusinasi dengar salah satunya adalah tidak menyangkal dan tidak mendukung. Setelah diaplikasikan pada klien S ternyata teori tersebut dapat diterima oleh klien. )lien dapat menerima realita bah!a suara-suara tersebut hanya didengar oleh klien, sedangkan orang lain tidak mendengar. %alam teori tindakan halusinasi dengar harus dilakukan kontak yang sering dan singkat dengan tujuan untuk memutuskan stimulus interna, setelah diaplikasikan pada klien S, ternyata kontak sering dan singkat setiap 4: menit selama 5-# menit klien mengeluh merasa capek kemudian kami lakukan modi&ikasi dengan melakukan kontak setiap 3 jam selama 3: menit, dan hasilnya lebih baik. Stimulasi internal dapat terputus dan klien tidak merasa kelelahan. %isamping melalui kontak yang sering dan singkat, didukung juga oleh kegiatan yang dilakukan secara rutin di ruangan dengan melibatkan klien dalam pembuatan jad!al kegiatan sehari-hari. <asil akhir halusinasi dengar klien S yang semula didengar pada pagi, siang, sore dan malam hari, sekarang hanya didengar pada malam hari ketika menjelang tidur. +erapi akti&itas kelompok- sosialisasi dan gerak 0senam dan bermain .olley1 yang telah dilakukan pada klien S, sangat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien, terutama pada masalah menarik diri dan halusinasi dengar. Melalui kegiatan terapi akti&itas kelompok 0+()1 tersebut klien mampu berhubungan dengan orang lain dan mampu memutuskan stimulus internal. %idalam menyelesaikan masalah klien tentang tidak tahu cara mengungkapkan marah yang konstrukti&, kelompok menerapkan konsep cara mengungkapkan marah yang konstrukti& yaitu mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah, cara-cara mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini, berdiskusi dengan klien tentang cara mengungkapkan marah yang destrukti& dan

konstrukti&. Setelah tika kali pertemuan, hal ini dapat membantu klien dalam mengekspresikan marah secara konstrukti&. )lien juga dapat mengerti tanda-tanda marah dalam dirinya, klien dapat mendemostrasikan cara mengungkapkan marah yang konstrukti&. Pada klien dengan halusinasi dengar, muncul masalah gangguan kebersihan diri. +etapi dengan tindakan yang selalu mengingatkan klien atau membuat jad!al kegiatan yang teratur membantu klien untuk memelihara kebersihan dirinya. %ari lima diagnosa kepera!atan yang ditemukan pada klien S. 0satu diagnosa kepera!atan pada keluarga1 yang dapat terselesaikan ada tiga diagnosa kepera!atan, yaitu masalah tentang menarik diri, tidak tahu cara mengungkapkan marah secara konstrukti& dan gangguan kebersihan diri.

BAB (I )E I%PULAN DAN ARAN Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan kepera!atan pada klien S dengan halusinasi dengar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 3. %engan melakukan kontak yang sering dan singkat disertai dengan tidak mendukung dan tidak menyangkal apa yang diungkapkan klien dapat membantu memutuskan siklus halusinasi klien dan mempercepat orientasi klien pada realita. 4. +erapi akiti&itas kelompok - sosialisasi dan gerak merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat membantu menyelesaikan masalah halusinasi dengar dan menarik diri. 5. *ara mengungkapkan marah yang kostrukti& sangat diperlukan pada klien halusinasi dengar, khususnya isi halusinasinya bersi&at menyuruh, mengejek dan mengancah. %ari kesimpulan di atas dapat kami memberikan beberapa saran sebagai berikut 3. %alam memberikan asuhan kepera!atan klien dengan halusinasi dengar, hendaknya dilakukan kontak yang sering dan singkat dengan memodi&ikasi berdasarkan kemampuan dan kebutuhan klien. Selain itu tidak mendukung dan tidak menyangkal isi halusinasinya. 4. +erapi akti&itas kelompok 0+()1 hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur karena merupakan sustu terapi yang dapat mempercepat proses penyembuhan. 0dapat memutuskan stimulus internal klien dengan memberikan stimulus eksternal1. 5. )lien dengan halusinasi dengar hendaknya diajarkan cara-cara marah yang konstrukti&, terutama bila isi halusinasinya bersi&at menyuruh, mengejek dan mengancam agar tidak membahayakan diri sendiri, orang lain atau lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai