Anda di halaman 1dari 15

BAHASA INDONESIA

PARAGRAF
Paragraf
adalah kesatuan pikiran yang mengungkapkan ide pokok yang berbentuk dalam
rangkaian kalimat yang berkaitan dengan bentuk (kohesi) dan makna (koherensi).
Bentuk paragraf
1. deduktif: inti paragraf di awal paragraf.
2. induktif: inti paragraf di kalimat terakhir.
3. campuran: inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir.
4. ineratif: inti paragraf di tengahtengah paragraf.
Jenis paragraf
1. narasi: menceritakan suatu kejadian berdasarkan kronologi.
2. deskripsi: menggambarkan suatu kejadian dengan katakata yang merangsang
indra agar realistis.
3. eksposisi: menguraikan sesuatu sejelasjelasnya agar pembaca mudah mengerti
dan jelas.
4. argumentasi: berisi fakta yang tidak untuk persuasif melainkan hanya
menegaskan pendapat penulis.
5. persuasi: berisi ajakan untuk merubah pendapat pembaca agar sama dengan
penulis.
Pola pengembangan
1. definisi: menjelaskan sesuatu dengan jelas dengan konjungsi (adalah, ialah, yaitu)
yang tepat agar gampang dimengerti.
2. contoh: memberikan contoh agar mudah dipahami.
3. fungsional: mempunyai kegunaan tertentu untuk sang penulis.
4. kausal: menunjukkan hubungan sebabakibat dalam suatu kejadian.
5. spasial: menulis yang berhubungan dengan tempat tertentu dan
menggambarkannya.
6. perbandingan: membandingkan sesuatu untuk menemukan perbedaan atau
persamaan.
7. kronologi: mempunyai catatan waktu yang jelas.
Contoh
1. paragraf deduktifnarasikronologi
Siang itu matahari bersinar dengan terik, wajar saja mengingat waktu menunjukkan
tepat pukul 13.00 siang. Di tengah lapangan tampak dua tim futsal yang tengahbertanding
memperebutkan juara satu dan dua SMUKIE CUP 2008. Mereka sudahmelangkah hingga ke
babak final. Kedua sekolah itu, SMAK 4 PENABUR dan SMATarakanita 2 memang terkenal
atas kepiawaian dalam berlaga bola kaki. Di standpanitia, seorang gadis berambut panjang
sedang berbicara, ingin menyampaikanpesan kepada salah satu temannya yang bernomor
punggung 77 dari Tarakanita.
"Ada titipan salam nih dari Anit buat tim Tarq, semoga menang yah... Oh ya, buatyang
bernomor punggung 77, kenalan dong, ganteng banget deh," demikian panitiaberujar lewat
pengeras suara.
Si gadis pun tersenyum ringan, gembira karena pesan jahilnya telah tersampaikan.Ia
kemudian menghampiri temantemannya dari SMAK 1, lalu mengamatipertandingan yang
telah berjalan separuh waktu. Tibatiba, matanya menangkapsesuatu pada kaos penjaga
gawang lawan.
"Hah?" ia kaget hingga tak dapat berucap apaapa. Rupanya dari tim SMAK 4 jugaada pemain
yang bernomor punggung 77. Walau dalam hati ia malu tetapi mukatetap dipasang topeng
pede alias percaya diri, sementara teman yang lain tidakkuasa menahan tawa melihat kejadian
yang konyol itu.
2. paragraf induktifdeskripsifungsional
Ada suatu barang yang benarbenar sedang saya inginkan. Barang itu baru sajadiluncurkan,
kirakira satu bulan yang lalu. Warnanya hitam, mengkilat, dengandesain yang elegan dan
keren. Sungguh menarik. Siapapun yang memakainya tentuakan merasa percaya diri dan
meningkatkan gengsi. Benda tersebut memiliki banyakfitur yang akan mempermudah gaya
hidup metropolitan yang serba sibuk dan instan,seperti 3.5 G, WLAN, kamera berkekuatan 5
megapiksel, kualitas suara yang jernih,serta tentunya memori sebesar 16 GB. Hanya sayang,
harganya tergolong mahaluntuk usia SMA. Namun, apa boleh dikata, hati sudah terlanjur
suka, apapun akandilakukan demi mendapatkan telepon genggam pujaan hati, termasuk
merayu sang
ayah yang sangat menyayangi putri tercintanya ini.
3. paragraf ineratifeksposisidefinisi
Apa itu biologi? Tentunya banyak orang yang sering bertanyatanya mengenai
cabang ilmu yang satu ini. Ilmu yang baru didapat mulai SMP ini mempelajari segala
sesuatu yang berkaitan dengan makhluk hidup, baik manusia maupun hewan dan
tumbuhan. Ternyata, penggolongan organisme dalam biologi tidak sebatas apa yang
diketahui awam selama ini. Kingdom istilah untuk kelompok makhluk hidup terbagi
atas virus, archaebacteria, eubacteria, protista, fungi, plantae, dan animalia.
Bingung? Ya memang dalam biologi, sering digunakan bahasa Latin dalam
penulisan dan penamaan. Karena luasnya cabang biologi yang dapat dipelajari,
banyak sekali profesi yang dapat dipilih setelah selesai mempelajari, antara lain
dokter, ahli botani, peneliti, pembuat obat, bahkan hingga pengembangan teknologi
pangan. Semua dapat dipelajari dalam ilmu yang satu ini.


hf/bhs.Ind/kimia/2002
MENULIS PARAGRAF
1. Pendahuluan
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan runtun
(sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan pokok dapat dikomunikasikan kepada
pembaca secara efektif. Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan. Isinya
membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam
karangannya. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk
menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat, oleh karena ada isi pikiran yang hendak
disampaikan, paragraf membutuhkan organisasi dan susunan yang khas. Di samping itu,
karena paragraf merupakan bagian dari suatu pasal, maka antara paragraf satu dengan yang
lain harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan rangka keseluruhan
karangan. Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan
baik dan dirangkai dalam
runtunan yang logis.
2. Panjang Paragraf
Dalam suatu paragraf, pernyataan pokok (kalimat topik) diikuti oleh sejumlah pernyataan
pendukungnya. Pernyataan pendukung tersebut harus cukup rinci sehingga gagasan utama
yang akan
dikomunikasikan menjadi jelas bagai pembaca. Rincian yang terlalu sedikit akan
menyulitkan
pembaca memahami isi paragraf. Sebaliknya, rincian yang berlebih-lebihan tidak akan
membuat
paragraf lebih jelas, bahkan rincian yang bertele-tele akan menjemukan pembaca. Oleh
karena itu
pilihlah rincian yang cocok dengan pokok bahasan, dan jumlahnya memadai sehingga
terbentuk
paragraf yang hemat.
Panjang pendeknya paragraf tergantung sepenuhnya pada kedalaman isi pikiran atau
gagasan pokok
yang akan dikomunikasikan, dan daya baca pembaca yang menjadi sasaran tulisan. Sebuah
paragraf
harus mampu menjelaskan gagasan pokok secara tuntas. Apabila satu kalimat dipandang
belum dapat
menjelaskannya, maka perlu ditambah dengan kalimat kedua, ketiga dan seterusnya, sampai
menjadi
jelas. Paragraf yang terlalu pendek (terdiri atas satu atau dua kalimat) seringkali tidak cukup
mampu
menjelaskan gagasan pokok senyatanya. Sedangkan, paragraf yang terlampau panjang dan
berbelitbelit justru akan mengaburkan gagasan pokok yang seharusnya ditonjolkan. Paragraf
surat kabar
umumnya pendek-pendek (20-40 kata) karena harus dapat dibaca cepat oleh berbagai lapisan
masyarakat. Majalah populer umumnya menggunakan paragraf yang panjangnya 100-150
kata. Pada
umumnya buku ajar perguruan tinggi memiliki panjang paragraf antara 75 dan 200 kata.
3. Pola susunan paragraf
Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang tersusun dengan pola runtunan tertentu, antara
lain:
1) Pola runtunan waktu
Pola susunan ini biasanya dipakai untuk memerikan (mendeskripsikan) suatu peristiwa atau
prosedur
membuat atau melakukan sesuatu selangkah demi selangkah. Misalnya cara melakukan
percobaan,
menyelesaikan masalah, dan menggunakan suatu alat. Pola susunan ini ditandai dengan
rambu yang
menyatakan runtunan waktu, seperti pertama, mula-mula, lalu, kemudian, setelah itu, sambil,
seraya,
selanjutnya, dsb.
2) Pola runtunan ruang
Apabila penulis menggunakan pola runtunan ruang secara umum, ia akan menggunakan kata
seperti di
sebelah kiri, sedikit di atas, agak menjorok ke dalam, dsb. Apabila penulis menggunakan
pola ini
secara pasti, maka ia dapat menyebutkan ukurannya, misalnya sepuluh sentimeter di atasnya,
menjorok
ke dalam 1 m, membentuk sudut 45 derajat, dsb.
3) Pola susunan sebab-akibat
Pola susunan paragraf ini digunakan antara lain untuk (1) mengemukakan alasan secara
logis, (2)
mendeskripsikan suatu proses, (3) menerangkan sebab bagi suatu peristiwa atau fenomena,
(4)
memprakirakan peristiwa yang akan terjadi. Beberapa rambu dalam pola susunan ini adalah
jadi,
karena itu, dengan demikian, karena, mengakibatkan, akibatnya, menghasilkan, sehingga, dll.
1 hf/bhs.Ind/kimia/2002
4) Pola susunan pembandingan
Pola ini digunakan untuk membandingkan dua perkara atau lebih, yang di satu pihak
mempunyai
kesamaan, sedangkan di pihak lain kebedaan. Pembadingan ditandai dengan rambu seperti
tetapi,
apalagi, berbeda dengan, demikian pula, sedangkan, sementara itu.
5) Pola susunan daftar
Suatu paragraf dapat pula memuat rincian yang diungkapkan dalam bentuk daftar. Susunan
daftar dapat
berformat (berderet ke bawah) atau tidak (membaur di dalam paragraf itu sendiri, sehingga
tak terlihat
jelas sebagai daftar. Baik berformat maupun tidak, kalimat-kalimat rincian perlu seiring dan
berhubungan secara mulus dengan kalimat induknya.
6) Pola susunan contoh
Banyak gagasan yang memerlukan contoh, sehingga kalimat-kalimat rinciannya
mengemukakan
contoh-contoh, yang adakalanya diawali dengan kata misalnya atau contohnya, tetapi
adakalanya tidak.
7) Pola susunan bergambar
Terdapat pernyataan yang dilengkapi dengan gambar (bagan, tabel, grafik, diagram, dsb.)
untuk
memperjelas maksud pernyataan tertulisnya. Dalam kaitan itu perlu dicantumkan penunjukan
kepada
gambar bersangkutan supaya pembaca mengetahui gambar yang harus dilihatnya, misalnya
lihat
gambar 2, atau (gambar 2).
4. Perpautan antarkalimat
Paragraf yang baik memiliki kesetalian atau keterpautan, yang mengikat pernyataan di
dalamnya
menurut runtunan yang logis. Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk memperpautkan
kalimat
agar diperoleh paragraf yang setali, antara lain sebagai berikut:
1) mengulang kata dari kalimat yang satu pada kalimat berikutnya, misalnya obyek pada
kalimat
pertama menjadi subyek pada kalimat kedua;
2) menggabung dua kalimat atau lebih menjadi sebuah kalimat majemuk;
3) menggunakan perangkai (jadi, contohnya, seperti, sebagai gambaran, selain itu, kedua, lagi
pula,
selanjutnya, juga, akhirnya, di satu pihak, dipihak lain, sebaliknya, sekalipun begitu, tetapi,
oleh
karena itu, kesimpulannya, dengan demikian, dengan kata lain, dsb.;
4) menggunakan pokok kalimat yang tetap dalam seluruh paragraf dengan kata yang sama,
dengan
sinonim, atau dengan kata ganti;
5) menggunakan bangun perkalimatan yang seiring.
5. Jenis paragraf
1) Paragraf lantas (langsung)
Paragraf dimulai dengan pernyataan tentang pokok bahasan (kalimat topik), sehingga
paragraf menyampaikan informasi secara lugas kepada pembaca. Kalimat-kalimat berikutnya
merupakan rincian untuk memperjelas paparan atau memperkuat argumentasi terhadap pokok
bahasan (deduktif).

2) Paragraf rampat
Pokok bahasan pada paragraf rampat terdapat pada bagian akhir setelah didahului dengan
serangkaian rincian. Paragraf rampat mengajak pembaca secara induktif menarik kesimpulan
berdasarkan fakta atau pendapat yang diketengahkan sebelumnya.
3) Paragraf rincian
Jenis paragraf ini tidak mempunyai pernyataan pokok bahasan, tetapi seluruhnya terdiri atas
pernyataan rincian. Biasanya paragraf jenis ini tidak berdiri sendiri, melainkan sebagai
lanjutan dari paragraf sebelumnya yang memiliki pokok bahasan.
4) Paragraf tanya
Paragraf tanya dibuka dengan pertanyaan, yang menunjuk kepada pokok bahasan yang akan
dipaparkan, atau sebagai peralihan dari gagasan yang satu kepada yang berikutnya.
Pertanyaan diajukan untuk membangkitkan keingintahuan pembaca. Selanjutnya pertanyaan
itu dijawab sendiri oleh penulis melalui rincian-rincian berikutnya.
2 hf/bhs.Ind/kimia/2002
6. Tugas Paragraf
Sebuah karangan diawali dengan paragraf pembuka, kemudian dilanjutkan dengan rangkaian
paragraf
pengembang yang diselingi satu sama lain dengan paragraf perangkai, dan akhirnya ditutup
dengan
paragraf pemungkas (penutup).
Paragraf pembuka dapat diibaratkan dengan pintu gerbang, yang harus dibangun dengan baik
sehingga
orang tertarik. Penulis harus berusaha untuk menulis paragraf pembuka sebaik-baiknya.
Dengan
paragraf itu, ia memberikan gambaran singkat tentang perkara yang dibahas dalam
tulisannya, atau
mencoba membangkitkan perhatian pembaca agar tertarik untuk membaca seluruh karyanya.
Paragraf perangkai tugasnya meluweskan peralihan dari pembahasan hal yang satu kepada
yang lain.
Paragraf perangkai biasanya muncul pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari
uraiannya, dan
hendak beralih pada uraian yang lain.
Paragraf pemungkas menutup sebuah karangan, dan dengan sendirinya harus benar-benar
menutup
dengan wajar. Janganlah dirasakan oleh pembaca seolah-olah karangan itu putus di tengah
jalan, atau
karangan itu belum selesai. Biasanya paragraf pemungkas menyajikan kesimpulan, saran,
atau harapan
penulis. Pada sejumlah karangan yang baik tampak adanya hubungan antara paragaraf
pembuka dan
pemungkas.
7. Perpautan antarparagraf
Paragraf mengemukakan satu penggalan pikiran yang bulat, dan sebagai penggalan pikiran
paragraf
yang satu terpisah dari paragraf yang lain. Sementara itu, sebagai penggalan pikiran pula
paragraf
merupakan mata rantai dari rangkaian paragraf yang menyajikan gagasan-gagasan pengarang
secara
beruntun dengan tertib dan logis. Dalam pada itu pengarang menggunakan unsur perangkai
yang
memperpautkan paragraf yang satu kepada yang berikutnya. Perangkai tersebut dapat berupa
kata yang
diulang, kata rangkai, sebuah kalimat, atau bahkan sebuah paragraf.
1) Pengulangan kata sebagai perangkai
Mengulang kata atau pokok karangan dari paragraf yang satu pada paragraf berikutnya
merupakan cara
yang baik untuk memperpautkan berbagai paragraf dalam sebuah karangan. Ketika pembaca
beralih
membaca dari paragraf yang satu kepada paragaraf berikutnya, ia diingatkan oleh kata yang
diulang itu
kepada perkara yang dibacanya pada paragraf terdahulu. Dengan demikian gagasan pada
paragraf yang
sedang dibacanya tidak terlepas dari gagasan yang mendahuluinya.
2) Kata rangkai
Cara lain untuk memperpautkan sebuah paragraf pada paragraf yang mendahuluinya ialah
dengan
menggunakan kata atau gugus kata rangkai pada awal kalimat pertamanya. Kata atau gugus
kata
rangkai yang sering dipakai untuk memperpautkan paragraf, misalnya, anehnya, sementara
itu,
sebaliknya, namun, sebagaimana dikatakan di muka, sehubungan dengan hal itu.
3) Kalimat sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah kalimat berdiri sendiri sebagai paragraf. Isinya dapat
merupakan
kesimpulan uraian sebelumya.
4) Paragraf sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah peragraf utuh atau pendek. Paragraf seperti itu biasanya
muncul
pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari bahasannya, dan hendak berpindah pada
bahasan yang
lain. Cara menggunakannya dapat bermacam-macam. Paragraf dapat berupa ringkasan
perkara yang
dibahas sebelumnya, satu atau beberapa contoh mengenai masalah yang telah dibahas, atau
dapat pula
memperkenalkan bahasan selanjutnya.
Referensi:
Akhadiah, S., Arsjad, M. G., dan Ridwan, S. H. (1988). Pembinaan Kemampuan Menulis
Bahasa
Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sakri, A. (1992). Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.
Sakri, A. (1988). Belajar Menulis Lewat Paragraf. Bandung: Penerbit ITB.
3 hf/bhs.Ind/kimia/2002
Paragraf untuk dianalisis struktur dan polanya
1) Sifat penting senyawa adalah mempunyai susunan tetap. Artinya, perbandingan massa
unsur-unsur
pembentuknya dalam senyawa adalah tetap. Dikemukakan oleh Joseph Proust (Ahli kimia
bangsa
Perancis) pada tahun 1808 bahwa senyawa mengikuti Hukum Perbandingan Tetap:
Perbandingan
massa unsur-unsur dalam senyawa selalu tetap sekalipun dibentuk dengan cara-cara berbeda.
Sebagai contoh, air murni dapat diperoleh dari pemurnian air tanah, air laut, atau dibuat dari
pembakaran gas hidrogen. Bagaimanapun air murni diperoleh, bila dianalisis secara kimia,
mengandung hidrogen dan oksigen dengan perbandingan massa 11,2% hidrogen dan 88,8%
oksigen. Demikian pula halnya dengan senyawa yang dinamakan sukrosa (gula tebu).
Sesungguhnya sukrosa bukan hanya diperoleh dari tebu, melainkan juga dari bit. Sekalipun
sukrosa diperoleh dari bahan baku berlainan, selalu mengandung 42,1% massa karbon, 6,5%
massa hidrogen, dan 51,4% massa oksigen.
<Firman & Liliasari (1997). Kimia untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka>
2) Derajat kekristalan berpengaruh besar pada sifat (dan tentunya penggunaan) polimer.
Misalnya,
polimer dengan kesatuan berulang simetris dan gaya antarrantai tinggi, dapat digunakan
untuk
membentuk serat yang mempunyai kekristalan dan daya regang tinggi. Sebaliknya, plastik
atau
resin yang mempunyai derajat kekristalan lebih rendah, jika tidak banyak mengandung
sambungsilang, dapat dilunakkan dan dibentuk pada suhu tinggi. Elastomer atau karet,
dengan derajat
kekristalan sangat rendah, bersifat kenyal dan berdaya regang besar.
<Cowd, M. A. (1991). Kimia Polimer (terjemahan Harry Firman). Bandung: Penerbit
ITB>
3) Secara umum, langkah-langkah penyetaraan persamaan reaksi adalah sebagai berikut.
1. Menuliskan persamaan reaksi belum setara, tetapi memuat rumus kimia pereaksi atau hasil
reaksi secara benar.
2. Memberikan koefisien untuk tiap rumus kimia pada persamaan reaksi sedemikian rupa
sehingga persamaan reaksi setara.
3. Menuliskan lambang untuk wujud masing-masing pereaksi dan hasil reaksi.
<Harry Firman & Liliasari (1997). Kimia untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka>
4) Sangat sukar mendefinisikan ukuran atom, sebab tidak ada batas yang jelas pada titik
mana
kerapatan elektron menjadi nol dalam atom. Namun, demi kepentingan praktis, ukuran atom
ditentukan dari data seberapa jauh dua buah atom, berikatan ataupun tidak, saling mendekat
satu
sama lain. Jari-jari atom unsur yang berupa padatan didefinisikan sebagai setengah kali jarak
antarinti dari dua buah atom yang berdekatan dalam kelompoknya.
<Harry Firman (1992). Kimia Dasar II. Diktat>
5) Istilah kopolimer menunjuk pada polimer yang dibuat dari dua atau lebih monomer yang
berbeda
(jadi memungkinkan meragamkan struktur polimer). Terdapat beberapa jenis kopolimer,
yakni
kopolimer acak, kopolimer berselang-seling, kopolimer balok, dan kopolimer cangkuk.
Dalam
kopolimer acak, sejumlah kesatuan berulang yang berbeda tersusun secara acak dalam rantai
polimer. Dalam kopolimer berselang-seling, beberapa kesatuan berulang yang berbeda
berselangseling adanya dalam rantai polimer. Dalam kopolimer balok, kelompok atau
kesatuan berulang
berselang-seling dengan kelompok kesatuan berulang lainnya dalam rantai polimer. Dalam
kopolimer cangkuk, kelompok satu macam kesatuan berulang tercangkuk pada polimer
tulang
punggung lurus yang mengandung hanya satu macam kesatuan berulang (lihat gambar 2).
/mol dinamakan tetapan Avogadro, dengan
lambang L. Lambang ini diambil dari huruf pertama nama Loschmidt, seorang fisikawan
Austria
yang pada tahun 1865 menyelidiki banyaknya partikel yang ada dalam 1 mol zat.
<Harry Firman & Liliasari (1997). Kimia untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka>
4 hf/bhs.Ind/kimia/2002
7) Pada sebuah gelas kimia larutkan 2 gram natrium hidroksida dalam kira-kira 50 cc air,
kemudian
didihkan perlahan-lahan. Tambahkan ke dalamnya 5 gram belerang, dan aduklah terus
menerus.
Manakala sebagian besar belerang melarut, dinginkan campuran, dan selanjutnya saring ke
dalam
gelas kimia lainnya. Ke dalam filtrat yang berwarna cokelat kekuningan tambahkan 10 cc
1,2-
dikloroetana (etil diklorida), dan panaskan campuran pada suhu 70-80
o
C sambil terus diaduk.
Gumpalan karet yang berwarna putih dan mirip bunga karang pada akhirnya akan terpisah
sehingga dapat diambil dari campuran reaksi. Selanjutnya cucilah dengan air, dan uji dengan
tangan kemiripan sifatnya dengan karet.
<Cowd, M. A. (1991). Kimia Polimer (terjemahan Harry Firman). Bandung: Penerbit ITB>
8) Dalam termodinamika ada macam perubahan yang disebut proses adiabatis dan proses
isotermal.
Proses adiabatis ialah proses yang tidak diikuti oleh pemindahan kalor dari sistem ke
lingkungan
atau sebaliknya. Contohnya adalah reaksi kimia yang dilakukan dalam bejana terisolasi,
misalnya
dalam termos. Reaksi peledakan dapat dipandang sebagai suatu proses adiabatis karena reaksi
itu
berlangsung begitu cepat, sehingga kalor yang dihasilkan tidak dapat segera diserap oleh
lingkungan. Sedangkan suatu proses disebut isotermal jika selama proses berlangsung terjadi
pemindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya, sehingga temperatur sistem
konstan
selama proses berlangsung.
<Firman, H. (1992). Kimia Dasar I. Diktat>
9) Asam nitrat merupakan cairan yang tidak berwarna dan berasap, dengan titik didih 80
o
C. Di masa
lalu asam ini disebut juga aqua fortis. Asam nitrat, yang memiliki rumus kimia HNO3,
bersifat
oksidator kuat, sehingga dapat bereaksi dengan banyak logam menghasilkan gas nitrogen
dioksida.
Rendahnya titik didih asam nitrat menunjukkan bahwa asam ini bersifat mudah menguap
(volatil).
Reaksi asam, nitrat dengan senyawa organik menghasilkan berbagai senyawa penting, seperti
TNT
dan seluloid. Asam nitrat juga digunakan dalam industri pupuk.
10) Pada eskperimen tetesan minyak, tetesan halus minyak dapat menangkap satu, dua, tiga,
empat,
lima, dan seterusnya elektron. Dari ekspeimen tersebut, Millikan menemukan bahwa tetesan
halus
minyak mempunyai muatan yang merupakan kelipatan bulat dari 1,60 x 10
-19
coulomb. Dengan
demikian. Ia menyimpulkan bahwa elektron mempunyai muatan sebesar 1,60 x 10
-19
coulomb.
Oleh karena itu nisbah muatan terhadap massa elektron telah diketahui Thomson sebesar
1,76 x
10
8
coulomb/gram, dan muatan elektron diketahui Millikan sebesar 1,60 x 10
-19
coulomb, maka
massa elektron dapat dihitung, yakni 9,11 x 10
-28
gram.
<Harry Firman & Liliasari (1997). Kimia untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka>
11) Cara menggunakan model VSEPR untuk meramalkan struktur ruang molekul ialah
secara bertahap
melakukan hal-hal berikut: (1) Hitung jumlah elektron valensi dan tuliskan struktur Lewis
molekul
atau ion yang dipersoalkan; (2) Dari struktur Lewis, tentukan jumlah pasangan elektron tak
terpakai dan jumlah ikatan pada atom pusat (ingat, ikatan rangkap dianggap satu ikatan); (3)
Gunakan tabel 11.3 untuk meramalkan struktur ruang molekul atau ion.
<Firman, H. (1992). Kimia Dasar I. Diktat>
12) Tahap-tahap penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan metode bilangan oksidasi
adalah:
1) Menuliskan persamaan reaksi yang belum setara dan mengidentifikasi unsur-unsur yang
mengalamimperubahan bilangan oksidasi.
2) Menyetarakan jumlah atom tiap unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
3) Menghitung perubahan total bilangan oksidasi, baik untuk oksidasi maupun reduksi.
4) Mengalikan besarnya perubahan bilangan oksidasi dengan suatu bilangan bulat yang
menyebabkan peningkatan bilangan oksidasi yang dialami suatu unsur sama dengan
pengurangan bilangan oksidasi yang terjadi pada unsur lainnya.
5) Mengalikan koefisien-koefisien zat yang terlibat dalam reaksi dengan bilangan bulat yang
dipilih pada tahap sebelumnya, sesuai dengan pengurangan dan peningkatan bilangan
oksidasi
yang dialami zat-zat tersebut.
6) Menyetarakan jumlah atom-atom lainnya.
<Firman, H.dan Liliasari (1992). Kimia Dasar II. Diktat>
5

Anda mungkin juga menyukai