Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA SANTRI MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI DI PONDOK PESANTREN AL MUBAROK MEDONO PEKALONGAN

Siti Asadah Hijriwati, Dwi Edi Wibowo, Benny Diah Madusari dan Anwar Fauzan UNIKAL Pekalongan
Abstrak Pendidikan pesantren mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu lebih mengutamakan pendidikan agama/mengkaji kitab kuning. Demikian juga dengan Pesantren Al. Mubarok di Medono Pekalongan, yang menerapkan pendidikan tradisional pesantren yang masih relevan dan mengadopsi system baru. Seperti halnya pesantren pada umumnya, kewirausahaan merupakan pondasi untuk menghidupi pesantren dan mendidik santri untuk mandiri dalam hal ekonomi. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah penyuluhan/pendidikan, wawancara, observasi dan aplikasi. Hasil yang dicapai adalah pemahaman santri dan pengasuh pondok terhadap hukum perkawinan nasional, budidayan lele dan jamur tiram serta ketrampilan dasar mengetik sepuluh jari dan mengelola data menggunakan komputer dan internet. Meskipun telah mengenal dunia informasi teknologi yang dibuktikan dengan penggunaan web dan email untuk alamat pondok, namun aturan ketat diterapkan untuk para santri, dengan tujuan kedisiplinan santri tetap terjaga. Kata Kunci: Pesantren, Teknologi

A. PENDAHULUAN Pesantren merupakan institusi yang banyak dipuji orang, khususnya masyarakat muslim. Namun di saat yang sama sering pula mendapat kecaman dan dilabelkan sebagai institusi yang banyak menghambat kemajuan Islam. Belum diketahui secara persis pada tahun berapa pesantren pertama kali muncul sebagai pusat-pusat pendidikan agama di Indonesia. Pesantren yang paling lama di Indonesia adalah Pesantren Tegalsari di Jawa Timur. Pesantren ini didirikan pada akhir abad ke-18, walaupun sebetulnya pesantren di Indonesia mulai banyak bermunculan pada akhir abad ke-19. Perkembangan Islam di Pekalongan yang memiliki slogan sebagai Kota Santri juga ditandai dengan munculnya banyak pesantren sebagai pusat belajar dan pengkajian ajaran Islam. Salah satu pesantren yang ada adalah Pesantren Al-Mubarok yang berlokasi di Jalan Setia Bhakti gang Pondok No. 166 Medono Kota Pekalongan. Pesantren ini dirintis dan dibangun oleh Almaghfurlahu Kiai Anshor bin Abd. Lathif bin Sayir bin Hasan. Berawal dari satu dua santri hingga kemudian bertambah banyak, yang kemudian membawa konsekuensi memikirkan sarana prasarana termasuk bangunan asrama dan sebagainya. Pesantren ini mempunyai visi sebagai lembaga

pendidikan yang unggul dalam ilmu pengetahuan agama maupun dalam ilmu

Siti Asadah Hijriwati, Dwi Edi Wibowo, Benny Diah Madusari dan Anwar Fauzan

19

DIAN MAS, Volume 2 Nomor 1 April 2013

pengetahuan umum diharapkan menghasilkan kader santri yang taqwa, berbudi pekerti luhur, cerdas, terampil, percaya diri, berkepribadian kuat, mampu mengembangkan diri dan mampu mengembangkan umat manusia seutuhnya serta bertanggungjawab terhadap masyarakat. Sistem pendidikan yang dijalankan di pesantren ini masih melestarikan tradisi lama yang masih baik dan relevan dengan mengadopsi tradisi atau sistem baru yang lebih baik dan lebih relevan. Materi pendidikan yang dikembangkan bercirikan

perpaduan antara literature klasik dan kontemporer. Klasik sebagai acuan pokok yang telah terbukti keabsahan dan keberkahannya, sedangkan kointemporer sebagai upaya memudahkan santri dalam melakukan kontekstualisasi. Tujuan yang hendak di capai dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: 1. Perubahan sikap dan perilaku dalam bidang hukum positif Indonesia 2. Santri dan pengasuhnya memahami dan dapat mempraktekkan cara budidaya lele pada lahan terbatas. Lebih lanjut diharapkan berdiri usaha budidaya ikan lele di lingkungan pesantren: 3. Santri dan pengasuhnya memahami dan dapat mempraktekkan cara budidaya jamur tiram putih. Lebih lanjut diharapkan berdiri usaha budidaya jamur tiram putih di lingkungan pesantren: 4. Santri memahami dan dapat mengoperasikan program Ms Office dan berinternet

B. SUMBER INSPIRASI

Melihat sistem pendidikan yang diterapkan, prosentase pendidikan agama lebih besar diberikan, sedangkan pengenalan teknologi dan pengetahuan lainnya sangat

sedikit. Hal ini memunculkan permasalahan tersendiri bagi para santri apabila mereka akan hidup dimasyarakat, karena hanya berbekal ilmu agama saja. Melalui program Ipteks bagi Masyarakat, kami mencoba untuk mengenalkan teknologi aplikatif yang mudah diterapkan sebagai bekal berwirausaha selepas mereka menempuh pendidikan di pesantren.

20

Siti Asadah Hijriwati, Dwi Edi Wibowo, Benny Diah Madusari dan Anwar Fauzan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Santri Melalui Aplikasi Teknologi

C. METODE Metode yang digunakan adalah pengamatan/observasi, wawancara,

pendidikan,penyuluhan dan aplikasi. Pemilihan metode yang disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan. Dengan pengamatan dan wawancara didapatkan data santri dan kebutuhan pesantren. Dengan metode ini para santri dan pengasuhnya tidak merasa menjadi obyek kegiatan, tapi sebagai subyek kegiatan karena mereka dilibatkan dalam pengambilan keputusan terutama untuk menentukan jadwal kegiatan. Metode pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman mengenai teknologi yang akan diaplikasikan yaitu budidaya lele pada lahan terbatas menggunakan media kolam terpal, budidaya jamur tiram putih dengan kubung sederhana, komputer program Ms. Office dan pengenalan internet serta pemahaman hukum positif dan perkoperasian. Kegiatan dilakukan dalam bentuk penyuluhan dan dialog interaktif serta praktek untuk pelatihan komputer dan

pembuatan demplot untuk budidaya lele dan jamur tiram putih. Model ini dilakukan agar para santri sebagai peserta bisa langsung praktek dan mengerjakannya sendiri dipandu tim pengabdi. Dengan demikian pelatihan yang diberikan tidak hanya berhenti diatas selembar kertas catatan, namun langsung bisa terlihat hasilnya.

D. KARYA UTAMA Dalam kegiatan pelaksanaan pengabdian ini, tim mengalami hambatan waktu kegiatan adalah bulan

kegiatan. Hambatan ini muncul karena awal

Ramadhan sehingga tim harus menunda pelaksanaan kegiatan sampai setelah syawalan. Hambatan lain adalah jadwal menyesuaikan dengan kegiatan kegiatan pesantren sangat padat dan tim harus mereka. Oleh karena itu disepakati kegiatan

dilaksanakan pada hari jumat saat para santri libur. Kegiatan dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu: a. Sosialisasi Program Sosialisasi program dilakukan pada tanggal 23 September 2010 di rumah pengasuh pesantren, diikuti oleh para ustad pengasuh pesantren dan para santri. Tidak banyak santri yang mengikuti sosialisasi karena saat itu masih dalam suasana lebaran sehingga masih banyak santri yang belum kembali ke pesantren setelah berlibur.

Siti Asadah Hijriwati, Dwi Edi Wibowo, Benny Diah Madusari dan Anwar Fauzan

21

DIAN MAS, Volume 2 Nomor 1 April 2013

b. Pelaksanaan Kegiatan 1). Pelatihan dan Pembuatan Demplot Budidaya Lele Pada Lahan Terbatas serta Budidaya jamur Tiram Putih. Kegiatan ini dilakukan pada hari yang bersamaan, yaitu tanggal 8 Oktober 2010. Santri dikelompokkan menjadi dua, satu kelompok mengikuti pelatihan dan pembuatan demplot budidaya Lele pada lahan terbatas dan satu kelompok lagi mengikuti pelatihan dan pembuatan demplot budidaya jamur tiram putih 2). Pelatihan Komputer Pelatihan komputer dilakukan pada setiap hari minggu dimulai pada jam 13.00, diikuti sebanyak 20 santri. Jumlah peserta pelatihan memang dibatasi hanya 20 orang santri mengingat fasilitas PUSKOM Universitas Pekalongan hanya untuk 24 orang saja. Pelatihan dilakukan selama 9 tatap muka. 3). Penyuluhan hukum Penyuluhan hukum dilakukan pada waktu setelah sholat Jumat, namun tidak setiap hari Jumat kami bisa melakukan kegiatan ini, karena terbentur dengan rutinitas kampus lainnya. Pemilihan tema penyuluhan kami diskusikan dengan pengasuh pondok mengenai hukum positif apa yang perlu disampaikan. Pihak pesantren sangat antusias dengan program ini sehingga mereka meminta kami untuk bisa selalu mendampingi mereka dalam pemahaman hukum positif. c. Monitoring Monitoring dilakukan dengan tujuan untuk melihat perkembangan kegiatan yang telah dilakukan, khususnya kegiatan fisik, yaitu demplot budidaya lele pada lahan terbatas dan budidaya jamur tiram putih. Monitoring dilakukan oleh tim secara bergantian seminggu sekali. Secara umum, dari kegiatan ini peserta mendapatkan mengenai; 1). Budidaya lele pada lahan terbatas 2). Budidaya jamur tiram putih 3). Microsoft Office dan internet 4). Beberapa hukum positif Indonesia yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. tambahan pengetahuan

22

Siti Asadah Hijriwati, Dwi Edi Wibowo, Benny Diah Madusari dan Anwar Fauzan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Santri Melalui Aplikasi Teknologi

E. ULASAN KARYA Melaksanakan kegiatan pengabdian di Pesantren merupakan tantangan

tersendiri. Hal ini karena pesantren mempunyai kekhasan tersendiri dalam pergaulan maupun pendidikan serta cara pandang terhadap dunia luar. Wirausaha

/eunterpreunership bukanlah hal yang asing di lingkungan pesantren, namun bagi pesantren yang belum begitu besar seperti halnya pesantren Al-Mubarok di Medono Pekalongan ini sangat perlu sentuhan teknologi dan diversifikasi jenis usaha.

Pengetahuan mengenai hukum positif dan teknologi informatika juga sangat diperlukan oleh santri dan pengasuh pesantren dalam rengka menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara serta menjalankan usaha. Oleh karena itulah tim pengabdi memberikan materi-materi sebagai berikut: a. Penyuluhan Hukum Perkawinan Materi yang diberikan adalah Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang merupakan undang-undang perkawinan nasional. Dalam undangundang ini terkandung prinsip-prinsip atau asas-asas mengenai perkawinan, yaitu: 1). Tujuan perkawianan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. 2). Suatu perkawianan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masingmasing agamanya dan kepercayaannya itu, dan dsamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3). Asas monogami, hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum dan agama dari yang bersangkutan mengizinkannya, seorang suami dapat beristri lebih dari seorang, dengan persyaratan tertentu dan diputuskan oleh pengadilan. 4). Untuk dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir dengan perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat, maka undang-undang menentukan batas minimal usia kawin baik bagi pria maupun bagi wanita, yaitu 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita. Di samping itu perkawinan mempunyai hubungan dengan masalah kependudukan.Ternyatalah bahwa batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk kawin, mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batas umur yang lebih tinggi.

Siti Asadah Hijriwati, Dwi Edi Wibowo, Benny Diah Madusari dan Anwar Fauzan

23

DIAN MAS, Volume 2 Nomor 1 April 2013

b. Budidaya Ikan Lele dalam Pekarangan Terbatas 1) Persiapan Lahan ( terpal plastik, bambu, papan , paku) 2) Penebaran Benih Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari dengan kepadatan 200-300 ekor/m2, berukuran 1-3 cm per ekornya. Penebaran harus dilakukan dengan hati-hati agar benih lele tidak mengalami stres. Jika benih yang akan ditebarkan berasal dari tempat yang jauh, sebelum ditebarkan harus diadaptasikan terlebih dahulu sebagaimana yang dilakukan pada penebaran benih yang didederkan di kolam jaring 3) Perawatan Selama pemeliharaan lele diberi pakan tambahan untuk mempercepat proses pertumbuhan. Pakan tambahan berupa tepung pelet sebanyak 3-5% dari jumlah total benih yang dipelihara. Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu pagi, sore dan malam ari. Agar pakan lebih efisien dan efektif, sebaiknya diberikan dengan cara membiasakan disatu atau tempat, misalnya dibagian pojok kolam. 4) Panen Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan: Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 20 gr/ekor. Pada lele dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemelharaan ditambah hingga 5-6 bulan, akan mencapai erat 1-2 kg dengan panjang 6070 cm c. Budidaya Jamur Tiram Putih di Pekarangan Pesantren 1) Syarat Tumbuh: Budidaya jamur tiram dapat dilakukan secara optimal sepanjang tahun pada dataran yang letaknya 550m 800m dpl, suhu untuk pertumbuhan, antara 200C - 300C dan kelembaban 80%-85%. 2) Rumah Jamur Dibangun dengan ukuran 4m x 4,5m dengan tinggi 3m. Berdinding pagar dari anyaman bambu untuk memberi sirkulasi udara dengan lantar berpasir untuk menjaga kelembaban saat penyiraman.

24

Siti Asadah Hijriwati, Dwi Edi Wibowo, Benny Diah Madusari dan Anwar Fauzan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Santri Melalui Aplikasi Teknologi

3) Penumbuhan Miselium Media tanam yang baru diinokulasi dengan bibit F-2, diinkubasikan dengan posisi bag log berdiri, ditata dalam ruang dengan suhu 2700C 300C Tumbuhnya miselium pada media tanam ditandai adanya benang-benang putih diseluruh permukaan dan dalam media tanam. Bila pertumbuhan miselium telah mencapai 90-95% bag log disusun mendatar pada rak-rak kubung/rumah jamur dan tutup bag log /cincin dibuka Penumbuhan tubuh buah jamur dibutuhkan suhu 220C 260C dan

kelembaban 90%-94%. Oleh karena itu dilakukan penyiraman seperti hujan dalam ruang kubung dan dasar kubung 4) Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari pada musim kemarau dan satu kali saja pada musim hujan. Penyiraman dilakukan keseluruh ruangan kubung dan lantai kubung. Pengkabutan dilakukan pada waktu pertumbuhan tunas dan tubuh buah, agar suhu sekitar bag log menjadi lebih rendah 5) Panen Dilakukan 3-4 hari setelah tunas tubuh jamur tumbuh dan berkembang menjadi tubuh buah maksimal, dilakukan dengan cara mencabut tubuh buah jamur dan akarnya. d. Pelatihan Komputer program MS Office. Komputer dan teknologi informasi bukanlah hal baru di lingkungan pesantren ini, namun pengelola pesantren sangat membatasi dalam hal pemakaian teknologi informasi, khususnya internet. Menurut pengasuh pesantren, pembatasan ini dimaksudkan agar para santri tetap disiplin dalam belajar ilmu agama dan tidak terlena dengan teknologi. Meskipun demikian, tim pengabdi memandang

pengetahuan mengenai teknologi informasi sangat penting untuk diketahui dan dikuasai para santri. Berkaitan dengan hal tersebut, terlebih dahulu diberikan

pengetahuan komputer dan pelatihan ketrampilan mengetik dan mengolah data menggunakan komputer. Ketrampilan ini sangat mendukung santri dan pengasuh pondok dalam mengelola pesantren mereka. Para santri sangat antusias dalam

menjalani pelatihan ini sampai selesai.

Siti Asadah Hijriwati, Dwi Edi Wibowo, Benny Diah Madusari dan Anwar Fauzan

25

DIAN MAS, Volume 2 Nomor 1 April 2013

F. KESIMPULAN Dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan, kami dapat mengambil kesimpulan, bahwa aplikasi teknologi pada kehidupan di pesantren sangat penting dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia di pesantren, baik pengetahuan untuk perubahan sikap (pemahaman hukum positif), maupun berupa ketrampilan-ketrampilan. pengetahuan praktis

G. DAFTAR PUSTAKA (1) Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004 (2) Burhanuddin S., SHI., M.Hum., Prosedur Mudah mendirikan Koperasi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2010 (3) http://teknis.budidaya.blogspot (4) http://dkp.id (5) Profil Pondok Pesantren Al Mubarok , Buaran, Pekalongan (6) Sudarsono, S.H., M.Si., Drs., Hukum Perkawinan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2005 (7) Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (8) Wigati istuti dan Siti Nurbana, Budidaya Jamur Tiram, Info Teknologi Pertanian No. 88 tahun 2006, Penerbit Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

H. PENGHARGAAN Kegiatan IPTEK Bagi Masyarakat (IBM) di Pondok Pesantren Medono Pekalongan terlaksana atas dukungan DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Oleh karena itu Tim Pengabdi mengucapkan terima kasih kepada Direktur P2M Dirjen Dikti, Ketua LPPM Universitas Pekalongan, dan Pimpinan Pondok Pesantren Al Mubarok.

26

Siti Asadah Hijriwati, Dwi Edi Wibowo, Benny Diah Madusari dan Anwar Fauzan

Anda mungkin juga menyukai