Anda di halaman 1dari 4

LO III : Pemeriksaan dan Diagnosa TMD A. Riwayat 1.

Rasa sakit/nyeri Bila pasien merasakan adanya rasa yeri, maka yang paling penting untuk dikrtahui adalah lokasi, sifat, dan lamanya terjadi rasa nyeri/sakit tersebut. Waktu timbulnya rasa sakit juga dicatat, misalnya pagi hari atau setelah makan. 2. Bunyi sendi Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara berkeretak), maka saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut merupakan informasi yang perlu diketahui. Jika kliking yang timbul diketahui sebabnya, misalnya trauma, perawatan dental yang terlalu lama, menguap terlalu lebar, hal tersebut juga dicatat. 3. Perubahan luas pergerakan Gambaran subjektif yang biasa ditemukan pada berkurangnya luas pergerakan rahang adalah kekakuan rahang bawah. Keluhan yang timbul biasanyaadalah ketidakmampuan menggigit dalam berbagai derajat pembukaan mulut. 4. Perubahan oklusi Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan. Keluhan ini dapat merupakan tanda terjadinya perubahan degenerative tingkat lanjut atau spasme otot akut. 5. Perawatan sebelumnya Informasi mengenai perawatan sebelumnya seringkali juga membantu. Banyak pasien dengan gangguan fungsi/penyakit TMJ memiliki riwayat panjang kunjungan ke berbagai dokter, yang sering kali dengan perawatan yang tidak memuaskan. 6. Stres Walaupun stress dikatakan memiliki peranan etioligis yang penting dalam gangguan fungsi atau penyakit TMJ, cukup sulit memperkirakan secara tepat stress yang dialami penderita atau reaksi penderita dalam menghadapinya. Untuk menentukan dengan tepat keadaan emosional pasien biasanya membutuhkan beberapa kunjungan dengan kemungkinan pengiriman/rujukan untuk evaluasi psikologis, dan terapi kontro stress selanjutnya. B. Pemeriksaan klinis 1. Oklusi

Pemeriksaan gigi secara menyeluruh dengan memperhatikan khususnya factor oklusi, merupakan awal yang tepat. Gangguan oklusi umum yang biasa langsung diperiksa : Gigitan silang (crossbite) Gigitan dalam (deepbite) Gigi supra erupsi Daerah tidak bergigi yang tidak direstorasi Bruxism/clenching 2. Pembukan antar insisal Pembukaan anta insisal bervariasi lebarnya, tetapi biasanya pada orang dewasa sekitar 40-50 mm. Pada keadaan closed lock luas pergerakan berkurang, dan pembukaan sering terbatas hanya 25-30 mm. Spasme otot juga menyebabkan keterbatasan pembukaan antar insisal. Factor pembatas pergerakan mandibular pada kasus miospasme adalah gerak menahan akibat adanya sakit/tidak enakyang ditimbulkan. Berkurangnya luas pergerakan mandibular juga terlihat pada kasus hipertroi prosesus coronoideus bilateral yang jarang terjadi. 3. Deviasi Deviasi mandibular baik pada saat membuka mulut atau protrusive akan terlihat jelas dan seringkali berhubungan dengan gangguan fungsi pasca-trauma atau gangguan kronis atau akut. Osteoartritis akan menyebabkan deviasi kea rah sisi yang terkena pada saat membuka mulut. Bila ada spasme unilateral pada musculus masseter atau temporalis, maka deviasi akan mengarah ke sisi yang terkena. 4. Auskultasi Auskultasi stetoskop pada sendi memungkinkan penentuan sifat dan waktu timbulnya bunyi abnormal secara lebih tepat. Kliking yang terjadi pada fase awal membuka mulut menunjukkan dislokasi diskus anterior ringan, sementara kliking yang terjadi atau timbul lebih lambat berkaitan dengan meniscus. Pada kasus kliking resiprokal, terjadi buyi klik pada saat membuka dan memendekkan jarak antar kliking sering kali menunjukkan suatu pergeseran diskus yang kronis dan sudah berlangsug lama, yang dapat berkurang dengan sendirinya. Krepitus sendi yang ditunjukkan melalui bunyi kemeretak atau mencericit lebih sering timbul pada saat translasi dibandingkan dengna rotasi kemungkinan merupakan tanda-tanda DJD.

C. Pemeriksaan Penunjang 1. Radiografi Jika diperkirakan terdapat suatu kelainan sendi intraartikular berdasar pemeriksaan klinis dan riwayat penyakit, maka diindikasikan untuk melakukan pemeriksaan sinar-X. Pemeriksaan ini meliputi pembuatan foto panoramic, modifikasi Towne, dan teknik trankranial. Gambaran panoramic memperlihatkan region processus condilaris dan sub condylaris dua sisi (bilateral), sehingga bias langsung dilakukan perbandingan antara keduanya. Rdiograf towne sangat bermanfaat karenadapat memfoto kedua processus condylaris dari koronal, sehingga memungkinkan pemeriksaan dari posisi mediolateralnya dalam fossa articularis dan membandingkan ukuran dan bentuk kedua-nya. Proyeksi ini juga dangat bermanfaat untuk diagnosis perluasan neoplasia jaringan keras kea rah medial dan diagnosis dislokasi akibat fraktur pada kasus trauma. 2. MRI a. Teknik Penderita ditempatkan dalam suatu medan magnet seragam yang besar. Tiap proton dalam tubuh bertindak sebagai magnet kecil dan cenderung mengumpul sepanjang sumbu medan magnet. Jika pengumpulan magnet ini terganggu oleh adanya kekuatan dari luar, yaitu medan maget lain, maka proton tersebut akan kembali ke posisi awal dengan disertai emisi energy radiofrekuensi yang bias terukur, yang berbeda-beda untuk jaringan tubuh. Emisi yang berbeda-beda ini digunakan untuk membentuk suatu banyangan dengan cara menambah medan magnetic linier yang lebih rendah dari medan seragam sebelumnya b.Keuntungan Tidak menggunakan radiasi ion Menghasilkan kontras jaringan yang lebih besar daripada teknik pembentukkan gambar lainnya, dan lebih sensitive terhadap perubahan patologis Pembentukkan gambar secara langsung pada bidang aksial, sagittal, koronal, dan bidang lainnya bias diperole tanpa penurunkan kualitas bayangan Pembuluh darah dapat secara langsung dibedakan dari jaringan lainkarena ada fenomena aliran

c. Kerugian Waktu scanning relative lama (4-6 menit), menyebabkan perubahan banyangan akibat pergerakan dan respirasi Kontra indikasi pada pemakai alat pacu jantung, sendi logam, dst. Kalsifikasi tidak dapat dilihat dengan jelas d.TMJ dan MRI Discus artikularis dengan perlekatan anterior dan posteriornya akan terlihat, juga rongga sendi Perforasi sendi dapat terlihat Dislokasi discus anterior dengan atau tanpa perbaikan akan terlihat cukup jelas

Anda mungkin juga menyukai