Anda di halaman 1dari 18

Skenario Modul 2 Yang Penting Cepat Tina Takbisa, seorang presenter televisi yang juga lulusan FKG, datang

ke Klinik Prostodonsia Universitas Sagala Aya karena merasa terganggu dengan crown pada gigi 11 nya yang sudah berkali-kali lepas walaupun telah disementasi. Tina ingin giginya tersebut dicabut saja dan diganti dengan protesa immediate agar tidak terlihat ompong setelah giginya di ekstraksi. Pada saat yang sama, Tina juga membawa ibunya yang ingin dibuatkan gigi tiruan. Dari pemeriksaan, ibu Tina membutuhkan GTSL free-end unilateral untuk rahang atas dan bilateral untuk rahang bawah. Tidak terdapat lagi oclusal stop pada kedua gigi tiruan yang akan dibuat tersebut. Gigi yang hilang adalah 17, 16, 15, 11, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 37, 36, 35, 44, 45, 46, dan 47. gigi 14 dan 34 mengalami mesial drifting. Bagaimana Saudara menjelaskan pembuatan gigi tiruan Tina dan ibunya?

TERMINOLOGI 1. Protesa Immediate : Gigi Tiruan yang langsung dipasang setelah gigi selesai di cabut, dibuat sebelum gigi di cabut. 2. Oclusal Stop : hubungan gigi dengan antagonisnya secara vertikal pada saat gigi beroklusi dimana minimal masih ada 3 titi kontak oklusi, 1 di anterior dan 2 di posterior. Orang yang memliki oklusi sentrik, dimensi vertikal langsung ditentukan dengan oklusi sentrik. 3. GTSL free end unilateral : GT yang diindikasikan pada orang yang memiliki keadaan rahang yang tidak memiliki gigi di bagian posterior pada satu sisi rahang. 4. GTSL free end bilateral : GT yang diindikasikan pada orang yang memiliki daerah tanpa gigi di bagian posterior pada satu rahang.

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH 1. Mengapa crown Tina sering lepas? Sementasi : - konsistensi semen tidak sesuai - terlampau tipis preparasi tidak sesuai dengan prinsip-prinsip preparasi karies pada gigi penyangga tersebut 2. Jika tidak ada lagi oclusal stop pada ibu tina, dengan apa ditentukan dimensi vertikal gigi ibu Tina? Dapat dibantu dengan oclusal rim : dari bahan malam setinggi oklusi sentrik rahang. Temukan relasi vertikal dulu, baru relasi sentrik. 3. Apakah tujuan Tina mengganti dengan protesa immediate? Mengembalikan fonetik pasien Mengurangi beban psikologis Kesehatan pasien >> penyembuhan luka Estetis Fungsi fisiologis 4. Apa keuntungan dan kerugian Gigi Tiruan Immediate? Keuntungan: estetik, fonetik, menyembuhkan luka, resorbsi lebih teratur, adaptasi gigi pasien lebih baik Kerugian : biaya mahal, sakit, adaptasi basis GT kurang baik. 5. Pada ibu Tina, mengapa tidak ada oclusal stop, apa pengaruh tidak ada oclusal stop? Karena gigi ibu Tina banyak yang hilang, tidak ada lagi kontak oklusal. Tidak ada oclusal stop berpengaruh pada relasi rahang pada arah vertikal, relasi vertikal rendah sehingga sudut mulut turun, efisiensi daya kunyah berkurang, mukosa rongga mulut sering tergigit, dan sakit TMJ. 6. Bagaimana pencetakan rahang untuk Tina dan ibunya? Teknik pencetakan

Teknik pencetakan ganda Mukokompresi : untuk yang tidak bergigi ; dgn polieter/silikon Mukostatis : untuk yang bergigi ; alginat Teknik pencetakan individual (sendok cetak fisiologis : resin akrilik) Urutan pencetakan Pencetakan pendahuluan : pertama kali di cetak >> mukostatis : study model Pencetakan kedua jika pasien betul-betul siap menerima gigi tiruan. 7. Apa langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan GTSL? Pembuatan model studi Pembuatan Model kerjas Survey model Penentuan retensi Pembuatan basis gigi tiruan dengan gigitan kerja Pemasangan ke artikulator Penyusunan antar gigi Pembentukan pola malam Flasking Polishing dan finishing Insersi ke pasien 8. Bagaimana prosedur pembuatan gigi tiruan immediate? Cetak rahang pasien Radir gigi yang akan dibuat gigi tiruan immediate Lakukan prosedur GTSL seperti biasa Setelah gigi tiruan immediate siap, Ekstraksi Pemasangan GT Immediate 9. Apa indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan immediate? Indikasi: Pasien yang karena pekerjaannya harus berhadapan dengan orang banyak Kemauan pasien Kesehatan baik

Kontraindikasi Pasien menderita penyakit sistemik Pasien dengan kelainan periodontal dan resorbsi tulang alveolar. 10. Bagaimana hubungan rahang yang baik untuk pemasangan gigi tiruan pada ibu tina? Posisi istirahat fisiologis : otot-otot pengunyahan relaks, rahang atas dan rahang bawah tidak berkontak Relasi rahang pada oklusi sentrik : Rahang atas dan rahang bawah berkontak Terdapat 2 faktor yang menjadi tolak ukur,

Arah horizontal : relasi sentrik dan oklusi sentrik Arah vertikal : dimensi vertikal istirahat lebih besar dari dimensi vertikal oklusi Dimensi vertikal ditentukan oleh oklusal stop. 11. Apa yang menyebabkan gigi 14 dan 34 mesial drifting? Tekanan pengunyahan yang berlebih Ada diastema terlebih dahulu. Distal drifting: Gigi arah posterior 34 dan 14 tidak ada sehingga gigi akan mengisi ruang kosong akibat tekanan pengunyahan 12. Bagaimana penatalaksanaan mesial drifting pada ibu Tina dan hubungan denga GTSL? Lihat derajat drifting. Jika masih memungkinkan, dapat dimanfaatkan sebagai retensi dengan menggunakan tilting pada saat menentukan arah pasang dan arah lepas. 13. Apa saja yang perlu diperhatkan dalam pembuatan GTSL? Arah pasang dan arah lepas Pemilihan anasir terutama segi warna Oral Hygiene pasien

SKEMA
Ibu Tina - Missing 17, 16, 15, 11 21, 22, 23, 24, 25, 26 37, 36, 35, 44, 45, 46, dan 47 - 14, 34 mesial drifting - Oklusal stop tidak ada GTS L free end unilateral (rahang atas) GTS L free and bilateral (rahang bawah) TinaTakbisa - crown berkali-kali lepas - ingin di ekstraksi Protesa immediate

Prosedur pembuatan GTS L

pencetakan

penentuan hub rahang

surveying

pemilihan dan penyusunan anasir

LEARNING OBJECTIVE 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pencetakan rahang dalam pembuatan GTSL. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan penentuan hubungan rahang. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan pemilihan dan penyusunan anasir gigi. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan surveying model kerja. 5. Mahasiswa mampu menjelaskan Gigi Tiruan Immediate.

UJI DAN SINTESA INFORMASI 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pencetakan rahang dalam pembuatan GTSL
Tujuan Pencetakan rahang tiruan bentuk negatif dari jaringan rongga mulut yang merupakan jaringan pendukung gigitiruan. Ada 2 tahap pencetakan : - Tahap awal (pencetakan pendahuluan/preliminary impression) Cetakan positif didapatkan setelah cetakan diisi gipsum, terdiri dari pencetakan anatomis (keadaan gigi dan jaringan pendukung) dan pencetakan fisiologis (gigi dan jaringan pendukung serta otot2 mastikasi untuk sendok cetak fisiologis) Pencetakan kedua (master of secondary impression) pencetakan rahang dengan keadaan jaringan keras dan lunak RM secara klinis maupunb radiografi sudah sehat dan pulih dari keadaan patologik.

Untuk pembuatan GTSL ini dibuat dua model, yaitu : 1. Studi model. Pada model studi dapat dipelajari apa yang akan dilakukan antara lain : - Gigitiruan apa yang akan dibuat. - Pemilihan gigi penyangga. - Macam cangkolan yang akan dibuat. - Untuk melihat apakah masih ada gigi-geligi yang perlu diasah untuk memperbaiki oklusi. 2. Model kerja. Pada model kerja ini dapat ditentukan : desain gigitiruan berdasarkan hasil survei pada model tersebut dapat dilakukan pembuatan gigitiruan pada model Pemilihan bahan cetak Bahan cetak yang dapat digunakan : 1. Irreversible hidrokolloid. Bahan ini tidak dapat dipakai lebih dari satu kali setelah dipakai. Digunakan untuk model diagnostik. Contoh : Alginate. 2. Reversible hidrokolloid. Bahan cetak ini dapat dipakai berulang-ulang.

Hasil cetakan yang diperoleh lebih akurat. Contoh : Agar. Teknik mencetak 1. Teknik mukokompresi : Jaringan lunak mulut di bawah penekanan. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yangmempunyai viskositas tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan ke arah mukosa di bawahnya. 2. Teknik mukostatis : jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas yang sangat rendah, Hanya sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan

SENDOK CETAK INDIVIDU/PERORANGAN Sendok cetak yang sesuai dengan kondisi RM pasien, model diagnostik harus tepat untuk persiapan pada pembuatan sendok cetak individu. Terutama untuk lengkung rahang Klas I & II Kennedy atau gigi tiruan dengan perluasan distal biasanya dibuat sendok cetak individu. dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi digunakan untuk pencetakan akhir, ukuran dan bentuknya dibuat dengan batas yang sesuai, dan mempunyai oklusal stop.

Cara membuat sendok cetak individu 1. Gambarkan pada model diagnostik dengan pensil. harus mencakup seluruh gigi dan jaringan lunak. Harus tepat untuk memperoleh perlekatan otot, perlekatan frenulum. padadaerah posterior palatal seal pada model dan majukan 1mm pada garis yang telah digambarkan sampai perluasan di bagian posterior. 2. Lapis lembar malam dengan ketebalan 2mm di atas permukaan jaringan dan gigigeligi pada model sebagai ruang/spacer untuk bahan cetak.

3. Buka bagian dari insisal edge pada gigi insisivus sentral sebagai penghentian bagian anterior (stopper) bila sendok cetak dimasukkan ke mulut, dan 2 stopper di posterior kanan dankiri. 4. Oleskan permukaan model yang berkontak dengan bahan resinakrilik sapolimerisasi dengan bahan separasi. 5. Campur resin akrilik swapolimerisasi dan adaptasikan ke model dengan jari, menutupi malam spacer dan daerah palatal seal, bentuk sesuai dengan ukuran dan ketebalannya merata. 6. Buat tangkai dari resin swapolimerisasi atau kawat untuk memudahkan dalam melakukan pencetakan. 7. Setelah resin swapolimerisasi mengeras, lepaskan sendok cetak individu dari model. 8. Sempurnakan dengan restensi dan haluskan tepi sendok cetak. 9. Cobalah dalam mulut pasien, dan periksa apakah sendok cetak perlu disempurnakan sebelum dilakukan border molding dan pencetakan fisiologis.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan penentuan hubungan rahang.


Hubungan rahang disebut juga dengan relasi vertikal/dimensi vertikal. Pengertian relasi vertikal : Jarak vertikal rahang atas dan rahang bawah yang dapat memberikan ekspresi normal pada wajah seseorang. Relasi vertikal ada dua, yaitu : 1. Relasi vertikal posisi istirahat : hubungan rahang atas dimana otot-otot membuka dan menutup mulut dalam keadaan seimbang. Relasi vertikal diukur pada waktu rahang bawah dalam keadaan istirahat fisiologis. 2. Relasi vertikal oklusi : hubungan rahang bawah terhadap rahang atas, gigi geligi atau oklusal rim dioklusikan. Relasi vertikal ini diukur sewaktu gigi dalam oklusi sentrik.

Cara menentukan relasi vertikal :


Dengan basis gigitiruan dan bite rim Bahan basis : Shellac Base Plate atau Malam Bahan oklusal rim : Malam Guna basis : untuk tempat meletakkan oklusal rim Guna oklusal rim : a. Untuk menentukan dataran oklusal dan relasi vertikal dari pebderita b Untuk tempat penyusunan gigi c. Untuk mengembalikan profil penderita Cara pembuatan oklusal rim : basis shellac dipanaskan pada lampu spiritus dan ditekan sampai rata, kelebihan dibuang dengan pisau/gunting kemudian oklusal rim/malam diletakkan pada basis tersebut di daerah prosesus alveolaris yang tidak bergigi setinggidataran oklusal dan kontak bidang dengan oklusal rim gigi lawannya. Lebar wax rim anterior 5 mm dan post 8 mm, sementara tinggi wax rim dari baseplate ant 10 mm dan post 6mm

Cara pengukuran relasi vertikal:


1. Relasi vertikal posisi istirahat a. Tentukan dua titik pada wajah penderita sejajar dengan median line, yaitu pada dagu dan di atas bibir/hidung. b. Pasien disuruh menghiting satu hingga sepuluh serta mempertahankan posisi rahangnya pada hitungan ke sepuluh, pada saat tersebut jarak kedua titik diukur. c. Pasien disuruhmengucapkan beberapa kata yang berakhiran S dan diukur kembali jarak kedua titik tersebut.

d. Seterusnya penderita disuruh menelan dan dalam keadaan rileks dilakukan pengukuran yang ketiga. Apabila jarak ketiga pengukuran tersebut sama, maka didapatkan relasi vertikal posisi istirahat. 2. Relasi vertikal oklusi Pengukuran dilakukan setelah oklusal rim diletakkan dalam mulut pasien. Oklusal rim RA dimasukkan, perhatikan kembali bentuk wajah penderita apakah sudah sesuai dengan ekspresi normal. Kemudian masukkan oklusal rim RB, pasien disuruh menghentikan rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan sentrik oklusi, ukur kembali jarak antara kedua titik tersebut, akan berkurang 2-4 mm dari jarak relasi vertikal posisi istirahat. Inilah yang disebut jarak relasi vertikal oklusi.

Cara menentukan relasi sentrik :


bagian atas badan pasien tegak dan tidak bersandar. Suruh pasien menelan beberapa kali, karena biasanya pasien dalam keadaan oklusi sentrik setelah melakukan penelanan. Mula-mula dokter gigi boleh membantu pasien dengan cara menekan perlahan-lahan dagunya untuk menolong dan menjuruskan kedudukan paling belakang. Pasien dipersilahkan memajukan dan memundurkan rahangnya dan menelan. Selanjutnya pasien dipersilahkan menelan dengan mempertahankan oklusal rim tetap berkontak. Dua tanda digoreskan pada sisi oklusal rim dari rahang atas ke rahang bawah untuk mencatat kedudukan ini. Kemudian persilahkan pasien menutup rahang dan menelan beberapa kali, tanda oklusal rim harusbertemu dalam hubungan yang sama setiap saat.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan pemilihan dan penyusunan anasir gigi.


A.PEMILIHAN ANASIR PEMILIHAN ANASIR GIGI ANTERIOR HARUS MEMPERHATIKAN :

1. Ukuran gigi Panjang gigi (saat istirahat, tepi insisal terlihat 2-3 mm, saat tertawa terlihat 2/3 bagian insisal) dan lebar gigi sesuai pedoman lebar dasar hidung dan sudut mulut.

2. Bentuk gigi sesuai bentuk dan profil muka, agar mengetahui bentuk labial dan inklinasi insisivus saat menyusun gigi 3. warna gigi warna anasir GT harus sesuai dengan warna gigi yang masih ada 4. Bahan anasir akrilik/porselen 5. Jenis kelamin a. Garis luar insisivus Menurut Frush dan Fisher, garis luar insisivus atas pada pria bersudut lebih tajam (giginya berbentuk kuboidal), sedangkan pada wanita lebih tumpul (giginya berbentuk spheroidal)

Gambar : Perbedaan bentuk gigi pria (A) dan wanita (B) b. Kontur Labial Perbedaan kecembungan kontur labial ada kaitannya dengan jenis kelamin. Pria mempunyai kontur labial yang datar wanita cembung

Gambar: Kontur labial gigi anterior dengan permukaan cembung (A) dan datar (B) PEMILIHAN ANASIR GIGITIRUAN POSTERIOR 1. Ukuran gigi a. Mesio distal Pada kasus GTSL basis tertutup, ukuran mesio distal sudah ditentukan oleh kedua gigi yang membatasi daerah edentulous

Gambar: Jarak mesio distal pada basis tertutup Pada kasus dengan basis berujung bebas, ukuran mesio distalnya diukur dari tepi distal gigi yang berdekatan dengan edentulus sampai mesial dari retromolar pad.

Gambar : Jarak mesio distal basis berujung bebas b. Okluso gingival Ukuran okluso gingival ditentukan oleh besarnya ruangan interoklusal. Panjang anasir gigitiruan disesuaikan dengan gigi tetangganya.

Gambar14. Ukuran okluso gingival c. Buko lingual/palatal Ukuran buko lingual/palatal yang telah disesuaikan dengan lebar mesio distalnya sehingga bentuknya sebanding , tetapi pada kasus tertentu misalnya pada kasus linggir alveolus yang datar diperlukan ukuran oklusal yang sempit untuk mengurangi besarnya daya kunyah dan untuk memberi tempat pada lidah

Gambar : Lebar buko lingual/palatal gigi (A) normal dan (B) yang telah dipersempit 2. Bentuk anasir gigitiruan posterior Bentuk anasir gigitiruan posterior dibagi dua: a. Gigi anatomik bentuk permukaan oklusal normal yang mempunyai tonjol-tonjol dengan sudut tonjol yang beragam b. Gigi non anatomik Permukaan oklusalnya merupakan bidang datar, biasanya gigi ini digunakan untuk kasus dengan linggir datar untuk menghindari daya horizontal pada waktu berfungsi 3. Pertimbangan dasar untuk kasus GTSL : ukuran permukaan oklusalnya, makin besar permukaan oklusal makin besar pula daya yang diterima jaringan pendukung. 4. Warna dan bahan anasir: a. Warna anasir harus sesuai dg warna gigi yang masih ada. b. Bahan anasir gigitiruan posterior terbuat dari: a) Akrilik b) Porselen c) Logam

B. PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN A. ANTERIOR Yang harus diperhatikan pada penyusunan anasir gigitiruan anterior : 1. Inklinasi Labio Palatal Anasir gigitiruan anterior disusun dengan inklinasi labio palatal yang mengarah ke labial, pada gigi I1 RA sumbu gigi miring 5 terhadap garis midline.

2. Inklinasi Mesio Distal Inklinasi masio distal harus diperhatikan karena penyusunan anasir gigitiruan anterior menyangkut segi estetis dan disamping itu penyusunannya harus mengikuti lengkung rahang.

3. Hubungan dengan gigi antagonis Untuk gigi anterior, hubungan dengan gigi antagonisnya harus diperhatikan yaitu : Overbite dan overjet berkisar antara 1-2 mm. overbite dan overjet berhubungandengan pengucapan huruf konsonan, misalnya huruf f tepi insisal gigi atas hampir kontak dengan bibir bawah.

B. POSTERIOR Penyusunan anasir gigi posterior, harus memperhatikan : 1. Anasir Tepat di atas linggir alveolus 2. Mengikuti lengkung rahang 3. Disesuaikan dengan permukaan oklusal gigi antagonis sehingga diperoleh oklusi yang harmonis antara gigi asli dengan anasir gigitiruan atau antar anasir gigi tiruan

4. Mahasiswa mampu menjelaskan Surveying model kerja


Tujuan dari surveyor adalah: a) Menyurvei kast studi

b) Menyurvei kast master c) Membentuk kontur pola-pola wax untuk mahkota yang disurvei d) Menempatkan retainer intracoronal e) Menempatkan rest presisi Urutan surveying Letakkan model di atas meja peninjau dan kunci dengan penjepit model, model harus sejajar dengan permukaan oklusal gigi Gerakkan meja peninjau dalam arah horizontal, dan posisi gigi kontak dengan pensil pencatat tanpa tekanan Gerakkan pensil pencatat mengelilingi gigi sehingga tergambar garis survei pada sekeliling gigi penyangga, dan diperoleh daerah undercut & non-undercut Tentukan batas bukal basis GT, kemudian lakukan tripoding Tentukan daerah Blocking out block daerah gerong pada gigi dan jaringan lunak yang akan menghalangi pemasangan & pelepasan GT (pada daerah di bawah garis survey) Lakukan blocking out, dengan menutup daerah yang telah ditandai dengan gips putih

a) b) c) d) e)

Daerah yang di-blocking out: 1. Bahu (ledge) dimana pola lengan cengkeram diletakkan 2. Rilif di bawah konektor untuk menghindari penekanan jaringan secara berlebihan 3. Daerah lain yang dirasa perlu ditutupi, demi rasa nyaman pemakaian. Pemiringan model rahang (tilting the cast) 1. Tilting anterior tepi anterior dimiringkan ke bawah, digunakan pada kasus rahang berujung bebas dengan posisi gigi P lebih ke posterior. Arah pasang dari posterior ke anterior dengan memanfaatkan gerong yang ada pada bagian distal P sebagai retensi. 2. Tilting posterior Pada kasus kehilangan banyak gigi anterior memberikan arah pasang dari anterior ke posterior, gerong mesial gigi P & M dapat dimanfaatkan untuk menambah retensi. Pada kasus kehilangan banyak gigi anterior maupun posterior, dan terdapat gigi dengan posisi lebih ke mesial.

3. Tilting lateral (kanan/kiri) untuk kasus yang posisi salah satu gigi penyangganya abnormal 4. Tilting anteroposterior Model rahang dilakukan Tilting anteroposterior, agar gigi penyangga terkuat dapat memberi retensi dan dukungan terbesar.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan Gigi Tiruan Immediate (GTI)


GTI protesa yang dipasang langsung ke mulut pasien setelah extraksi gigi.

Kontra Indikasi
GTI gigi depan tanpa sayap Pasien dengan kelainan periodontal disertai resorbsi tlg alveolar GTI gigi depan dengan sayap sebagian Pasien dengan bibir hiperaktif, sehingga penggunaan sayap akan menyebabkan mukosa terlihat dan mengganggu estetik GTI dengan sayap penuh

Pasien dengan gerong dalam pada regio labial linggir sisa

Kasus dg bentuk tlg alveolar tdk beraturan

Pasien dengan profil protrusif, sehingga pemberian sayap akan memberi kesan mulut pasien penuh

Prosedur Pembuatan 1. Melakukan persiapan rekaman pra-ekstraksi,membuatmodel studi (model gigi praekstraksi),preparasi pendahuluan, dan membuat model kerja. 2. Meradir permukaan model kerja : a. Model diberi tanda dengan pensil merah sebatas servikal gigi yang akan dicabut atau sedalam poket gingiva gigi yg akan dicabut b. Gigi dipotong habis sampai batas yang telah dibuat c. Di bagian bekas gigi dibuat kantung 5mm di labial & 3 mm di palatal d. Elemen resin akrilik dibuat di servikal & akar mengisi kantung yang dibuat e. prosedur selanjutnya sama seperti pembuatan protesa lainnya

3. Bedah Alveolektomi a. Alveolektomi transeptal insisi dilakukan di tepi gingiva palatal dan labial maksila, kemudian gigi dicabut. Mukoperiosteum diangkat sedikit dari tulang

b. Alveolektomi radikal Dilakukan pembukaan flap mukoperiosteal Insisi pada bagian labial mengikuti permukaan servikal gigi sampai bagian distal gigi terakhir yang akan dicabut Dapat dilakukan reduksi tulang kortikal bagian labial

4. Pemasangan dalam mulut setelah pembedahan selesai. Instruksi yang perlu dianjurkan: ~ pasien tidak melepas GT selama 24 jam, setelah 24 jam baru dilepas dan dibersihkan ~ diet lunak ~ hindari makanan-minuman panas mencegah pendarahan ~ pemberian analgetik untuk mengurangi rasa sakit 5. Kontrol : a. kontrol pertama sehari setelah pemasangan, dilakukan pemeriksaan di daerah pembedahan. b. Kontrol kedua 7 hari setelah operasi, koreksi lanjutan dan koreksi penghilangan gangguan oklusi dan artikulasi.

Anda mungkin juga menyukai