Anda di halaman 1dari 10

IbPE PADA INDUSTRI BATIK DI LASEM KABUPATEN REMBANG Tahun ke 1 (tahun 2011)

Muhammad Asrori1), Noor Suroija2)


1)

Jurusan Akuntansi dan 2) Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang 50275 Email : asrori007@yahoo.com

Abstrak Program Ipteks bagi Pengembangan Produk Eksport ini merupakan salah satu kegiatan pengabdian kepada masyarakat DP2M DIKTI. Persoalan yang ditangani meliputi seluruh aspek bisnis UKM sejak dari bahan baku sampai ke pemasaran produk. Tujuan program IbPE : a). Memacu pertumbuhan ekspor produk Indonesia, b). Meningkatkan kualitas produk UKM dan pemasaran dalam merebut peluang ekspor, c).Mempercepat alih teknologi dan manajemen PT ke masyarakat industri, d).Mengembangkan proses link and match antara perguruan tinggi, Pemda dan masyarakat luas. Permasalahan UKM Mitra : a). Aspek sumber daya manusia : keterbatasan ketrampilan membatik baik dari sisi kuantitas dan kualitas (pembatik rata rata sudah berusia tua sehingga perlu regenerasi), b). Aspek produksi : terbatasnya penyediaan bahan baku, masih terbatasnya penciptaan desain produk baru, terbatasnya alat untuk membatik (ditambah/diganti) alat baru, terbatasnya teknologi pewarnaan, belum seriusnya penanganan limbah produksi., c). Aspek pemasaran : promosi masih belum optimal (termasuk display produk yang masih kurang tertata) dan jangkauan pemasaran masih terbatas (terbatas pulau jawa) jangkauan ke antar pulau atau ke manca negara masih belum optimal dan masih menggunakan pihak ke 3., d). Aspek administrasi manajemen keuangan/akuntansi, perpajakan, eksport import : Masih minimnya pemahaman dan penerapan penataan manajemen keuangan yang baik, termasuk masalah anggaran, perpajakan, perbankan, e). Aspek hukum usaha : masih minimnya pemahaman proses perijinan usaha dan patent. Metode yang diterapkan dalam program ini adalah : a). Pelatihan , b). Pendampingan, c) Rekayasa/ pembuatan alat/ desain, d). Monitoring dan feed back. Kegiatan yang telah direalisasikan dalam tahun 1 adalah : a). Pelatihan dan praktek ketrampilan membatik, b). Pelatihan dan praktek penciptaan desain baru dan pewarnaan serta penerapan teknologi tepat berupa pembuatan alat gledekan dan lorodan, c). Penataan/ penanganan limbah pabrik, d). Pelatihan dan praktek manajemen : keuangan/akuntansi, anggaran, perpajakan dan mengikuti pameran. Luaran pada tahun 1 adalah : a). Peningkatan kuantitas dan kualitas produk melalui perbaikan proses produksi batik lasem dengan pelatihan membatik (I) dan penerapan teknologi tepat (I) b). Penataan lingkungan pabrik dengan pengelolaan limbah yang baik (dengan tingkat pencemaran turun 10 % - 20%), c). Melakukan peningkatan penataan manajemen UKM melalui pelatihan manajemen keuangan/ akuntansi/ perpajakan, manejemen pemasaran. d). Melakukan promosi melalui penataan show room, mengikuti pameran (lokal, regional), e). Peningkatan pangsa pasar sebanyak 10 % dibanding sebelum tahun I Kata kunci : IbPE, tujuan, realisasi kegiatan, luaran.

A. PENDAHULUAN Program pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia selama ini telah membawa hasil berupa kemajuan di segala bidang serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa pencapaian hasil pembangunan tersebut dalam

Muhammad Asrori, Noor Suroija

119

DIAN MAS, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2013

kenyataannya belum merata dan belum dapat dirasakan oleh sebagian masyarakat Indonesia terutama yang berada di wilayah wilayah yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal. Sesuai data yang ada , dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Indonesia terdapat 190 daerah (kabupaten) yang masih tergolong daerah tertinggal, termasuk diantaranya 15 kabupaten yang ada di pulau jawa. Ketertingggalan daerah tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain letak geografis yang relative terpencil dan sulit dijangkau, potensi sumberdaya alam yang relative kecil , kualitas sumberdaya yang relative kurang, kondisi infrastruktur yang kurang memadai , atau daerah tersebut merupakan daerah rawan bencana alam atau rawan terjadi konflik sosial. Di jawa tengah terdapat 3 kabupaten yang termasuk kategori daerah tertinggal yaitu kabupaten Rembang. Pengembangan usaha kecil dan menengah merupakan dasar dalam

perekonomian dalam upaya perbaikan perekonomian nasional karena sebagian besar usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil dan menengah yang banyak menyerap tenaga kerja dan memanfaatkan sumber daya domestik. Diantara usaha kecil dan menengah, usaha batik mempunyai karakteristik yang sangat khusus, dan telah merupakan Kebudayaan Indonesia yang tetap bertahan secara konsisten. Dengan pengaruh motif daerah tertentu, batik berkembang dan menyebar terutama di Pulau Jawa, misalnya yang dikenal dengan Batik Pekalongan, Kedungwuni, Surakarta, Yogyakarta, Lasem dan Madura. Sementara itu sampai saat ini batik dengan motif kedaerahan semakin berkembang secara nasional. Kota kecamatan Lasem terletak 12 km arah timur Ibukota Kabupaten Rembang berbatasan dengan Laut Jawa sebelah Utara luasnya 45,04 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 44.879 orang (Pemda Rembang). Di kota ini juga terdapat sentra industri batik kendatipun tidak setenar batik produksi Solo, Jogja atau Pekalongan. Namun kehadiran Batik Lasem merupakan kebanggaan sendiri bagi penduduk kota nelayan ini. Batik produksi Lasem bercorak khas dengan warna merah darah ayam yang konon tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah lain. Kekhasan lain Batik Lasem ini terletak pada coraknya yang merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa, budaya lokal masyarakat pesisir utara Jawa Tengah serta Budaya Keraton Solo dan Yogyakarta.

120

Muhammad Asrori, Noor Suroija

IbPE pada Industri Batik di Lasem Kabupaten Rembang

Batik Lasem bisa bersaing dengan batik Solo karena motifnya yang unik dan pernah diekspor ke Suriname. Tabel 1. Sektor usaha batik di Lasem. No 1 Spesifikasi Pengusaha batik Jumlah (orang) 30 1873

2 Buruh / Tenaga kerja pembatik Sumber : Fedep kabupaten Rembang, 2009

Menurut data diatas disebutkan bahwa jumlah pengusaha batik (khususnya yang masuk dalam kluster batik) berjumlah 30 pengusaha, dengan jumlah tenaga kerja berkisar 1873 orang. Dari jumlah tenaga kerja tersebut , komposisi jumlah tenaga kerja wanita dan pria berbanding 80% : 20%, sedangkan usia tenaga kerja yang berusia diatas 45 tahun berkisar 70 % dan dibawah 45 tahun sekitar 30%. Pendidikan mereka paling tinggi rata rata lulusan SLTA. Belakangan ini ada perkembangan menarik, Pemda Rembang mulai menaruh perhatian. Misalnya karyawan waktu tertentu mulai memakai batik khas Lasem. Sebelum krisis ekonomi terjadi ada sekitar 140 pengusaha batik. Setelah krisis, kini tinggal sekitar 30 orang. Selain itu perlu dilakukan regenerasi pembatik. Regenerasi tidak sebatas anak muda mau terjun ke dunia batik, tetapi perlu transfer ilmu dan skill batik khas Lasem. Para pembuat batik perlu juga dibantu jaringan pemasarannya. Selama ini batik Lasem dipasarkan di kawasan Lasem, Surabaya, Tuban, Semarang, Pekalongan sampai Jakarta. Melalui pihak ketiga/perantara batik lasem juga sudah dikirim/ dijual diluar negeri. Pengusaha belum optimal melakukan upaya untuk menembus pasar eksport secara mandiri. Setelah batik Indonesia diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO, pasar batik di tingkat internasional terbuka lebar. Dengan demikian peningkatan kuantitas dan kualitas produk serta profesionalisme dibidang pengelolaan manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, pemasaran menjadi tuntutan yang tak terelakkan.

Profil Mitra dan kondisi existing mitraUKM: UKM yang bermitra dalam program IbPE dipilih dari 3 anggota kluster batik Lasem yang berjumlah 30 anggota.

Muhammad Asrori, Noor Suroija

121

DIAN MAS, Volume 2 Nomr 2 Oktober 2013

Tabel 2. Profil dan kondisi existing mitraUKM


Spesifikasi dan kondisi existing mitra Nama pemilik Pengalaman usaha Bahan Baku (Suplai, Mutu, Alternatif sumber) Pusaka Beruang Santoso Hartono 5 tahun Suply bahan baku berasal dari sentra batik(jogja, pekalongan,solo). Suply diusahakan sendiri oleh UKM. Untuk kain mori hanya 2 jenis mutu bahan : primissima dan prima. Nama UKM Dampo Awang Mashum Ahadi 4 tahun Suply bahan baku berasal dari sentra batik (jogja, pekalongan,solo). Suply diusahakan sendiri oleh UKM Untuk kain mori hanya 2 jenis mutu bahan : primissima dan prima. Peralatan yang digunakan (lihat tabel 5) Jumlah peralatan utama yang dimiliki saat ini Gledekan (2 buah), Lorodan (4 buah), Press Batik (2 buah), Meja gambar (4 buah), dengan kapasitas produksi per bulan sekitar 1500 unit. Dengan proses (lihat tebel 3).Nilai investasi lebih kurang Rp 150.000.000,Proses layout produksi (lihat gambar). Pewarnaan menggunakan bahan kimia. Penanganan limbah poduksi belum tertata baik. Mutu produk batik akan tergantung dari bahan dan proses yang dilakukan. Selama tidak ada komplain dari konsumen jaminan mutu sudah dianggap terpenuhi. Jenis produk yang dihasilkan berupa batik tulis dg jumlah produksi berkisar 1500/ bulan dengan berbagai macam spesifikasi serta desain/motif yang masih terbatas Perencanaan produksi (pengembangan motif dilakukan oleh pemilik dengan kemampuan yang terbatas),, akuntansi/pembukuan dilakukan secara sederhana, manajemen keluarga, HKI tidak Gunung Bugel A.Rifai 3 tahun Suply bahan baku berasal dari sentra batik (jogja, pekalongan,solo). Suply diusahakan sendiri oleh UKM Untuk kain mori hanya 2 jenis mutu bahan : primissima dan prima. Peralatan yang digunakan (lihat tabel 5) Jumlah peralatan utama yang dimiliki saat ini Gledekan (2 buah), Lorodan (4 buah), Press Batik (2 buah), Meja gambar (4 buah), dengan kapasitas produksi per bulan sekitar 1000 unit. Dengan proses (lihat tebel 3).Nilai investasi lebih kurang Rp 100.000.000,Proses layout produksi (lihat gambar). Pewarnaan menggunakan bahan kimia. Penanganan limbah poduksi belum tertata baik. Mutu produk batik akan tergantung dari bahan dan proses yang dilakukan. Selama tidak ada komplain dari konsumen jaminan mutu sudah dianggap terpenuhi. Jenis produk yang dihasilkan berupa batik tulis dg jumlah produksi berkisar 1000/ bulan dengan berbagai macam spesifikasi serta desain/motif yang masih terbatas Perencanaan produksi (pengembangan motif dilakukan oleh pemilik dengan kemampuan yang terbatas),, akuntansi/pembukuan dilakukan secara sederhana, manajemen keluarga, HKI tidak

Produksi (Peralatan, Kapasitas, In process control, Nilai investasi)

Peralatan yang digunakan (lihat tabel 5). Jumlah peralatan utama yang dimiliki saat ini Gledekan (5 buah), Lorodan (5 buah), Press Batik (5 buah), Meja gambar (10 buah), dengan kapasitas produksi per bulan sekitar 3000 unit. Dengan proses (lihat tebel 3). Nilai investasi lebih kurang Rp 400.000.000,Proses (Lay-out, Proses layout produksi Jaminan mutu produk) (lihat gambar). Pewarnaan menggunakan bahan kimia. Penanganan limbah poduksi belum tertata baik. Mutu produk batik akan tergantung dari bahan dan proses yang dilakukan. Selama tidak ada komplain dari konsumen jaminan mutu sudah dianggap terpenuhi. Produk (Jenis, Jumlah, Jenis produk yang Spesifikasi) dihasilkan berupa batik tulis dg jumlah produksi berkisar 3000/bulan dengan berbagai macam spesifikasi serta desain/motif yang masih terbatas Manajemen Perencanaan produksi (Production planning, (pengembangan motif Accountingdilakukan oleh pemilik Bookkeeping, dengan kemampuan yang Auditing, Perpajakan, terbatas), Pola manajemen, akuntansi/pembukuan dilakukan secara HKI, Inventory) sederhana, manajemen keluarga, HKI tidak

122

Muhammad Asrori, Noor Suroija

IbPE pada Industri Batik di Lasem Kabupaten Rembang

Pemasaran (Pasar, Teknik pemasaran, Harga jual produk, Konsumen)

SDM (Kualifikasi dan jumlah, Peluang training)

Fasilitas (Ruang administrasi, Ruang produksi, Ruang penyimpanan, Show room, Akses ke Jalan raya, Listrik, Telekomunikasi)

Finansial (Modal, Cash-flow, IRR)

menjadi focus perhatian terkait dengan desain yang diciptakan. Pasarnya meliputi konsumen domestic dan luar negeri, Cara penjualannya (lihat tabel 5). Penjualan keluar negeri dilakukan oleh pihak ketiga. Adapun harga jual (lihat tabel 4). Harga jual tergantung dari bahan, motif dan warna. Kualifikasi SDM dengan jumlah dan komposisi : 100 TK (80% wanita). Dari komposisi SDM yang ada maka pengembangan / training sangat diharapkan Ruang administrasi belum tertata baik/ belum ada tempat khusus, ruang produksi/ penyimpanan belum tertata baik karena masih menyatu dengan aktivitas rumah tangga. Ada show room dengan lay out yang belum tertata. Akses jalan raya mudah (jalan besar) . Listrik dan sarana tekomunikasi tersedia dan mudah. Pemodalan sekitar 75% adalah modal sendiri dan sisanya 25% dari pinjaman bank, Cash flow cukup lancar, tidak terlalu mempengaruhi aktivitas. Penyusunan anggaran masih lemah, demikian pula pemahaman masalah perpajakan dan perbankan.

menjadi focus perhatian terkait dengan desain yang diciptakan. Pasarnya meliputi konsumen domestic dan luar negeri, Cara penjualannya (lihat tabel 5). Penjualan keluar negeri dilakukan oleh pihak ketiga. Adapun harga jual (lihat tabel 4). Harga jual tergantung dari bahan, motif dan warna. Kualifikasi SDM dengan jumlah dan komposisi : 30 TK (90% wanita). Dari komposisi SDM yang ada maka pengembangan / training sangat diharapkan Ruang administrasi belum tertata baik/ belum ada tempat khusus, ruang produksi/ penyimpanan belum tertata baik karena masih menyatu dengan aktivitas rumah tangga. Ada show room dengan lay out yang belum tertata. Akses jalan raya relative mudah (jalan kampung) . Listrik dan sarana tekomunikasi tersedia dan mudah Pemodalan sekitar 75% adalah modal sendiri dan sisanya 25% dari pinjaman bank, Cash flow cukup lancar, tidak terlalu mempengaruhi aktivitas. Penyusunan anggaran masih lemah, demikian pula pemahaman masalah perpajakan dan perbankan. .

menjadi focus perhatian terkait dengan desain yang diciptakan. Pasarnya meliputi konsumen domestic dan luar negeri, Cara penjualannya (lihat tabel 5). Penjualan keluar negeri dilakukan oleh pihak ketiga. Adapun harga jual (lihat tabel 4). Harga jual tergantung dari bahan, motif dan warna. Kualifikasi SDM dengan jumlah dan komposisi : 20 TK (90% wanita). Dari komposisi SDM yang ada maka pengembangan / training sangat diharapkan Ruang administrasi belum tertata baik/ belum ada tempat khusus, ruang produksi/ penyimpanan belum tertata baik karena masih menyatu dengan aktivitas rumah tangga. Ada show room dengan lay out yang belum tertata. Akses jalan raya relative mudah (jalan kampung) . Listrik dan sarana tekomunikasi tersedia dan mudah Pemodalan sekitar 75% adalah modal sendiri dan sisanya 25% dari pinjaman bank, Cash flow cukup lancar, tidak terlalu mempengaruhi aktivitas. Penyusunan anggaran masih lemah, demikian pula pemahaman masalah perpajakan dan perbankan.

Catatan : Kondisi existing masing masing UKM relatif sama.

Pola hubungan kerja antar kelompok UKM yang akan bermitra adalah merupakan anggota kluster batik lasem dan UKM yang dipilih dipandang dapat mewakili anggota kluster dan dipandang dapat sebagai motivator bagi anggota kelompok kluster yang lain.

Muhammad Asrori, Noor Suroija

123

DIAN MAS, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2013

B. SUMBER INSPIRASI Permasalahan UKM Mitra 1. Aspek sumber daya manusia : keterbatasan ketrampilan membatik baik dari sisi kuantitas dan kualitas (pembatik rata rata sudah berusia tua sehingga perlu regenerasi) 2. Aspek produksi : terbatasnya penyediaan bahan baku, masih terbatasnya penciptaan desain produk baru, terbatasnya alat untuk membatik (ditambah/diganti) alat baru, terbatasnya teknologi pewarnaan, belum seriusnya penanganan limbah produksi. 3. Aspek pemasaran : promosi masih belum optimal (termasuk display produk yang masih kurang tertata) dan jangkauan pemasaran masih terbatas (terbatas pulau jawa) jangkauan ke antar pulau atau ke manca negara masih belum optimal dan masih menggunakan pihak ke 3. 4. Aspek administrasi manajemen keuangan/akuntansi, perpajakan, eksport import : Masih minimnya pemahaman dan penerapan penataan manajemen keuangan yang baik, termasuk masalah anggaran, perpajakan, perbankan. 5. Aspek hukum usaha : masih minimnya pemahaman proses perijinan usaha dan patent. C. METODE Metode yang diterapkan 1. Pelatihan yaitu memberikan materi untuk memberikan pemahaman sesuai objek, tujuan dan output yang diharapkan. 2. Pendampingan yaitu memberikan bimbingan, arahan didalam aktivitas yang dilakukan sesuai objek, tujuan, output dan target luaran yang diharapkan. 3. Rekayasa/ pembuatan alat/ desain berupa pembuatan desain dan produk teknologi tepat guna sesuai objek, tujuan, output dan target luaran yang diharapkan. 4. Monitoring dan feed back dan evaluasi adalah memonitor dan memberikan masukan sebelum pelaksanaan program, pada saat pelaksanaan program, dan setelah kegiatan berlangsung dalam rangka mengantisipasi dan memberikan masukan agar kendala yang dihadapi dapat ditanggulangi dan tidak berulang pada kegiatan berikutnya.

124

Muhammad Asrori, Noor Suroija

IbPE pada Industri Batik di Lasem Kabupaten Rembang

D. KARYA UTAMA 1. Pembuatan peralatan. Tujuan Macam alat : Menambah peralatan membatik : 1). Gledekan 2). Lorodan 3).Almari/ tempat pamer batik (foto alat dan bukti serah terima terlampir) Waktu pelaksanaan : Bulan ke 6 s.d bulan ke 8 Target : Bertambahnya peralatan untuk menambah kapasitas produksi sebanyak 3 unit. Capaian : 100 % tercapai.

2. Pembuatan sarana limbah batik Tujuan Macam sarana Target : Mengatasi persoalan limbah produksi batik : Bak pengolahan limbah batik (lihat gambar) : Teknologi pengelolaan limbah agar lebih baik (aman bagi kesehatan dan lingkungan) dan tingkat pencemaran turun 10%- 20%. Capaian : Bak limbah sudah terealisir dan tingkat pencemaran sesuai target capaian. 3. Pelatihan-Pelatihan a. Pelatihan ketrampilan membatik /membuat (desain) batik. Tujuan : Dipahami dan dipraktekannya tata ketrampilan membatik dan membuat desain batik didalam UKM masing-masing Macam kegiatan Materi pelatihan : Pelatihan : Dasar dasar membatik, dasar dasar membuat desain, Desain dari berbagai sumber, desain batik Lasem dan pengembangnnya. Target Capaian : Peserta dapat menerapkan hasil pelatihan : Dalam triwulan ke 3, peserta telah dapat menerapkan hasil pelatihan dengan membuat desain batik baru. b. Pelatihan manajemen keuangan/akuntansi. Tujuan : Dipahami dan dipraktekannya tata keuangan/ akuntansi didalam UKM masing-masing Macam kegiatan : Pelatihan

Muhammad Asrori, Noor Suroija

125

DIAN DIAN MAS, MAS, Volume Volume 2 2 Nomor Nomor 2 2 Oktober Oktober 2013 2013

Materi

: Sesi pertama adalah

menjelaskan tentang manajemen

keuangan, meliputi manajemen keuangan keluarga dan perusahaan, selain itu juga mengajarkan peserta bagaimana membuat perencanaan keuangan dan

operasionalisasinya..Pada sesi kedua, para peserta diminta mempraktekkan pengetahuan dari sesi pertama dengan cara membuat rencana keuangan usaha untuk satu bulan. Target : Peserta dapat menerapkan prinsip prinsip manajemen keuangan/ akuntansi di UKM nya. Capaian : Dalam triwulan ke 3 . UKM telah melakukan pembenahan administrasi keuangan / akuntansi dengan melakukan pencatatan terdokumentasi. c. Pelatihan manajemen Perpajakan Tujuan : Dipahami dan dipraktekannya tata perpajakan didalam UKM masing-masing. Macam kegiatan Materi : Pelatihan : Beberapa materi yang disampaikan pada pelatihan perpajakan antara lain Ketentuan Umum tentang perpajakan, Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (PPh WP OP), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) & dan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan (PPh WP Badan). Target : Peserta dapat menerapkan tata perpajakan (menghitung s.d membayarnya) Capaian : Dalam triwulan ke 3, UKM telah melakukan pembenahan tata perpajakan dengan melakukan pencatatan

terdokumentasi. d. Pelatihan manajemen pemasaran Tujuan : Dipahami dan dipraktekannya tata manajemen pemasaran didalam UKM masing-masing. Macam kegiatan : Pelatihan

126

Muhammad Asrori, Noor Suroija

IbPE pada Industri Batik di Lasem Kabupaten Rembang

Materi

: Membuka wawasan supaya mereka dapat merubah mind set pemasaran (lebih mengembangkan diri tidak sekedar berpikir tradisional dalam hal pemasaran)

Target

: Peserta terbuka wawasannya untuk mengembangkan batik lasem dari aspek pemasarannya melalui berbagai cara dan mendia yang ada.

Capaian

: Dalam triwulan ke 3 , UKM telah trik trik pemasaran melalui pameran , promosi dsb

E. ULASAN KARYA Solusi yang ditawarkan selama 3 tahun : Tabel 3 : Solusi yang ditawarkan
Solusi Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Pelatihan dan praktek Implementasi Implementasi Aspek Sumber Daya Manusia : keterbatasan ketrampilan pelatihan dan praktek peningkatan pelatihan ketrampilan membatik baik membatik ketrampilan ketrampilan dari sisi kuantitas dan kualitas membatik membatik (pembatik rata rata sudah berusia tua sehingga perlu regenerasi) Aspek Produksi : terbatasnya Pelatihan dan praktek Implementasi Peningkatan pelatihan dan praktek implementasi penyediaan bahan baku, masih penciptaan desain terbatasnya alat dan penciptaan baru dan pewarnaan penciptaan desain pelatihan dan praktek desain produk baru, serta penerapan baru dan pewarnaan penciptaan desain terbatasnya teknologi teknologi tepat. serta penerapan baru dan pewarnaan pewarnaan, belum seriusnya Penataan/ penanganan teknologi tepat. serta penerapan penanganan limbah produksi. limbah pabrik teknologi tepat. Aspek pemasaran : promosi Pelatihan dan praktek Implementasi Peningkatan masih belum optimal manajemen pelatihan dan praktek implementasi (termasuk display produk yang pemasaran, penataan manajemen pelatihan dan praktek masih kurang tertata) dan show room dan pemasaran (termasuk manajemen jangkauan pemasaran masih mengikuti pameran menggunakan web pemasaran (termasuk terbatas (terbatas pulau jawa) dan e-comerce), menggunakan web jangkauan ke antar pulau atau penataan show room dan e-comerce),, ke manca negara masih belum dan mengikuti penataan show room optimal dan masih dan mengikuti pameran menggunakan pihak ke 3. pameran Pelatihan dan praktek Implementasi Peningkatan Aspek administrasi manajemen : pelatihan dan praktek implementasi manajemen keuangan/ keuangan/akuntansi, administrasi pelatihan dan praktek akuntansi, perpajakan, eksport import : Masih anggaran, perpajakan, manajemen, termasuk administrasi minimnya pemahaman dan ijin usaha, eksportpembuatan soft ware manajemen termasuk penerapan penataan import, HKI bidang pendampingan aspek manajemen keuangan yang keuangan/akuntansi administrasi baik, termasuk masalah dan pendapingan manajemen anggaran, perpajakan, bidang administrasi keuangan/akuntansi/p perbankan, HKI manajemen, HKI erpajakan, ekportimport, HKI Permasalahan Ket (UKM) 1,2,3

1,2,3

1,2,3

1,2,3

Muhammad Asrori, Noor Suroija

127

DIAN MAS, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2013

Target Luaran Tabel 4. Target Luaran yang diharapkan


Tahun I Rencana luaran a. Peningkatan kuantitas dan kualitas produk melalui perbaikan proses produksi batik lasem dengan pelatihan membatik (I) dan penerapan teknologi tepat (I) b. Penataan lingkungan pabrik dengan pengelolaan limbah yang baik (dengan tingkat pencemaran turun 20 %). c. Melakukan peningkatan penataan manajemen UKM melalui pelatihan manajemen keuangan/ akuntansi/ perpajakan, manejemen pemasaran. d. Melakukan promosi melalui penataan show room, mengikuti pameran (lokal, regional) e. Peningkatan pangsa pasar sebanyak 10 % dibanding sebelum tahun I

F. KESIMPULAN Dari aktivitas tahun 1 dapat disimpulkan bahwa rencana program yang telah disusun dalam tahun 1 telah dilaksanakan sesuai rencana dan target luaran dapat tercapai. Namun demikian ada beberapa kendala yang timbul dalam pelaksanaan program ini a). Perlu penyesuaian skedul pelaksanaan dikarenakan mundurnya pencairan anggaran kegiatan. b). UKM masih melaksanakan kegiatan usahanya dengan alur uasaha keluarga, sehingga dalam tata manajemen dan administrasinya belum profesional sehingga perlu merubah mind set para pemiliknya. Adapun saran yang dapat disampaikan adalah bahwa a). kiranya dana dapat cair lebih tepat waktu, sehingga kegiatan dapat dilakukan sesuai skedul, b) Perlu pendampingan lebih intens dalam pelaksanaan program dalam merubah tata manajemen dan administrasi menuju peusahaan yang modern c). perlu koordinasi dengan instansi terkait lebih intens dalam mendukung implementasi program dan keberlanjutan program.c). Sesuai skedul pelaksanaan pada tahun pertama , maka UKM masih memerlukan tindak lanjut program pada tahun tahun berikutnya. G. DAFTAR PUSTAKA (1) Kotler Philip, Manajemen Pemasaran (terjemahan), edisi 5, Erlangga, 2000 (2) Kumpulan artikel/ diskusi dari Fedep (forum econonic development), Dinas Perindustrian dan Perdagangan, kabupaten Rembang 2010

128

Muhammad Asrori, Noor Suroija

Anda mungkin juga menyukai