Anda di halaman 1dari 39

HASIL DISKUSI

A. STEP 1 B. STEP 2 1. Penyebab alergi? 2. Penyebab keluhan-keluhan yang dialami Jojo a. Apa hubungan alergi,hidung tersumbat, dan penciuman berbau tidak enak? b. Apa hubungan besin dengan pilek yang tidak kunjung sembuh? c. Patofisiologi keluhan Jojo? . Penatalaksanaan dan pengobatan keluhan yang dialami Jojo?

C. STEP 3 1. Penyebab alergi! Penyebab alergi adalah "at-"at allergen. #ontoh allergen,antara lain debu, asap kendaraan, bulu-bulu binatang, makanan, obat-obatan, stress, dan faktor hormonal. $enurut jalur masuknya ke dalam tubuh, allergen dibagi menjadi empat jenis, yaitu % a. &nhaler, merupakan allergen yang masuk ke dalam tubuh bersama udara pernapasan le'at saluran respirasi, misalnya tungau debu rumah, kecoa,serpihan epitel kulit binatang. b. &ngestan, merupakan allergen yang masuk le'at saluran pencernaan (digesti), berupa makanan misalnya susu sapi, telur ,udang, coklat, ikan laut. c. &njektan, merupakan allergen yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penicillin dan sengatan lebah. d. *ontaktan, merupakan allergen yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa,misalnya bahan kosmetik, perhiasan.

Alergi yang dialami oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. 2. *eluhan-keluhan yang dialami oleh Jojo bermula dari adanya alergi. Alergi yang terjadi berulang dapat menyebabkan terbentuknya polip dan komplikasinya berupa berbagai keluhan seperti bersin-bersin, flu, penciuman berbau tidak enak. +eaksi alergi terhadap suatu allergen mencetuskan produksi "at mediator seperti histamin dari sel yang terpapar allergen (mengalami peradangan). ,istamin tersebut merangsang reseptor ,1 di ujung saraf -idianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. ,istamin juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. .erbentuknya polip adalah disebabkan oleh penebalan mukosa karena alergi yang berulang. Polip yang terbentuk akan menyumbat ostium sehingga lendir-lendir yang terdapat pada sinus tidak dapat keluar sehingga sinus mengalami peradangan dan mencetuskan timbulnya sinusitis. /elanjutnya flu dan alergi menyebabkan peningkatan produksi lendir (secret) hidung sehingga terjadi penutupan rongga sinus oleh lendir dan hidung pun menjadi tersumbat. . Penatalaksanaan! a. 0ntuk alergi, hilangkan faktor pencetus (menghindari allergen)1 b. 2akmakoterapi % 3bat-obat anti histamin 3bat-obat kortikosteroid 4ekongestan Analgetik Antipiretik Antibiotik

c. &mmunoterapi d. .erapi lanjutan

e. Polipektomi D. STEP 4

1. Alergi yang dialami oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh factor genetik. 4i mana apabila terdapat orang tua yang memiliki penyakit alergi maka kemungkinan akan diturunkan kepada anaknya. Apabila gejala alergi tidak muncul pada sang anak, maka kemungkinan gejala alergi akan muncul pada cucunya. 2. +eseptor yang berperan dalam reaksi alergi antara lain adalah reseptor histamine ,1 yang berada pada ujung saraf -idianus , kelenjar mukosa dan sel goblet. ,istamin yang melekat pada reseptor , 1 di ujung saraf -idianus menyebabkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. /edangkan, histamine yang melekat pada kelenjar mukosa dan sel goblet hidung akan menyebabkan hipersekresi sekret. 5asodilatasi sinusoid menyebabkan hidung tersumbat. #airan mukosa yang berlebih dan menumpuk dapat menyebabkan polip yang dapat berkomplikasi menjadi parosmia, sakit kepala,dan rinorea. /akit kepala terjadi akibat terdapatnya sumbatan pada ostium. /elain itu, terbentuknya massa di rongga sinus yang kemudian menekan dindingdinding tulang tengkorak akan menyebabkan timbulnya impuls-impuls berlebih ke sel saraf sehingga timbul nyeri kepala. Polip yang terbentuk dan menyumbat ostium menghambat pengeluaran lendir-lendir dari dalam sinus sehingga sinus meradang dan menimbulkan sinusitis dengan gejala deman,flu berat, dan nyeri kepala. 6pitel mukosa hidung merupakan bagian hidung yang berfungsi sebagai penangkap bakteri yang terba'a bersama udara. Peradangan yang dialami hidung mengakibatkan peningkatan produksi histamine yang menyebabkan epitel mukosa hidung makin banyak menangkap bakteri sehingga bakteri menumpuk di epitel mukosa. Penumpukan bakteri pada epitel mukosa ini menimbulkan bau tidak enak pada penciuman.

. Penatalaksanaan! Pada infeksi sekunder sinusitis perlu diberikan antibiotik berupa amo7ilyn (selama 18 hari). 0ntuk mengobati penciuman yang berbau tidak enak, digunakan campuran air hangat dengan 1 sendok betadine untuk mencuci hidung. .ujuannya adalah untuk menghilangkan penyebab bau tidak enak pada hidung, yakni krusta-krusta bertumpuk yang terbentuk pada mukosa hidung. E. STEP 5 Learning Objek i!e " 1. Anatomi hidung? 2. 9etak polip? . +eaksi hipersensiti-itas? :. &nfeksi hidung (dibahas lebih detail untuk rhinitis alergi, polip ,dan sinusitis)? ;. Penurunan alergi secara genetik? <. $engapa antibiotik yang dipilih untuk sinusitis adalah amo7ilyn? =. Alergi dapat sembuh atau tidak? >. ?at atau obat apa yang diberikan pada imunoterapi?

#.

STEP $ Adams, @eorge 9. Aoies, 9a'rence +. ,igler, Peter A. 1BB=. Boies: Buku Ajar Penyakit THT 6disi keenam. Jakarta % 6@#. 4jaafar, ?ainul A. helmi. +estuti, +atna 4. 288=.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher 6disi keenam. Jakarta% 2* 0&.

http%CC'''.pediatrik.comCisi8 .php? pageDhtmlEhkategoriDpdtEdirektoriDpdtEfilepdfD8EpdfDEhtmlD8=118bf7u22;.htm '''.childrenallergyclinic.'ordpress.com '''.medicastore.com %. STEP & 1. Anatomi hidung?

Ada struktur penting dari anatomi hidung, yaitu %


4orsum nasi (batang hidung) /eptum nasi *a-um nasi.

D'r()* +a(i , Ba ang Hi-)ng. Ada 2 bagian yang membangun dorsum nasi, yaitu % 1. Aagian kaudal dorsum nasi. Aagian kaudal dorsum nasi merupakan bagian lunak dari batang hidung yang tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang keras menghubungkan antara kulit dengan perikondrium pada kartilago alaris.

2. Aagian kranial dorsum nasi. Aagian kranial dorsum nasi merupakan bagian keras dari batang hidung yang tersusun oleh os nasalis kanan E kiri dan prosesus frontalis ossis maksila. Se/ )* +a(i 2ungsi septum nasi % menopang dorsum nasi (batang hidung) membagi dua ka-um nasi.

Ada 2 bagian yang membangun septum nasi, yaitu % 1. Aagian anterior septum nasi. Aagian anterior septum nasi tersusun oleh tulang ra'an yaitu kartilago Fuadrangularis. 2. Aagian posterior septum nasi. Aagian posterior septum nasi tersusun oleh lamina perpendikularis os ethmoidalis dan -omer. *elainan septum nasi yang paling sering kita temukan adalah de-iasi septi. Ka!)* +a(i Ada < batas ka-um nasi, yaitu % 1. Aatas medial ka-um nasi % septum nasi. 2. Aatas lateral ka-um nasi % konka nasi superior, meatus nasi superior, konka nasi medius,

<

meatus nasi medius, konka nasi inferior, meatus nasi inferior.

. Aatas anterior ka-um nasi % nares (introitus ka-um nasi). :. Aatas posterior ka-um nasi % koane. ;. Aatas superior ka-um nasi % lamina kribrosa. <. Aatas inferior ka-um nasi % palatum durum. Sin)( Parana(a0i( /inus paranasalis merupakan ruang berrongga dengan lubang yang mengarah ke rongga hidung. Ada : jenis sinus paranasal, yaitu sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus ethmoidales ( sinus ethmoidales posterior dan sinus ethmoidales inferior) dan sinus sfenoidales. *eempat sinus paranasal ini dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu%

@olongan anterior sinus paranasalis % sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, sinus maksilaris.

@olongan posterior sinus paranasalis % sinus ethmoidalis posterior sinus sfenoidalis.

3stia golongan anterior sinus paranasalis berada di meatus nasi medius. 3stia golongan posterior sinus paranasalis berada di meatus nasi superior. Pus dalam meatus nasi medius akan mengalir ke dalam -estibulum nasi. Pus dalam meatus nasi superior akan mengalir ke dalam faring. 2. 9etak polip?

.umbuhnya polip terutama di bagian G bagian sempit di bagian atas hidung, di bagian lateral konka media, dan sekitar muara sinus maksila dan sinus etmoid. 4i tempat inilah mikosa hidung saling berdekatan. Aila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat. 4ari penelitian /tammberger didapati >8H polip nasi berasal dari celah antara prosesus unsinatus, konka media dan infundibulum.

. +eaksi hipersensiti-itas? Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat nonspesifik dan imunitas spesifik dan didapat. Ada 2 macam imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang secara aktif diperankan oleh sel limfosit A, yang memproduksi ; macam imunoglobulin (&g@, &gA, &g$, &g4 dan &g6) dan system imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel limfosit ., yang bila-mana ketemu dengan antigen lalu mengadakan diferensiasi dan menghasilkan "at limfokin, yang mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan antigen tersebut. Ailamana suatu alergen masuk tubuh, maka tubuh akan mengadakan respon. Ailamana alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal yang menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah keadaan imun. .etapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak, maka terjadilah reaksi hipersensiti-itas atau alergi. +eaksi hipersensiti-itas memiliki : tipe reaksi seperti berikut% .ipe &% reaksi anafilaksi 4i sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan antibodi, dalam hal ini &g6 yang terikat pada sel mast atau sel basofil dengan akibat terlepasnya histamin. *eadaan ini menimbulkan reaksi tipe cepat.

>

.ipe &&% reaksi sitotoksik 4i sini antigen terikat pada sel sasaran. Antibodi dalam hal ini &g@ dan &g$ dengan adanya komplemen akan berikatan dengan antigen, sehingga dapat mengakibatkan hancurnya sel tersebut. +eaksi ini merupakan reaksi yang cepat. $enurut /molin (1B><), reaksi allograft dan ulkus $ooren merupakan reaksi jenis ini.

.ipe &&&% reaksi imun kompleks 4i sini antibodi berikatan dengan antigen dan komplemen membentuk kompleks imun. *eadaan ini menimbulkan neurotrophic chemotactic factor yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan atau kerusakan lokal. Pada umumnya terjadi pada pembuluh darah kecil. Pengeja'antahannya di kornea dapat berupa keratitis herpes simpleks, keratitis karena bakteri (stafilokok, pseudomonas) dan jamur. +eaksi demikian juga terjadi pada keratitis ,erpes simpleks.

.ipe &5% reaksi tipe lambat Pada reaksi hipersensiti-itas tipe &, && dan &&& yang berperan adalah antibodi (imunitas humoral), sedangkan pada tipe &5 yang berperanadalah limfosit . atau dikenal sebagai imunitas seluler. 9imfosit . peka (sensiti"ed . lymphocyte) bereaksi dengan antigen, dan menyebabkan terlepasnya mediator (limfokin) yang berakibat terjadi peradangan lokal. +eaksi ini pada kornea dijumpai pada reaksi penolakan pasca keratoplasti, keratokonjungti-itis flikten, keratitis ,erpes simpleks dan keratitis diskiformis.

1ekani(*e reak(i 2i/er(en(i i!i a( *en)r) %e00 -an C''*b( +eaksi &mun .ipe & $ekanisme *ompleks &g 6*linis 0rtikaria, angioedema, Iatu +eaksi $enit sampai jam setelah

(diperantarai &g 6) obat berikatan

dengan sel mast melepasken histamine dan

bronkospasme, muntah, diare, anafilaksis

paparan

mediator lain .ipe && (sitotoksik) Antibody &g $ atau Anemia hemolitik, &g @ spesifik terhadap sel hapten-obat .ipe &&& (kompleks 4eposit jaringan imun) dari kompleks antibody-obat dengan akti-asi .ipe &5 (lambat, diperantarai oleh selular) neutropenia, trombositopenia /erum sickness, demam, ruam, artralgia, limfadenopati,

5ariasi

1- minggu setelah paparan

komplemen -askulitis, urtikaria Presentasi molekul 4ermatitis kontak obat oleh $,# kepada sel . dengan pelepasan alergi

2-= hari setelah paparan

sitokin (4ikutip dari +iedl $A dan #asillas A$, 288 ) &katan obat dengan protein jaringan dapat mengubah struktur dan sifat jaringan sebagai antigen diri menjadi antigen yang tidak dikenal oleh sistem imun tubuh, sehingga dapat terjadi reaksi autoimun. #ontoh obatnya antara lain klorproma"in, isonia"id, penisilamin, fenitoin dan sulfasala"in. Aila sel sasaran ini adalah endotel pembuluh darah, maka dapat terjadi -askulitis akibat akti-asi komplemen oleh kompleks imun pada permukaan sel endotel (misalnya pada serum sickness). Akti-asi komplemen ini mengakibatkan akumulasi sel polimorfonuklear dan pelepasan liso"im sehingga terjadi reaksi inflamasi dan kerusakan dinding pembuluh darah. 3bat yang dapat menimbulkan reaksi seperti ini antara lain penisilin, sulfonamid, eritromisin, salisilat, isonia"id, dan lain-lain. +eaksi tipe & merupakan hipersensiti-itas cepat yang diperantarai oleh &g6 dan menyebabkan reaksi seperti anafilaksis. @ejala yang ditimbulkan

18

dapat

berupa

urtikaria,

edema

laring,

'hee"ing

dan

kolaps

kardiorespiratorius. Penyebab umum adalah molekul biologis dan beberapa obat, seperti penisilin dan insulin. +eaksi tipe && merupakan reaksi sitotoksik yang diinduksi oleh kompleks komplemen dengan antibodi sitotoksik &g$ atau &g@. +eaksi ini terjadi sebagai respon terhadap obat yang mengubah membran permukaan sel. #ontoh reaksi ini adalah anemia hemolitik yang disebabkan oleh metildopa dan penisilin, ataupun trombositopenia yang disebabkan oleh kuinidin. 3bat lain yang bekerja melalui mekanisme ini antara lain sefalosporin, sulfonamida dan rifampisin. Pada reaksi tipe &&& terdapat periode laten beberapa hari sebelum gejala timbul, yaitu periode yang dibutuhkan untuk membentuk kompleks imun yang dapat mengakti-asi komplemen. +eaksi terkadang baru timbul setelah obat dihentikan. +eaksi tersebut dapat pula berupa reaksi setempat yang dikenal sebagai reaksi Arthus. .erdapat pembengkakan dan kemerahan setempat pada tempat antigen berada, misalnya pada -aksinasi. +eaksi setempat ini terjadi oleh karena penderita telah mempunyai kadar antibodi yang tinggi sehingga terjadi presipitasi pada tempat masuk antigen yang terjadi dalam 'aktu 2 sampai ; jam setelah pemberian. $anifestasi utama berupa demam, ruam, urtikaria, limfadenopati dan artralgia. #ontoh obat tersebut antara lain penisilin, salisilat, sulfonamida, klorproma"in, tiourasil, globulin antilimfositik dan fenitoin. Pada reaksi hipersensiti-itas tipe lambat, limfosit bereaksi langsung dengan antigen, misalnya pada dermatitis kontak. 3bat topikal yang secara antigenik biasanya berbentuk hapten, bila berikatan dengan protein jaringan kulit yang bersifat sebagai karier dapat merangsang sel limfosit . yang akan tersensitisasi dan berproliferasi. Pada pajanan berikutnya, sel . yang sudah tersensitisasi akan terakti-asi dan mengeluarkan sitokin yang menarik sel radang ke tempat antigen berada sehingga terjadi reaksi inflamasi. #ontoh obat yang sering menimbulkan reaksi tipe &5 antara lain ben"il alkohol, deri-at merkuri, neomisin, nikel, antibiotik topikal, krim

11

steroid, antihistamin topikal, anestesi lokal, serta beberapa "at aditif yang sering terdapat pada obat topikal seperti parabens atau lanolin. +eaksi non imun yang tidak dapat diprediksi diklasifikasikan dalam pseudoalergi, idiosinkrasi atau intoleransi. +eaksi pseudoalergi merupakan hasil akti-asi sel mast secara langsung, tidak melibatkan &g6 spesifik dan degranulasi oleh agen seperti opiat, koloid ekspander, polipeptida, antiinflamasi non-steroid dan media radiokontras. +eaksi yang bersifat non imunologi ini dapat terjadi saat pertama kali paparan. +eaksi idiosinkrasi hanya terjadi pada sebagian kecil populasi, seperti hemolisis yang diinduksi obat pada orang dengan defisiensi glucose-<-phosphate dehydrogenase (@<P4). &ntoleransi obat merupakan ambang batas yang lebih rendah terhadap aksi farmakologi obat, seperti terjadinya tinitus setelah pemberian aspirin.

:. &nfeksi hidung (dibahas lebih detail untuk rhinitis alergi, polip ,dan sinusitis)? &nfeksi hidung dibagi menjadi % a. &nfeksi luar 5estibulitis 2urunkel /elulitis

b. &nfeksi dalam +initis /inusitis

12

/eptum nasi

A. &nfeksi rongga hidung 1. +hinitis a. +initis akut +initis akut merupakan peradangan pada rongga hidung yang disebabkan oleh -irus maupun bakteri. @ejala rhinitis akut, antara lain hidung tersumbat, bersin-bersin, sekret jernih dan encer, rasa panas,gatal dan kering di dalam hidung, disertai demam dan sakit kepala. $ukosa hidung hiperemi dan membengkak. Aila terjadi infeksi sekunder bakteri, sekret menjadi mukopurulen (kental ber'arna). .erapi yang diberikan untuk rhinitis akut adalah terapi dengan obat-obat simtomatis, seperti dekongestan, antipiretik, dan analgetik. Antibiotik hanya diberikan bila ada infeksi sekunder dari bakteri. b. +hinitis kronis +initis kronis terjadi akibat rhinitis akut yang berulang, diklasifikasikan menjadi % 1. +initis hipertrofi % Pada rhinitis jenis ini terjadi hipertrofi pada mukosa hidung konka inferior akibat proses inflamasi kronis yang disebabkan oleh bakteri primer maupun sekunder. @ejala utamanya adalah sumbatan hidung, mulut kering, nyeri kepala, dan gangguan tidur. /ekret biasanya banyak dan mukopurulen. Akibat hipertrofi mukosa konka, pasase udara dalam rongga hidung menjadi sempit. .erapi untuk rhinitis hipertrofi yaitu terapi simtomatis untuk mengurangi sumbatan hidung dengan kaustik konka menggunakan "at kimia (nitras argenti atau trikloroasetat) atau

dengan kauter listrik (elektrokauterisasi). 4apat pula dilakukan konkotomi. 2. +initis sika . +initis spesifik a. +initis atrofi % 4itandai oleh atrofi progresif pada mukosa dan tulang konka akibat infeksi oleh kuman spesifik, antara lain Klebsiella ozaena, Ba illus !oetidus, "ta!ilokokus, "treptokokus, dan Pseudomonas aeruginosa# /elain infeksi bakteri, kelainan ini dapat pula terjadi karena defisiensi 2e atau -itamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen Aiasanya timbul gejala berupa nafas berbau, ada sekret kental ber'arna hijau, ada kerak (krusta) hijau, ada gangguan penghidu, sakit kepala, dan hidung tersumbat. Pengobatan dilakukan secara konser-atif dengan pemberian antibiotic spectrum luas atau sesuai uji resistensi kuman dengan dosis kuat. 0ntuk menghilangkan bau busuk pada nafas dapat dilakukan pencucian hidung dengan larutan garam hipertonik. 4apat pula dilakukan pengobatan secara operatif yakni dengan operasi penutupan atau penyempitan lubang hidung dengan implantasi atau jabir osteoperiosteal. b. +initis difteri% Penyakit ini disebabkan oleh $oryneba terium diphteriae. @ejalanya adalah dengan adanya sekret yang bercampur darah dan terdapt krusta colat di nares anterior dan rongga hidung. +initis difteri kronik dapat menulari (adanya factor difteri carier). 4iagnosis pastinya ditegakkan dengan pemeriksaan kuman dari secret hidung. .erapinya dapat diberikan A4/, penisilin local dan intramuscular. c. +initis jamur

1:

d. +initis tuberkulosa e. +initis sifilis

/elain karena infeksi, terdapat pula rhinitis kronika akibat factor lain, antara lain % 1) +hinitis alergi +initis alergi secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung, terjadi setelah paparan alergen melalui peradangan mukosa hidung yang diperantarai &g6. Pa '3i(i'0'gi @ejala rinitis alergika dapat dicetuskan oleh beberapa faktor % Alergen

Alergen hirupan merupakan alergen terbanyak penyebab serangan gejala rinitis alergika. .ungau debu rumah, bulu he'an, dan tepung sari merupakan alergen hirupan utama penyebab rinitis alergika dengan bertambahnya usia, sedang pada bayi dan balita, makanan masih merupakan penyebab yang penting. Polutan

2akta epidemiologi menunjukkan bah'a polutan memperberat rinitis. Polusi dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan di luar termasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida. $ekanisme terjadinya rinitis oleh polutan akhir-akhir ini telah diketahui lebih jelas. Aspirin

Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rinitis alergika pada penderita tertentu.

1;

/ecara klasik rinitis alergika dianggap sebagai inflamasi nasal yang terjadi dengan perantaraan &g6. Pada pemeriksaan patologi, ditemukan infiltrat inflamasi yang terdiri atas berbagai macam sel. Pada rinitis alergika selain granulosit, perubahan kualitatif monosit merupakan hal penting dan ternyata &g6 rupanya tidak saja diproduksi lokal pada mukosa hidung. .etapi terjadi respons selektif selular dan yang migrasi meliputi% sel-sel kemotaksis, pergerakan

transendotel. Pelepasan sitokin dan kemokin antara lain &9->, &9-1 , eota7in dan +AJ.6/ berpengaruh pada penarikan selsel radang yang selanjutnya menyebabkan inflamasi alergi. Akti-asi dan deferensiasi bermacam-macam tipe sel termasuk% eosinofil, sel #4:K., sel mast, dan sel epitel. Alergen menginduksi /el .h-2, selanjutnya terjadi peningkatan ekspresi sitokin termasuk di dalamnya adalah &9- , &9-:, &9-;, &9-B, &918 yang merangsang &g6, dan sel $ast. /elanjutnya sel $ast menghasilkan &9-:, &9-;, &9-<, dan tryptase pada epitel. $ediator dan sitokin akan mengadakan upregulasi &#A$-1. *hemoattractant &9-; dan +AJ.6/ menyebabkan infiltrasi eosinofil, basofil, sel .h-2, dan sel $ast. Perpanjangan masa hidup sel terutama dipengaruhi oleh &9-;. Pelepasan mediator oleh sel-sel yang diaktifkan, di antaranya histamin dan cystenil-leukotrien yang merupakan mediator utama dalam rinitis alergika menyebabkan gejala rinorea, gatal, dan buntu. Penyusupan eosinofil menyebabkan kerusakan mukosa sehingga memungkinkan terjadinya iritasi langsung polutan dan alergen pada syaraf parasimpatik, bersama mediator %osinophil &eri'ati'e (euroto)in (64J) dan histamin menyebabkan gejala bersin.

1<

.erdapat hubungan antara system imun dan sumsum tulang. 2akta ini membuktikan bah'a epitel mukosa hidung memproduksi "tem $ell *a tor (/#2) dan berperan dalam atraksi, proliferasi, dan akti-asi sel $ast dalam inflamasi alergi pada mukosa hidung. ,ipereakti-itas nasal merupakan akibat dari respons imun di atas, merupakan tanda penting rinitis alergika. %eja0a K0ini( $anifestasi utama adalah rinorea, gatal hidung, bersin-bersin dan sumbatan hidung. Pembagian rinitis alergika sebelum ini menggunakan kriteria 'aktu pajanan menjadi rinitis musiman (seasonal allergi rhinitis), sepanjang tahun +perenial allergi rhinitis), dan akibat kerja (o upational allergi rhinitis). @ejala rinitis sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. .anda-tanda fisik yang sering ditemui juga meliputi perkembangan 'ajah yang abnormal, maloklusi gigi, allergi gape (mulut selalu terbuka agar bisa bernafas), allergi shiners (kulit ber'arna kehitaman diba'ah kelopak mata ba'ah), lipatan tran-ersal pada hidung (trans'erse nasal rease), edema konjungti-a, mata gatal dan kemerahan. Pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum sering didapatkan sekret hidung jernih, membrane mukosa edema, basah dan kebiru-biruan (boggy and bluish). Pada anak kualitas hidup yang dipengaruhi antara lain kesulitan belajar dan masalah sekolah, kesulitan integrasi dengan teman sebaya, kecemasan, dan disfungsi keluarga. *ualitas hidup ini akan diperburuk dengan adanya ko-morbiditas. Pengobatan rinitis juga mempengaruhi kualitas hidup baik positif maupun negatif. /edatif antihistamin memperburuk kualitas hidup, sedangkan non sedatif antihistamin berpengaruh positif

1=

terhadap kualitas hidup. Pembagian lain yang lebih banyak diterima adalah dengan menggunakan parameter gejala dan kualitas hidup, menjadi intermiten ringan-sedang-berat, dan persisten ringan-sedang-berat. Diagn'(i( 4iagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji laboratorium. *eluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan ri'ayat keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. 0ji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan in -i-o dengan uji kulit goresan, &g6 total, &g6 spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. 0ji Pro-okasi nasal masih terbatas pada bidang penelitian. Pen4)0i /inusitis kronis (tersering) Poliposis nasal /inusitis dengan trias asma (asma, sinusitis dengan poliposis nasal dan sensiti-e terhadap aspirin) Asma 3bstruksi tuba 6ustachian dan efusi telingah bagian tengah ,ipertyopi tonsil dan adenoid @angguan kognitif

Pena a0ak(anaan

1>

Penatalaksanaan rinitis alergika meliputi edukasi, penghindaran alergen, farmakoterapi dan imunoterapi. &nter-ensi tunggal mungkin tidak cukup dalam penatalaksanaan rinitis alergika, penghindaran alergen hendaknya merupakan bagian terpadu dari strategi penatalaksanaan, terutama bila alergen penyebab dapat diidentifikasi. 6dukasi sebaiknya selalu diberikan berkenaan dengan penyakit yang kronis, yang berdasarkan kelainan atopi, pengobatan memerlukan 'aktu yang lama dan pendidikan penggunaan obat harus benar terutama jika harus menggunakan hirupan. kortikosteroid hirupan atau semprotan. &munoterapi sangat efektif bila penyebabnya adalah alergen 2armakoterapi hendaknya mempertimbangkan keamanan obat, efektifitas, dan kemudahan pemberian. 2armakoterapi masih merupakan andalan utama sehubungan dengan kronisitas penyakit. .abel menunjukkan obat-obat yang biasanya dipakai baik tunggal maupun dalam kombinasi. *ombinasi yang sering dipakai adalah antihistamin ,1 dengan dekongestan. Pe*i0i2an 'ba -'ba an Pemilihan obat-obatan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain % 1. 3bat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang. 2. .idak menimbulkan takifilaksis. . Aeberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid intranasal. $eskipun demikian pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain. :. *ortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan adanya efek samping sistemik.

1B

Jenis obat yang sering digunakan % Kromolin, obat semprot mengandung kromolin ;,2 mgCdosis diberikan -: kaliChari1 "etirizin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah% 2-; tahun% 2.; mgCdosis,1 kaliChari1 L < tahun % ;-18 mgCdosis,1 kaliChari. Loratadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah% 2G; tahun% 2.; mgCdosis,1 kaliChari1 L < tahun % 18 mgCdosis, 1 kaliChari. *ekso!enadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah % <11 tahun% 8 mgChari, 2 kaliChari1 L 12 tahun % <8 mgChari, 2 kaliChari atau 1>8mgChari, : kaliChari. Azelastine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah% ;G11 tahun % 1 semprotan 2 kaliChari1 L 12 tahun % 2 semprotan, 2 kaliChari. Pseudoephedrine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah% 2-< tahun % 1; mgChari, : kaliChari1 <-12 tahun % 8mgChari, : kaliChari1 L 12 tahun % <8 mgChari : kaliChari. I/ra r'/i)* br'*i-e 8.8 H 2 semprotan, 2- kaliChari. Kortikosteroid intranasal 4igunakan pada pasien yang memiliki gejala yang lebih persisten dan lebih parah. 6fektif untuk semua gejala dengan inflamasi eosinofilik. *luti asone intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia L : tahun % 1-2 semprotanCdosis, 1 kaliChari. ,ometasone intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia -11 tahun % 1 semprotanCdosis, 1 kaliChari1 usia L 11 tahun % 2 semprotanCdosis, 1 kaliChari. Budesonide intranasal diberikan dengan dosis pemberian untuk usia L < tahun % 1-2 semprotanCdosis, 1 kaliChari.

28

Audesonide mempunyai bioa-aibilitas yang rendah dan keamanannya lebih baik. Leukotrien antagonis -a!irlukast yang diberikan pada anak sebesar 28 mgCdosis 2 kaliC2:jam. 2) +initis -asomotor ) +hinitis medika mentosa

Sin)(i i(

+asa sakit di bagian dahi, pipi, hidung atau daerah diantara mata terkadang dibarengi dengan demam, sakit kepala, sakit gigi atau bahkan menurunnya kepekaan indra penciuman kita merupakan salah satu gejala sinusitis. .erkadang karena gejala yang kita rasakan tidak spesifik, kita salah mengartikan gejala-gejala tersebut dengan penyakit lain sehingga membuat penyakit sinusitis yang diderita berkembang tanpa diobati. 0ntuk lebih mengenal lagi tentang penyakit sinusitis E pengobatannya, berikut uraiannya.

21

/inusitis adalah penyakit yang terjadi di daerah sinus. /inus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area 'ajah yang terhubung dengan hidung. 2ungsi dari rongga sinus sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung E menjaga pertukaran udara di daerah hidung. +ongga sinus sendiri terdiri dari : jenis, yaitu %

Sin)( #r'n a0, terletak di atas mata dibagian tengah dari masingmasing alis Sin)( 1a5i00ar4, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung Sin)( E 2*'i-, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung Sin)( S/2en'i-, terletak dibelakang sinus ethmoid E dibelakang mata

4idalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia. 2ungsi dari cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang di produksi didalam sinus menuju ke saluran pernafasan. @erakan cilia mendorong lendir ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang mungkin ada. *etika lapisan

22

rongga sinus ini membengkak maka cairan lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar E terperangkap di dalam rongga sinus.

Jadi sinusitis terjadi apabila terdapat peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus E menjadi tempat tumbuhnya bakteri. /inusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu %

Sin)(i i( ak) % gejala dirasakan selama 2-> minggu Sin)(i i( kr'ni( % biasanya gejala dirasakan lebih dari > minggu

/inusitis akut dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan rongga sinus akibat infeksi atau tindakan bedah. /edangkan sinusitis kronis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau -irus.

/inusitis dapat terjadi akibat dari beberapa faktor diba'ah ini %

Aulu-bulu halus didalam rongga sinus (cilia) tidak bekerja secara maksimal akibat kondisi medis tertentu 2lu E alergi menyebabkan lendir diproduksi secara berlebih atau menutupi rongga sinus Adanya kelainan pada sekat rongga hidung, kelainan tulang hidung ataupun polip pada hidung dapat menutupi rongga sinus

/elain hal tersebut diatas, apapun yang dapat menyebabkan bengkak pada lapisan rongga sinus ataupun menahan cilia untuk mendorong lendir dapat menyebabkan sinusitis. ,al ini biasanya disebabkan oleh perubahan pada suhu E tekanan udara. Alergi, penggunaan penyemprot hidung secara berlebihan, merokok, berenang atau menyelam dapat meningkatkan resiko terkena sinusitis.

*etika sinusitis terjadi karena infeksi bakteri ataupun -irus, maka akan terjadi infeksi pada rongga sinus. *adangkala infeksi sinus terjadi setelah kita mengalami flu. 5irus flu tersebut akan menyerang lapisan rongga sinus, menyebabkan lapisan sinus bengkak E rongga sinus menjadi mengecil. .ubuh bereaksi terhadap -irus tersebut dengan memproduksi lebih banyak lendir. .etapi karena rongga sinus mengecil maka lendir terperangkap didalam rongga sinus E menjadi tempat tumbuhnya bakteri. Aakeri tersebutlah yang menyebabkan terjadinya infeksi sinus.

%eja0a -ari (in)(i i( a-a0a2 "

+asa sakit atau adanya tekanan di daerah dahi, pipi, hidung E diantara mata /akit kepala 4emam ,idung mampet Aerkurangnya indra penciuman Aatuk, biasanya akan memburuk saat malam Jafas berbau (halitosis) /akit gigi

/elain gejala tersebut diatas, salah satu gejala sinusitis akut pada orang de'asa adalah adanya flu yang tidak membaik atau memburuk setelah ;= hari. @ejala pada sinusitis kronis sama seperti diatas tetapi cenderung terlihat lebih ringan E bertahan selama lebih dari > minggu. %eja0a (in)(i i( /a-a anak-anak *e0i/) i "

.imbul flu atau penyakit pernafasan yang makin memburuk 4emam tinggi disertai dengan adanya lendir pernafasan yang ber'arna gelap

2:

Adanya lendir pernafasan dengan atau tanpa adanya flu yang hadir lebih dari 18 hari E tidak membaik

0ntuk penetapan -iagn'(a (in)(i i(, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan berikut %

$encari tanda adanya polip di hidung $enyinari rongga sinus dengan cahaya (transiluminasi) untuk melihat adanya peradangan $engetuk rongga sinus untuk melihat adanya infeksi $elihat kedalam rongga sinus melalui pemeriksaan fiberoptik (disebut juga dengan endoscopy atau rhinoscopy) dapat juga digunakan untuk mendiagnosa sinusitis. ,al ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis .,..

Aila perlu #. scan dapat juga dilakukan untuk mendiagnosa adanya sinusitis. Apabila sinusitis diduga terkait karena tumor atau infeksi jamur, maka $+& terhadap rongga sinus dapat dilakukan. Jika anak anda menderita sinusitis kronis atau yang berulang (sering kambuh) maka tes-tes berikut perlu juga dilakukan %

.es alergi .es ,&5 atau tes untuk melihat rendahnya fungsi imun .es untuk melihat fungsi cilia #ytology hidung #ystic fibrosis

Pengobatan yang biasa dilakukan untuk sinusitis meliputi %


/untikan anti alergi $enghindari pencetus alergi

2;

/emprotan

hidung

yang

mengandung

kortikosteroid

untuk

membantu mengurangi bengkak di rongga sinus, terutama karena adanya polip ataupun karena alergi /inusitis akut sebaiknya diberikan pengobatan selama 18-1: hari, sedangkan sinusitis kronis sebaiknya diberi pengobatan untuk -: minggu. Aagi beberapa penderita sinusitis kronis mungkin diperlukan pengobatan untuk mengobati infeksi jamur. .indakan operasi untuk membersihkan E mengeringkan rongga sinus mungkin diperlukan terutama bagi pasien yang mengalami peradangan yang berulang. Pemberian antibiotika biasanya tidak diperlukan untuk mengobati sinusitis akut, karena biasanya infeksi akan sembuh dengan sendirinya. .etapi antibiotika dapat diberikan apabila terjadi hal-hal berikut ini %

Anak dengan kondisi pilek biasanya disertai dengan batuk yang tidak kunjung membaik setelah 2- minggu 4emam dengan suhu tubuh lebih dari BM# Adanya bengkak yang parah di area sekitar mata /akit kepala atau sakit di daerah 'ajah

Se/ )* +a(a0 Penyakit hidung lainnya yang dapat disebabkan oleh alergi maupun infeksi, contohnya adalah polip. Polipnasi adalah suatu pseudotumor bersifat edematosa yang merupakan penonjolan keluar dari mukosa hidung atau sinus paranasalis, massa lunak, bertangkai, bulat, ber'arna putih atau keabu-abuan yang terdapat di dalam rongga hidung. /ering kali berasal dari sinus dimana menonjol dari meatus ke rongga hidung. Aerdasarkan hasil pengamatan, polip nasi terletak di dinding lateral ca-um nasi terutama daerah meatus media. Paling banyak di sel-sel eithmoidalis . 4apat juga berasal dari mukosa di daerah antrum , yang

2<

keluar dari ostium sinus dan meluas ke belakang di daerah koana posterior (polip antrokoanal). 6tiologi polip nasi belum diketahui secara pasti. Penyakit ini masih banyak menimbulkan perbedaan pendapat, terutama mengenai etiologi dan patogenesisnya. .erjadinya polip nasi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal % umur, alergi, infeksi dan inflamasi dominasi eosinofil.4e-iasi septum juga dicurigai sebagai salah satu faktor yang mempermudah terjadinya polip nasi. Penyebab lainnya diduga karena adanya intoleransi aspirin, perubahan polisakarida dan ketidakseimbangan -asomotor. Patogenesis 6pitel mukosa hidung secara terus menerus terekspos lingkungan luar melalui udara yang diinspirasi yang berpotensial menyebabkan kerusakan epitel dan infeksi. Polip nasi terjadi karena adanya peradangan kronis pada membran mukosa hidung dan sinus yang disebabkan oleh kerusakan epitel akibat paparan iritan, -irus atau bakteri. Aanyak faktor yang berperan dalam pembentukan polip nasi. *erusakan epitel terlibat dalam patogenesispolip. /el epitel dapat mengalami akti-asi dalam respon terhadap alergen, polutan maupun agen infeksius. /el akan mengeluarkan berbagai faktor yang berperan dalam respon inflamasi dan pemulihannya, antara lain neuropeptide-degrading en"ym, endothelin, nitric o7ide, asam arakidonat, sitokin inflamasi yang mempengaruhi sel inflamasi. 2aktor-faktor tersebut akan menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, adhesi leukosit, sekresi mukus, stimulasi fibroblas dan kolagen. Aeberapa faktor inflamasi telah dapat diisolasi dan dibuktikan dihasilkan pada polip nasi. 2aktor-faktor tersebut meliputiendothelial -ascular cell adhesion molecule (5#A$)-1, nitric o7ide synthese, granulocyte-

2=

macrophage colonyGstimulating factor (@$-#/2), eosinophil sur-i-al enhancing acti-ity (6/6A), cys-leukotrienes (#ys-9.) dan sitokin lainnya. +adikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif yang kemungkinan berperan juga dalam terjadinya polip. +adikal bebas dapat menyebabkan kerusakan selular yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan jaringan..ubuh menghasilkan endogenous o7idants sebagai respon dari bocornya elektron dari rantai transport elektron, sel fagosit dan sistem endogenous en"yme ($A3, P:;8, dsb) 6pitel polip nasi terdapat hiperplasia sel goblet dan hipersekresi mukus yang kemungkinan besar berperan dalam menimbulkan obstruksi nasal dan rinorrhea. /intesis mukus dan hiperplasia sel globet diduga terjadi karena peranan epidermal gro'th factors (6@2). Adanya proses peradangan kronis menyebabkan hiperplasia membran mukosa rongga hidung, adanya cairan serous di celah-celah jaringan, tertimbun dan menimbulkan edema, kemudian karena pengaruh gaya gra-itasi. Akumulasi cairan edema ini menyebabkan prolaps mukosa. *eadaan ini menyebabkan terbentuknya tangkai polip,(B,1 ) kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. /truktur stroma polip nasi dapat mempunyai -asodilatasi pembuluh darah sedikit atau banyak, -ariasi kepadatan tipe sel yang berbeda, seperti eosinofil, neutrofil, sel mast,plasma sel dan lain-lain.6ksudasi plasma mikro-askular berperan dalam perkembangan kronik edema pada polip nasi. @ambaran histopatologi dari polip nasi ber-ariasi dari jaringan yang edema dengan sedikit kelenjar sampai peningkatan kelenjar.6osinofil dapat muncul, menandakan komponen alergi. ,al ini menunjukkan adanya proses dinamis yang nyata pada polip nasal yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti aliran udara, faktor lain yang dapat mempengarui epitel

2>

polip dan proses regenerasinya, perbedaan epitel dan ketebalannya, ukuranpolip, infeksi dan alergi. Aeberapa buku menyebutkan alergi sebagai penyebab utama polip nasi. ,al ini dibuktikan dengan adanya penimbunan eosinofil dalam jumlah besar dari jaringan polip atau dalam sekret hidung. Polip hidung yang disebabkan oleh alergi seringkali dialami penderita asma dan rinitis alergi. &nfeksi -irus dan bakteri juga dikatakan sebagai salah satu penyebab dari polip nasi. Pada polip nasi yang disebabkan oleh infeksi ditemukan infiltrasi sel-sel neutrofil, sedangkan sel eosinofil tidak ditemukan. $enurut 3ga'a dari hasil penelitiannya pada penderita polip hidung disertai de-iasi septum, polip lebih sering didapatkan pada rongga hidung dengan septum yang cekung. 4e-iasi septum hidung akan menyebabkan aliran udara pada bagian rongga hidung dengan septum yang cekung, akan lebih cepat dari bagian cembung di rongga hidung sisi lain. Percepatan ini terjadi pada rongga hidung bagian atas dan menimbulkan tekanan negatif. .ekanan negatif ini merupakan rangsangan bagi mukosa hidung sehingga meradang dan terjadi edema. Pada intoleransi aspirin, terjadinya polip nasi disebabkan karena inhibisi cycloo7ygenase en"yme. &nhibisi tersebut menyebabkan pelepasan mediator radang, yaitu cysteinyl leucotrienes. @ejala dan .anda .imbulnya gejala biasanya pelan dan insidius, dapat juga tiba-tiba dan cepat setelah infeksi akut. /umbatan di hidung adalah gejala utama.dimana dirasakan semakin hari semakin berat. /ering juga ada keluhan pilek lama yang tidak sembuh-sembuh, sengau, sakit kepala. Pada sumbatan yang hebat didapatkan gejala hiposmia atau anosmia, rasa lendir di tenggorok. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior tampak adanya massa lunak, bertangkai, tidak nyeri jika ditekan, tidak mudah berdarah dan pada

2B

pemakaian -asokontriktor (kapas efedrin 1H) tidak mengecil. Pada pemeriksaanr hinos kopi posterior bila ukurannya besar akan tampak massa ber'arna putih keabu-abuan mengkilat yang terlihat mengggantung di nasofaring. Pemeriksaan Penunjang 4apat dilakukan pemeriksaan 6ndoskopi nasal dan sinus untuk memastikan adanya polip nasal maupun sinus dan untuk menentukan letak polip nasal tersebut. 4apat pula dilakukan pemeriksaan #.-scan, tes alergi, kultur tetapi hal ini dilakukan atas indikasi. @ambar dari suatu polip nasi yang tampak dengan endoskopi. Penatalaksanaan penderita polip nasi Prinsip pengelolaan polip adalah dengan operatif dan non operatif. Pengelolaan polip nasi seharusnya berdasarkan faktor penyebabnya, tetapi sayangnya penyebab polip nasi belum diketahui secara pasti. *arena penyebab yang mendasari terjadinya polip nasi adalah reaksi alergi, penatalaksanaannya adalah mengatasi reaksi alergi yang terjadi. Polip yang masih kecil dapat diobati dengan konser-atif. .erapi *onser-atif a. *ortikosteroid sistemik $erupakan terapi efektif sebagai terapi jangka pendek pada polip nasal. Pasien yang responsif terhadap pengobatan kortikosteroid sistemik dapat diberikan secara aman sebanyak -: kali setahun, terutama untuk pasien yang tidak dapat dilakukan operasi. 4apat mengecilkan ukuran polip, tetapi relatif tidak efektif unutk polip yang masif *ortikosteroid topikal, intranasal spray, mengecilkan ukuran polip dan sangat efektif pada pemberian postoperatif untuk mencegah kekambuhan

9eukotrin inhibitor. $enghambat pemecahan asam arakidonat oleh en"yme ;-lipo7ygenase yang akan menghasilkan leukotrin yang merupakan mediator inflamasi.

.erapi operatif .erapi operasi dilakukan pada kasus polip yang berulang atau polip yang sangat besar, sehingga tidak dapat diobati dengan terpi konser-atif. .indakan operasi yang dapat dilakukan meliputi % a. Polipektomi intranasal b. Antrostomi intranasal c. 6thmoidektomi intranasal d. 6thmoidektomi ekstranasal e. #ald'ell-9uc (#I9) f. Aedah /inus 6ndoskopi 2ungsional (A/62) *omplikasi operasi *omplikasi yang terbanyak meliputi % //P G *erusakan 9#/ , meningitis, perdarahan intrakranial, abses otak, hernisasi otak $ata - *ebutaan, trauma ner-us opticus, orbital hematoma, trauma otot-otot mata bisa menyebabkan diplopia, trauma yang mengenai duktus lakrimalis dapat menyebabkan epiphora Pembuluh darah G trauma pada pembuluh darah dapat menyebabkan perdarahan. *ematian

;. Penurunan alergi secara genetik? Pasien atopik merupakan suatu faktor herediter yang diungkapkan sebagai kerentanan terhadap suatu penyakit pada keluarga indi-idu yang terkena.

Pasien atopik memiliki kecenderungan untuk membentuk antibodi &g6 secara selektif terhadap lingkungan antigen yang la"im. Pasien terlokalisasi pada kromosom 11F1 sehingga memiliki kemampuan yang berbeda untuk mengatur produksi &g6 atau untuk membuang alergen yang berkontak dengan mukosa atau memilki ketidaksempurnaan terhadap pelepasan atau pembentukkan mediator atau bahkan merusak inakti-asi mediator.

<. $engapa antibiotik yang dipilih untuk sinusitis adalah amo7ilyn? Pemberian antibiotika biasanya tidak diperlukan untuk mengobati sinusitis akut, karena biasanya infeksi akan sembuh dengan sendirinya. .etapi antibiotika dapat diberikan apabila terjadi hal-hal berikut ini % Anak dengan kondisi pilek biasanya disertai batuk yang tidak kunjung membaik setelah 2- minggu 4emam dengan suhu tubuh lebih dari Bo# Adanya bengkak yang parah diarea sekitar mata /akit kepala C sakit di daerah 'ajah

Bagai*ana an ibi' ik -ig)nakan6 /ecara umum, antibiotik digunakan untuk tiga kepentingan, yaitu terapi empiris, definitif, dan pencegahan.

Empiris Pemberian antibiotik secara empiris biasanya merupakan terapi a'al sebelum data laboratorium ada, dan ini yang paling sering dilakukan. .entunya harus diberikan dengan banyak pertimbangan berdasarkan edu ated guess (dugaan berbasis pengetahuan). Jadi, dokter menyimpulkan dari gambaran penyakit tertentu yang mengarah pada

kuman tertentu. $isalnya1 infeksi kulit paling sering disebabkan kuman stafilokokus atau streptokokus, sedangkan infeksi saluran kemih didominasi kuman gram negatif seperti %# oli, 6nterobakter, dan golongan Proteus. *uman Hemophilus in!luenza dan morazella sering ditemukan pada radang telinga tengah dan sinusitis (radang sinus). Pemberian antibiotik secara empiris dilakukan sesuai dengan kuman terbanyak yang ada di daerah tersebut yang diperoleh dari penelitian.

Definitif .erapi definitif dilakukan setelah kuman ditemukan le'at biakan kuman atau uji kepekaan. Antibiotik yang dipilih idealnya dapat membunuh bakteri penyebab, tepat sasaran, bisa ditoleransi pasien, dengan mempertimbangkan umur anak, keadaannya, adanya penyakit atau komplikasi, fungsi ginjal, hati, dan sebagainya. .erapi ini memang ideal namun kelemahannya adalah faktor 'aktu. Aiakan kuman dan uji kepekaan membutuhkan 'aktu -= hari dan ini menyulitkan terutama pada infeksi yang berat. .erkadang dokter memberikan kombinasi dua antibiotikdengan tujuan mengobati infeksi yang belum jelas kuman penyebabnya, infeksi multipel, serta meningkatkan aktifitas obat dan untuk mencegah resistensi. .api cara ini tidak dianjurkan untuk pemakaian antibiotik jangka lama.

Profilaksis (pencegahan) Pada keadaan tertentu antibiotik digunakan untuk mencegah penyakit. Aiasanya digunakan pada infeksi saluran kemih berulang, pasien dengan transplantasi organ tubuh atau pasien dalam kemoterapi maupun tindakan bedah. 0ntuk anak yang sakit dan datang ke praktek dokter, pengobatan antibiotik kebanyakan diberikan secara empiris. /elain karena sulit mengontrol apakah si anak akan kembali ke dokter yang sama, juga dibatasinya 'aktu untuk mendiagnosis penyakit. Aiasanya yang tersulit adalah menentukan penyebab -irus atau bakteri terutama pada infeksi saluran napas yang

mencakup organ telinga, hidung, dan tenggorokan, serta saluran napas ba'ah, demikian juga infeksi saluran cerna. Pen4aki 4ang (ering -ikai kan -engan /engg)naan an ibi' ik. Rinosinositis akut (radang sinus dan hidung) /inusitis adalah peradangan sinus hidung yang hampir selalu bera'al atau dimulai dengan radang hidung (rinitis) alias pilek. /inusitis yang disebabkan bakteri sering didahului oleh infeksi -irus, tetapi dapat pula menyertai kondisi lain seperti alergi hidung, kelainan anatomi hidung, polip, daya tahan kurang, rinitis karena obat, atau ada fungsi lapisan hidung yaitu mukosiliar yang terganggu. *uman yang sering menyebabkan sinusitis adalah "trepto o us pneumoniae dan Hemophilus in!luenza, dapat pula,orazella atarrhalis, "taphylo o us aureus, kuman anaerob ataupun -irus, jarang oleh jamur. @ejalanya mirip batuk pilek biasa disertai hidung mampet, lendir di tenggorokan, nyeri pada 'ajah. 4iagnosisnya tidak mudah dan kuman penyebab sering berbarengan antara -irus dan bakteri. Jamun, cairan hidung yang kental dan keruh disertai gejala batuk pilek yang mulai menyembuh tapi menjadi berat lagi lebih mengarah pada infeksi bakterial. Aagaimana pemberian antibiotik? Aanyak kasus sembuh sendiri tanpa pemberian antibiotik. 4engan atau tanpa antibiotik, kasus rinosinusitis membaik dalam = -18 hari. Aila =-11 hari belum ada perbaikan, antibiotik dapat diberikan. Pilihannya adalah penisilin, makrolid, sefalosporin, dan kotrimoksa"ol. Antibiotika harus diminum selama =-1: hari tetapi ada yang mengatakan hingga 21 hari. 3bat Antihistamin dan dekongestan atau kombinasinya serta pengencer dahak masih diragukan efekti-itasnya namun cukup melegakan. Ampicilin dan Amo7icilin digunakan karena spectrum yang luas dan aktif mela'an bakteri gram positif yang tidak menghasilkan N-laktamase , aktif mela'an banyak strain %s heria "almonella oli, Haemophilus in!luenza, dan

.idak dipilihnya Penicillin karena biasanya menimbulkan alergi untuk anak-anak.

=. Alergi dapat sembuh atau tidak? .idak bisa sembuh

>. ?at atau obat apa yang diberikan pada imunoterapi? &munoterapi (/untikan alergi) Jika tidak dapat menghindari allergen, pilihan pengobatannya adalah imunoterapi allergen (suntikan alergi). 4engan imunoterapi , sejumlah kecil allergen disuntikan di ba'ah kulit dan dosisnya dinaikkan secara bertahap sampai tercapainya dosis pemeliharaan. Pengobatan ini merangsang tubuh untuk menghasilkan antibody penghalang atau antibody penetralisir yang bertindak sebagai pencegah terjadinya reaksi alergi. Pada akhirnya kadar antibody &g6 dalam darah (sebagai antigen) juga turun. &munoterapi harus dilakukan secara hati-hati karena pemberian allergen dosis tinggi yang terlalu cepat bisa menyebabkan terjadinya reaksi alergi. &munoterapi paling sering digunakan untuk penderita alergi terhadap serbuk tanaman , partikel debu rumah, racun serangga, dan bulu binatang. &munoterapi tidak dianjurkan untuk dilaksanakan pada penderita alergi makanan karena resiko terjadinya anafilaksis. Pada a'alnya, pengobatan biasanya diberikan 1 kali C minggu, selanjutnya dosis pemeliharaan diberikan setiap :-< minggu. Prosedur ini sangat efektif jika dosis pemeliharaan diberikan sepanjang tahun. /etelah penyuntikan imunoterapi bisa terjadi reaksi yang merugikan seperti %

Aersin-bersin Aatuk *emerahan ( flushing) *esemutan @atal-gatal +asa sesak di dada Aunyi nafas mengi *aligata

Jika timbul gejala yang ringan, bisa diberikan antihistamin (misalnya difenhidramin atau klorfeniramin). Jika gejalanya lebih berat bisa diberikan suntikan epinefrin (adrenalin).

<

KESI1PULA+

1. Anatomi hidung

2. &nfeksi hidung dibagi menjadi % a. &nfeksi luar 5estibulitis 2urunkel

/elulitis

b. &nfeksi dalam +initis /inusitis /eptum nasi

. Alergen tidak dapat disembuhkan.

DA#TA7 PUSTAKA

&lyas, /. 288;. Ilmu Penyakit ,ata# Jakarta % Aalai Penerbit 2* 0&

>

&lyas, /. 288;. Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit ,ata# Jakarta % Penerbit 2* 0&. 5aughan, 4@, Asbury, ., 6-a, P+. 288=. .!talmologi /mum %disi ke012. Jakarta % Iidya $edika

Anda mungkin juga menyukai