NRP : 2415202201
7.5 Faktor yang Mempengaruhi Skema Sistem Kogenerasi
Pemilihan kogenerasi dan skema pengoperasiaan kogenerasi sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
7.5.1 Penyesuaian dengan Beban Pokok Listrik
Pada konfigurasi ini, plant kogenerasi dibuat untuk memenuhi listrik minimum yang
dibutuhkan oleh site. Penentuan kebutuhan listrik minimum didasarkan pada kurva
kebutuhan (historical demand curve). Kekurangan kebutuhan listrik dibeli dari jaringan
listrik (Contoh : jaringan PLN). Sementara itu, kebutuhan enegi panas dari site dicukupi dari
pengoperasian sistem kogenerasi saja atau dengan tambahan pengoperasian boiler. Apabila
kebutuhan panas site lebih sedikit dari panas yang mampu dihasilkan oleh sistem
kogenerasi, maka energi panas tersebut dapat dijual ke industri lain yang membutuhkan.
7.5.2 Penyesuaian dengan Beban Pokok Energi Panas (Thermal)
Sistem kogenerasi dibuat untuk memenuhi energi panas minimum yang dibutuhkan
oleh site. Ketika kebutuhan energi panas besar, maka stand by boiler atau burner
dioperasikan. Ketika kebutuhan energi listrik tidak padat dipenuhi oleh sistem, maka
dilakukan pembelian energi listrik dari jaringan listrik. Namun apabila terdapat kelebihan
produksi energi listrik, maka kelebihan energi listrik tersebut dapat dijual.
7.5.3 Penyesuaian dengan Beban Listrik
Pada skema ini, semua kebutuhan listrik dapat mampu dipernuhi oleh sistem
kogenerasi. Apabila kebutuhan energi termal tinggi, maka auxiliary boiler dioperasikan.
Namun, apabila kebutuhan energi termal rendah,maka energi tersebut akan terbuang.
Apabila mungkin, energi tersebut dapat dijual ke industri lain yang membutuhkan.
7.5.4 Penyesuaian dengan Beban Energi Panas
Pada skema ini, design sistem kogenerasi disesuaikan dengan energi panas yang
dibutuhakan oleh site. Sehingga semua kebutuhan energi panas dapat dicukupi oleh sistem
kogenerasi. Ketika besarnya kebutuhan energi listrik lebih tinggi dari pada energi listri yang
mampu dihasilkan, maka dilakukan pembelian energi listrik dari jaringan listrik. Sementara
itu, jika dimungkin dapat dilakukan kelebihan produksi energi listrik dapat dijual.
7.6 Parameter Penting dalam Kogenerasi
Terdapat beberapa parameter penting yang harus diperhatikan terkait dengan pemilihan
sistem kogenerasi. Parameter-parameter tersebut diantaranya adalah
7.6.1 Heat-to-power ratio
Heat to power ratio merupakan ratio antara energi termal dan energi listrik yang
dibutuhkan oleh fasilitas listrik. Nilai heat to power ratio dapat diekpresikan dalam beberapa
bentuk satuan seperti : Btu/kWh, kcal/kWh, lb./hr/kW dan lain-lain. Tabel dibawah ini
menunjukan heat to power ratio untuk beberapa jenis sistem kogenerasi.
Sistem kogenerasi merupakan sistem tunggal yang menyediakan kebutuhan listrik dan
kebutuhan panas atau pendinginan. Kebutuhan listrik dan energi therma/panas berbeda untuk
masing-masing industri. Oleh karena itu, sistem kogenerasi harus disesuaikan dengan
kebutuhan industri tersebut. Tabel dibawah ini menunjukan nilai heat to power ratio untuk
beberapa jenis industri.
Kebutuhan panas dan listrik site (industri) berbeda dari hari ke hari. Penambahan
energi listrik dari jaringan listrik atau penggunaan standby boiler merupakan salah cara yang
dapat dilakukan ketika kebutuhan energi listrik dan thermal tidak dapat dipenuhi oleh sistem
kogenerasi.