Anda di halaman 1dari 3

BAB II PEMBAHASAN Banjir yang terjadi di Manado pada Rabu ( 15 / 1 ) terjadi karena hilangnya hutan dan sungai sungai

i kecil di sekitar Manado serta rusaknya daerah resapan akibat pembangunan tata ruang yang tidak berwawasan lingkungan sehingga menyebabkan sejumlah sungai di Manado tak mampu menahan debit air hujan yang terlalu tinggi. Kondisi alam di Manado menghendaki agar Manado memiliki dua area, yakni ruang hijau untuk resapan air dan ruang biru untuk menampung air di kawasan Manado. Namun, kondisi itu kini telah rusak akibat banyaknya bangunan di hampir seluruh wilayah Manado. Jadi, inti dari permasalahan banjir di Manado adalah pengelolaan kepadatan tata ruang. Selain itu banjir yang terjadi di Manado diperparah dengan keadaan air laut yang sedang pasang. Hujan yang turun terus menerus selama semalaman. Curah hujan yang cukup tinggi tersebut mengakibatkan beberapa lokasi digenangi air hingga setinggi lutut orang dewasa.kondisi ini menyebabkan aktivitas warga menjadi terhambat. Berikut ini merupakan tabel curah hujan di Manado. 1. Kondisi Curah Hujan 1-3 Hari sebelum Kejadian

Tabel 1. Data Curah Hujan (mm) pada tanggal 13-15 Januari 2014

Berdasarkan data Tabel 1 terlihat bahwa curah hujan dalam 24 jam sebelum kejadian cukup tinggi, di mana hujan maksimum terjadi pada daerah aliran DAS yaitu di Airmadidi dan Tomohon. Adapun pada hulu sungai di Tondano dan bagian hilir di Manado curah hujannya lebih rendah dibanding curah hujan
Makalah Bahasa Indonesia Tentang Banjir di Manado Halaman 1

yang terjadi pada aliran DAS di Airmadidi dan Tomohon. Kondisi curah hujan 2-3 hari sebelum kejadian masih rendah kecuali di Airmadidi. Daerah topografi Manado menjadi salah satu penyebab banjir di Manado. Topografi Manado berupa perbukitan dan lereng. Wilayah daratannya didominasi kawasan berbukit dengan sebagian dataran rendah di daerah pantai. Luas daratan yang memiliki permukaan yang datar sangat terbatas. Akibatnya pembangunan kota yang tidak memperhatikan faktor tersebut, Manado rawan banjir dan longsor. Banyak bukit yang dikupas menjadi perumahan karena jumlah penduduk yang bertambah banyak, banyak penduduk yang juga tinggal di pinggir sungai. Akibat meningkatnya jumlah penduduk banyak bukit dan lereng yang diubah menjadi perumahan. Hal ini membuat Kota Manado memiliki topografi yang rentan terhadap longsor dan banjir. Banjir di Manado berdampak buruk bagi beberapa masyarakat. Daerah Aliran Sungai ( DAS )

Sawangan yang membelah dua kelurahan itu tak mampu menampung air hujan. Akibatnya rumah di bantaran sungai terendam dengan ketinggian mencapai atap rumah. Sementara di Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala yang menjadi kawasan langganan banjir tidak luput dari luapan DAS Sawangan. Bahkan akses jalan protokol di kelurahan itu tertutup dan tidak bisa dilalui knendaraan karena ketinggian air mencapai 1,5 meter. Beberapa kelurahan di Kecamatan Singkil, seperti Kampung Ternate, Ternate Tanjung, dan Karame juga sudah terendam banjir dari luapan DAS Tondano. Begitu juga akses jalam menuju Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, tertutp karena jalan di Kelurahan Sumompo ikut terendam banjir. Karena beberapa Kecamatan di Manado terendam banjir, maka hal tersebut berdampak buruk bagi akses lalu lintas daerah Manado. Banjir bandang di Manado menyebabkan puluhan ribu orang menjadi korban banjir bandang dan melakukan pengungsian akibat banjir bandang. Banjir Bandang ini juga mengakibatkan puluhan ribu rumah mengalami kerusakan. Selain itu, banjir bandang menyebabkan kerusakan pada sarana dan prasarana di wilayah yang terkena bencana. Banjir bandang ini juga disusul terjadinya longsor yang mengakibatkan kerugian dengan perkiraan sebesar 1,8 triliun Rupiah. Pasca banjir pun juga berdampak buruk bagi lingkungan sekitar yang terkena banjir. Sampah sampah yang terbawa arus banjir berserakan dan lumpur pun menumpuk di jalanan. Bahkan lumpur pun setebal 10 cm.

Makalah Bahasa Indonesia Tentang Banjir di Manado

Halaman 2

Kantor pemerintah daerah setempat pun tak luput dari terjangan banjir. Akibatnya, aktivitas pun menjadi lumpuh. Upaya evakuasi dan tindakan terus dilakukan untuk menyelamatkan korban maupun dokumen-dokumen penting kantor pemerintah daerah. Untuk mengatasi banjir tersebut pemerintah telah melakukan beberapa upaya. Antara lain pemerintah melakukan pengerukan terhadap beberapa sungai yang mengalami pendangkalan. Sungai sungai tersebut dikeruk agar dapat menampung lebih banyak air hujan. Selain itu pemerintah juga membersihkan bangunan di sekitar bantaran sungai. Normalisasi sungai dan penataan sungai menjadi prioritas utama dalam mengatasi masalah banjir. Selain itu sekarang pemerintah lebih memperhatikan pembangunan tata ruang agar lebih berwawasan lingkungan. Meresponi hal tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum telah menyiapkan dana sebesar Rp230,1 miliar untuk penanganan pengendalian banjir di Manado. Anggaran ini digelontorkan untuk mengatasi banjir bandang yang terjadi di daerah tersebut.

Makalah Bahasa Indonesia Tentang Banjir di Manado

Halaman 3

Anda mungkin juga menyukai