Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik


Kapasitas ......................Ton/Tahun
1


BAB I
PENDAHULUAN


1.1. LATAR BELAKANG
Perkembangan Industri sebagai bagian dari usaha ekonomi jangka panjang
diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih baik dan seimbang yaitu
struktur ekonomi dengan dititikberatkan pada industri maju yang didukung oleh ekonomi
yang tangguh. Indonesia saat ini tengah memasuki era globalisasi dalam segala bidang
yang menuntut tangguhnya sektor industri dan bidangbidang lain yang saling
menunjang. Hal ini tentunya memacu kita untuk lebih meningkatkan dalam melakukan
terobosan-terobosan baru sehingga produk yang dihasilkan mempunyai daya saing,
efisien dan efektif, disamping itu haruslah tetap akrab dan ramah terhadap lingkungan.
Menanggapi situasi tersebut dan dalam upaya untuk mengurangi ketergantungan
import produk petrokimia, pemerintah menetapkan peraturan yang mendorong
perkembangan industri tersebut. Sejalan dengan itu industri petrokimia di Indonesia
seperti industri Styrene Monomer, juga turut berkembang. Hal ini terutama disebabkan
oleh makin meningkatnya permintaan produkproduk plastik yang menggunakan bahan
dasar Styrene Monomer. Kegunaan utamanya adalah sebagai zat antara untuk pembuatan
senyawa kimia lainnya dan untuk memperkuat industri hilir seperti :
1. Polystyrene (PS), industri ini merupakan konsumen terbesar Styrene Monomer
karena untuk menghasilkan 1 ton Polystyrene diperlukan 950 kg Styrene Monomer.
Kegunaannya untuk membuat general purpose polystyrene (HIPS).

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
2

2. Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), industri ini mengkonsumsi 600 kg Styrene
Monomer untuk menghasilkan 1 ton ABS. Kegunaannya untuk pembuatan plastik
keras bagi komponen mobil, gagang telpon, pipa plastik, dll.
3. Styrene Butadiena Latex (SBL), industri ini mengkonsumsi 550 kg Styrene
Monomer untuk menghasilkan 1 ton SBL .Kegunaannya untuk pembuatan pelapis
kertas dan pelapis karet.
4. Impact Polystyrene Rubber (IPR), industri auto mobil.
5. Styrene Butadiene Rubber (SBR), digunakan dalam industri ban, radiator, heater, dan
sebagainya.
Styrene Monomer adalah anggota dari kelompok aromatik monomer tak jenuh
yang mempunyai rumus molekul C
6
H
5
C
2
H
5
dan mempunyai nama lain cinnomena.
Teknologi pembuatan Styrene Monomer pada mulanya kurang diminati sebab produk
polimer yang dihasilkan rapuh dan mudah patah, kemudian baru pada tahun 1937
pabrik Badische Aniline Soda Fabrics (BASF) memperkenalkan terobosan baru dalam
bidang teknologi pembuatan Styrene Monomer dengan proses Dehidrogenasi dari bahan
baku Ethylbenzene. Keduanya memproduksi Styrene Monomer dengan kemurnian yang
tinggi yang dapat menjadi polimer yang stabil dan tidak berwarna. Sejak perang dunia II
Styrene Monomer menjadi sangat penting karena kebutuhan akan karet sintetis semakin
meningkat, sehingga dibuatlah produk Styrene Monomer secara komersial dalam skala
besar. Sejak itu produksi Styrene Monomer menunjukkan peningkatan yang pesat dan
karena kebutuhan akan Styrene Monomer terus meningkat, maka dewasa ini semakin
dikembangkan proses pembuatannya yang lebih efisien dan modern. Oleh sebab itu akan
sangat menguntungkan apabila saat ini mendirikan pabrik Styrene Monomer.
Sampai akhir tahun 2012, di Indonesia baru terdapat satu buah pabrik yang
memproduksi Ethylbenzene sebagai bahan baku pembuatan Styrene Monomer, yaitu

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
3

PT. Styrindo Mono Indonesia (PT SMI) yang juga memproduksi Styrene Monomer
dengan kapasitas 300.000 ton/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan Ethylbenzene berasal
dari PT Styrindo Mono Indonesia (PT SMI).
Berdasarkan diskripsi diatas dilihat lebih jauh akan keuntungan pendirian pabrik
Styrene Monomer yaitu dari perbandingan harga bahan baku dan hasil produknya.
Menurut data diperoleh data harga bahan baku (Ethylbenzene) yaitu US$ 386/ton
sedangkan harga produk yang dihasilkan (Styrene Monomer) yaitu US$ 990/ton.
Berikut di bawah ini ditampilkan perkembangan supply dan konsumsi
Ethylbenzene di Indonesia tahun 1998-2002.
Table 1.1. Perkembangan supply dan konsumsi Ethylbenzene di Indonesia tahun 1998-
2002 (ton).
Penggunaan 1998 1999 2000 2001 2002
Produksi 107.296 236.120 307.084 279.761 286.755
Eksport - - - - -
Import 123 40 41 27 75
Supply 107.419 236.160 307.125 279.788 286.830
Industri pemakai :
- Styrene Monomer
- lainnya

106.345
1.074

233.798
2.362

304.054
3.071

276.990
2.798

283.962
2.868
(Sumber : CIC Indochemical No. 374, tahun 2003)


1.2. Kapasitas Rancangan.
Untuk menentukan kapasitas pabrik yang akan didirikan harus memperhatikan
kapasitas pabrik sejenis dalam skala komersial yang sudah dibangun. Pabrik Styrene
Monomer kapasitas minimum yang pernah dibangun (menurut Ward DJ, et al, HP vol
65 no 3, 1987) adalah Cos-Den Oil & Chemical Co., pabrik yang mulai beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
4

Texas, USA pada tahun 1956 yaitu dengan kapasitas sebesar 36.000 ton/tahun dan
pabrik Styrene Monomer dengan kapasitas terbesar adalah Cos-Mar Co., juga di
Amerika Serikat dengan kapasitas 680.000 ton/tahun dan mulai beroperasi pada tahun
1985.
Selain itu masih ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
menentukan kapasitas pabrik yang akan didirikan, yaitu :
1. Perkiraan kebutuhan pasar dalam negeri.
Untuk mengetahui kebutuhan Styrene di Indonesia dapat diketahui dari besarnya
import dan kenaikan import tiap tahun. Dari tahun ke tahun kebutuhan Styrene
Monomer di Indonesia cenderung tidak tetap, kadang mengalami kenaikan kadang
juga mengalami penurunan. Diperkirakan kebutuhan Styrene Monomer tersebut
akan meningkat pada tahun-tahun mendatang dengan makin berkembangnya industri
pengolahan Styrene Monomer. Berikut ini disajikan data import Styrene Monomer
dari tahun 1995-2002.





Tabel 1.2. Data import Styrene Monomer Indonesia tahun 19952002
Tahun Jumlah Kebutuhan (ton)
1995 13.255,476
1996 20.088,831
1997 30.125,652
1998 19.328,127
1999 10.229,782

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
5

2000 25.179,082
2001 50.825,398
2002 36.123,457
( Sumber: Balai Pusat Statistik Semarang )
Dari tabel 1.2 data import Styrene Monomer untuk kurun waktu 19952002
diketahui bahwa jumlah kebutuhan Styrene Monomer di Indonesia pada tahun 2002
mencapai jumlah sebesar 36.123,457 ton dan melihat perkembangan jumlah import
tersebut dari tahun 1995-2002 dapat diperkirakan pada tahun 2008 akan mencapai
73.516,605 ton.
2. Ketersediaan Bahan Baku.
Bahan baku merupakan faktor yang sangat penting untuk kelangsungan produksi
pada suatu pabrik. Bahan baku pembuatan Styrene Monomer adalah Ethylbenzene
dan diperoleh dari PT Styrindo Mono Indonesia ( PT SMI ) yang berlokasi di
Cilegon, Banten.
Berdasarkan pertimbangan di atas maka direncanakan pabrik Styrene Monomer yang
akan mulai produksi pada tahun 2008 dengan kapasitas 80.000 ton/tahun. Pemilihan
kapasitas tersebut dengan pertimbangan :
1. Dapat memenuhi kebutuhan Styrene dalam negeri yang diperkirakan sebesar
73.516,605 ton pada tahun 2008 dan sisanya dapat diproyeksikan untuk orientasi
eksport.
2. Dapat memberikan keuntungan karena kapasitas rancangan yang ditetapkan sudah
di atas kapasitas minimal secara komersial dan masih lebih kecil dari kapasitas
pabrik sejenis dengan kapasitas terbesar yang pernah dibangun. Hal ini akan
memudahkan dalam perancangan alat maupun dalam tahap konstruksi saat pabrik
dibangun.

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
6

3. Dapat merangsang tumbuhnya industri-industri yang mempergunakan Styrene
Monomer sebagai bahan baku maupun bahan pembantu mengingat banyaknya
derivat-derivat dari Styrene.

1.3. Penentuan Lokasi Pabrik.
Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam setiap
perancangan suatu pabrik, karena menyangkut kelangsungan dan keberhasilannya, baik
dari segi ekonomi, maupun teknisnya. Orientasi perusahaan dalam menentukan lokasi
pabrik pada prinsipnya ditentukan berdasarkan pertimbangan pada letak geografis, teknis,
ekonomis dan lingkungan. Dari pertimbangan tersebut lokasi pabrik dari prarancangan
pabrik Styrene Monomer ini dipilih di daerah Cilegon, Banten dengan pertimbangan
sebagai berikut :
1. Bahan baku
Bahan baku Ethylbenzene dari dalam negeri tersedia di daerah Cilegon, sehingga
jarak yang dekat dengan sumber bahan baku akan menekan biaya transportasi dan
akan memudahkan dalam penyediaanya.
2. Pasar
Pabrik-pabrik polimer yang mempergunakan Styrene Monomer sebagai bahan baku
atau bahan pembantu banyak terdapat di daerah Cilegon, Jakarta, dan sekitarnya atau
masih di dalam Pulau Jawa sehingga akan lebih mudah memasarkan produk Styrene
Monomer tersebut.
3. Transportasi
Daerah Cilegon mempunyai sarana transportasi darat dan laut yang cukup memadai,
yaitu jalan tol yang menghubungkan Merak-Jakarta-Cikampek dan pelabuhan laut

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
7

yang mampu untuk berlabuhnya kapalkapal besar sehingga memudahkan
pengiriman produk Styrene Monomer.
4. Kebutuhan Utilitas
Cilegon merupakan kawasan industri yang cukup besar sehingga sebagian besar
kebutuhan utilitas seperti tenaga listrik dari PLN, dan air mudah terpenuhi. Karena
dekat dengan laut kebutuhan air untuk proses produksi dimungkinkan menggunakan
air laut dengan proses treatment.
5. Tenaga Kerja
Karena banyak terdapat pabrik-pabrik besar, di daerah Cilegon dan sekitarnya
banyak terdapat tenaga kerja yang sudah terlatih dan berpengalaman.
6. Sifat Bahan
Produk Styrene yang dihasilkan akan dipasarkan dalam bentuk cair, sehingga dari
Cilegon produk akan mudah diangkut melalui jalan darat maupun melalui laut untuk
dieksport. Selain itu, Styrene Monomer mudah terpolimerisasi namun karena Cilegon
dekat dengan pasar maka akan mengurangi resiko kerusakan bahan.
7. Proses Produksi
Dalam proses produksi Styrene Monomer terjadi kehilangan berat bahan tetapi
jumlahnya relatif kecil. Secara ekonomi hal tersebut akan merugikan, tetapi karena
dekat dengan sumber bahan baku dan pasar maka pendirian pabrik di daerah Cilegon
masih menguntungkan.
8. Pengolahan limbah dan pengembangan Pabrik
Lokasi pabrik yang tidak berada di kota besar akan memudahkan dalam pengolahan
limbahnya maupun dalam usaha perluasan pabrik khususnya dalam penyediaan lahan
baru untuk perluasan pabrik.
9. Pemerintah dan Politik

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
8

Kebijaksanaan pemerintah untuk menjadikan daerah Cilegon, Merak dan sekitarnya
sebagai kawasan industri akan memudahkan dalam hal perijinan dan pengembangan
pabrik.

1.4. Tinjauan Pustaka
1.4.1. Pemilihan Proses.
Styrene Monomer pertama kali diperoleh dengan cara isolasi dari destilasi
storaks pada abad ke-19. Saat itu Styrene Monomer sudah dapat dijadikan polimer
tetapi polimer yang dihasilkan masih getas dan mudah patah, sehingga belum ada yang
tertarik untuk menjadikan Styrene Monomer dalam skala industri, dan hanya skala
laboratorium saja.
Tahun 1925, Naugatuck Chemical Co. mencoba memproduksi Styrene
Monomer dalam skala besar untuk komersial, tetapi gagal. Baru pada saat perang dunia
II teknologi pembuatan Styrene Monomer berhasil dikembangkan oleh Badische Anilin
Soda Fabrics (BASF) dengan cara Dehidrogenasi Ethylbenzene. Dalam produksi
secara komersial pada umumnya menggunakan proses Dehidrogenasi Katalitik (85%)
dan Oksidasi Ethylbenzene (15 %).
(Kirk Othmer, vol 21, 1980)
Macammacam proses pembuatan Styrene Monomer
1. Dehidrogenasi Katalitik
Dehidrogenasi katalitik adalah reaksi langsung dari ethylbenzene menjadi Styrene,
cara tersebut adalah proses pembuatan Styrene Monomer yang banyak
dikembangkan dalam produksi komersial. Reaksi terjadi pada fase uap dimana
steam melewati katalis padat. Katalis yang digunakan adalah Shell 105, yang terdiri
dari campuran Besi sebagai Fe
2
O
3
, Kromium sebagai Cr
2
O
3
dan Potasium sebagai

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
9

K
2
CO
3
. Reaksi bersifat endothermis dan merupakan reaksi kesetimbangan.
Sedangkan reaktornya dapat bekerja secara adiabatis dan isothermal.
Reaksi yang terjadi :
C
6
H
5
CH
2
CH
3
C
6
H
5
CH = CH
2
+ H
2
Yield rendah jika reaksi ini tanpa menggunakan katalis. Temperatur reaktor 600
650
0
C pada tekanan atmosfer. Pada saat kesetimbangan konversi Ethylbenzene
berkisar antara 5070% dengan yield 8889 %.
(Ullman, vol A25, 1994)
2. Oksidasi Ethylbenzene
Proses ini ada 2 macam yaitu dari Union Carbide dan Halogen Internasional. Proses
dari Union Carbide mempunyai 2 produk yaitu Styrene dan Acetophenon.
Menggunakan katalis Acetate diikuti dengan reaksi reduksi menggunakan katalis
Chrome-Besi-Tembaga kemudian dilanjutkan dengan reaksi hidrasi alkohol menjadi
Styrene dengan katalis Titania pada suhu 250
0
C.


Reaksi yang terjadi berturut turut adalah sebagai berikut :
C
6
H
5
CH
2
CH
3
+ O
2
C
6
H
5
COCH
3
+ H
2
O
C
6
H
5
COCH
3
+ H
2
O C
6
H
5
CH (OH )CH
3

C
6
H
5
CH(OH)CH
3
C
6
H
5
CH = CH
2
+ H
2
O
Kehilangan proses ini adalah terjadinya korosi pada tahap oksidasi dan produk yang
dihasilkan 10% lebih kecil dibandingkan reaksi dehidrogenasi.
Proses Halogen Internasional menghasilkan Styrene dan Propyleneoxide. Yaitu
proses mengoksidasi Ethylbenzene menjadi Ethylbenzene Hidroperoxide kemudian

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
10

direaksikan dengan propylene membentuk propyleneoxide dan -phenil-ethylalkohol
kemudian didehidrasi menjadi Styrene.
Dari beberapa uraian proses pembuatan Styrene tersebut diatas, maka akan dirancang
pabrik Styrene Monomer dengan proses Dehidrogenasi Katalitik dengan menggunakan
katalis Shell 105 dengan alasan sebagai berikut :
1. Proses dehidrogenasi adalah proses yang paling sederhana.
2. Proses dehidrogenasi katalitik yang paling banyak dipakai secara komersial.
3. Tidak menimbulkan korosi.
4. Hasil samping berupa Toluen dan Benzene bisa dijual sehingga dapat
menambah keuntungan.





Tabel 1.3. Perbandingan antara proses Dehidrogenasi katalitik dan oksidasi
Ethylbenzene.
Parameter Proses Dehidrogenasi
katalitik
Proses oksidasi
Ethylbenzene
Suhu reaksi
Tekanan
Hasil konversi
Yield
Selektivitas
Katalis yang digunakan

Jenis reaktor
Kebutuhan bahan pembantu
580 650
0
C
0,7 1,5 atm
35 45 %
88 95 %
95 %
Fe
2
O
3
, Cr
2
O
3
, K
2
CO
3

Reaktor tunggal
Steam dan katalis
135 160
0
C
120 220 psi
25 30 %
80 85 %
70 %
Acetone, krom, besi,
tembaga, dan titania
Reaktor seri
Propilen, oksigen,

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
11

hidrogen, dan
bermacam-macam
katalis

1.4.2. Spesifikasi Bahan
1.4.2.1. Bahan Baku : Ethylbenzene
Rumus molekul
Berat molekul
Kenampakan
Warna
Kemurnian
Impuritas
Density pada 25
0
C
Viscosity pada 25
0
C
Titik beku pada 1 atm
:
:
:
:
:
:
:
:
:
C
6
H
5
C
2
H
5
106,168
Cair
Tidak berwarna
Minimum 99 % berat
Maximum 1% berat
0,8626 0,8728 gr / ml
0,6268 0,6365 cp
- 94,975
0
C

1.4.2.2. Spesifikasi Bahan Pembantu : Katalis Shell 105
Wujud
Bentuk
Komposisi
Bulk density
Diameter
Porositas
:
:
:
:
:
:
Padat
Pellet
84,3 % Fe
2
O
3
, 2,4%Cr
2
O
3
, 13,3% K
2
CO
3

2146,27 kg/cm
3

4,7 mm
0,35

1.4.2.3. Spesifikasi Produk : Styrene
Rumus molekul : C
6
H
5
C
2
H
5


BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
12

Berat molekul
Wujud
Warna
Komposisi
Benzene
Toluene
Density pada 25
0
C
Viscosity pada 25
0
C
Spesifik gravity
Titik didih
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
104,152
Cair
Tidak berwarna
Styrene : Minimum 99,7 %
Benzene : Maksimum 0,1 % berat
Toluene : Maksimum 0,2 % berat
0,9015 0,9130 g / ml
0,7221 0,7317 cp
0,9038 - 0,9057
145,2
0
C

1.4.3. Kegunaan Produk
Styrene Monomer dapat digunakan antara lain dalam bentuk :
- Polystyrene.
Digunakan dalam industri pengemasan, alat-alat rumah tangga, mobil,
elektronik.
- Acrylonitrile Butadiena Styrene.
Digunakan dalam industri pipa, interior mobil dan refrigerator.
- Styrene Butadiena Rubber.
Digunakan dalam industri ban, radiator dan heater.
- Styrene Butadiena Latex.
Digunakan dalam industri pelapis kertas dan. pelapis karet.

1.4.4. Sifat Fisis dan Kimia
1. Bahan Baku : Ethylbenzene

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
13

Sifat Fisis :
Ujud
Berat Molekul
Density pada 25 C
Titik beku
Titik didih
Kelarutan

Kapasitas panas

Tekanan kritis
Volume kritis
Suhu kritis
Indek reaksi

Faktor aksentrik
Kompresibilitas kritis
Flash point
Panas latent fusi
Refraktif indeks
Surface tension
Viskositas pada 25
0
C
Panas penguapan pada 25
0
C
Panas pembentukan pada 25
0
C
Entropy pembentukan
:
:
:
:
:
:

:

:
:
:
:

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Cair
106,167 gr / mol
0,8671 gr / ml
- 94,94 C
136,185 C
larut dalam ethanol, 0,001%
dalam air
untuk gas ideal = 1169 J/kg K
untuk cairan = 1752 J/kg K
38,1 atm
374,0 cm/mol
346,4 C
pada 20 C = 1,4954
pada 25 C = 1,4932
0,3011
0,264
15 C
9,164 J/mol
0
K
1,4959
31,50 dyne/cm
0,64 cp
42,226 J/mol
0
K
-12,456 J/mol
0
K
255,2 J/mol
0
K

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
14

Specific heat pada 25
0
C : 185,06 J/mol
0
K
Tekanan Uap : Log P (Kpa) =
|
.
|

\
|
+

C
o
t 206 , 13
255 , 1424
0821 , 6
Sifat Kimia
1. Reaksi Dehidrogenasi
Proses ini dilakukan pada fase gas dengan katalis Fe
2
O
3
. Reaksi berlangsung
secara seimbang dan membutuhkan panas.
Reaksi yang terjadi :
C
6
H
5
CH
2
CH
3
C
6
H
5
= CH
2
+ H
2
H (600 C) = 124,9 kJ/mol
Ethylbenzene Styrene Hidrogen
(Ullman, vol A 10, 1994)
2. Reaksi Oksidasi
Reaksi oksidasi menghasilkan Ethylbenzene Hidroperokside
Reaksi yang terjadi :
C
6
H
5
CH
2
CH
3
+ O
2
C
6
H
5
CH(OOH)CH
3
Reaksi fase cair dengan bubbling udara melalui cairan terhadap katalis. Akan
tetapi karena Hidroperokside merupakan senyawa yang tidak stabil, maka
kemungkinan kenaikan temperatur harus dihindari karena akan terjadi
dekomposisi.
Polyethylbenzene merupakan produk samping dari pembuatan Ethylbenzene.
3. Reaksi Hidrogenasi
Dapat terjadi dengan bantuan katalis Ni, Pt, atau Pd menghasilkan
Ethylcyclohexane.
Reaksi yang terjadi :
C
6
H
5
CH
2
CH
3
+ 3H
2
C6H11C
2
H
5

Ethylbenzene Ethylcyclohexane

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
15

4. Reaksi Halogenasi
Dapat terjadi dengan adanya bantuan panas atau cahaya.
Reaksi yang terjadi :
2C
6
H
5
CH
2
CH
3
+ Cl
2
C
6
H
5
CH-ClCH
3
+ C
6
H
5
CH
2
Cl
Ethylbenzene 1-chloro-2phenilethan 2-chloro phenilethan
2. Produk : Styrene Monomer
Sifat Fisis :
Ujud
Berat molekul
Density

Density kritis
Volume kritis
Tekanan kritis
Suhu kritis
Flash point
Indek refraksi
Kelarutan

Viscositas

Panas spesifik

Surface tension (20
0
C)
Panas pembentukan (25
0
C)
:
:
:

:
:
:
:
:
:
:

:

:
:
:
:
Cair
104,1036 gr / mol
pada 30 C = 0,8970 gr / ml
pada 40 C = 0,888 gr / ml
0,279 gr / ml
3,55 cm
3
/mol
37,6 atm
346,4 C
31 C
pada 20 C = 1,546
larut dalam ethanol dan ether, 0,032 %
dalam air
pada 20 C = 0,703 cp
pada 40 C = 0,586 cp
pada gas (25 C) = 0,2818 Kal / g C
pada cairan (40 C) = 0,4178 Kal/g C
30,86 dyne/cm
-12,456 KJ/mol
0
K

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
16

Factor accentric : 0,257
Tekanan Uap : Log P (Kpa) =
|
.
|

\
|
+

C
o
t 43 , 209
58 , 1445
0821 , 6
Sifat Kimia
1. Polimerisasi Styrene menjadi Polyvinylbenzene
Reaksi yang terjadi :
n (C
6
H
5
CH = CH
2
) + O
2
(CHCH
2
)
n
-C
6
H
5
2. Styrene ditambah Ozon menjadi Benzaldehyde

Reaksi yang terjadi :
C
6
H
5
CH = CH
2
+ O
3
C
6
H
5
CHO
3. Alkilasi Styrene dengan Methanol menjadi Methylether
Reaksi yang terjadi :
C
6
H
5
CH = CH
2
+ CH
3
OH C
6
H
5
-CH(OCH
3
)CH
3
3. Produk Samping
A. Benzene
Sifat Fisik :
Ujud pada 25
0
C : cair
Rumus Molekul : C
6
H
6

Berat molekul : 78,11
Berat jenis : 0,879 gr/cm
3

Titik didih pada tekanan 1 atm : 80,10
0
C
Suhu peleburan : 5,26
0
C
Tekanan uap pada 25
0
C : 873,700 kPa
Viskositas pada 20
0
C : 13,330 cp
Tegangan permukaan pada 25
0
C : 28,180 dyne/cm

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
17

Temperatur kritis : 289,0
0
C
Tekanan kritis : 48,6 atm
Flash point : -11,10
Flammisibility limit di udara : 1,5 80 % volume
Panas pembentukan : 48,66 kj/gmol
Panas peleburan : 9,874 kj/kmol
Panas penguapan pada 80,1
0
C : 33,847 kj/kmol
Panas pembakaran pada 25
0
C : -3267,6 kj/gmol
Kelarutan dalam air pada 25
0
C : 0,180 gr/100 gr air
B. Toluene
Ujud pada 25
0
C : cair
Rumus Molekul : C
6
H
5
.CH
3

Berat molekul : 92,13
Berat jenis : 0,86694 gr/cm
3

Titik didih pada tekanan 1 atm : 110,626
0
C
Suhu peleburan : -94,991
0
C
Temperatur kritis : -213,1
0
C
Tekanan kritis : 40,3atm
Flash point : 4,0
0
C
Explosion limit di udara : 1,4 6,7 % volume
Kalor pembentukan : 11,99 kj/gmol
Panas peleburan : 6,619 kj/gmol
Panas penguapan pada 80,1
0
C : 3,5 kj/gmol
Panas pembakaran pada 25
0
C : -3909,9 kj/gmol
Kelarutan dalam air pada 25
0
C : 0,050 gr/100 gr air

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
18


1.4.5. Tinjauan Proses Dehidrogenasi secara umum
Dehidrogenasi adalah salah satu reaksi yang penting dalam industri kimia
meskipun penggunaannya relatif sedikit bila dibandingkan dengan proses Hidrogenasi.
Reaksi dehidrogenasi adalah reaksi yang menghasilkan komponen yang berkurang
kejenuhannya tetapi lebih reaktif. Pada prinsipnya semua senyawa yang mengandung
atom hidrogen dapat dihidrogenasi, tetapi umumnya yang dibicarakan adalah senyawa
yang mengandung Carbon seperti Hidrocarbon dan Alkohol. Proses dehidrogenasi
kebanyakan berlangsung secara Endothermis yaitu membutuhkan panas.
Reaksi dapat didefinisikan sebagai berikut :
Reaksi pembentukan Aldehyde dari Alkohol primer.
C
2
H
5
OH + O
2
CH
2
CHO + H
2
O
Reaksi pembentukan Keton dari Alkohol Sekunder.
CH
2
CHOH + O
2
CH
2
COCH
2
+ H
2
O
Dehidrogenasi adalah reaksi yang bersifat endothermis yaitu membutuhkan
panas untuk terjadinya reaksi dan suhu yang tinggi diperlukan untuk mencapai konversi
yang tinggi pula. Reaksi dehidrogenasi yang sering digunakan dalam skala besar adalah
dehidrogenasi Ethylbenzene menjadi Styrene.
Reaksi dehidrogenasi berperan pula dalam pirolitis, cracking, gasifikasi oleh
pembakaran sebagian karbonisasi dan reforming yang semuanya terjadi dalam industri
refining dan petrokimia.
Diharapkan reaksi dehidrogenasi sebagai berikut :
CH
2
CH
3
CH = CH
2


+ H
2
.( 1 )

BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
19


Reaksi bilangan tambahan untuk kepentingan identifikasi.
Maksud dan tujuan reaksi dan akibatnya harus dipertimbangkan untuk pemilihan
reaktor waktu dioperasikan.
Didalam pembahasan ini diasumsikan bahwa reaktor dioperasikan pada temperatur
lebih 600C dan tekanan atmosfer dan jika reaksi terjadi pada temperatur 650C atau
lebih dapat dipastikan konversi Ethylbenzene menjadi Styrene berada pada kondisi
kesetimbangan.
Beberapa macam kemungkinan percepatan atau reaksi paralel dan akibatnya.
- Reaksi pertama adalah pembentukan Ethylbenzene dari dehidrogenasi Styrene.
CH
2
CH
3
CH CH
2


+ H
2
( 2 )

Konstanta kesetimbangan reaksi untuk menghitung kesetimbangan
thermodinamika pembentukan yang tidak diinginkan dari produk, dan dapat
digambarkan bahwa pembentukan Ethylbenzene dapat dikontrol secara efektif
dari operasi reaktor pada temperatur di bawah 700C.
- Dua reaksi tambahan untuk pembentukan Benzene dan Toluene dari
Ethylbenzene adalah sebagai berikut :
CH
2
CH
3


+ C
2
H
4
..(3)
dan
CH
2
CH
3
CH
3


BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
20


+ H2 + CH
4
..(4)

- Reaksi ketiga adalah kebalikan dari reaksi Alkilasi Benzene.
Jadi jika hanya mempertimbangkan faktor thermodinamika saja maka seperti
kasus sintesa Methanol, pemilihan katalis memberikan hasil yang lebih tinggi
dalam dehidrogenasi dan meningkatkan angka reaksi seperti yang diinginkan
untuk perbandingan reaksi. Tetapi bagaimanapun juga perlu dipertimbangkan
analisa Kinetik.
Dari tinjauan Thermodinamika, pembuatan Styrene dari bahan Ethylbenzene dapat
ditentukan berdasarkan prinsipprinsip yang penting :
o Jika reaktor dioperasikan pada temperatur lebih dari 500
0
C maka kelayakan
konversi Ethylbenzene menjadi Styrene lebih terjamin.
o Dari konsep konversi kesetimbangan, sebaiknya temperatur reaktor
dioperasikan pada temperatur lebih dari 600
0
C, tetapi hal-hal seperti angka
percepatan reaksi, terjadinya cracking dari Ethylbenzene menjadi Benzene,
pembentukan Toluene dari Ethylbenzene, Hidrogen yang merupakan reaksi
pemanasan dari konversi pada semua temperatur harus menjadi pertimbangan.
o Pemakaian katalis untuk pembentukan Styrene dengan Dehidrogenasi adalah
penting, pada temperatur lebih dari 600
0
C dapat menyebabkan percepatan
Dehidrogenasi Ethylbenzene menjadi Styrene.
o Temperatur operasi reaktor diatur pada temperatur 600
0
C < T < 650
0
C
dengan katalis pada proses dehidrogenasi yang mungkin menghasilkan gas
inert.

Anda mungkin juga menyukai