Anda di halaman 1dari 18

~ 1 ~

Spesial for BK_2013 Thanks for All ^_^



Skenario-Nya Yang Bermuara Dalam Cahaya
Oleh: Chitra Charisma Islami
(Chitr@z-Zahratun Husna)

Terdiam dalam lautan cinta-Nya di shubuh
penuh makna. Terhempas angan dalam benak yang
sempat terlewatkan dalam gelak tawa seorang insan
hamba-Nya. Tersipu dalam diam, menahan ribuan
perasaan yang aku sendiri kurang memahaminya
tentang semua itu.
Ku tanyakan dalam benak ini tentang arti dari
sebuah persahabatan. Sulit dilukiskan, sulit di uraikan
dalam kata. Namun jika ku tanyakan dalam batin di
sepertiga malam. Ku menemukan makna yang lebih
indah. Heningnya malam menjawab setiap hembusan
nafasku. Tenangnya waktu sepertiga menemukan
jawaban yang kucari.
~ 2 ~


Sahabat, bagaikan air pegunungan yang mengalir.
Menyejukkan dan menenangkan.
Sahabat, tidak akan pernah meminta balasan.
Sahabat, mengukir malam yang gelap
Menjadi pagi yang cerah.
Sahabat, mengganti air mata dengan gelak tawa
Lebih dari itu, sahabat memberikan makna
Akan keterbukaan
Kejujuran dan saling memahami.
Jika ada yang salah
Sahabatlah yang pertama kali mengingatkan
Sahabat bukan sebuah ikatan yang sia-sia
Sejauh apapun jarak
Maka hati akan selalu mendoakan
Sejauh apapun mata memandang
Namun, harapan akan kebahagiaan sahabat
Yang terlintas dalam pikiran
Sahabat memaikan seuntai lagu
Cinta dan kasih sayang.
~ 3 ~

Sahabat merujuk dalam memorial kenangan hakiki
Sedetik harapan dalam setiap sujudku
Menemukan satu titik ketenangan untuk sahabat

Menuju waktu duha yang kunanti, ku
mengingat kembali hembusan arti sebuah
persahabatan yang ku renungkan di sepertiga malam
tadi. Air mata yang ku acuhkan terasa mulai
membasahi pipi ini. Semakin aku merasakan hal yang
terpatri dalam diri. Ku menemukan kalian, ku
menemukan bintang di gelapnya malam.
Hampir dua semester ku mengukir kisah
dengan kalian. Mengukir kisah dalam dekapan
persahabatan yang hakiki, ku mendapatkan tempat
yang paling tenang dalam hatiku. Canda tawa kalian
yang membuatku melupakan setiap masalah yang
menghimpit ku. Terasa tenang dan tentram bila di
dekat kalian.
Sempat akau berfikir Allah tidak adil
mengirimku ke kota jauh dari rumah ku, menjauhkan
~ 4 ~

aku dan keluarga ku. Namun sekarang aku mengerti,
dengan kalianlah aku menemukan keluarga yang baru.
Sempat aku khawatir dengan sifat individualis yang
tertanam di setiap mahasiswa. Namun kekhawatiranku
terbantahkan dengan sifat kalian yang lebih dari
sekedar rekan belajar.
Air mata ini tiada henti mengalir saat ku
teringat dan menyadarinya, bahwa aku salah menilai
Allah. Aku salah menempatkan batinku dalam diam.
Ternyata kalian yang selalu menguatkan ku selama ini.
Seberapa sering aku meminta bantuan pada kalian,
tidak pernah sedikitpun kalian mengeluh.
Saat aku kalut dalam kegamangan diri. Kalian
yang membuatkan tersenyum. Tingkah laku kalian
yang ku pahami sebagai penawar rasa sakit. Saat
malam yang semakin larut bayangan kalian yang aku
tergambarkan.
Terkadang aku berfikir semua ini unik dan aneh.
Ada orang-orang seperti kalian. Namun ini kisah nyata
yang sebenarnya. Dengan sifat yang berbeda, dengan
~ 5 ~

angan dan mimpi yang terkadang tidak sama. Dengan
ribuan harapan yang seolah tidak akan pernah
menyatu.
Namun inilah kita, kita akan ada dalam setiap
bayangan walau jauh dan tidak tau sampai kemana.
Pertengkaran kecil terkadang menyapa, celotehan
penuh kebencandaan tidak membuat hati ini menjauh
dari kalian. Dekapan persahabatan itu ternyata hanya
membutuhkan waktu kurang dari dua semester.
Teringat saat raga ini sakit, melontar kisah
dalam diri penuh keajaiban. Mamah memaksakan diri
untuk menemaniku kembali ke Kota tempat ku
mengemban ilmu. Dengan raga yang masih lelah ku
hempaskan dalam benak. Mamah yang selama ini
terlalu mengkhawatirkanku. Kini semua itu terobati
dengan sendirinya saat mamah bertemu dengan
sebagian dari kalian. Dan ku ceritakan tentang kalian
yang begitu menakjubkan.
Banyak hikmah dalam benak yang aku rasa,
banyak bayangan diri yang ku rasa Allah selalu
~ 6 ~

memberikan yang kita butuhkan dalam setip benak
insan manusia. Mamah hanya tersenyum penuh
kelegaan saat mengetahui anak sulungnya berada
bersama orang-orang hebat seperti kalian. Hebat
membuatku selalu tersenyum, hebat membuatku
selalu tertawa, dan hebat membuatku selalu optimis.
Itulah kalian. Dengan ringannya kaki mamah kembali
melangkah pulang dengan ribuan kebahagiaan yang
baru aku temukan saat ku berada jauh dipisahkan oleh
waktu yang tidak sebentar.
Ribuan angan dalam dekapan mimpi, ribuan
kisah di setiap hempasan angan, menjelma jauh
menuju setiap peristiwa yang nyata. Itulah kalian.
Satu demi satu aku mengenal kalian, dalam
hitungan waktu aku memahami kalian. Waktu yang
terhitung begitu cepat, hingga memorial lain
membayangi. Mengitari di setiap pikiranku.
Tinggal satu tahun lebih semua kebersamaan
ini akan usai. Dimana ada pertemuan, pasti ada
perpisahan. Dimana ada gelak tawa pasti ada tangisan.
~ 7 ~

Sementara pikiranku terbayang apa yang aku
harus untai dalam setiap hembus nafasku. Namun
ikatan persahabatan tidak akan pernah usai dalam
momen perpisahan kelak.
Jika mentari yang usai itu semakin nyata. Jika
rembulan yang indah itu berubah menjadi kegelapan.
Jika antara aku dan kalian terpisah oleh jarak. Hingga
ada kehidupan lain yang akan kita bawa masing-
masing.
Maka waktu akan cukup untuk kita menikmati
masa ini. Aku dan kalian, persahabatan yang lebih dari
sekedar persahabatan. Kekeluargaan dalam mengamit
kasih menuju mimpi dan cita.
Ku tatap setiap kenangan yang tersimpan di
file-file notebook yang tertata rapih. Ku lihat beberapa
fose berphoto ku yang dari awal tahun kita berjumpa
hingga saat ini berubah.
Tertawa melihat wajah sendiri, tertawa melihat
apa yang dulu aku tidak bisa rubah. Sekarang di dalam
~ 8 ~

photo-photoku ku berfose tersenyum dengan lepas.
Itu karena kalian.
Hari-hari ku berwarna dengan ada kalian. Hari-
hariku penuh makna dengan kehadiran kalian. Lagi-lagi
aku mengkhayal jauh sampai kapan kita akan
merasakan kebersamaan ini.
Mengukir asa di terbenamnya hari yang
semakin sunyi. Berkelibatan setiap bayang-bayang
kalian, menyusun kata penuh makna. Ada nilai
keikhlasan saat kalian bersenda gurau, ada nilai
keterbukaan disetiap kata yang terselip dalam sebuah
cerita.
Sungguh ini kisah nyata, bukan kisah sinetron
yang berskenario manusia. Namun skenario yang kita
bangun adalah skenario Allah. Entah sampai kapan
skenario perjumpaan kita akan diputar. Entah sampai
kapan panggung kehidupan ini akan dinikmati.
Esok atau lusa, mungkin perjumpaan kita akan
terputus membawa ribuan cerita kepada orang-orang
~ 9 ~

tersayang kita. Hingga aku lebih yakin akan kasih dan
sayang-Nya mempertemukan aku dengan kalian.
***
Dalam dekapan kekhawatiran yang belum
nyata. Ku mengurai dalam setiap sedu dan sedan. Ku
berlari menuju waktu yang sempat ingin aku usaikan
semuanya.
Tidak terpikir untuk ku mengarungi pendidikan
sampai saat ini. Tidak terlintas di benakku aku akan
bertahan dengan ribuan tuntutan dalam amanah ini.
Namun inilah aku, seorang anak manusia yang lahir
jauh dari hiruk pikuk perkotaan, terlahir dari keluarga
yang sangat sederhana. Namun satu hal yang aku
patut syukuri, keluarga mengkelibatkan setiap
perjuangannya untuk pendidikan.
Bergerilya mengikuti setiap perjuangan
orangtua untuk memberikan hak pendidikannya untuk
aku dan kedua adikku. Terkdang aku sendiri masih
merasa bermimpi berhadapan engan orang-orang
~ 10 ~

seperti kalian. Orang-orang terhebat yang dikirimkan
oleh Allah untuk sama-sama menuntut ilmu.
Masih teringat saat aku masih mengemban
amanah belajar di S1 Universitas Islam kota Bandung.
Mungkin banyak orang yang berfikiran aku lulusan
Pondok Pesantren atau Madrash Aliyah. Namun
dengan senyuman aku membantah semua pikiran
orang-orang disekitarku.
Aku hanya lulusan SMA yang bermodalkan nilai
Agama yang memuaskan dengan jatah waktu 2 jam
pelajaran setiap minggunya. Sangat berbeda jauh
sekali dengan teman-teman yang sebagian besar
terlahir dari pondok pesantren dan madrasah aliyah.
Mungkin tidak semua orang yang tahu tentang
ceritaku ini. Tahun pertama aku menangis setiap
malam, menangis karena ribuan tugas yang entah
harus bagaimana aku menyelesaikannya. Hafalan ayat
Al-Quran, menerjemahkan Bahasa Arab, Menghafal
Hadits, Menafsirkan ayat Al-Quran dan sebagainnya.
~ 11 ~

Yang aku sendiri harus lebih kerja ekstra dengan
berlari lebih cepat dari teman-teman.
Namun yang ingin aku untai bersama ribuan
rasa syukur yang tiada hingga. Aku merasakan sendiri
keajaiban doa orang tua. Setiap minggu aku pulang
dengan ribuan keluhan yang ku lontarkan. Mamah dan
Ayah dengan tersenyum menjawab setiap keluhanku.
Tangis yang ku urai, tidak pernah beliau
khawatirkan. Sempat aku berfikir mamah dan ayah
tidak pernah mempedulikan diriku.
Namun, semua itu terbawa hembusan angin
yang semakin jauh. Saat malam menyapa, ku pergoki
mamah yang sedang menunaikan sepertiga malamnya
dengan tangis yang tiada henti dan suara parau yang
hampir tidak terdengar. Bersimpuh, menengadahkan
tangan berdoa dengan penuh harap.

Ya Rabb, cukup hamba mu ini mendengar lelah dan
letih anak sulung hamba. Terasa sakit, saat beberapa
bulan ini hanya tangis air mata karena amanah yang
~ 12 ~

menurutnya terasa berat. Ya Rabb, tidak ada upaya dan
daya bagi hamba-Mu ini yang lemah. Jika memang Kau
tetapkan kampusnya saat ini menjadi pilihan terbaik-Mu
permudahkanlah segala urusannya, ringankan segala
beban dalam benaknya.

Ku dengarkan suara parau beliau yang begitu
sadu, tanpa terasa air mata ku mengikuti alur yang aku
dengar dari mamah.
Ku ambil air wudhu, mungkin aku sempat khilaf
dengan amanah di sepertiga malam ku. Mungkin aku
tidak se-istiqamah kedua orangtua ku. Hingga Allah
belum memberi petunjuk atas jalan yang dipilihkan-
Nya ini.
Hingga waktu yang tak terasa begitu cepat
untuk dilalui. Sampai mentari yang sangat cepat
berganti dengan rembulan malam. Aku menuju masa-
masa ujian akhirku di S1. Lagi-lagi kekuatan doa kedua
orangtua yang begitu menakjubkan. Tidak ada yang
menyangka dan mengira, sosok ku yang terbilang
~ 13 ~

biasa dapat menyelesaikan perkuliahan di Universitas
Islam.
Hingga wisuda yang ditunggu, baru pertama
kalinya selain moment lebaran Aku memeluk kedua
orangtuaku, ku peluk mamah yang begitu haru, Ayah
mencium keningku dengan penuh bangga. Dan kedua
Adikku terlihat lebih termotivasi untuk menuai kisah
dalam dunia pendidikan.
Ku terdiam, tangis air mataku tiada henti
mengalir, membuat makeup yang tidak begitu tebal
menjadi benar-benar luntur di wajahku.
Ku tau semua ini skenario Allah yang begitu
indah, ku tau tiupan mimpi yang kuharapkan tidak
sampai menuju waktu yang tersedia. Kedua
orangtuaku bukan hanya hebat dalam menanamkan
kesederhanaan dalam kehidupan demi pencampaian
pendidikan namun, kedua orangtuaku sangat
menakjubkan dalam mendoakan setiap anak-anaknya.
Walau harus mengukir kisah dalam ribuan
kesederhanaan kehidupan. Namun, mereka tidak
~ 14 ~

pernah mengeluh dalam mengarungi ribuan cerita
dalam kekuatan cinta-Nya.
***
Skenario Allah ternyata penuh dengan misteri.
Seusai menyelesaikan studi strata satu ku. Ternyata
harap yang kedua kali lagi-lagi harus terlumpuhkan.
Waktu yang begitu cepat, Aku tidak menjadi
salah satu mahasiswi sekolah Pascasarjana di
Universitas Pendidikan kota Bandung. Kecewa, keluh
dan kesah. Namun kedua orangtuaku yang
menguatkanku dalam keterpurukan. Hingga
sahabatku berusaha mencarikan informasi jurusan
Bimbingan Konseling yang masih membuka peluang
pendaftaran.
Ternyata, jalan-Nya memang begitu indah.
walau pada awalnya hati ini memberontak karena ku
belum mengenal kalian, namun sekarang aku paham
dan aku mengerti kenapa Allah takdirkan ku untuk
menuai ilmu di Universitas Semarang. Agar ku
bertemu dengan kalian, orang-orang hebat yang
~ 15 ~

menakjubkan. Bukan hanya ilmu formal yang
kudapatkan dari kalian, kalian membagi ribuan cerita
dalam lautan kehidupan yang begitu menakjubkan,
kalian mengajarkanku tentang banyak hal, kalian yang
menuai mimpi dalam setiap langkah nyataku, yang
terpenting dan yang paling penting dengan kalian aku
selalu tersenyum. Skenario cinta-Nya mempertemukan
kita semua. Hingga cahaya kebahagian dalam
mengarungi panggung kehidupan-Nya.
***

~ 16 ~

Sepenggal Cerita Yang Tertanan Indah Tentang Kalian.
-Jika Kelak-
Dalam senyapnya malam
Menelusuri rindu yang tiada henti
Membayangkan kebersamaan yang sangat berarti
Mengamit canda dan tawa setiap saat
Namun ku untai dalam setiap doa
Ku titipkan kalian disetiap doaku
Ku uraikan harapan terbaik untuk kalian
Selalu dalam ridha-Nya
Agar senyum dan tawa menghiasi kalian
Dimanapun, dan kapanpun
Agar kebahagiaan melengkapi skenario
Insan manusia yang selalu bersyukur
Dalam lautan penuh kasih dan sayang-Nya
Melayang jauh menuju bayangan-banyangan itu
Bertaut hati mensyukuri semuanya
~ 17 ~

Karena ku di pertemukan dengan kalian
Ku menerpa harap bersama kalian
Jika kelak, kita berpisah karena waktu yang telah usai
Nama kalian kan ku pahat di hati ini
Kenangan indah bersama ribuan cerita
Kan ku goreskan dalam sepanjang waktu
Karena kalian ku mengerti akan sebuah arti
Kebersamaan yang tidak terbatas oleh ruang
Kebersamaan yang tidak terputus oleh waktu
Persahabatan yang tidak akan terpatri dalam angan
Ikatan cinta-Nya dalam lautan emosi yang sama
Hingga kita akan mengerti akan nada
Nada-nada persahabatan yang abadi
Nada-nada cinta yang kan selalu terpatri
Nada-nada kenangan suka dan duka bersama terlewati
Menuju mimpi dan harap yang selalu dinanti
Satu harap meraih cita-cita
~ 18 ~

Jika kelak kita telah mempunyai kesibukan masing-masing
Jika kelak kita akan mengarungi hidup yang berbeda
Jika kelak kita akan menguntai kisah yang tidak sejalan
Jika kelak kita terpisah dan tidak mungkin bersama-sama
Satu harapku dalam setiap mimpiku
Kita akan berjanji untuk satu mimpi
Membahagiakan orang-orang disekitar kita
Bagaikan pelangi yang selalu memberikan keindahan
Bagaikan bulan dan bintang
Yang selalu menerangi dikegelapan
Bagaikan matahari yang tiada henti menyinari
Bagaikan hujan yang selalu memberikan kesejukan
Bagaikan awan yang selalu memberi arti
Akan kebahagiaan setiap insan.

Sumedang, 15 Februari 2014. 19.43 WIB.

Anda mungkin juga menyukai