Anda di halaman 1dari 17

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl Arjuna Utara No.

6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF OBSTETRI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

Nama Mahasiswa : Rismeiniar Yuniar Pattisina NIM Dr. Pembimbing : 102012145 : dr. Iaman, SpOG

Tanda Tangan

IDENTITAS PASIEN Nama Lengkap : Ny. T Usia : 18 tahun Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jln. Balai Rakyat Dalam No.28 RT 05/03, Kelurahan Tugu Selatan Jenis kelamin : Perempuan Suku Bangsa : Betawi Agama : Islam Pendidikan : SMP Tanggal masuk : 10 Maret 2014

IDENTITAS SUAMI Nama Lengkap : Tn. H Usia : 24 tahun Alamat : Jln. Balai Rakyat Dalam No.28 RT 05/03, Kelurahan Tugu Selatan Pekerjaan : Buruh Lepas Pendidikan : SMA Agama : Islam

A. ANAMNESIS Diambil dari Autoanamnesis, tanggal 3 Maret 2014

Keluhan Utama: Keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS

Keluhan Tambahan Nyeri di bagian bawah perut

Riwayat Kehamilan Sekarang: Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS. Darah yang keluar awalnya sedikit namun darah yang keluar menjadi banyak berwarna merah gelap. Pasien sudah 2x ganti pembalut. Pasien juga merasa nyeri perut bawah sejak 2 jam SMRS. Pasien tidak merasa pusing atau pun mual-muntah. Pasien mengatakan ini merupakan kehamilannya yang pertama, belum pernah melahirkan sebelumnya dan belum pernah keguguran.

Riwayat Kehamilan Dahulu 1) Hamil ini

Riwayat Penyakit Dahulu: Hipertensi, Asma, alergi, DM, penyakit jantung, dan riwayat kejang disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga: Keluarga dengan riwayat Abortus (-) Hipertensi, Asma, alergi, DM, penyakit jantung, dan riwayat kejang disangkal.

Riwayat Haid Menarche HPHT TP UK : usia 13 tahun, haid teratur, GP 2x/hari, lamanya 6 hari, tidak nyeri : 22 Oktober 2013 : 9 Agustus 2014 : 17 minggu
2

PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis : Keadaan umum : Tampak sakit berat Kesadaran TTV : Compos Mentis : Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi Tinggi Badan Berat Badan Kesan Gizi Mata THT Leher Jantung Paru Abdomen Ekstremitas : 150 cm : 51 kg : cukup : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : KGB ttm, Tiroid ttm : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop () : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/: striae gravidarum (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri ketok (-) : akral hangat, sianosis (-), edema (-) : 88 x/menit RR : 22 x/menit Suhu : 36,6 oC

Status Obstetrik Pemeriksaan Luar Palpasi Tinggi fundus uteri : pertengahan simphisis dan pusat Leopold I Leopold II Leopold III Leopold IV DJJ : ballotement (+) :::: tidak ditemukan

Pemeriksaan Dalam I VT : perdarahan pervaginam (+) : portio tebal dan lunak, antefleksi, pembukaan 1 cm, tidak teraba jaringan, massa/nyeri adneksa (-), cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

PEMERIKSAAN PENUNJANG (-)

RESUME Wanita usia 18 tahun dengan G1P0A0 hamil 17 minggu datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS. Pasien sudah 2x ganti pembalut. Pasien juga merasa nyeri perut bawah sejak 2 jam SMRS. Pasien tidak merasa pusing atau pun mual-muntah. Ini merupakan kehamilannya yang pertama dan belum pernah keguguran. HPHT : 22 November 2013, TP: 29 Agustus 2014. Menurut HPHT usia kehamilan 17 minggu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV normal, konjungtiva anemis -/-, TFU : pertengahan antara simphisis dan pusat, DJJ : tidak ditemukan, VT: portio tebal dan lunak, antefleksi, pembukaan 1 cm, tidak teraba jaringan, massa/nyeri adneksa (-), cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

DIAGNOSA KERJA G1P0A0 hamil 17 minggu dengan abortus insipien

PENATALAKSANAAN 1. Rencana USG 2. IVFD RL 20 tpm 3. Observasi KU, kesadaran, TTV 4. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu dan janin serta rencana tindakan

FOLLOW UP 3 Maret 2014 pukul 06.00 WIB S : Nyeri terasa semakin kuat di perut bagian bawah, perdarahan (+) semakin banyak dan keluar gumpalan-gumpalan darah berwarna merah kecoklatan. O : TD : 110/70 mmHg Nadi : 82 x/ menit Mata : konjungtiva anemis -/4

Suhu : 36,4 oC RR : 22 x/menit

VT : portio tebal lunak, antefleksi, pembukaan 3 cm, teraba jaringan. Laboratorium (tanggal 3 Maret 2014) Hematologi Lengkap Hemoglobin : Hematokrit : Leukosit Trombosit : : 11.4 gr/dl 34 % 9600 /uL 257.000/uL

A : G1P0A0 H 17 minggu dengan abortus inkomplit P : Rencana USG IVFD RL 20 tpm

3 Maret 2014 pukul 09.45 WIB S : Masih terasa nyeri pada bagian bawah perut, perdarahan (+) O : TD : 110/70 mmHg Nadi : 88 x/menit RR : 22 x/menit Suhu : 36,5 oC

Dilakukan USG hasil kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi A : G1P0A0 H 17 minggu dengan abortus inkomplit P : Kuret

Laporan kuret Kandung kencing dikosongkan oleh penderita sendiri Pasien dalam posisi litotomi Diberikan pronalges supp 100 mg ke anus Diberikan SA 0,25 mg dan diazepam 5 mg secara iv bolus perlahan-lahan Dilakukan antisepsis pada daerah genitalia eksterna, vagina dan serviks Dipasang spekulum sims atas dan bawah, selanjutnya serviks dipresentasikan dengan tenakulum. Sonde uterus masukkan ke dalam cavum uteri sejauh 10 cm. Dilakukan kuretase dengan sendok kuret hingga cavum uteri bersih dari jaringan sisa konsepsi. Perdarahan + 100 cc
5

Kuretase selesai

3 Maret 2014 pukul 10.45 WIB (post kuret) S : masih terasa ngilu pada daerah bagian bawah perut, pusing (-) O : TD : 110/70 mmHg Nadi : 92 x/menit adekuat Kontraksi uterus baik A : P0A1 post kuret a/i abortus inkomplit P : Bactesyn 3 x 375 mg Methergin 2 x 0,125 mg Tramadol 2 x 50 mg RR : 21 x/menit Suhu : 36,2 oC

TINJAUAN PUSTAKA

Perdarahan pervaginam pada kehamilan muda adalah perdarahan yang terjadi sebelum kehamilan 22 minggu. Kehamilan normal biasanya tidak disertai dengan perdarahan pervaginam, tetapi terkadang banyak wanita mengalami episode perdarahan pada trimester pertama kehamilan. Darah yang keluar biasanya segar (merah terang) atau berwarna coklat tua (coklat kehitaman). Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi menetap selama beberapa hari atau secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar.

ABORTUS A. Definisi Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar kandungan. Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sedang menurut WHO/FIGO adalah jika kehamilan kurang dari 22 minggu, bila berat janin tidak diketahui.

B. Etiologi Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu: 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah: Kelainan kromosom Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi, dan kelainan kromosom seks. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga menyebabkan pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Pengaruh dari luar Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat

mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
7

2. Kelainan pada plasenta Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun. 3. Faktor maternal Beberapa penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, misalnya: a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. b. Malnutrisi, anemia berat, avitaminosis dan gangguan metabolisme, kekurangan vitamin A,C, atau E. c. Penyakit berat seperti decompensasio cordis, penyakit paru berat, anemia gravis, diabetes mellitus. d. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dll. e. Kelainan alat kandungan: Retrofleksi uteri, mioma uteri, hipoplasia uteri.

C. Patologi Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi, atau fetus papiraseus.

D. Klasifikasi Abortus dapat digolongkan atas dasar : 1. Abortus Spontan Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus imminens Ancaman akan terjadi abortus. Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan pervaginam pada kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus (hidup atau mati) dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan dari : Terjadinya perdarahan melalui ostium eksternum dalam jumlah sedikitsedikit. Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali. Tanda-tanda akut abodomen (-). Uterus membesar, sebesar tuanya kehamilan. Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup. Tes kehamilan (+)

Terapi - Pasien harus diobservasi. Cek Hb. - Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang. - Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi kerentanan otot-otot rahim. - Diberikan obat-obatan simptomatik: antiemetik (vit B6, ondansentron,dll). Vitamin, Asam Folat. - Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati. - Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. - Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu.

Abortus insipiens Abortus sedang berlangsung. Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Kehamilan sulit untuk dipertahankan. Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan pervaginam yang banyak dengan kontraksi makin lama makin kuat dan sering, serviks terbuka, besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif. Terapi Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplet. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara digital yang dapat disusul dengan kerokan. Memberi antibiotik sebagai profilaksis

Missed abortion Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama 8 minggu. Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan mengecil, biasanya tidak diikuti tandatanda abortus seperti perdarahan sedikit-sedikit berwarna coklat, pembukaan serviks masih kecil, dan tes kehamilan dapat (+) atau (-) tergantung fungsi trofoblas.

10

Terapi Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu Infus intravena oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai dengan 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 10 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.

Abortus habitualis merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut-turut. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi kehamilan berakhir sebelum mencapai usia 28 minggu. Etiologi abortus habitualis yaitu : - Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan patologis. - Kesalahan-kesalahan pada ibu yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan

progesterone sesudah korpus luteum atrofi. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnadiol dalam urin. Selain itu juga bergantung pada gizi ibu (malnutrisi), kelainan anatomis dalam rahim, hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/vili terganggu dan fetus menjadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus antagonisme.

11

Terapi Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat, istirahat yang cukup, larangan koitus, dan olah raga. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau Mac Donald (cervical cerclage)

Abortus infeksiosa & Septik Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia. Abortus septic adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritonium. Infeksi dalam uterus/sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplet dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Diagnosis abortus infeksius ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital seperti suhu tubuh meningkat, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar lembek, serta nyeri tekan dan dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat atau kadang menggigil, demam tinggi, dan penurunan tekanan darah.

Terapi Tingkatkan asupan cairan Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah. Tidak langsung dilakukan kuretase karena dapat menyebabkan penyebaran kuman secara hematogenik. Kecuali bila keadaan perdarahan yang sangat banyak, dapat dilakukan kuretase disertai pemberian antibiotik dosis tinggi. Penanggulangan infeksi: a) Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta b) Chloromycetin 4 x 500 mg c) Cephalosporin 3 x 1
12

d) Sulbenicilin 3 x 1-2 gram Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam untuk pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrosis yang bertindak sebagai medium perkembangbiakan kuman. Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi. Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan histerektomi total secepatnya.

Abortus inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa konsepsi tertinggal dalam uterus. Perdarahan abortus ini dapat banyak sekali dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan. Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan yang banyak disertai kontraksi, kanalis servikalis masih terbuka, dan sebagian jaringan keluar.

Terapi Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau Ringer Laktat yang disusul dengan ditransfusi darah. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus. Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.

Abortus kompletus Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sebagian besar telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan pervaginam sedikit, ostium serviks menutup, dan tidak ada sisa konsepsi dalam uterus.

13

Terapi - Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti Sulfas Ferosus atau transfusi darah. - Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi. - Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.

2. Abortus Provakatus (induced abortion) Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi: Abortus Medisinalis (abortus therapeutica) Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Abortus Kriminalis Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

E. Gejala Klinis Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mual-muntah, mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan positif. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta suhu badan normal atau meningkat. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus. Pemeriksaan ginekologi 1. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.

14

2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. 3. Colok vagina : porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

F.

Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium Darah Lengkap Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik. LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi. Tes Kehamilan Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari -hCG secara prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik). 2. Ultrasonografi USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu. Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5- 6 minggu). Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.

G.

Komplikasi Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok. 1. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. 2. Perforasi

15

Perforasi uterus dapat terjadi akibat komplikasi tindakan kuretase terutama pada uterus dalam posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi. 3. Infeksi Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis. 4. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Perdarahan Pervaginam Pada Kehamilan Muda.Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/Chapter%20II.pdf, diakses tanggal 5 Maret 2014. 2. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. Komplikasi akibat langsung kehamilan. Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 1998. h. 209-45. 3. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2009. h. 459-91. 4. Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.Obstetri Patologi.Bandung: Elstar Offset; 1984. h. 7-17, 38-42. 5. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius; 2007.

17

Anda mungkin juga menyukai