Anda di halaman 1dari 4

Perubahan Perilaku Perubahan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni perubahan perilaku secara kuantitatif dan perubahan

perilaku secara kualitatif. Perubahan perilaku secara kuantitatif Merupakan perubahan frekuensi perilaku yang sedang berjalan. Misalnya seseorang yang biasanya merokok satu pak sehari menjadi dua pak sehari atau sebaliknya, kemudian contoh yang lain misalnya seorang ibu yang awalnya menimbang anaknya ketika dia memiliki waktu saja kemudian menjadi setiap bulan menimbang anaknya ke posyandu. Perubahan perilaku secara kualitatif Menyangkut kejadian dimana terjadi pembentukan perilaku baru atau menghilangkan perilaku yang sudah ada. Misalnya seorang bayi berhenti merangkak dan mulai berjalan, seseorang pindah dari satu agama ke agama lain. Perubahan perilaku secara kualitatif dan kuantitatif ini tidak terpisah satu sama lain, ada interaksi antara keduanya. Misalnya, Seseorang yang tadinya hanya sesekali minum alkohol sekali-sekali saja dalam pesta, berubah menjadi beberapa kali sehari dan dilakukan setiap hari, hal ini berarti selain terjadi perubahan secara kuantitatif, terjadi perubahan secara kualitatif yakni dari yang tadinya bukan seorang peminum menjadi peminum. Menurut Matthews, perubahan perilaku terjadi karena tiga unsur yang berpengaruh yakni kegiatan yang dilakukan akan bisa mencapai tujuan yang dicapai atau tidak, pentingnya tujuan tersebut menurut yang bersangkutan, dan sarana maupun usaha yang diperlukan itu. Pendapat lain tentang perubahan perilaku ini yakni dengan adanya

cognitive dissonance menurut seorang ahli bernama Leon Festinger. Cognitive dissonance itu sendiri merupakan adanya suatu gangguan keseimbangan tentang kemantapan pengertian yang sudah dimiliki seseorang. Hal ini akan timbul jika seseorang menghadapi hal-hal yang baru. Orang tersebut akan berusaha mengembalikan keseimbangannya melalui suatu proses rationalisasi dengan mengubah pengertian, sikap atau perilaku. Tetapi jika pengertian atau sikap atau

perilaku yang sudah ada dengan yang baru memiliki perbedaan yang terlalu besar, cara untuk mengembalikan keseimbangan dengan cara menolak yang baru. Misalnya, di suatu desa masyarakatnya percaya bahwa penyebab demam itu gangguan setan. Hal ini sudah mantap di kalangan masyarakat tersebut. Kemudian datang seorang petugas kesehatan. Petugas tersebut mengatakan bahwa penyebab demam itu kuman penyakit. Disini terjadi gangguan keseimbangan tentang penyebab demam, pengertian baru dan lama. Beda pengertian ini disebut cognitive dissonance. Pengertian kuman menurut masyarakat sangat sulit dan mereka tidak bisa membayangkan wajah kuman tersebut. Sedangkan setan, mereka bisa

membayangkan wajahnya yang seram. Disini, pengertian lama dengan yang baru memiliki perbedaan yang terlalu besar, hingga masyarakat menolak bahwa demam disebabkan oleh kuman. Tetapi jika kemudian petugas kesehatan tadi tidak menyangkal pendapat masyarakat dan mengatakan bahwa setan penyebab demam namanya kuman yang bisa dilihat melalui kaca pembesar dan mencari manusia dengan mengendarai nyamuk, maka perbedaan pengertian yang lama dengan yang baru tidak besar, sehingga masyarakat masih bisa menerima pengertian tersebut. Apalagi kemudian petugas kesehatan tersebut bisa menunjukkan melalui mikroskop. Menurut Kelman, ada 3 cara perubahan perilaku yakni: 1. Karena terpaksa Dalam hal ini, seseorang mengubah perilakunya karena mengharapkan: Memperoleh imbalan baik materi maupun non materi. Contoh imbalan materi seperti ibu-ibu yang tadinya tidak mau ikut KB kemudian ikut KB karena ada peraturan bahwa bagi ibu-ibu yang ikut KB akan memperoleh bibit kelapa hibrida dan dapat keringanan harga jika berbelanja di pasar swalayan. Contoh imbalan non materi seperti ibuibu yang ikut KB akan mendapat penghargaan dari presiden. Memperoleh pengakuan dari kelompoknya. Contohnya seseorang yang baru masuk ke dalam suatu kelompok atau lingkungan dimana mencuci tangan sebelum makan sudah menjadi suatu norma, maka ia

akan ikut juga melakukan hal tersebut agar tidak dicemooh kelompok tersebut, tidak malu, dan agar memperoleh pengakuan dari kelompok tersebut. Terhindar dari hukuman. Contohnya orang yang tadinya membuang sampah sembarangan, mengubah kebiasaannya menjadi buang sampah di tempatnya karena ada peraturan bahwa siapa saja yang membuang sampah sembarangan akan didenda Rp 500.000, Tetap terpeliharanya hubungan baik dengan yang menganjurkan perubahan perilaku tersebut. Contohnya seorang ibu membawa bayinya ke puskesmas atas anjuran ibu bidan, karena ia ingin memelihara hubungan baik dengan ibu bidan dan tidak ingin mengecewakannya. 2. Karena ingin meniru atau ingin dipersamakan Pada cara ini seseorang mengubah perilakunya karena ingin disamakan dengan seseorang yang dikaguminya. Misalnya anak-anak dianjurkan gosok gigi setiap akan tidur malam harinya, anjuran itu dituangkan dalam bentuk poster seorang bintang kecil terkenal yang sedang gosok gigi. Anak-anak akan cepat mengikuti anjuran tersebut karena mereka ingin dipersamakan dengan bintang kecil tersebut. 3. Karena menyadari manfaatnya Perubahan benar-benar mendasar, benar-benar menjadi bagian hidupnya. Perubahan cara ini umumnya lestari. Menurut Lewin, perubahan perilaku berangsung dalam lima fase yakni: 1) Fase pencairan. Individu mulai mempertimbangkan penerimaan terhadap perubahan, dsalam keadaan siap menerima perubahan sikap dasar, motivasi dan tingkah laku. 2) Fase diagnosa masalah. Individu mulai mengidentifikasikan kekuatankekuatan baik yang mendukung perlunya perubahan atau yang menentang perubahan itu. Dan menganalisa kekuatan-kekuatan itu kemana ia diarahkan dan bagaimana.

3) Fase penentuan tujuan. Jika masalahnya telah dipahami, individu mulai menentukan tujuannya sesuai dengan perubahan yang diterimanya. 4) Fase tingkah laku baru. Pada fase ini individu mulai mencoba dan membandingkan dengan perilaku yang telah dilakukan. 5) Fase pembekuan ulang. Jika perubahan dianggap berguna kemudian diasimilasikan menjadi pola tingkah laku yang permanen.

Anda mungkin juga menyukai