Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

FORWARD MODELLING ANOMALI TOTAL MAGNETIK


UNTUK BENDA SESAR TIGA-DIMENSI
OLEH :
ZAINAL ABIDIN
NIM. G1B010017
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2014
DAFTAR ISI
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Batasan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.4 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.5 Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Metode Geomagnetik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.1.1 Gaya Magnetik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.1.2 Kuat Medan Magnet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.1.3 Suseptibilitas Kemagnetan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.1.4 Medan Magnet Utama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.1.5 Medan Magnet Lokal/Anomali . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.1.6 Medan Magnet Luar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.2 Sesar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.2.1 Sesar Geser (Strike-Slip Fault) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.2.2 Sesar Normal (Sesar Turun/Normal Fault) . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.2.3 Sesar Naik (Thrust Fault . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.3 Forward Modelling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.3.1 Formulasi Forward Modelling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
3 METODE PENELITIAN 14
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
3.2 Alat dan Bahan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
3.3 Prosedur Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
Daftar Pustaka 16
ii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Medan Utama dan komponen-komponenya (Telford, 1990) . . . . . . . . . . . 7
2.2 Medan magnet anomali (Telford, 1990) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.3 Sesar Geser (Razaq, 2013) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.4 Sesar normal/sesar turun (Razaq, 2013) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.5 Sesar naik (Razaq, 2013) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.6 Forward Modelling pada sumur bor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
3.1 Prosedur Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan data magnetik pada survey geosika sering digunakan pemrosesan data
dengan metode reduksi ke kutub, maksud pengolahan data ini untuk memberikan gambaran
bahwa data pengukuran lapangan (bukan daerah kutub) seolah-olah data akan dibawa kedaerah
kutub sehingga inklinasi 0
0
atau 90
0
yang akan menghasilkan anomali medan magnet total
berharga negatif atau positif saja (pola gaya berat), tidak seperti daerah lain yang mempunyai
anomali medan magnet total berharga positif dan negatif atau yang disebut dwikutub (Parasnis,
1979).
Karakteristik anomali magnetik total benda berbeda satu sama lain, berkesesuaian
dengan geometri benda penyebab anomaly, sehingga untuk mengetahui karakteristik anomali
benda tertentu, diperlukan pemodelan anomali magnetik totalnya. Benda yang termagnetisasi
berorientasi paralel terhadap sumbu x, y, dan z (Blakely, 1995), sehingga posisi benda anomali
dapat ditentukan pada sumbu-sumbu koordinat, dan perumusan untuk perhitungan anomali
magnetik totalnya dapat dihitung pada posisi grid lintasan di atas benda penyebab anomaly.
Dalam rangka untuk menentukan respon geosika khususnya respon anomali total
magnetik, maka perlu membuat simulasi pada komputer. Pada penelitian ini menjelaskan
proses pemodelan ke depan untuk menghitung komponen medan magnet benda berbentuk sesar.
Proses dapat diterapkan untuk skenario geologi secara umum. Dengan mengetahui posisi benda
anomali yang berbentuk sesar pada sumbu-sumbu koordinat dan parameter-parameter magnetik
lainnya, maka anomali total magnetik benda 3 dimensi yang berbentuk sesar tersebut dapat di-
hitung dengan menggunakan subroutine MBOX dan subroutine DIRCOS. Sehingga dapat di-
hitung anomali total medan magnetik dengan pendekatan benda yang dimanipulasi berbentuk
sesar 3 dimensi.
1
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana pola sebaran anomali total magnetik untuk benda yang
berbentuk sesar dengan Forward Modelling?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang mencakup pada penelitian ini adalah
1. Hanya membahas anomali total magnetik saja, sehingga tidak membahas koreksi-koreksi
anomali.
2. Sudut inklinasi benda maupun inklinasi bumi dibuat sama dengan asumsi bahwa benda
yang termagnetisasi hasil dari induksi medan magnet bumi
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pola sebaran anomali
total magnetik untuk benda yang berbentuk sesar dengan Forward Modelling.
1.5 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaatan sebagai berikut:
1. Dapat digunakan sebagai informasi tambahan dalam pemetaan geologi.
2. Diharapkan dapat mempermudah dalam memvisualisasikan sebaran magnetik untuk
benda patahan atau sesar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Geomagnetik
Metode Geomagnetik merupakan salah satu metode geosika yang memanfaatkan sifat ke-
magnetan batuan.Bumi yang dapat dipandang sebagai dipole (kutub utara dan selatan magnetik)
mempunyai medan magnet yang tidak konstan,artinya besar medan magnet tersebut berubah
terhadap waktu. hal ini terjadi karena adanya pembalikan kutub magnetik bumi.pada waktu
tertentu kutub positif berubah menjadi kutub negatif pada saat perubahan kutub kutub tersebut
dalam selang waktu tertentu harus melalui kondisi netral.
Pada umumnya peta anomali medan magnetik untuk geosika terapan biasanya medan to-
tal atau medan vertikal bersifat agak kompleks. Variasi medan lebih tak menentu dan terlokalisir
sebagai akibat dari medan magnetik dipole yang merupakan besaran vektor. Peta anomali mag-
netik menunjukkan sejumlah besar anomali residu yang merupakan hasil variasi yang besar
bagian mineral magnetik yang terkandung dalam batuan dekat permukaan. Sebagai akibat dari
hal-hal tersebut di atas, maka interpretasi yang tepat dalam metode geomagnetik relatif lebih
sulit.
Pengertian umum medan magnet bumi adalah medan atau daerah dimana dapat dideteksi
distribusi gaya magnet (Brooke, 1966, Champman dan Barttels, 1940). Pada tahun 1839 Gauss
pertama kali melakukan analisa harmonik dari medan magnet bumi untuk mengamati sifat-
sifatnya. Analisa selanjutnya yang dilakukan oleh para ahli mengacu pada kesimpulan umum
yang dibuat oleh Gauss yaitu :
1. Intensitas medan magnet bumi hampir seluruhnya dari dalam bumi
2. Medan yang teramati di permukaan bumi dapat didekati dengan persamaan harmonik
yang pertama berhubungan dengan potensial dua kutub di pusatbumi. Dua kutub Gauss
ini mempunyai kemiringan (menyimpang) kira-kira 11,5 0 terhadap sumbu geogras.
3
4
Komponen medan magnet yang berasal dari dalam medan bumi merupakan efek yang
timbul karena sifat inti bumi yang cair memungkinkan adanya gerak relatif antara kulit bumi
dengan inti bumi yang sering disebut dengan efek dynamo.
Variasi medan magnet yang hanya beberapa persen dari harganya yang timbul oleh aliran
arus di ionosfer yang menghasilkan medan magnet, dengan demikian induksi arus listrik alam
mengurangi komponen horisontal yang tergantung pada sifat kelistrikan kerak dan mantel bumi
(Brooke, 1966). Arus ionosfer pada prinsipnya berasal dari :
1. Fluktuasi harian sinar matahari dan pasang surut bulan yang menyebabkan bergeraknya
elektron bebas.
2. Variasi medan luar yang dihasilkan oleh aktivitas matahari, aliran partikel terionisasi yang
berasal dari emisi gas hydrogen dari matahari ditahan dynamo ionosfer dan akibatnya
menganggu medan magnet bumi (Oxford, 1965; Akasofu dan Champman, 1961).
2.1.1 Gaya Magnetik
Dalam kemagnetan dikenal dua jenis muatan, yaitu muatan positif dan muatan negatif.
Kedua muatan ini memenuhi hukum Coloumb. Muatan atau kutub yang berlawanan jenis akan
tarik menarik sedangkan muatan yang sejenis akan tolak menolak dengan gaya F. Dasar dari
metode magnetik adalah gaya Coloumb antara dua kutub magnetik m 1 dan m 2 yang terpisah
sejauh r dalam bentuk
F =
m
1
m
2
r
2
r (2.1)
dengan adalah permeabilitas magnetik. Sebagai catatan permeabilitas magnetik di dalam
ruang hampa adalah 4 x 10
7
w / A.m. F adalah gaya Coloumb (N), m
1
dan m
2
kuat kutub
magnet (A/m) dan r adalah jarak kedua kutub (m).
2.1.2 Kuat Medan Magnet
Kuat medan magnet adalah besarnya medan magnet pada suatu titik dalam ruang yang
timbul sebagai akibat dari sebuah kutub m yang berada sejauh r dari titik tersebut. Kuat medan
5
H didenisikan gaya persatuan kutub magnet, dapat ditulis sebagai
H =
F
m
2
=
m
1
r
2
r (2.2)
Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang digunakan dalam metode
magnetik. Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam batuan tersebut banyak dijumpai
mineral-mineral yang berisifat mangetik. Faktor yang mempengaruhi harga supseptibilitas bat-
uan adalah
1. Jenis batuan
2. Komposisi batuan
Berdasarkan harga kerentanan magnet Supseptibilitas bahan yaitu
1. Diamagnetik, yaitu mempunyai harga suseptibilitas negatif dan kecil.
2. Paramagnetik, yaitu mempunyai harga suseptibilitas positif da kecil.
3. Ferromagnetik, yaitu mempunyai harga suseptibilitas besar.
2.1.3 Suseptibilitas Kemagnetan
Kemudahan suatu benda magnetik untuk dimagnetisasi ditentukan oleh suseptibitas ke-
magnetan k dapat dirumuskan dengan persamaan berikut (Telford, 1990):
M = kH (2.3)
Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang digunakan dalam metode
magnetik. Berdasarkan harga suseptibilitas k, benda-benda magnetik dapat dikategorikan se-
bagai diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik. Diamagnetik adalah benda yang mempunyai
niai k kecil dan negatif. Paramagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai k kecil
dan positif. Sedangkan Ferromagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai k positif
dan besar.
6
2.1.4 Medan Magnet Utama
Medan magnet utama bersumber dari dalam bumi dan medan magnet ini berubah terhadap
waktu. Dalam teori magnetohidrodinamik yang dikemukakan oleh W.M. Elasasser dan E.C.
Bullard, dinyatakan di dalam inti bumi terdapat aliran uida yang terionisasi sehingga menim-
bulkan aksi dinamo oleh dirinya sendiri (Self-exiting dynamo action) yang dapat menimbulkan
medan magnet utama bumi (Untung, 2001).
Elemen medan magnet bumi, mempunyai tiga arah utama yaitu komponen arah utara,
komponen arah timur dan komponen ke arah bawah. Pada koordinat kartesian ketiga komponen
tersebut dinyatakan X, Y, Z. Elemen-elemen isinya adalah :
1. Deklinasi (D) adalah sudut utara magnet bumi dengan komponen horisontal yang dihitung
dari utara menuju timur (sudut antara utara geomagnetic dan utara geogras).
2. Inklinasi (I) adalah sudut antara medan magnet total dengan bidang horisontal yang dihi-
tung dari horisontal menuju ke bidang vertikal ke bawah (sudut antara bidang horizontal
dan vektor medan total).
3. Intensitas horisontal (H) adalah magnitudo dari medan magnet total pada arah horisontal
4. Medan magnet total (F) adalah magnitudo dari medan vektor magnet total
medan magnet utama sering juga dinyatakan dengan komponen medan vertikal Z dan komponen
horizontal h. Hubungan masing-masing komponen sebagai berikut :
h = T cos(I) (2.4)
X = hcos(D) (2.5)
Y = hsin(D) (2.6)
Z = T sin(I) (2.7)
F
2
= Z
2
+h
2
(2.8)
F
2
= Z
2
+X
2
+Y
2
(2.9)
7
Gambar 2.1: Medan Utama dan komponen-komponenya (Telford, 1990)
2.1.5 Medan Magnet Lokal/Anomali
Medan magnet lokal sering juga disebut medan magnet anomali (crustal eld). Medan mag-
net ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet seperti magnetik (Fe
7
S
8
),
titanomagnetik (Fe
2
TiO
4
) dan lain-lain yang berada di kerak bumi. Secara garis besar anomali
ini disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnet induksi. Medan magnet re-
manen mempunyai peranan yng besar pada magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan
magnetnya serta sangat rumit diamati karena berkaitan dengan peristiwa kemagnetan yang di-
alami sebelumnya. Sisa kemagnetan merupakan akibat dari magnetisasi medan utama.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan dari keduanya, bila arah
medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
besar, demikian pula sebaliknya . dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan
apabila anomali medan magnet kurang dari 25% medan magnet bumi. i adalah inklinasi dan
adalah deklinasi terhadap sumbu y.
Medan magnet dari volume sebuah benda magnetic adalah
B =C
m

R
M.
Q
1
r
dv (2.10)
M adalah magnetisasi dan r jarak dari titip pengamatan P ke elemen dv dari benda. C
m
ter-
8
Gambar 2.2: Medan magnet anomali (Telford, 1990)
gantung satuan yang digunakan. Dalam survey magnetic biasanya mengukur komponen madan
manet total atau salah satu komponen saja dari B. Anomali medan magnetic total didekati de-
ngan persamaan (Telford, 1990):
T =C
m

F
P

R
M.
Q
1
r
dv (2.11)
dengan

F adalah vector satuan dalam arah medan magnet regional (bumi)
2.1.6 Medan Magnet Luar
Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi .(aktitas matahari,badai magnetik)
yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari.
Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan
terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat. Beberapa
sumber medan luar antara lain :
1. Perubahan konduktivitas listrik lapisan atmosfer
2. Variasi harian dengan periode 24 jam yang berhubungan dengan pasan surut matahari.
3. Variasi harian dengan periode 25 jam yang berhubungan dengan pasang surut bulan.
4. Badai Magnetik yang bersifat acak.
9
2.2 Sesar
Sesar atau fault adalah rekahan yang mengalami pergerakan/ pergeseran struktur batuan yang
slip satu sama lain di sepanjang bidang atau zona rekahan. Terdapat beberapa sesar, diantaranya
adalah Sesar Geser (Strike-Slip Fault), Sesar Normal (Sesar Turun/Normal Fault), dan Sesar
Naik (Thrust Fault)
2.2.1 Sesar Geser (Strike-Slip Fault)
Sesar Geser (Strike-Slip Fault) adalah sesar transformasi yang pergerakannya secara horizontal.
Gambar 2.3: Sesar Geser (Razaq, 2013)
2.2.2 Sesar Normal (Sesar Turun/Normal Fault)
Pada sesar normal, kerak bumi pada kedua sisi saling menjauhi, sehingga sisi yang satu bergeser
ke bawah sisi yang lainnya. Sesar normal ini biasanya terjadi pada lempeng yang divergen
(saling menjauh)
Gambar 2.4: Sesar normal/sesar turun (Razaq, 2013)
10
2.2.3 Sesar Naik (Thrust Fault
Pada sesar naik, kerak bumi saling mendekati/menabrak satu sama lain. Sehingga sisi yang satu
bergeser ke atas dan menutupi sisi yang lain. Sesar naik biasanya terjadi pada lempeng yang
konvergen(Saling mendekati/menabrak) (Razaq, 2013).
Gambar 2.5: Sesar naik (Razaq, 2013)
2.3 Forward Modelling
Pemodelan maju telah menjadi teknik standar dalam beberapa disiplin ilmu geosika se-
lama lebih dari 30 tahun. Ada beberapa perangkat lunak komersial untuk pemodelan maju mag-
netik, misalnya IX2D (Interpex), ModelVision (Encom), MAG3D (UBC), Potensi (GEOSS)
dan lain-lain. Tujuan dasar pemodelan magnetik ke depan adalah untuk menciptakan model
dari batuan dasar dengan geometri tertentu dan sifat magnetik (kerentanan dan remanen) yang
menimbulkan medan magnet yang mirip dengan bidang yang diukur. Prosedur pemodelan dim-
ulai dengan memvisualisasikan prol yang diinginkan yang semdekati nilai data magnetik yang
ada. Dalam rangka untuk mengisolasi anomali yang akan dimodelkan (background) medan
magnet di daerah perkiraan, umumnya dengan analisis regresi. Setelah itu pemodelan benda
dibangun secara gras dan disesuaikan dengan properti magnetik benda. Pada Gambar 2.6. ini
adalah contoh forward modelling geologi sumur bor.
11
Gambar 2.6: Forward Modelling pada sumur bor
2.3.1 Formulasi Forward Modelling
Persamaan yang digunakan untuk menghitung berbagai komponen gravitasi atau medan
magnet dari prisma persegi panjang yang diringkas di bawah ini. Formula yang digunakan telah
didiskusikan dan diambil dari berbagai sumber, terutama Heath et al. (2004). Kerangka acuan
yang digunakan sama seperti di Zhang et a., (2000) dan Heath et al. (2004) Persamaan (2.12)
digunakan untuk menghitung respon gravitasi total prisma segi empat. Hal ini terdiri dari 3
komponen vektor yang ditunjukkan pada persamaan (2.13) sampai (2.15). Dalam persamaan
ini G adalah konstanta gravitasi universal dan m adalah massa prisma (Heath et al., 2004).
G
tgi
=
_
G
2
x
+G
2
y
+G
2
z
(2.12)
G
x
= Gm
_
Z X tan
1
_
Z
X
_
+X tan
1
_
YZ
XR
_
Zln(Y +R) Y ln(Z +R)
_
(2.13)
G
y
= Gm
_
Z Y tan
1
_
Z
Y
_
+Y tan
1
_
XZ
YR
_
Zln(X +R) X ln(Z +R)
_
(2.14)
G
z
= Gm
_
X Ztan
1
_
X
Z
_
+Ztan
1
_
YX
ZR
_
X ln(Y +R) Y ln(X +R)
_
(2.15)
Model untuk proses akuisisi komponen tensor dari medan gravitasi bumi saat ini saat
telah sedia cukup banyak (Dranseld et al. 2001, Hammond & Murphy 2003). Respon dari
12
komponen tensor prisma merupakan perbedaan komponen vektor lapangan (Blakely 1995).
Ada lima komponen independen dari lapangan, ditunjukkan pada persamaan (2.16) sampai
(2.20).
G
xx
= Gm
_
tan
1
_
YZ
XR
__
(2.16)
G
yy
= Gm
_
tan
1
_
XZ
YR
__
(2.17)
G
xy
= Gm(ln(Z +R)) (2.18)
G
xz
= Gm(ln(Y +R)) (2.19)
G
yz
= Gm(ln(X +R)) (2.20)
Respon magnetik yang sesuai dapat diturunkan dengan penerapan Hubungan Poisson
(Blakely 1995). Hubungan pendekatan Poisson menyatakan bahwa besarnya medan magnet
pada suatu titik sebanding dengan diferensial dari medan gravitasi pada saat yang bersamaan.
Arah diferensial merupakan arah respon medan magnet dan konstanta proporsionalitas atau
variabel yang berpengaruh terhadap respon magnetik adalah kerentanan magnetik dari objek,
kekuatan medan magnet induksi, massa objek, konstanta gravitasi universal, dan permeabilitas
magnetik.
Dengan mengganti differential tunggal dengan tiga derivatif parsial tertimbang maka
akan diperoleh analitis persamaan untuk respon magnetik dari prisma persegi panjang langsung
dari persamaan gravitasi. Dalam persamaan berikut Fe adalah respon gaya medan magnet, k
adalah kerentanan magnetik dari objek dan , dan mewakili tiga bobot yang tergantung
pada arah lapangan. Intensitas magnetik total ditunjukkan pada persamaan (2.21), dan tiga
komponen vektor dalam persamaan 2.22) sampai (2.24).
B
tmi
=
_
B
2
x
+B
2
y
+B
2
z
(2.21)
B
x
=
F
e
k
Gm
_

_
tan
1
_
YZ
XR
__
+(ln(Z +R)) +(ln(Y +R))
_
(2.22)
B
y
=
F
e
k
Gm
_
(ln(Z +R)) +
_
tan
1
_
XZ
YR
__
+(ln(X +R))
_
(2.23)
B
z
=
F
e
k
Gm
_
(ln(Y +R)) +(ln(X +R)) +
_
tan
1
_
XY
ZR
___
(2.24)
13
Tiga bobot alpha, beta dan gamma dapat ditentukan dengan persamaan trigonometri
(2.25) sampai (2.27), di mana I merupakan inklinasi dari medan induksi dan D merupakan
deklinasi.
=
cosD
tanI +cosDsinD
(2.25)
= AtanD (2.26)
= 1 (2.27)
Dengan cara yang sama pada metode gravitasi maka diperoleh data tensor magnetik
(Doll et al. 2001 Gamey et al. 2002). Data ini sangat berguna untuk eksplorasi regolith atau
batuan mineral bumi (Heath et al. 2004), sehingga persamaan untuk respon tensor independen
prisma persegi panjang ditunjukkan pada persamaan (2.28) sampai (2.32).
B
xx
=
F
e
k
Gm
_
_

_
_

YZ
R
_
1
X
2
+
1
R
2
_
1+
_
YZ
XR
_
2
_
_
+
_
_
Z
XR
_
1
Y
2
R
2
_
1+
_
YZ
XR
_
2
_
_
+
_
_
Y
XR
_
1
Z
2
R
2
_
1+
_
YZ
XR
_
2
_
_
_
_
(2.28)
B
yy
=
F
e
k
Gm
_
_

_
_
Z
YR
_
1
X
2
R
2
_
1+
_
YZ
XR
_
2
_
_
+
_
_

XZ
R
_
1
Y
2
+
1
R
2
_
1+
_
YZ
XR
_
2
_
_
+
_
_
X
YR
_
1
Z
2
R
2
_
1+
_
YZ
XR
_
2
_
_
_
_
(2.29)
B
xy
=
F
e
k
Gm
_

_
1
R
_
X
Z +R
__
+
_
1
R
_
Y
Z +R
__
+
_
1
R
__
(2.30)
B
xz
=
F
e
k
Gm
_

_
1
R
_
X
Y +R
__
+
_
1
R
_
+
_
1
R
_
Z
Y +R
___
(2.31)
B
yz
=
F
e
k
Gm
_

_
1
R
_
+
_
1
R
_
Y
X +R
__
+
_
1
R
_
Z
X +R
___
(2.32)
Sehingga untuk respon tensor (gravitasi dan magnetik) sangat penting untuk mengin-
terpretasi eksplorasi dan sangat membantu dan memudahkan dalam interpretasi geologi (Lane,
2004). respon ini dapat dihitung dari independen komponen tensor itu sendiri, yang diberikan
oleh persamaan (33) dan (34).
G
zz
= G
xx
G
yy
(2.33)
B
zz
= B
xx
B
yy
(2.34)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dari tanggal 10 Februari 2014 sampai dengan 10 Mei 2014 di
Laboratorium Fisika FMIPA Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dengan
perangkat lunak Matlab R2012a.
3.3 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian untuk penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan, sebagai
berikut :
Gambar 3.1: Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan Literatur
Pada tahap ini dikumpulkan literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Sumber literatur yang digunakan adalah buku dan sumber ilmiah dari internet. Selain itu
14
15
juga, diskusi dengan dosen dan mahasiswa yang mempunyai pemahaman tentang peneli-
tian ini menjadi bagian dari literatur yang sangat bermanfaat.
2. Desain Simulasi
Desain simulasi dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman matlab yang berupa
kumpulan skrip-skrip komputer yang sesuai dengan penelitian.
3. Pengolahan Data dan Simulasi
Data yang akan diolah berupa skrip-skrip yang telah dibuat sesuai dengan bentuk benda
anomali, yaitu benda yang berbentuk patahan atau sesar, baik itu sesar turun maupun sesar
geser dan kemudian diolah dengan program Matlab R2012a yang akan mensimulasikan
sebaran anomali total benda.
4. Analisi Hasil
Pada tahap ini akan dilakukan analisa sebaran anomali total benda yang dihasilkan pada
pengolahan data dan simulasi.
DAFTAR PUSTAKA
[Blakely, 1995] Blakely, R.J., 1995 Potential Theory in Gravity and Magnetic Application.
Cambride Universty Press : USA
[Doll, 2001] Doll W.E., Gamey T.J. & Holladay J.S. 2001. Current research into airborne
UXO detection Magnetics. UXO/Countermine Forum, New Orleans : LA, pp 16.
[Dranseld, 2001] Dranseld M., Christensen A., Rose M., Stone P. & Diorio P. 2001. FAL-
CON test results from the Bathurst Mining Camp. Exploration Geophysics. Geophysics 32,
243-246.
[Gamey, 2002] Gamey T.J., Doll W.E., Beard L.P. & Bell D.T. 2002. Airborne vertical mag-
netic gradient for UXO detection. Proceedings of SAGEEP : Las Vegas.
[Hammond, 2003] Hammond S. & Murphy C. 2003. Air-FTGTM: Bell Geospaces Airborne
Gravity Gradiometer A description and case study. Preview 105, 243-246.
[Heath, 2004] Heath P.J., Greenhalgh S. & Direen N.G. 2004. Gravity and magnetic tensor
data: Possible use in regolith exploration. Preview 111, 68.
[Lane, 2002] Lane R.J.L. 2004. Airborne Gravity 2004. Abstracts from the ASEG-PESA Air-
borne Gravity Workshop. Geoscience Australia Record 2004/18.
[Razaq, 2013] Nice, Razaq. 2013. Sesar (Fault). http://www.echogeo.net/2013/10/sesar-
fault.html. Diakses pada hari sabtu tanggal 01 Februari 2014 pukul 10.13 WITA.
[Parasnis, 1997] Parasnis, D.S,. 1997. Principles of Applied Geophysics, Chapman & Hall,
Fifth Edition. London.
[Telford, 1990] W.M. Telford, L.P. Geldart, R.E. Sheriff, D. A, Keys. 1979. Applied Geo-
physics. Cambridge University Press : USA.
16
17
[Zhang, 2000] Zhang C., MUshayandebyu M.F., Reid A.B., Fairhead J.D. & Odedard M.E.
2000. Euler deconvolution of gravity tensor gradient data. Geophysics 65, 512-520.

Anda mungkin juga menyukai