Skenario-Nya Yang Bermuara Dalam Cahaya Oleh: Chitra Charisma Islami (Chitr@z-Zahratun Husna)
Terdiam dalam lautan cinta-Nya di shubuh penuh makna. Terhempas angan dalam benak yang sempat terlewatkan dalam gelak tawa seorang insan hamba-Nya. Tersipu dalam diam, menahan ribuan perasaan yang aku sendiri kurang memahaminya tentang semua itu. Ku tanyakan dalam benak ini tentang arti dari sebuah persahabatan. Sulit dilukiskan, sulit di uraikan dalam kata. Namun jika ku tanyakan dalam batin di sepertiga malam. Ku menemukan makna yang lebih indah. Heningnya malam menjawab setiap hembusan nafasku. Tenangnya waktu sepertiga menemukan jawaban yang kucari. ~ 2 ~
Sahabat, bagaikan air pegunungan yang mengalir. Menyejukkan dan menenangkan. Sahabat, tidak akan pernah meminta balasan. Sahabat, mengukir malam yang gelap Menjadi pagi yang cerah. Sahabat, mengganti air mata dengan gelak tawa Lebih dari itu, sahabat memberikan makna Akan keterbukaan Kejujuran dan saling memahami. Jika ada yang salah Sahabatlah yang pertama kali mengingatkan Sahabat bukan sebuah ikatan yang sia-sia Sejauh apapun jarak Maka hati akan selalu mendoakan Sejauh apapun mata memandang Namun, harapan akan kebahagiaan sahabat Yang terlintas dalam pikiran Sahabat memaikan seuntai lagu Cinta dan kasih sayang. ~ 3 ~
Sahabat merujuk dalam memorial kenangan hakiki Sedetik harapan dalam setiap sujudku Menemukan satu titik ketenangan untuk sahabat
Menuju waktu duha yang kunanti, ku mengingat kembali hembusan arti sebuah persahabatan yang ku renungkan di sepertiga malam tadi. Air mata yang ku acuhkan terasa mulai membasahi pipi ini. Semakin aku merasakan hal yang terpatri dalam diri. Ku menemukan kalian, ku menemukan bintang di gelapnya malam. Hampir dua semester ku mengukir kisah dengan kalian. Mengukir kisah dalam dekapan persahabatan yang hakiki, ku mendapatkan tempat yang paling tenang dalam hatiku. Canda tawa kalian yang membuatku melupakan setiap masalah yang menghimpit ku. Terasa tenang dan tentram bila di dekat kalian. Sempat akau berfikir Allah tidak adil mengirimku ke kota jauh dari rumah ku, menjauhkan ~ 4 ~
aku dan keluarga ku. Namun sekarang aku mengerti, dengan kalianlah aku menemukan keluarga yang baru. Sempat aku khawatir dengan sifat individualis yang tertanam di setiap mahasiswa. Namun kekhawatiranku terbantahkan dengan sifat kalian yang lebih dari sekedar rekan belajar. Air mata ini tiada henti mengalir saat ku teringat dan menyadarinya, bahwa aku salah menilai Allah. Aku salah menempatkan batinku dalam diam. Ternyata kalian yang selalu menguatkan ku selama ini. Seberapa sering aku meminta bantuan pada kalian, tidak pernah sedikitpun kalian mengeluh. Saat aku kalut dalam kegamangan diri. Kalian yang membuatkan tersenyum. Tingkah laku kalian yang ku pahami sebagai penawar rasa sakit. Saat malam yang semakin larut bayangan kalian yang aku tergambarkan. Terkadang aku berfikir semua ini unik dan aneh. Ada orang-orang seperti kalian. Namun ini kisah nyata yang sebenarnya. Dengan sifat yang berbeda, dengan ~ 5 ~
angan dan mimpi yang terkadang tidak sama. Dengan ribuan harapan yang seolah tidak akan pernah menyatu. Namun inilah kita, kita akan ada dalam setiap bayangan walau jauh dan tidak tau sampai kemana. Pertengkaran kecil terkadang menyapa, celotehan penuh kebencandaan tidak membuat hati ini menjauh dari kalian. Dekapan persahabatan itu ternyata hanya membutuhkan waktu kurang dari dua semester. Teringat saat raga ini sakit, melontar kisah dalam diri penuh keajaiban. Mamah memaksakan diri untuk menemaniku kembali ke Kota tempat ku mengemban ilmu. Dengan raga yang masih lelah ku hempaskan dalam benak. Mamah yang selama ini terlalu mengkhawatirkanku. Kini semua itu terobati dengan sendirinya saat mamah bertemu dengan sebagian dari kalian. Dan ku ceritakan tentang kalian yang begitu menakjubkan. Banyak hikmah dalam benak yang aku rasa, banyak bayangan diri yang ku rasa Allah selalu ~ 6 ~
memberikan yang kita butuhkan dalam setip benak insan manusia. Mamah hanya tersenyum penuh kelegaan saat mengetahui anak sulungnya berada bersama orang-orang hebat seperti kalian. Hebat membuatku selalu tersenyum, hebat membuatku selalu tertawa, dan hebat membuatku selalu optimis. Itulah kalian. Dengan ringannya kaki mamah kembali melangkah pulang dengan ribuan kebahagiaan yang baru aku temukan saat ku berada jauh dipisahkan oleh waktu yang tidak sebentar. Ribuan angan dalam dekapan mimpi, ribuan kisah di setiap hempasan angan, menjelma jauh menuju setiap peristiwa yang nyata. Itulah kalian. Satu demi satu aku mengenal kalian, dalam hitungan waktu aku memahami kalian. Waktu yang terhitung begitu cepat, hingga memorial lain membayangi. Mengitari di setiap pikiranku. Tinggal satu tahun lebih semua kebersamaan ini akan usai. Dimana ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Dimana ada gelak tawa pasti ada tangisan. ~ 7 ~
Sementara pikiranku terbayang apa yang aku harus untai dalam setiap hembus nafasku. Namun ikatan persahabatan tidak akan pernah usai dalam momen perpisahan kelak. Jika mentari yang usai itu semakin nyata. Jika rembulan yang indah itu berubah menjadi kegelapan. Jika antara aku dan kalian terpisah oleh jarak. Hingga ada kehidupan lain yang akan kita bawa masing- masing. Maka waktu akan cukup untuk kita menikmati masa ini. Aku dan kalian, persahabatan yang lebih dari sekedar persahabatan. Kekeluargaan dalam mengamit kasih menuju mimpi dan cita. Ku tatap setiap kenangan yang tersimpan di file-file notebook yang tertata rapih. Ku lihat beberapa fose berphoto ku yang dari awal tahun kita berjumpa hingga saat ini berubah. Tertawa melihat wajah sendiri, tertawa melihat apa yang dulu aku tidak bisa rubah. Sekarang di dalam ~ 8 ~
photo-photoku ku berfose tersenyum dengan lepas. Itu karena kalian. Hari-hari ku berwarna dengan ada kalian. Hari- hariku penuh makna dengan kehadiran kalian. Lagi-lagi aku mengkhayal jauh sampai kapan kita akan merasakan kebersamaan ini. Mengukir asa di terbenamnya hari yang semakin sunyi. Berkelibatan setiap bayang-bayang kalian, menyusun kata penuh makna. Ada nilai keikhlasan saat kalian bersenda gurau, ada nilai keterbukaan disetiap kata yang terselip dalam sebuah cerita. Sungguh ini kisah nyata, bukan kisah sinetron yang berskenario manusia. Namun skenario yang kita bangun adalah skenario Allah. Entah sampai kapan skenario perjumpaan kita akan diputar. Entah sampai kapan panggung kehidupan ini akan dinikmati. Esok atau lusa, mungkin perjumpaan kita akan terputus membawa ribuan cerita kepada orang-orang ~ 9 ~
tersayang kita. Hingga aku lebih yakin akan kasih dan sayang-Nya mempertemukan aku dengan kalian. *** Dalam dekapan kekhawatiran yang belum nyata. Ku mengurai dalam setiap sedu dan sedan. Ku berlari menuju waktu yang sempat ingin aku usaikan semuanya. Tidak terpikir untuk ku mengarungi pendidikan sampai saat ini. Tidak terlintas di benakku aku akan bertahan dengan ribuan tuntutan dalam amanah ini. Namun inilah aku, seorang anak manusia yang lahir jauh dari hiruk pikuk perkotaan, terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Namun satu hal yang aku patut syukuri, keluarga mengkelibatkan setiap perjuangannya untuk pendidikan. Bergerilya mengikuti setiap perjuangan orangtua untuk memberikan hak pendidikannya untuk aku dan kedua adikku. Terkdang aku sendiri masih merasa bermimpi berhadapan engan orang-orang ~ 10 ~
seperti kalian. Orang-orang terhebat yang dikirimkan oleh Allah untuk sama-sama menuntut ilmu. Masih teringat saat aku masih mengemban amanah belajar di S1 Universitas Islam kota Bandung. Mungkin banyak orang yang berfikiran aku lulusan Pondok Pesantren atau Madrash Aliyah. Namun dengan senyuman aku membantah semua pikiran orang-orang disekitarku. Aku hanya lulusan SMA yang bermodalkan nilai Agama yang memuaskan dengan jatah waktu 2 jam pelajaran setiap minggunya. Sangat berbeda jauh sekali dengan teman-teman yang sebagian besar terlahir dari pondok pesantren dan madrasah aliyah. Mungkin tidak semua orang yang tahu tentang ceritaku ini. Tahun pertama aku menangis setiap malam, menangis karena ribuan tugas yang entah harus bagaimana aku menyelesaikannya. Hafalan ayat Al-Quran, menerjemahkan Bahasa Arab, Menghafal Hadits, Menafsirkan ayat Al-Quran dan sebagainnya. ~ 11 ~
Yang aku sendiri harus lebih kerja ekstra dengan berlari lebih cepat dari teman-teman. Namun yang ingin aku untai bersama ribuan rasa syukur yang tiada hingga. Aku merasakan sendiri keajaiban doa orang tua. Setiap minggu aku pulang dengan ribuan keluhan yang ku lontarkan. Mamah dan Ayah dengan tersenyum menjawab setiap keluhanku. Tangis yang ku urai, tidak pernah beliau khawatirkan. Sempat aku berfikir mamah dan ayah tidak pernah mempedulikan diriku. Namun, semua itu terbawa hembusan angin yang semakin jauh. Saat malam menyapa, ku pergoki mamah yang sedang menunaikan sepertiga malamnya dengan tangis yang tiada henti dan suara parau yang hampir tidak terdengar. Bersimpuh, menengadahkan tangan berdoa dengan penuh harap.
Ya Rabb, cukup hamba mu ini mendengar lelah dan letih anak sulung hamba. Terasa sakit, saat beberapa bulan ini hanya tangis air mata karena amanah yang ~ 12 ~
menurutnya terasa berat. Ya Rabb, tidak ada upaya dan daya bagi hamba-Mu ini yang lemah. Jika memang Kau tetapkan kampusnya saat ini menjadi pilihan terbaik-Mu permudahkanlah segala urusannya, ringankan segala beban dalam benaknya.
Ku dengarkan suara parau beliau yang begitu sadu, tanpa terasa air mata ku mengikuti alur yang aku dengar dari mamah. Ku ambil air wudhu, mungkin aku sempat khilaf dengan amanah di sepertiga malam ku. Mungkin aku tidak se-istiqamah kedua orangtua ku. Hingga Allah belum memberi petunjuk atas jalan yang dipilihkan- Nya ini. Hingga waktu yang tak terasa begitu cepat untuk dilalui. Sampai mentari yang sangat cepat berganti dengan rembulan malam. Aku menuju masa- masa ujian akhirku di S1. Lagi-lagi kekuatan doa kedua orangtua yang begitu menakjubkan. Tidak ada yang menyangka dan mengira, sosok ku yang terbilang ~ 13 ~
biasa dapat menyelesaikan perkuliahan di Universitas Islam. Hingga wisuda yang ditunggu, baru pertama kalinya selain moment lebaran Aku memeluk kedua orangtuaku, ku peluk mamah yang begitu haru, Ayah mencium keningku dengan penuh bangga. Dan kedua Adikku terlihat lebih termotivasi untuk menuai kisah dalam dunia pendidikan. Ku terdiam, tangis air mataku tiada henti mengalir, membuat makeup yang tidak begitu tebal menjadi benar-benar luntur di wajahku. Ku tau semua ini skenario Allah yang begitu indah, ku tau tiupan mimpi yang kuharapkan tidak sampai menuju waktu yang tersedia. Kedua orangtuaku bukan hanya hebat dalam menanamkan kesederhanaan dalam kehidupan demi pencampaian pendidikan namun, kedua orangtuaku sangat menakjubkan dalam mendoakan setiap anak-anaknya. Walau harus mengukir kisah dalam ribuan kesederhanaan kehidupan. Namun, mereka tidak ~ 14 ~
pernah mengeluh dalam mengarungi ribuan cerita dalam kekuatan cinta-Nya. *** Skenario Allah ternyata penuh dengan misteri. Seusai menyelesaikan studi strata satu ku. Ternyata harap yang kedua kali lagi-lagi harus terlumpuhkan. Waktu yang begitu cepat, Aku tidak menjadi salah satu mahasiswi sekolah Pascasarjana di Universitas Pendidikan kota Bandung. Kecewa, keluh dan kesah. Namun kedua orangtuaku yang menguatkanku dalam keterpurukan. Hingga sahabatku berusaha mencarikan informasi jurusan Bimbingan Konseling yang masih membuka peluang pendaftaran. Ternyata, jalan-Nya memang begitu indah. walau pada awalnya hati ini memberontak karena ku belum mengenal kalian, namun sekarang aku paham dan aku mengerti kenapa Allah takdirkan ku untuk menuai ilmu di Universitas Semarang. Agar ku bertemu dengan kalian, orang-orang hebat yang ~ 15 ~
menakjubkan. Bukan hanya ilmu formal yang kudapatkan dari kalian, kalian membagi ribuan cerita dalam lautan kehidupan yang begitu menakjubkan, kalian mengajarkanku tentang banyak hal, kalian yang menuai mimpi dalam setiap langkah nyataku, yang terpenting dan yang paling penting dengan kalian aku selalu tersenyum. Skenario cinta-Nya mempertemukan kita semua. Hingga cahaya kebahagian dalam mengarungi panggung kehidupan-Nya. ***
~ 16 ~
Sepenggal Cerita Yang Tertanan Indah Tentang Kalian. -Jika Kelak- Dalam senyapnya malam Menelusuri rindu yang tiada henti Membayangkan kebersamaan yang sangat berarti Mengamit canda dan tawa setiap saat Namun ku untai dalam setiap doa Ku titipkan kalian disetiap doaku Ku uraikan harapan terbaik untuk kalian Selalu dalam ridha-Nya Agar senyum dan tawa menghiasi kalian Dimanapun, dan kapanpun Agar kebahagiaan melengkapi skenario Insan manusia yang selalu bersyukur Dalam lautan penuh kasih dan sayang-Nya Melayang jauh menuju bayangan-banyangan itu Bertaut hati mensyukuri semuanya ~ 17 ~
Karena ku di pertemukan dengan kalian Ku menerpa harap bersama kalian Jika kelak, kita berpisah karena waktu yang telah usai Nama kalian kan ku pahat di hati ini Kenangan indah bersama ribuan cerita Kan ku goreskan dalam sepanjang waktu Karena kalian ku mengerti akan sebuah arti Kebersamaan yang tidak terbatas oleh ruang Kebersamaan yang tidak terputus oleh waktu Persahabatan yang tidak akan terpatri dalam angan Ikatan cinta-Nya dalam lautan emosi yang sama Hingga kita akan mengerti akan nada Nada-nada persahabatan yang abadi Nada-nada cinta yang kan selalu terpatri Nada-nada kenangan suka dan duka bersama terlewati Menuju mimpi dan harap yang selalu dinanti Satu harap meraih cita-cita ~ 18 ~
Jika kelak kita telah mempunyai kesibukan masing-masing Jika kelak kita akan mengarungi hidup yang berbeda Jika kelak kita akan menguntai kisah yang tidak sejalan Jika kelak kita terpisah dan tidak mungkin bersama-sama Satu harapku dalam setiap mimpiku Kita akan berjanji untuk satu mimpi Membahagiakan orang-orang disekitar kita Bagaikan pelangi yang selalu memberikan keindahan Bagaikan bulan dan bintang Yang selalu menerangi dikegelapan Bagaikan matahari yang tiada henti menyinari Bagaikan hujan yang selalu memberikan kesejukan Bagaikan awan yang selalu memberi arti Akan kebahagiaan setiap insan.