Anda di halaman 1dari 18

Salah satu isu penting dalam pengembangan kegiatan Lahan pertambangan +ersus kelestarian dan Mengatasi Tumpang Tindih

antara Pertambangan lingkungan hidup adalah tumpang tindih dan kon)lik penggunaan lahan, terutama dengan kegiatan Kehutanan kehutanan. 8i satu sisi, pertambangan merupakan andalan pemasukan de+isa negara, sekaligus ;motor penggerak< pertumbuhan #a/asan Timur ,ndonesia #T,". 8i sisi lain, sektor kehutanan juga berperan penting dalam perekonomian nasional. Tumpang tindih di antara keduanya berpotensi Direktorat Sumber Daya Mineral Dan Pertambangan menimbulkan kon)lik kepentingan. Untuk menjembatani kepentingan tersebut, diperlukan kebijakan tepat dan komprehensi) yang mampu mengoptimalkan pengembangan sektor kehutanan, maupun pertambangan, sekaligus ;ramah< terhadap lingkungan. #ebijakan ini nantinya diharapkan juga dapat memberikan konsistensi, kejelasan, dan koordinasi (#" dari pemerintah Abstrak kepada para pengusaha pertambangan dalam me njalankan usahanya. Secara umum studi ini bertujuan mengkaji berbagai permasalahan yang dihadapi sektor pertambangan dan kehutanan. Secara khusus, studi ini mengkaji permasalahan yang terkait di antara #. T$%$A! keduanya, sehubungan dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 UU Secara umumtentang studi ini bertujuan mengkaji permasalahan-permasalahan yang dihadapi sektor No.41!1999" #ehutanan, yang di dalamnya terdapat tumpang tindih penggunaan lahan pertambangan kehutanan. Secara khusus, studi inidengan akan mengkaji yang terkait di antara kegiatandan kehutanan khususnya hutan lindung" kegiatanpermasalahan pertambangan khususnya antara keduanya, sehubungan dengan adanya Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 UU pertambangan terbuka". No.41!1999" tentang #ehutanan, yang menyangkut tumpang tindih penggunaan lahan $etodologi kajian ini terbagi atas empat tahap, yaitu% 1" kajian teknis!kasus& '"antara #ajian kegiatan kehutanan khususnya lindung" dengan kegiatan pertambangan kebijakan& (" tinjauan literatur& hutan 4" perumusan alternati) penyelesaian masalah. khususnya *asil kajian pertambangan terbuka". menunjukkan pemberlakuan UU No.41!1999 menyebabkan semakin terbatasnya ruang gerak Tujuan tersebut dijabarkan ke menurunkan dalam sasaran-sasaran sebagai berikut% pertambangan dan berpotensi in+estasi pertambangan di ,ndonesia. 1. ,n+entarisasi aktualisasi pertambangan danlahan tutupan lahan eksisting. #esimpulan dan studi ini antara lokasi lain% 1" tumpang tindih sektor kehutanan dengan '. ,denti)ikasi tumpang tindih kegiatan dengan kegiatan-kegiatan lainnya, terutama pertambangan memerlukan perhatian dan pertambangan -kelapangan dada. kedua belah pihak untuk sama-sama kegiatan kehutanan. mencari solusinya% '" perlu diidenti)ikasi lebih teliti tentang lokasi kegiatan penambangan, apakah (. 4enilaian terhadap kondisi tumpang tindih berdasarkan kebijakan yang mengatur dan tingkat benar-benar berada di dalam ka/asan hutan lindung atau tidak& (" perusahaan yang terbukti tidak kepentingan. beroperasi dalam ka/asan hutan lindung, maka diberi kembali hak melakukan penambangan& 4" 4. 3lternati) penanganan permasalahan di dalam ka/asan hutan lindung, penyelesaiannya perlu perusahaan yang /ilayah pertambangannya mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya% pertimbangan ekonomis, sosial, kestrategisan, dan &. M T'D'L'"( keberlangsungan lingkungan. =una mencapai tujuanhasil dan sasaran kajian yang telah dirumuskan, metodologi 0ekomendasi kajian ini dapat dikelompokkan dalam maka dua bagian, yaitu% 1" pengerjaan kajian ini dapat dibagi atas empat tahap, yaitu% penyelesaian non teknis dengan menempuh jalur yuridis, seperti 1udicial 0e+ie/, 2at/a $3, 4erpu 1. Kajian teknis/kasus , untuk '" memahami permasalahan yang dihadapi dan kriteria-kriteria teknis dan 3dendum aturan peralihan& penyelesaian teknis dengan melakukan langkah-langkah seperti penentuan ka/asan hutan lindung tahapan-tahapan kegiatan penambangan. re-scoring , perubahan peruntukan, dandan peninjauan ulang 5onasi hutan lindung dengan '. Kajian kebijakan untuk mengin+entarisasi kebijakan-kebijakan terkait dengan meman)aatkan teknologi,penginderaan jauh. 4enyelesaian permasalahanyang tumpang tindih pengembangan kegiatan kehutanan dan pertambangan ,ndonesia guna tidak mengidenti)ikasi penggunaan lahan dengan transparan, adil, dan obyekti) dandi memakan /aktu terlalu lama, aspek legalitas keduacitra sektor. diharapkan menimbulkan yang baik dalam hal konsistensi penerapan peraturan perundang(. Tinjauan , untuk mengi+entarisasi re)erensi ilmiahmodalnya dan artikel!tulisan suratkhususnya kabar undangan. *alliteratur ini penting bagi in+estor yang ingin menanamkan di ,ndonesia, terkait dengan pembahasan masalah tumpang tindih lahan kehutanan dan pertambangan di bidang pertambangan. sebagai masukan dalam perumusan alternati) penyelesaian permasalahan. 4. 4erumusan alternati) penyelesaian permasalahan, untuk menyelesaikan permasalahan tumpang 1. LATAR B LAKA!" tindih lahan berdasarkan kajian teknis!kasus, kebijakan, dan literatur terkait. 4ertambangan dan energi merupakan sektor pembangunan penting bagi ,ndonesia. ,ndustri pertambangan sebagai bentuk kongkret sektor pertambangan menyumbang sekitar 11,'6 dari nilai ekspor ,ndonesia dan memberikan kontribusi sekitar ',76 terhadap pendapatan domestik bruto 489". ,ndustri pertambangan mempekerjakan sekitar (:.:7: tenaga kerja orang ,ndonesia, suatu jumlah yang tidak sedikit. Namun dari sisi lingkungan hidup, pertambangan dianggap paling merusak dibanding kegiatan-kegiatan eksploitasi sumberdaya alam lainnya. 4ertambangan dapat mengubah bentuk bentang alam, merusak dan atau menghilangkan +egetasi, menghasilkan limbah tailing1 , maupun batuan limbah, serta menguras air tanah dan air permukaan. 1ika tidak direhabilitasi, lahan-lahan bekas pertambangan akan membentuk kubangan raksasa dan hamparan tanah gersang yang bersi)at asam. '

"AMBAR 1 M T'D'L'"(

(su ) $$ !o.*1+1,,, tentang Kehutanan


Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka

#31,3N ,SU 4>0$3S3?3*3N


KA%(A! T K!(S+KAS$S KA%(A! K B(%AKA! T(!%A$A! L(T RAT$R

@ @

Scoring penentuan 5onasi ka/asan hutan lindung Tahapan-tahapan penambangan

@ @

#ebijakan kehutanan terkait #ebijakan pertambangan terkait

@ @

0e)erensi ilmiah populer 3rtikel ! koran

3?T>0N3T,2

P !- L SA(A! P RMASALA.A!

Non Teknis!#ebijakan Teknis

&.1 K RA!"KA A!AL(S(S 8iberlakukannya UU No.41!1999 tentang #ehutanan dinilai kurang berkoordinasi dan berkonsultasi dengan pihak-pihak yang lebih dulu memiliki ijin peman)aatan lahan, termasuk usaha pertambangan. *al ini terlihat jelas dalam 4asal (7 4" % Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka. 4ada dasarnya, dengan atau tanpa pemberlakuan UU No.41!1999, pertambangan akan selalu bersinggungan dengan ka/asan kehutanan. 4ertambangan selalu dianggap ;biang keladi< kerusakan lingkungan, termasuk kerusakan hutan. 4adahal, kerusakan hutan tidak semata-mata disebabkan pertambangan, namun lebih banyak disebabkan pola penebangan dan pengelolaan hutan yang kurang baik. UU No.41!1999 menimbulkan kesan pertambangan bertambah buruk dan ruang geraknya semakin terbatas. #arena itu, perlu dirumuskan langkah-langkah yang menguntungkan kedua belah pihak win-win solution ", yang artinya menguntungkan sektor pertambangan sekaligus tidak merugikan ka/asan hutan. 3lternati) penyelesaian yang dirumuskan adalah Bagaimana agar sektor pertambangan dapat terus berlangsung, namun keberlangsungan hutan lindung juga dapat terus terjaga ?

"AMBAR # K RA!"KA P M(K(RA!

#egiatan pertambangan #egiatan kehutanan

$$ !o. *1 tahun 1,,,


4asal (7 4" % Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka

Tahapan 4enambangan% A >ksplorasi A Studi #elayakan A Tahap #onstruksi A >ksploitasi

#riteria *utan ?indung% A Skor B 1:C A #emiringan B 4D6 A #etinggian B 'DDD m dpl

?uas e)ekti) area pertambangan ?uas area ka/asan hutan lindung BA"A(MA!A S$PA-A B R%ALA! S LARAS // A 4osisi ka/asan pertambangan terhadap ka/asan hutan lindung A 3mbang batas )ragmentasi hutan lindung dan distribusi A Struktur tanah A #riteria konstruksi

$odel 4ertambangan #a/asan *utan ?indung ,n+entarisasi% A #ondisi saat ini A #ondisi setelah berjalan M'!(T'R(!"

9erkala

*. P RMASALA.A! S KT'R K .$TA!A! DA! P RTAMBA!"A! $asalah yang paling sering dibicarakan pada sektor kehutanan adalah gejala de)orestasi, yakni luas hutan makin sempit karena desakan ekonomi, sementara lingkungan tetap menuntut adanya kelestarian hutan. 8i sisi lain, masalah yang ditudingkan pada sektor pertambangan adalah pencemaran lingkungan. 9erikut akan dijabarkan beberapa masalah yang dihadapi sektor kehutanan dan pertambangan di ,ndonesia, sebagai /acana bah/a masalah yang dihadapi masing-masing sektor tidak hanya soal tumpang tindih penggunaan lahan saja. *.1 MASALA. S KT'R K .$TA!A! 8alam UU No.41!1999, hutan dide)inisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber da a alam ha ati ang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungann a, ang satu dengan ang lainn a tidak dapat dipisahkan 43S3? 1" . *utan dapat dikategorikan sebagai 1" hutan berdasarkan statusnya, meliputi hutan negara dan hutan hak, '" hutan berdasarkan )ungsinya, meliputi hutan konser+asi, hutan lindung, dan hutan produksi. Sehubungan dengan pengembangan kehutanan di ,ndonesia, terdapat beberapa kebijakan terkait, seperti%

1. UU No.41!1999. Salah satu poin penting yang diatur dalam undang-undang ini adalah larangan pertambangan terbuka di ka/asan hutan lindung. '. 4eraturan 4emerintah Nomor (4 Tahun 'DD' tentang Tata *utan dan 4enyusunan 0encana 4engelolaan *utan, 4eman)aatan *utan 8an 4enggunaan #a/asan *utan. 4oin-poin penting dalam kebijakan ini meliputi kegiatan pengelolaan, pembagian blok ka/asan, dan peman)aatan hutan. #egiatan pengelolaan hutan lindung meliputi% 1" penentuan batas-batas hutan yang ditata& '" in+entarisasi, identi)ikasi, dan perisalahan kondisi ka/asan hutan& (" pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya di hutan dan sekitarnya& 4" pembagian hutan ke dalam blok-blok& C" registrasi& dan E" pengukuran dan pemetaan. 9erdasarkan peraturan ini, pada dasarnya hutan lindung dapat diman)aatkan, asal tidak menggunakan peralatan mekanis dan alat berat, sarana dan prasarana yang dibangun permanen, dan mengganggu )ungsi ka/asan. Fang dapat dilakukan hanyalah kegiatan yang termasuk dalam kategori strategis dan menyangkut kepentingan umum. 4ertambangan merupakan salah satu kegiatan yang dikategorikan sebagai kegiatan tujuan strategis. (. #eputusan $enteri #ehutanan Nomor '1!#pts-,,!'DD1 tentang 4enyelenggaraan *utan #emasyarakatan. 4oin penting dalam keputusan $enteri #ehutanan ini adalah bah/a hutan lindung merupakan salah satu kategori hutan selain hutan produksi yang tidak dibebani ijin kehutanan lainnya", yang dapat ditetapkan sebagai hutan kemas arakatan . 4. #eputusan $enteri #ehutanan 0, Nomor ('!#pts-,,!'DD1 tentang #riteria dan Standar 4engukuhan #a/asan *utan. 8alam kebijakan ini ditetapkan bah/a dalam penetapan ka/asan hutan, perlu diperhatikan% 1" status hutan, apakah sudah ditunjuk sebagai hutan, tidak terbebani hak atas tanah, dan tergambar dalam kebijakan ruang, seperti 0T0G& '" batas dan luasnya harus jelas terukur& (" memiliki koordinat yang tepat dan jelas& 4" didasari pada peta dasar berdasarkan ketersediaan liputan data yang ada, misalnya peta rupa bumi, peta topogra)i, dan peta joint operation graphic. C. #eputusan $enteri ?ingkungan *idup 0, Nomor 1: Tahun 'DD1 tentang 1enis 0encana Usaha dan atau #egiatan yang Gajib 8ilengkapi 3$83?. 8alam kebijakan ini diatur bah/a kegiatan sektor kehutanan yang harus disertai dengan 3$83? meliputi usaha peman)aatan hasil hutan kayu skala semua besaran" dan usaha hutan tanaman B CDDD ha", sedangkan pada sektor pertambangan meliputi kegiatan pertambangan umum #4 atau pertambangan terbuka", ketenagalistrikan, minyak dan gas bumi, serta geologi tata lingkungan. E. Undang-undang Nomor 'C Tahun 1999 tentang 4erimbangan #euangan 4usat dan 8aerah . #ebijakan ini mengatur ketentuan bagi hasil pengelolaan hutan, yakni% 1" sebesar 7D6 dari penerimaan iuran hak pengusahaan hutan dibagi dengan perincian untuk bagian pro+insi sebesar 1E6 dan untuk kabupaten sebesar E46& '" sebesar 7D6 dari penerimaan propinsi sumber daya hutan dibagi dengan perincian bagian propinsi sebesar 1E6, bagian kabupaten!kota penghasil sebesar ('6, dan bagian kabupaten!kota lainnya dalam propinsi yang bersangkutan sebesar ('6. 9erikutnya berdasar kajian dari berbagai sumber, permasalahan sektor kehutanan di ,ndonesia saat ini dapat dibagi atas% de)orestasi, kebakaran hutan, kebijakan otda, kon)lik lahan. *.1.1 De0orestasi Tahun 19CD ,ndonesia masih memiliki hutan lebat. Sekitar CD tahun berikutnya, luas hutan ,ndonesia berkurang 4D6 atau turun dari sekitar 1E' juta hektar menjadi 9E juta ha. ?aju kehilangan hutan pun semakin meningkat. 4ada tahun 197D-an, laju kehilangan hutan di ,ndonesia rata-rata sektiar 1 juta ha!tahun, kemudian meningkat menjadi 1,: juta ha!tahun pada tahun-tahun sebelum 199D-an. Sejak tahun 199E, laju de)orestasi tampaknya meningkat lagi menjadi rata-rata ' juta ha!tahun.

8e)orestasi di ,ndonesia diduga disebabkan oleh banyak hal, seperti% 1. *ukum Tidak 8ipatuhinya oleh 4ara 4emegang *4*. #etidakpatuhan ini terutama terkait dengan ketentuan sistem Tebang 4ilih ,ndonesia T4,". 8alam sur+ai pada 1uli 'DDD diketahui bah/a pada lahan hutan seluas hampir 4E juta hektar yang berada di areal *4* akti) atau yang habis masa berlakunya, sekitar (D6 mengalami degradasi lingkungan, kualitasnya turun menjadi semak atau terkon+ersi menjadi lahan pertanian dan hanya sekitar 4D6 yang masih diklasi)ikasikan sebagai ka/asan hutan primer dalam kondisi yang baik. TAB L 1 Kondisi .utan di *&# .P. -ang Ada dan .abis Masa Berlakunya Tahun 1,,121,,,
Konsesi yang .abis Masa Berlakunya dan Dikelola Ka3asan .P. 4&#5 unit6 Total Kondisi .utan 'leh PT. (nhutani (27 411# unit6 Luas 4ha6 8 Luas 4ha6 8 Luas 4ha6 8 *utan 4rimer 17.(DD.DDD 4C EDD.DDD 11 17.9DD.DDD 41 *utan yang 8ibalak dan 11.1DD.DDD ': '.CDD.DDD 44 1(.EDD.DDD '9 9erada 8alam #ondisi 9aik H Sedang *utan yang Terdegradasi, 11.EDD.DDD '7 '.EDD.DDD 4C 14.'DD.DDD (D Semak, dan ?ahan 4ertanian Total *1.555.555 155 9.155.555 155 *:.155.555 155 Sumber% 4enataan #embali 4engelolaan *utan 4roduksi di ?uar 4. 1a/a $elalui 0estrukturisasi #elembagaan Usaha di 9idang #ehutanan, seperti yang dikutip dalam 4otret #eadaan *utan ,ndonesia 2orest Gatch ,ndonesia H =lobal 2orest Gatch, 1uli 'DD("

'. 4erambahan *utan Saat ini tercatat lebih dari 1,E juta kepala keluarga ##" perambah hutan dengan luas ladang rambahan mencapai :,7 juta ha Kompas , 4 3pril 1994". Namun belakangan, kegiatan perambahan hutan dianggap hanya menyumbangkan sekitar '16 kerusakan hutan, jika dibandingkan dengan penyebab-penyebab lainnya. #egiatan perambahan akan turut berkontribusi terhadap berkurangnya luasan ka/asan hutan apabila dilanjutkan dengan kegiatan pertanian pertanian hutan kontinu, !orest !arming continuum ", seperti perkebunan kopi, coklat, dan karet. (. 4encurian #ayu!4enebangan ?iar 4enebangan liar secara luas terjadi di ka/asan *4*, ka/asan yang belum dialokasikan penggunaannya, *4* yang habis masa berlakunya, beberapa konsesi hutan negara, beberapa ka/asan hutan yang ditebang habis untuk kon+ersi lahan, dan di ka/asan konser+asi dan hutan lindung. 4enebangan ilegal meningkat jumlahnya pada ka/asan konser+asi, karena potensi kayu yang ada di ka/asan ini lebih baik daripada di hutan produksi. 4enebangan ilegal di ,ndonesia pada tahun 'DDD memasok sekitar CD-:D6 kebutuhan kayu ,ndonesia. *.1.# Kebakaran .utan #ebarakaran hutan marak terjadi di hutan Sumatra dan #alimantan. #ebakaran diduga terjadi secara alami ataupun disengaja untuk membuka hutan menjadi perladangan". Secara alami, kebakaran hutan diduga sebagai konsekuensi adanya endapan kayu arang. Namun belakangan diketahui, kebakaran hutan lebih disebabkan oleh proses de)orestasi yang sangat tinggi. #erusakan akibat kebakaran hutan cukup besar, meliputi kerusakan serius pada hutan, pencemaran udara, gangguan kesehatan masyarakat, kematian, kerusakan harta benda dan pilihan sumber penghidupan, dan lain-lain. Tabel # Perkiraan Kerusakan Ka3asan Disebabkan Kebakaran .utan Tahun 1,,121,,; 4.a6

Padang Rumput Pegunungan Kering dan Belukar #alimantan '.(:C.DDD :CD.DDD (:C.DDD 11E.DDD '.7'9.DDD CC.DDD E.CDD.DDDD Sumatera (7(.DDD (D7.DDD 'E(.DDD :'.DDD EE9.DDD ED.DDD 1.:CE.DDD 1a/a 'C.DDD 'C.DDD CD.DDD 1DD.DDD Sula/esi 'DD.DDD 199.DDD 1.DDD 4DD.DDD Pulau .utan .utan Dataran Rendah .utan Ra3a Payau ,rian 1aya 1DD.DDD (DD.DDD 4DD.DDD 1DD.DDD 9:.DDD (.DDD 1.DDD.DDD Total 1DD.DDD (.1DD.DD 1.4CD.DDD :DD.DDD 177.DDD (.74(.DDD 119.DDD 9.:CE.DDD

(ndustri Kayu Pertanian Perkebunan Total

Sumber% 9344>N3S, 1999, seperti yang dikutip dalam 4otret #eadaan *utan ,ndonesia 2orest Gatch ,ndonesia H =lobal 2orest Gatch, 1uli 'DD("

*.1.& Kebi<akan 'tonomi Daerah 9erdasarkan UU No.41!1999, 4emerintah 4usat berhak menentukan hutan negara dan merencanakan penggunaan hutan, serta hanya perlu memberi perhatian terhadap rencana tata guna lahan yang dibuat berdasarkan UU No. '4 Tahun 199' tentang 4enataan 0uang. Sementara UU No. '' Tahun 1999 tentang Itonomi 8aerah memberikan kekuasaan atas berbagai sumberdaya alam kepada pemerintah daerah 7D6". *al ini membuka peluang daerah untuk mengembangkan potensi sumberdaya yang dimilikinya, termasuk potensi hutan. Namun di sisi lain kebijakan desentralisasi ini ternyata disalahartikan sebagai peluang untuk meman)aatkan segala potensi alam yang dimiliki, termasuk hutan, secara besar-besaran, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. *.1.* Kon0lik Lahan #egiatan kehutanan juga menghadapi kon)lik penggunaan lahan, baik dengan masyarakat adat, para transmigran, kegiatan perkebunan, pertanian ladang berpindah", kehutanan sendiri kon+ersi hutan", dan pertambangan. #on)lik lahan yang saat ini marak dibicarakan adalah mela/an pertambangan. 8alam UU #ehutanan yang lalu, tidak ada peraturan tertentu yang dengan tegas melarang kegiatan pertambangan di ka/asan kehutanan. Namun sejak 1999 dikeluarkan U No. 41!1999, tumpang tindih lahan antara kehutanan dengan pertambangan menjadi topik yang makin penting dibicarakan dan dirumuskan penyelesaiannya. *.# MASALA. S KT'R P RTAMBA!"A! 4ertambangan di ,ndonesia dimulai berabad-abad lalu. Namun pertambangan komersial baru dimulai pada 5aman penjajahan 9elanda, dia/ali dengan pertambangan batubara di 4engaron#alimantan Timur 1749" dan pertambangan timah di 4ulau 9ilitun 17CD". Sementara pertambangan emas modern dimulai pada tahun 1799 di 9engkuluHSumatera. 4ada a/al abad ke'D, pertambangan-pertambangan emas mulai dilakukan di lokasi-lokasi lainnya di 4ulau Sumatera. 4ada tahun 19'7, 9elanda mulai melakukan penambangan 9auksit di 4ulau 9intan dan tahun 19(C mulai menambang nikel di 4omalaa-Sula/esi. Setelah masa 4erang 8unia ,, 19CD-19EE", produksi pertambangan ,ndonesia mengalami penurunan. 9aru menjelang tahun 19E:, pemerintah ,ndonesia merumuskan kontrak karya ##". ## pertama diberikan kepada 4T. 2reeport Sulphure sekarang 4T. 2reeport ,ndonesia". 9erdasarkan jenis mineralnya, pertambangan di ,ndonesia terbagi menjadi tiga kategori, yaitu% '. 4ertambangan =olongan 3, meliputi mineral-mineral strategis seperti% minyak, gas alam, bitumen, aspal, natural /aJ, antrasit, batu bara, uranium dan bahan radioakti) lainnya, nikel dan cobalt. (. 4ertambangan =olongan 9, meliputi mineral-mineral +ital, seperti% emas, perak, intan, tembaga, bauksit, timbal, seng dan besi. 4. 4ertambangan =olongan K, umumnya mineral-mineral yang dianggap memiliki tingkat kepentingan lebih rendah daripada kedua golongan pertambangan lainnya. 3ntara lain mliputi berbagai jenis batu, limestone, dan lain-lain. >ksploitasi mineral golongan 3 dilakukan 4erusahaan Negara, sedang perusahaan asing hanya dapat terlibat sebagai partner. Sementara eksploitasi mineral golongan 9 dapat dilakukan baik oleh

perusahaan asing maupun ,ndonesia. >ksploitasi mineral golongan K dapat dilakukan oleh perusahaan ,ndonesia maupun perusahaan perorangan. 3dapun pelaku pertambangan di ,ndonesia dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu Negara, #ontraktor dan 4emegang #4 #uasa 4ertambangan". Selanjutnya beberapa isu-isu penting permasalahan pada pertambangan, adalah ketidakpastian kebijakan, penambangan liar, kon)lik dengan masyarakat lokal, kon)lik sektor pertambangan dengan sektor lainnya. *.#.1 Ketidakpastian Kebi<akan *al ini mengakibatkan tidak adanya jaminan hukum dan kebijakan yang dapat menarik para in+estor asing untuk menanamkan modal di ,ndonesia. $enurut 4rice/ater/aterhouse Koopers 4/K", dalam laporan "ndonesian #ining "ndustr $ur%e &''& , kekurangpercayaan in+estor terlihat dari penurunan eksplorasi dan kelayakan, serta pengeluaran untuk pengembangan dan akti+a. Tahun 'DD1, pengeluaran menurun 4'6 dibanding tahun 'DDD, sedangkan pengeluaran untuk akti+a dan pengembangan tahun 'DD1 hanya 1C6 dibanding rata-rata pengeluaran periode 199E-1999. 4engeluaran untuk eksplorasi dan kelayakan tahun 'DD1 menurun dari rata-rata ( pengeluaran tahun 199E-1999, sebesar USL 4(4,( juta menjadi USL (:,9. *.#.# Penambangan Liar 3ntara lain hal ini disebabkan oleh lemahnya penerapan hukum dan kurang baiknya sistem perekonomian, sehingga mendorong masyarakat mencari mata pencaharian yang cepat menghasilkan. Salah satu bentuk penambangan liar yang sering dibicarakan adalah 4>T, 4ertambangan >mas Tanpa ,jin" .4ertambangan seperti ini banyak ditemui di pedalaman #alimantan. 8i 4>T, di sepanjang Sungai #ahayan, sana masyarakat setempat mendulang emas di sepanjang #I$43S, '1 1uli 'DD1 tepian sungai dengan peralatan tradisional. Salah satu sungai yang ramai oleh pertambangan emas masyarakat adalah Sungai #ahayan. #egiatan 4>T, berdampak cukup serius, seperti pendangkalan sungai, terganggunya alur pelayaran kapal oleh pasir gusung, pencemaran air sungai oleh merkuri, dan berkurangnya sumber protein bagi masyarakat ikan". *.#.& Kon0lik dengan Masyarakat Lokal 4ada saat produksi, terdapat beberapa potensi kon)lik, seperti kesenjangan sosial ekonomi, perbedaan sosial budaya, serta munculnya rantai sosial akibat munculnya kluster kegiatan ekonomi beresiko sosial tinggi premanisme, lokalisasi, dll". Sementara, pada saat pasca pertambangan, terdapat beberapa potensi kon)lik, seperti pengangguran, klaim terhadap lahan pasca pertambangan, munculnya pertambangan rakyat, dan sisa akti+itas sosial. *.#.* Kon0lik Sektor Pertambangan dengan Sektor Lainnya 8alam hal ini misalnya kon)lik dalam penataan dan peman)aatan ruang, pelestarian lingkungan, serta kon)lik pertambangan dengan sektor kehutanan dalam penggunaan lahan hutan lindung untuk kegiatan pertambangan. 4enyebab kon)lik sektor pertambangan dengan sektor lain, antara karena% 1. Sulitnya $engakomodasi #egiatan 4ertambangan kedalam 4enataan 0uang *al ini dilatarbelakangi oleh adanya terminologi land use dan land co%er dalam penataan ruang. (and use penggunaan lahan" merupakan alokasi lahan berdasarkan )ungsinya, seperti permukiman, pertanian, perkebunan, perdagangan, dan sebagainya. Sementara land co%er merupakan alokasi lahan berdasarkan tutupan lahannya, seperti sa/ah, semak, lahan terbangun, lahan terbuka, dan sebagainya. 4ertambangan tidak termasuk ke dalam keduanya, karena kegiatan sektor pertambangan baru dapat berlangsung jika ditemukan kandungan potensi mineral di ba/ah

permukaan tanah pada kedalaman tertentu. $eskipun diketahui memiliki kandungan potensi mineral, belum tentu dapat dieksploitasi seluruhnya, karena terkait dengan besaran dan nilai ekonomis kandungan mineral tersebut. 4roses penetapan ka/asan pertambangan yang membutuhkan lahan di atas permukaan tanah membutuhkan /aktu lebih lama dibandingkan dengan proses penataan ruang itu sendiri. '. Sering 8ituduh sebagai <9iang #eladi< #erusakan ?ingkungan #erusakan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan pertambangan maupun pasca pertambangan. 8ampak lingkungan sangat terkait dengan teknologi dan teknik pertambangan yang digunakan. Sementara teknologi dan teknik pertambangan tergantung pada jenis mineral yang ditambang dan kedalaman bahan tambang, misalnya penambangan batubara dilakukan dengan sistem tambang terbuka, sistem dumping suatu cara penambangan batubara dengan mengupas permukaan tanah". 9eberapa permasalahan lingkungan yang terjadi akibat kegiatan pertambangan, antara lain masalah tailing , hilangnya biodi%ersit akibat pembukaan lahan bagi kegiatan pertambangan, adanya air asam tambang. (. Tumpang Tindih 4eman)aatan 0uang dengan ?ahan #ehutanan *utan merupakan ekosistem alami tempat senya/a-senya/a organik mengalami pembusukan dan penimbunan secara alami. Setelah cukup lama, materi-materi organik tersebut membusuk, akhirnya tertimbun karena terdesak lapisan materi organik baru. ,tu sebabnya hutan merupakan tempat yang sangat mungkin mengandung banyak bahan mineral organik, yang potensial untuk dijadikan sebagai bahan tambang. Saat ini pertambangan sering dilakukan di daerah terpencil, bahkan di ka/asan hutan lindung. $enurut T)#P* "nterakti! 4 $aret 'DD(", terdapat '' perusahaan tambang beroperasi di ka/asan hutan lindung dan sempat ditutup. Total in+estasi '' perusahaan tersebut mencapai USL 1',' miliar 0p 1ED triliun". #egiatan pertambangan dinilai akan merusak ekosistem hutan lindung, yang ber)ungsi sebagai ka/asan konser+asi alam. *. .AS(L KA%(A! 4emberlakuan UU No.41!1999 menyebabkan semakin terbatasnya ruang gerak pertambangan dan berpotensi menurunkan in+estasi pertambangan di ,ndonesia. 8ata pada 1uli 'DD(, menggambarkan sekitar 1CD perusahaan terhambat setelah diberlakukannya UU No.41!1999. 8ari jumlah tersebut, 1'4 perusahaan masih bertahan, terdiri dari 4' #ontrak #arya ##", 'E 4erjanjian #arya 4engusahaan 4enambangan 9atubara 4#4'9", dan CE #uasa 4ertambangan #4". 8ari jumlah tersebut, E7 perusahaan sudah melakukan eksplorasi serendah-rendahnya, sisanya masih melakukan penyelidikan umum atau eksplorasi a/al. Sekitar C4 #4 tidak termasuk ' #4 yang sudah selesai eksplorasi", belum dapat diketahui status terakhirnya karena proses perijinannya telah diserahkan ke daerah 9erdasarkan 44 Nomor :C Tahun 'DD1".

Tabel & Peluang Ruang "erak Sektor Pertambangan di Dalam Ka3asan .utan
!o =ungsi .utan SKB
1 #a/asan suaka alam 4.(.1.1.1 Kagar alam 4.(.1.1.' Suaka $argasat/a

4Th 1,;,+1,,16
*.&.1.1.#.1 imungkinkan 4.(.1.1.'.' ekomendasi Meneg L. dan L(P( Tidak boleh, kecuali non komersial

Keppres !o &#+1,,5
#S3 dan #43 tidak boleh, namun sesuai pasal (7% 4.(.1.1.'.( skplorasi boleh sepanjang memperhatikan )ungsi lindung 4.(.1.1.'.4 ksploitasi dapat dilakukan bila dinilai amat berharga bagi negara Tidak diatur! dimungkinkan Tidak diatur! dimungkinkan diatur! dimungkinkan

$$ !o.9+1,,5
Tidak boleh ada kegiatan apapun

$$ !o. *1+1,,,
Tidak boleh ada kegiatan apapun

' #a/asan 4elestarian 3lam a. Taman nasional b. Taman hutan raya c. Taman /isata alam Taman /isata Taman ?aut ( *utan )ungsi khusus Tidak boleh ada kegiatan apapun 4 Taman 9uru Dimungkinkan C *utan ?indung Dimungkinkan

Tidak boleh ada kegiatan apapun, kecuali sesuai )ungsinya

Tidak boleh ada kegiatan apapun

Tidak

Tidak diatur! dimungkinkan Tidak diatur! dimungkinkan Tidak diatur! dimungkinkan

E *utan produksi

Dimungkinkan

Tidak diatur! dimungkinkan

Tidak diatur! dimungkinkan

Tidak diatur! dimungkinkan Tidak boleh ada kegiatan apapun 4.(.1.1.'.C iperbolehkan ada kegiatan pertambangan, tetapi dilarang tambang terbuka 4.(.1.1.'.E jin pinjam pakai oleh $enteri #ehutanan atas persetujuan 840 4.(.1.1.'.: iperbolehkan 4.(.1.1.'.7 jin pinjam pakai oleh $enteri #ehutanan atas persetujuan 840

Sumber% $ateri 4resentasi 0apat #antor $enko 4erekonomian

Sekitar '' perusahaan pertambangan berada di ka/asan konser+asi dan hutan lindung dan 1( di antaranya sedang dalam pengkajian apakah dapat meneruskan eksplorasi, seperti% 1" 4T 2reeport ,ndonesia& '" 4T #arimun =ranit& (" 4T ,NKI Tbk& 4" 4T ,ndominco $andiri& C" 4T 3neka Tambang 3"& E" 4T Natarang $ining& :" 4T Nusa *almahera $ining 7" 4T 4elsart Tambang #encana& 9" 4T ,ntereJ Sacra 0aya& 1D" 4T Geda 9ay Nickel& 11" 4T =ag Nickel& 1'" 4T Sorickmas $ining& 1(" 4T 3neka Tambang, Tbk 9". #etigabelas perusahaan ini berbeda-beda tahapan kegiatannya, ada yang sedang produksi, konstruksi, eksplorasi, dan studi kelayakan. 4enyelesaian terhadap 1( perusahaan tersebut sangat mendesak, mengingat potensi pajak dan non pajak per tahun yang dapat mereka setor, juga penyerapan tenaga kerja langsung, baik lokal maupun non lokal. 4enyerapan tenaga kerja lokal rata-rata C76. Terdapat pula potensi litigasi tuntutan di pengadilan" sejumlah USL (1,E miliar dari '' perusahaan

Tabel * Potensi Penerimaan !egara Per Tahun dan Penyerapan Tenaga Ker<a 1& Perusahaan
L oka si Ke te r an ga n Te n aga K er < a Ka 3a sa n .u tan Ko ns e r ?as i d an .u tan Li n du n g T! L or e n t@d i Ti mur se l u a s '. 4'D .D DD * a .L di 9a ra t M S e l a ta n se l u a s (. E1E .DD D *a .L di Se l a t a n se l ua s ' .: E: *a '. :E1 9l ok S oro /a k o M se k i ta r nya di ke l i l in gi ol e h .L se l ua s :91. CD D *a - U ta r a, 9a ra t , S e l a ta n % .L s e l ua s 1' .71 D *a 9a ra t %. L se l ua s ( .EC 1* a 9l ok 4 oma l a %.L di Ti mur M U ta r a s e l ua s 'C. '(7 * a . T> A D ! B MA T A! A C T> A D ! . T '>$ T( .L di 9a ra t se l ua s '( .( 4D *a T! Ku tai di U t a ra se l ua s 17 9.9 DD * a .L di 9a ra t M U t a ra se l u a s ::. (( D *a ' C. 1'1 4 .C 'D '. '1 D 4 ro duks i ' .7 '9 7C Ls > i l . Pe r i @ i n an 4.a6 T un ti m d gn K3 sn . .L 4.a6 Ls $ su l an .L R b h Pe r un tu k an T ah ap an Ke g ia tan T otal Lo kal 4 86 A

!o .

!a ma Pe r u sah aa n Pr o? . Kab . Kota

4 T. 2 re e por t ,n d. K omp .

4a p ua

$i mi ka , 4 a ni a i, 1a ya G i j a ya

(9 9. :('

119 .4 (C

4'. E1 :

4 rod uks i

1: .( 49

'C

' 4 T. # a ri mun =ra n i t 0i a u #a ri mu n

1 .( ((

1. 1E D

4 ro duks i

C 1: 7C

Su ls e l , ?u/ u, # ol a ka , ( 4 T. ,N KI Tbk Su lt e ng $o ro/ a l i

'1 7. C'7

1DD .( 1D

49. CE 1

4 rod uks i

C .( 74

9D

Su lt ra

#e n da ri

4 T. ,n domi nc o $ a n di ri

#a l t i m

#u ta i Ti mur, #o t a 9o nt a ng

4 T. 3 nt a m Tbk 3"

$ al u ku Ut a ra

*a l ma he ra Te nga h

( 9. D4D

7 .E ED

:. D9 D

4 ro duks i

' .1 DD

:4

4 T. N a t a ra ng $ i ni n g ?a mpung

?a mse l , Ta ngga mu s, ?a mba r

.L di se ke l i l i ngi da e ra h ke gi a t a n s el u a s '1C .7D D *a 1 '. :9D T! B uk i t Bar i s an S e la tan di U t a ra se l ua s '(7 .4D D *a 9 .C 9( 4D # on st ru ksi 1 .D DD 9C

4 T. N us a * a l me ra $ al u ku $ i n. Ut a ra

$a l u ku Ut a ra

.L di se ke l i l i ngi da e ra h ke gi a t a n s el u a s 'C. C4D * a

' C. 7C'

9 .( CD

'1 (

4 ro d! #o ns tr

' .1 9D

''

4 T. 4 e l sa rt T a mba ng # e nc a na

# a ls e l

#o ta b a ru, .L di se ki t a r da e ra h 9a nj a r T a pi n, ke gi a t a n s el u a s Ta na h ?a ut (7' .(D D *a

'D 1. DDD

'D .( :D

(. '' (

>k spl o ra si se l e sa i "

' .1 DD 7D

4 T . ,n te r e J S a c ra #a l t i m, 0 a ya #a l s e l 4 T. Ge d a 9 a y N i c ke l

4a s i r Ta ba l ong

.L di se ki t a r da e ra h ke gi a t a n s el u a s 4CE .:7 D *a .L di se ki t a r da e ra h ke gi a t a n s el u a s 1C9 .9D D *a .L di se ki t a r da e ra h ke gi a t a n s el u a s E. DED * a .L di se ki t a r da e ra h ke gi a t a n se rt a di 9 a ra t M S e l a t a n s e l ua s 'C 1. E(D *a .L di se ki t a r da e ra h ke gi a t a n s el u a s 'E. 144 * a T> AL PA D A MA RA ! " se l u a s ED. 11 D *a

1 C. ECD

: .' DD

'. :1 :

S t d # el a ya k a n

1 .7 DD ED

1D

$ al u ku Ut a ra

*a l ma he ra Te nga h

:E .' 7D

(C. 1CC

9. 9C4

>k spl o ra si se l e sa i "

E .D DD :C

11

4 T . = a g N ic k el

4a p ua

So rong

1(. 1(E

E .D ED

4, :'1 .: D

>k spl o ra si se l e sa i "

4 .D DD 7D

1'

4 T. S ori kma s $ i ni n g

Su mut

$a n da i li n g Na t a l

EE. 'DD

(4 .7 (D

E( '

>k spl o ra si se l e sa i "

1 .D DD 9D

1(

4 T. 3 nt a m Tbk 9"

Su lt ra

#e n da ri

1 4. C:D

E .C (1

9:9 .1 9

>k spl o ra si se l e sa i "

1 .D DD 9D

T'TA L 1 & P R $S A .A A !

47 9. 719 (E( .( 4: 1 'C. 11: ,7 9 4: .' E9 9C1

Sumber% $ateri 4resentasi $enko 4erekonomian N" Tenaga kerja lokal % tenaga kerja di sekitar /ilayah kegiatan, umumnya dalam satu pro+insi.

Sementara itu dari C4 #4, sebagian besar berada pada tahap eksplorasi a/al atau penyelidikan umum. 9esaran in+estasi terkait dengan ke-C4 perusahaan ini diperkirakan sesuai perkiraan skala kegiatan besar, menengah dan kecil" yang berbeda untuk metal dan batubara. 9esaran penyerapan tenaga kerja langsung untuk metal dan batubara diperkirakan sama, yaitu skala besar sekitar CDDD orang, skala menengah sekitar 1CDD orang dan skala kecil sekitar CDD orang. OSuccess ratioO untuk kegiatan konstruksi dan studi kelayakan adalah 9C 6, eksplorasi detail 7C 6, eksplorasi a/al untuk sekitar E,C 6 dan eksplorasi a/al batubara sekitar 14 6. Secara rinci, potensi kerugian negara bila ke-C4 perusahaan #4 terhenti kegiatannya adalah% @ *ilangnya ,n+estasi ,n+estasi yang tertanam s!d 'DD' P USL ('.E4E.17 juta 4otensi yang diharapkan P USL 4:.'1:.DD juta @ *ilangnya 4enerimaan Negara P USL 7D4,E9 juta 1uga akan ikut hilang potensi penerimaan negara tak langsung sekitar 4-1D kali dari penerimaan langsung, yaitu sekitar ' hingga C milyar dollar 3merika. Studi yang pernah dilakukan di #abupaten #utai Timur sekitar 1,9 kali. @ *ilangnya #esempatan #erja P 1.D:D.4:D orang @ *ilangnya #onstribusi terhadap 4engembangan $asyarakat P USL 71,D' juta. @ #emungkinan ?itigasi P USL 9(.E'7,E4 juta Tabel 9 Potensi LitigasiA , Perusahaan di antara ## Perusahaan di dalam Ka3asan Lindung
Luas >ilayah 4.a6 %mlah (n?estasi sd. Tahun #55# 4$SE6 P'T !S( L(T("AS( Resiko (n?estasi 43ith 'peration Dost6 4$SE6

!o

!ama Perusahaan Pro?insi

Kabupaten+Kota

4T. Ne/mont Nusa Tenggara NT9 ?ombar, ?omteng,

Sumba/a 9esar (E.DCC,DD

9E.4DD,DD

'.7'E.941.'CD 'E.CDD.'9D,DD 4(.41C.DE:

7.47D.7'(.:CD,DD

' 4T. Sungai #encana #albar 4ontianak, Sambas ( 4T. ,rja >astern $ineral 4apua

7.7((.4(D 494.DED,DD

2ak)ak, 4aniai, Fapen 1aya/ijaya

1(D.'4C.'D1,DD

4T. #alimantan Surya #encana #alteng Sintang, #ota/aringin

Timur, #apuas, 9arito

1'4.'DD,DD

'.9D:.:'D

7.:'(.1ED,DD

C 4T. Nabire 9akti $ining 4apua 4aniai, 2ak)ak 4T. 8airi 4rima E $ineral : 4T. Ne/mont *oras Nauli 4T. $aru/ai Koal

199.CD4,DD N38, Sumut Sumut

(C.7'7.79( 8airi, 4akpak 9arat, 3ceh Singkil Tapsel, Taput, Tapteng, $adina 9arito Utara, #utai 9arat 1D:.D7'

1D:.47E.E:9,DD ':.4'D,DD 1.9ED.7': C.77'.471,DD 'CE.(DD,DD 1'.':9.17( (E.7(:.C49,DD 47.7ED,DD 7.::D.C'E 'E.(11.C:7,DD ('1.'4E,DD

#alteng, #altim 19.'ED,DD

9 4T. Sumba/a Timur $ining NT9 8ompu, 9ima

T'TAL , P R$SA.AA! 1.&5#.59,B55 #.,*1.5*&.,1; ;.;#&.1&1.,&*B55


Sumber% $ateri 4resentasi $enko 4erekonomian N4otensi ?itigasi Total '' perusahaan % USL (1,E milliar

9erdasarkan kajian dihasilkan rumusan alternati) penyelesaian non teknis dan teknis.

3lternati) penyelesaian non teknis kebijakan" dengan membedakan perlakuan pengenaan UU No.41!1999 pada masing-masing perusahaan, mengingat keberadaan ijin tambang telah ada sebelum dirumuskannya UU tersebut. 4embedaan dapat didasarkan pada tahapan kegiatan yang sedang dijalani perusahaan. $isalnya, perusahaan pada tahapan produksi mungkin dapat diberikan -kelonggaran. hingga /aktu tertentu, namun perusahaan yang masih dalam tahap penyelidikan atau eksplorasi mungkin dapat diberlakukan ketentuan UU No.41!1999, dengan tujuan untuk meminimasi dampak litigasi 3lternati) penyelesaian teknis adalah meninjau kembali penentuan 5onansi ka/asan hutan lindung re-scoring " dengan didukung teknologi penginderaan jauh dan sur+ai lapangan. Saat ini sumber data masih bergantung pada 0encana Tata 0uang Gilayah dan in)ormasi rupa bumi yang tidak aktual. #emudian hasilnya diuji silang dengan koordinat #4 perusahaan

"AMBAR & $sulan Langkah Teknis

K'!TRAK KAR-A P RTAMBA!"A!

T>#NI?I=, ,N8>0313 $$ !'.*1+1,,,

SU0Q3, ?343N=3N

DALAM .$TA! L(!D$!"

B. .$TA!

T(DAK DALAM

Ka<ian Tumpang Tindih

Terus $elanjutkan #egiatan

@ @
@ @ @ @ @
T3*343N #>=,3T3N 4>0T3$93N=3n 4enyelidikan umum >ksplorasi Studi #elayakan #onstruksi Iperasi produksi >ksploitasi" STI4

3spek ketepatan lokasi 4ertimbangan ekonomis,sosi al, ki

8apat melanjutkan kegiatan dengan ketentuan tertentu"

9. K S(MP$LA! DA! R K'M !DAS( 9.1 K S(MP$LA! 8ari kajian-kajian yang dilakukan didapat beberapa kesimpulan, yaitu% 1. UU No. 41!1999 tentang #ehutanan mempersempit ruang gerak industri pertambangan yang telah berjalan, sehingga menyebabkan penggunaan lahan tumpang tindih. '. Tumpang tindih lahan sektor kehutanan dan pertambangan memerlukan perhatian dan -kelapangan dada. dari kedua belah pihak, untuk sama-sama mencari solusi yang terbaik dan adil. Solusi ini berupa tetap pada prinsip pelestarian hutan, namun memberikan ruang gerak yang cukup bagi sektor pertambangan, mengingat status perusahaan sudah berdiri sebelum UU

No. 41!1999 dirumuskan. 8alam penyelesaian permasalahan, perlu diidenti)ikasi lebih teliti keberadaan lokasi penambangan, apakah benar-benar di ka/asan hutan lindung atau tidakR #etepatan ini dapat didukung dengan adanya teknologi inderaja. 4. 4erusahaan yang terbukti tidak terdapat di ka/asan hutan lindung, maka penyelesaiannya adalah memberikan kembali hak menamba. C. 4erusahaan yang /ilayah pertambangannya di ka/asan hutan lindung, maka alternati) penyelesaiannya perlu mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya% pertimbangan ekonomis, sosial, kestrategisan, dan keberlangsungan lingkungan& kemudian pertimbangan kegiatan pertambangan yang sedang dilakukan, apakah sedang melakukan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, maupun operasi produksi eksploitasi". 8engan demikian, terdapat pembedaan perlakukan, antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, tergantung pada pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas. E. 8iusulkan pada masa mendatang, dalam penetapan 5onasi ka/asan hutan lindung, maupun 5onasi /ilayah kontrak karya, perlu dilengkapi dengan peta-peta pendukung yang jelas, akurat, dan tepat, baik dalam hal luas, posisi geogra)is, dan +ariabel-+ariabel yang digunakan dalam penetapan tersebut. (. 9.# R K'M !DAS( 3lternati) penyelesaian permasalahan tumpang tindih penggunaan lahan sektor pertambangan tidak dapat digeneralisasi. Soalnya, meski memiliki masalah sama di dalam ka/asan lindung", namun tiap perusahaan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga tidak dapat dipukulrata. Tiap perusahaan juga memiliki tahapan kegiatan berbeda. Seandainya tahapan itu sama, belum tentu penanganan yang sama dapat dilakukan sama. #riteria prioritas penyelesaian berdasarkan pada tahapan kegiatan perusahaan tersebut, meliputi tahapan eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi dan eksploitasi. Setiap tahap memiliki alternati) penyelesaian masing-masing. 4eluang ruang gerak lebih luas dan )leksibel terhadap kegiatan pertambangan, sebenarnya telah diatur dalam UU No. 41!1999 pasal (7 ayat C + Pemberian ijin pinjam pakai sebagaimana dimaksud dalam a at , ang berdampak penting dan cakupan ang luas serta bernilai strategis dilakukan oleh #enteri atas persetujuan -ewan Perwakilan .ak at . 8engan mempertimbangkan bah/a pertambangan merupakan sektor berdampak dan bernilai strategis, serta memiliki cakupan cukup luas, maka sektor ini patut diberi peluang berkembang, melalui alternati) penyelesaian yang tidak berat sebelah. Secara umum, alternati) penyelesaian dapat berupa langkah non teknis pendekatan yuridis" dan langkah teknis. 9eberapa langkah yuridis yang dapat ditempuh adalah% 1. /udicial .e%iew , yakni peninjauan kembali terhadap kebijakan yang telah ditetapkan untuk menemukan kelemahan-kelemahan di dalamnya, selanjutnya dilakukan perubahan-perubahan yang diperlukan. '. 0atwa #1 , yaitu perumusan kebijakan oleh $3 khusus terhadap permasalahan ini dan hanya menyangkut perusahaan-perusahaan yang berada di ka/asan lindung, didasari pada kejadiankejadian yang telah berlangsung sebagai bahan pertimbangan. 8engan 2at/a $3 diharapkan di masa mendatang, permasalahan-permasalahan ini tidak terjadi lagi. (. P).P2 dapat menjadi alternati) penyelesaian permasalahan. 8ari sisi legitimasi peme rintah, 4erpu akan menimbulkan pertanyaan dan kesan bah/a UU No. 41!1999 tidak dirumuskan dengan sungguh-sungguh, transparan, dan penuh pertimbangan. Namun penyelesaian seperti ini memang relati) lebih mudah dan cepat tanggap terhadap permasalahan yang cukup mendesak. 4. 1dendum Ketentuan Peralihan , dapat menjadi alternati) yang bijaksana, /alaupun diperlukan keterbukaan dan kelapangan pihak kehutanan untuk menerima, bah/a sebagian perusahaan yang sudah memiliki kontrak karya, jauh sebelum dikeluarkannya UU No. 41!1999 dapat terus beroperasi. #elanjutan dari pengambilan alternati) penyelesaian ini adalah, perlu dirumuskan

peraturan perundang-undangan yang lebih implementati) dan teknis yang mengatur ketentuanketentuan kegiatan pertambangan di ka/asan hutan lindung. Sementara itu beberapa langkah teknis yang dapat ditempuh antara lain% 1. .e-scoring , dimaksud untuk meninjau ulang kriteria-kriteria yang digunakan dalam penentuan ka/asan hutan lindung. 8ari beberapa sumber, langkah seperti ini banyak pro dan kontra. #alangan yang pro berpendapat bah/a re-scoring menunjukkan itikad baik pihak kehutanan untuk bekerja sama, juga dapat memperkuat batasan ka/asan hutan lindung. Tetapi kalangan yang kontra memandang langkah ini memberi ketidakpastian berusaha, dan scoring dan rescoring pada dasarnya hanya langkah penetapan a/al yang harus ditindaklanjuti dengan penelitian lapangan. '. Perubahan Peruntukan , dengan pertimbangan bah/a secara prinsip hukum, semua perjanjian!kontrak yang telah ditandatangani pemerintah sebelum suatu undang-undang diterbitkan tetap harus dihormati keberadaannya ?ihat Tabel (". ?angkah ini sudah ditempuh, namun belum mendapatkan persetujuan 840, sehingga 0ancangan #eppres tentang 4erubahan 4eruntukan #a/asan *utan ?indung pada Gilayah #uasa 4ertambangan, #ontrak #arya, dan 4erjanjian #arya 4engusahaan 4ertambangan 9atubara yang Telah 3da Sebelum 8iundangkan UU No. 41 Tahun 1999 tentang #ehutanan menjadi #a/asan Non *utan, belum dapat diterbitkan. "ambar * Skema Mekanisme Penga<uan Perubahan Peruntukan Lahan
8a)tar perusahaan yang dipertimbangkan memperoleh P R$BA.A! P R$!T$KA! $enteri >S8$ $enko >kuin >+aluasi da)tar perusahaan berdasarkan kriteria pemegang #4, ## dan 4#4'9 Tim terpadu

4>0US3*33N T>0S>?>#S,

0akortas $enteri terkait

$enteri #ehutanan, >S8$, #?*, 8alam Negeri, 44#T, P RS T$%$A! P R$BA.A! P R$!T$KA! .$TA! M !%AD( !'! .$TA! 4ersetujuan *asil 0akortas ke 840

4enerbitan #eppres

4engajuan #eppres

0akortas $enteri terkait atas rekomendasi 840

(. Peninjauan 2lang 3onasi 4utan (indung B tindakan ini dilatarbelakangi masih buruknya sistem database basic map di ,ndonesia. #eragaman sumber peta dan ketidakseragaman metode pemetaan, menyebabkan peta-peta dasar yang dijadikan landasan penentuan 5onasi hutan lindung di ,ndonesia perlu ditinjau kembali. 4eninjauan kembali ini dapat dilakukan sekaligus dengan mengkaji kembali scoring dalam 44 Nomor 4: tahun 199:. $coring tersebut kemudian dikombinasikan dengan teknologi citra satelit yang mampu menggambarkan penampakan asli permukaan bumi. 4enggunaan teknologi ini kemudian dikombinasikan dengan sur+ai lapangan untuk melihat langsung kondisi lapangan dan mengecek ketepatan penerapan scoring . 4enggunaan teknologi citra satelit tersebut, digunakan pendekatan!metodologi 4enginderaan 1auh .emote $ensing " dan =,S 5eographic "n!ormation $ stem ".

DATATA! B LAKA!"
1 #egiatan pertambangan selalu menghasilkan limbah berupa produk buangan yang disebut tailing. Tailing dari industri pertambangan biasanya berbentuk bahan gilingan halus yang tersisa setelah logam berharga misalnya % tembaga, emas dan perak" diekstraksi. Tailing hasil kegiatan pertambangan perlu ditempat pada lokasi yang aman agar tidak mencemari lingkungan. Suatu perencanaan yang cermat harus dilakukan agar dampak negati) yang ditimbulkan oleh pembuatan tailing dapat minimalkan Tinjauan *ceanogra!i dalam Pembuangan Tailing di -asar (aut Sa)/an *adi, 'DD1"

8r. 0usdian ?ubis, -ampak Krisis )konomi pada (ingkungan 4idup+ Tinjauan dari Kajian (ingkungan 4idup $trategis $trategic )n%irontmental 1ssessment ". ( $inergyNe/s.com, Selasa, 'E Nopember 'DD'% (aporan Pw6+ Prospek "n%estasi Pertambangan di "ndonesia $uram
'

Da0tar Pustaka Buku 2orest Gatch ,ndonesia, Potret Keadaan 4utan "ndonesia, 1uli 'DD(. 4radnja, ,da 3ju, M Karol 1. 4ierce Kol)er, Kemana 4arus #elangkah ? #as arakat, 4utan, dan Perumusan Kebijakan di "ndonesia, 1akarta 'DD(. Salim, *.S, S.*, $,S, -asar-dasar 4ukum Kehutanan + )disi .e%isi, 8esember 'DD'. Makalah+Artikel 3n/ar $aas, .>+aluasi #erusakan ?ahan dan Teknologi 4engelolaan ?ingkungan 2isik 4asca Tambang., dalam Seminar 4engelolaan ?ingkungan 4asca Tambang , 'C September 'DD' 3rtikel-artikel dalam situs internet dan media massa #I03N T>$4I" 9ahan presentasi, $olusi Tumpang Tindih Kawasan 4utan (indung dengan Kegiatan Pertambangan 8adan $. Nurjaman, . Beberapa Permasalahan (ingkungan ang -iakibatkan Kegiatan Pertambangan di "ndonesia7 8irektorat 1enderal =eologi dan Sumberdaya $ineral 8epartemen >nergi dan Sumberdaya $ineral, . Kebijakan Pengelolaan (ingkungan Pasca Tambang7, makalah disampaikan pada seminar sehari .4engelolaan ?ingkungan 4asca Tambang H 944T , 'C September 'DD' 2arrel, Tom , 8iscussion 4aper -$ining >n+irontmental $anagement in ,ndonesia, opportunities )or Kollaboration in Science and Technology. , 1 $ei 'DDD $asnellyarti *ilman, .,mplementasi #ebijakan ?ingkungan 4ertambangan. , dalam Se minar 4engelolaan ?ingkungan 4asca Tambang, 'C September 'DD' Ngadi 4ra/iro, .8abo Singkep dalam #ondisi 9enah 8iri 4asca 4enambangan 4T. Timah., dalam Seminar 4engelolaan ?ingkungan 4asca Tambang , 'C September 'DD',>8 and Gorld 9usiness Kouncil Sustainable 8e+elopment, $ocial "mpact 1ssessment in the #ining "ndustr + 6urrent $ituation and 0uture -irection, 8esember 'DD1 .4aparan 4engelolaan ?ingkungan di 4T93., hand out . .4engelolaan ?ingkungan 4asca Tambang <8ampak Sosial $asyarakat 4asca Tambang.. Seminar Sehari 944T , 'C September 'DD' 4T. 3rutmin ,ndonesia, .encana Pemantauan (ingkungan 8-ra!t9, $aret 'DD' 4T. Tambang Timah 4ersero", $tudi )%aluasi (ingkungan 8$)(9 2nit Pengembangan dan 2nit Peleburan Timah Pulau Bangka, 1991 Sitorus, Santun. Pemberda aan (ahan Pasca Tambang, 'C September 'DD' Fayasan >comine Nusa ?estari, 0ound Table 8iscussion + 7 $asa 8epan 4ertambangan ,ndonesia. , 1E 2ebruari 'DDD Perundang2$ndangan 0ancangan Undang-undang tahun 'DD' tentang 4ertambangan Umum 4eraturan 4emerintah Nomor (4 Tahun 'DD' tentang Tata *utan 8an 4enyusunan 0encana 4engelolaan *utan, 4eman)aatan *utan 8an 4enggunaan #a/asan *utan Undang-undang Nomor '' tahun 'DD1 tentang $inyak dan =as 9umi 4eraturan 4emerintah Nomor :C tahun 'DD1 tentang 4erubahan #edua 3tas 4eraturan #eputusan $enteri #ehutanan 0, Nomor (1-#pts-,,!'DD1 tentang 4enyelenggaraan *utan #emasyarakatan #eputusan $enteri #ehutanan 0, Nomor ('!#pts-,,!'DD1 tentang #riteria dan Standar 4engukuhan #a/asan *utan #eputusan $enteri ?ingkungan *idup 0, Nomor 1: Tahun 'DD1 tentang 1enis 0encana Usaha dan atau #egiatan yang Gajib 8ilengkapi 3$83? Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang #ehutanan Undang-undang Nomor 'C Tahun 1999 tentang 4erimbangan #euangan 4usat dan 8aerah

Undang-undang Nomor 'C tahun 1999 tentang 4erimbangan 4usat dan 8aerah 4emerintah Nomor (' Tahun 19E9 tentang 4elaksanaan Undang-undang Nomor 11 tahun 19E: tentang #etentuan-ketentuan 4okok 4ertambangan N N N

Anda mungkin juga menyukai

  • Tambang Bawah Tanah
    Tambang Bawah Tanah
    Dokumen61 halaman
    Tambang Bawah Tanah
    Farisyah Melladia Utami
    Belum ada peringkat
  • Budidaya Ikan Jilid 2 PDF
    Budidaya Ikan Jilid 2 PDF
    Dokumen168 halaman
    Budidaya Ikan Jilid 2 PDF
    Syaiful Iku Safik
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Jenis Dan Fungsi Pupuk
    Jenis Dan Fungsi Pupuk
    Dokumen4 halaman
    Jenis Dan Fungsi Pupuk
    Rahman Agrotek
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabel - Format Baru
    Daftar Tabel - Format Baru
    Dokumen1 halaman
    Daftar Tabel - Format Baru
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Format Kertas Laporan IUT
    Format Kertas Laporan IUT
    Dokumen1 halaman
    Format Kertas Laporan IUT
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Takzim PA
    Takzim PA
    Dokumen1 halaman
    Takzim PA
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Tugas SKT
    Tugas SKT
    Dokumen5 halaman
    Tugas SKT
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Pencucian
    Pencucian
    Dokumen1 halaman
    Pencucian
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Proposal TA (Metode Antrian)
    Proposal TA (Metode Antrian)
    Dokumen12 halaman
    Proposal TA (Metode Antrian)
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Surat Opsi
    Surat Opsi
    Dokumen1 halaman
    Surat Opsi
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Takzim PA
    Takzim PA
    Dokumen1 halaman
    Takzim PA
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Penelian Tambang
    Penelian Tambang
    Dokumen41 halaman
    Penelian Tambang
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kolam Air Tenang
    Makalah Kolam Air Tenang
    Dokumen8 halaman
    Makalah Kolam Air Tenang
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Cover Perencanaan Penambangan Batubara
    Cover Perencanaan Penambangan Batubara
    Dokumen13 halaman
    Cover Perencanaan Penambangan Batubara
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Lampirabn A
    Lampirabn A
    Dokumen31 halaman
    Lampirabn A
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Lampirabn A
    Lampirabn A
    Dokumen31 halaman
    Lampirabn A
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Cover Laporan
    Cover Laporan
    Dokumen1 halaman
    Cover Laporan
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Studi Kasus Bangladesh PDF
    Studi Kasus Bangladesh PDF
    Dokumen21 halaman
    Studi Kasus Bangladesh PDF
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Proposal Kerja Praktek Dan CV GOLDEN
    Proposal Kerja Praktek Dan CV GOLDEN
    Dokumen3 halaman
    Proposal Kerja Praktek Dan CV GOLDEN
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • 1672 2115 1 PB
    1672 2115 1 PB
    Dokumen21 halaman
    1672 2115 1 PB
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen8 halaman
    Bab Ii
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • KOMINUSI
    KOMINUSI
    Dokumen22 halaman
    KOMINUSI
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Bab IV Tugas Khusus
    Bab IV Tugas Khusus
    Dokumen24 halaman
    Bab IV Tugas Khusus
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat
  • Bab IV Tugas Khusus
    Bab IV Tugas Khusus
    Dokumen24 halaman
    Bab IV Tugas Khusus
    Susilo Situmorang
    Belum ada peringkat