Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI

Deddy Purnomo R,MT

PENDAHULUAN
PENGERTIAN PERUSAHAAN

Menurut UU No. 3 /1982 Psl (1) tentang Wajib Daftar Perusahaan : Setaip bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus, bekerja serta berkedududkan di wilayah Indonesia dengan tujuan mencari keuntungan. Menurut Kepmenaker No. Kep-150/Men/2000 : Perusahaan adalah : a. Setiap bentuk usaha yang memperkerjakan pekerja dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang tidak berbentuk perusahaan tetapi mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah, kecuali usaha-usaha sosial yang pembiayaannya tergantung subsidi pihak lain dan lembaga-lembaga sosial milik lembaga diplomatik Berdasarkan pengertian di atas maka pengertian perusahaan dapat diketahui melalui unsur-unsur di dalam perusahaan, diantaranya adalah : Terus menerus atau tidak terputus-putus Secara terang-terangan Dalam kedudukan tertentu Menyerahkan barang-barang Mengadakan perjanjian Berusaha memperoleh keuntungan

PENDAHULUAN (samb)
PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI

Definisi dari perusahaan jasa konstruksi sebenarnya tidak ditemukan di dalam peraturan perundang-undangan, tetapi sebagai dari masyarakat apabila mendengar istilah konstruksi pada dasarnya selalu diidentikkan dengan alat-alat berat. Seperti buldozer. Tractor, molen, dan lain sebagainya. Di Indonesia perkembangan industri jasa konstruksi memberikan harapan akan terpenuhinya tujuan dan kriteria pembangaunan sektor industri : Menggunakan relatif banyak tenaga kerja dibandingkan dengan tenaga mesin Banyak menggunakan bahan baku dalam negeri untuk proses produksinya Banyak melibatkan pengusaha ekonomi dengan modal yang terbatas yang berperan sebagai sub kontraktor, supplier, dan sebagainya.

HUBUNGAN KERJA
Menurut Imam Soerpomo : Suatu hubungan antara seorang buruh dengan majikan, hubungan kerja hendaknya menunjukkan kedudukan kedua pihak itu yang pada dasarnya menggambarkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban buruh terhadap majikan serta hak-hak dan kewajibankewajiban majikan terhadap buruh. Menurut Ridwan Halim dan Sri Subiandini Gultom : Adanya hubungan perburuhan atau hubungan kerja yang sebenarnya merupakan pengejawantahan dari adanya hubungan saling perlu dan saling tukar bantu antara pihak pengupah/penggaji (majikan) yang memerlukan bantuan pihak lain untuk memudahkan pekerjaannya dengan pihak pekerja yang memerlukan penghasilan. Menurut RUU Pasal 1 angka 15 : Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah. Pihak-pihak yang terlibat langsung dalam hubungan kerja : Pihak majikan (perusahaan) yang bila bersekutu dalam jumlah tertentu dapat membentuk organisasi pengusaha Pihak buruh/pekerja, yang dalam jumlah minimum 10 orang dapat membentuk organisasi pekerja/buruh Pihak Pemerintah, sebagai penguasa (cq. Depnaker) yang bertugas mengatur, membimbing dan mengawasi pelaksanaan hubungan antara pihak-pihak tersebut

HUBUNGAN KERJA (samb)


3 masalah yang menjadi kerangka dasar dalam pelaksanaan hubungan kerja : Masalah pengadaan atau awal pelaksanaan suatu hubungan kerja dan berbagai seluk beluk yang terdapat di dalamnya Masalah pelaksanaan hubungan kerja itu sendiri berikut berbagai faktor yang terkait di dalamnya Masalah pemutusan hubungan kerja berikut berbagai persoalan yang berkaitan di dalamnya

DASAR HUKUM HUBUNGAN KERJA


Perlu adanya pemahaman mengenai hak-hak dasar tenaga kerja yang diatur dalam KUHPerdata dan Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan/perburuhan. Dimana KUHPerdata bersifat umum, sedangkan peraturan ketenagakerjaan bersifat khusus. Dalam peraturan ketenagakerjaan hak tenaga kerja lebih dikenal dengan istilah HAK NORMATIF. Hak tersebut di samping terdapat pada UU No. 14/1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (hak fundamental) juga terdapat dalam peratuan perundangan lainnya. Hak hak normatif tersebut meliputi : 1. Hak atas upah minimum 2. Hak atas kesehatan/syarat-syarat kerja Pembatasan jam kerja selama 7 hari dan 40 jam seminggu atau 8 jam sehari dan 40 jam seminggu Istirahat minimal 30 menit setelah bekerja 4 jam terus menerus, 1 hari selama bekerja 1 minggu, 2 minggu setelah bekerja 1 tahun terus menerus, dan 2 bulan setelah bekerja 6 tahun terus menerus Cuti haid selama 2 hari setiap bulan bagi tenaga kerja perempuan Cuti hamil/melahirkan selama 1,5 bulan sebelum dan sesudah melahirkan Menyusui pada jam-jam tertentu di lingkungan perusahaan (ada penitipan bayi) Hak cuti gugur kandungan sesuai surat keterangan dokter Pemeriksaan rutin di Poliklinik perusahaan, dan sebagainya

DASAR HUKUM HUBUNGAN KERJA (samb)


3. Hak atas keselamatan kerja hak ini diberikan dengan pemberian dan penyediaan alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja selama menjalankan pekerjaannya (misal : helm, sabuk pengaman, sarung tangan, masker, sepatu boot, jaringan pengaman, dan sebagainya) Hak atas jaminan sosial Hak ini diwujudkan dengan menjalankan peratauran sebagaimana yang di atur dalam UU No. 3/1992 dan peraturan pelaksanaannya. Hak atas tunjangan hari raya Setiap tenaga kerja yang bersatus tenaga kerja tetap atau setelah melewati masa percobaan berhak atas THR dengan besaran minimal 1 bulan upah. Hak berorganisasi Setiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota organisasi tenaga kerja sepanjang pembentukannya demokratis dan tidak ada pembatasan sepanjang dalam koridor UU No. 21/2000. Hak mogok Hak mogok adalah hak untuk tidak melakukan pekerjaan baik diwujudkan dengan tidak bekerja sama sekali ataupun bekerja tapi pelan, jika dianggap pihak perusahaan tidak memenuhi hak normatif yang berlaku atau berlaku sewenang-wenang terhadap tenaga kerja. Hak atas pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti rugi Hak ini diberikan dalam kaitannya terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang besarannya disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku

4.

5.

6.

7.

8.

DASAR HUKUM HUBUNGAN KERJA (samb)


Kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh tenaga kerja :
Mentaati isi peraturan perusahaan, perjanjian kerja dan kesepakatan kerja bersama Melakukan sendiri pekerjaannya, kecuali dengan ijin pengusaha/perusahaan untuk menyuruh orang lain melakukan pekerjaannya Mentaati tata tertib perusahaan apabila tinggal di rumah pemilik perusahaan Mengembalikan ganti rugi kepada perusahaan/pengusaha apabila melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak tanpa mencarikan pengganti dirinya yang memilki kualitas keterampilan atau keahlian yang sama.

Dasar hukum hubungan kerja pada umumnya dilandasi oleh : Peraturan perusahaan Perjanjian kerja Perjanjian perburuhan atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) Dengan catatan tidak isi dari perjanjian diatas tidak boleh mengesampingkan hak-hak normatif tenaga kerja.

Anda mungkin juga menyukai