Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
ABSTRAK Protein memiliki keunikan sifat, struktur dan fungsi yang dipengaruhi oleh jumlah, jenis dan urutan asam amino penyusunnya. Keunikan tersebut diantaranya: mempengaruhi rasa dan tekstur bahan yang mengandung protein, konfigurasi protein dapat diubah dengan perlakuan fisik maupun kimia dan protein dapat mengalami degradasi yang menghasilkan molekul yang lebih sederhana dan hasil sampingan.
Kata Kunci :
PENDAHULUAN Latar Belakang Protein memiliki keunikan sifat, struktur dan fungsi yang dipengaruhi oleh jumlah, jenis dan urutan asam amino penyusunnya. Keunikan tersebut diantaranya: mempengaruhi rasa dan tekstur bahan yang mengandung protein, konfigurasi protein dapat diubah dengan perlakuan fisik maupun kimia dan protein dapat mengalami degradasi yang menghasilkan molekul yang lebih sederhana dan hasil sampingan. Pada raktikum kali ini bertujuan untuk untuk mengidentifikasi sifat fisik kimia protein dalam sampel dan mengetahui dampak penambahan asam/basa dan pemanasan terhadap protein dalam sampel.
Tinjauan Pustaka Protein ialah salah satu senyawa biologis yang tersusun atas satuan asam amino. Protein mengandung senyawa organik dengan susunan molekul yang kompleks dan terdiri dari unsur-unsur C, H, N, O dan beberapa protein mengandung S dan P (Othmer, 1978). Pada protein terdapat empat tingkat struktur yang berbeda yaitu struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier dan struktur kuartener. 1. Struktur primer Struktur primer adalah urutan asam-asam amino yang membentuk rantai polipeptida. Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). 2. Struktur sekunder Struktur sekunder protein bersifat reguler, dan pola lipatan berulang dari rangka protein. Struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder diantaranya: alpha helix, beta-sheet, beta-turn, gamma-turn. 3. Struktur tersier Struktur tersier protein adalah lipatan secara keseluruhan dari rantai polipeptida sehingga membentuk struktur 3 dimensi tertentu. Sebagai contoh, struktur tersier enzim sering padat, berbentuk globuler. Struktur tersier yang merupakan gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener. 4. Struktur kuartener Beberapa protein tersusun atas lebih dari satu rantai polipeptida. Struktur kuartener menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-sama membentuk struktur protein. Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu: 1. Protein sederhana yang merupakan protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino. 2. Protein gabungan yang merupakan protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Selain itu protein juga dapat digolongkan menurut : 1. Struktur susunan molekulnya a. Protein fibriler, yaitu protein berbentuk serabut atau serat. Protein fibriler berguna untuk membentuk struktur bahan jaringan (kulit, otot, dan pembuluh darah). Contoh: kolagen, keratin, fibrin, dan miosin. b. Protein Globuler, yaitu protein yang berbentuk bola, terdapat pada bahan pangan seperti susu, telur, dan daging. Larut dalam larutan garam dan asam encer. 2. Kelarutannya Berdasarkan kelarutannya protein digolongkan dalam beberapa macam yaitu : Albumin, Globulin, Glutelin, Gliadin (Prolamin), Histon, Protamin (Girindra,Aisjah, 1990). a. Albumin Albumin larut dalam air dan mengendap dalam larutan garam berkonsentrasi tinggi melalui proses yang disebut penggaraman atau dan Albumin serum. (Girindra, Aisjah, 1990). b. Globulin Globulin tidak larut dalam air, tidak larut dalam garam encer, juga tidak larut dalam garam pekat dengan kejenuhan 30 50 %. Contoh : globulin serum dan globulin telur (Girindra,Aisjah, 1990). c. Glutelin Tidak larut dalam larutan netral, tetapi larut dalam asam atau basa encer. Contoh : glutelin dalam gandum, orizenin dalam beras (Girindra,Aisjah, 1990). d. Prolamin (Gliadin) Larut dalam alkohol 70-80 %, tidak larut dalam air maupun alkohol absolute (100 %). Contoh : gliadin dalam gandum, zein dalam jagung (Girindra,Aisjah, 1990). e. Histon Larut dalam air dan tidak larut dalam amoniak encer. Dapat mengendap dalam pelarut protein lain. Contoh : globin dalam hemoglobin. f. Protamin Dibanding dengan protein lain, protamin relatif mempunyai bobot molekul rendah. Protamin larut dalam air dan bersifat basa. Didalam sperma ikan, disebut nukleoprotamin. Contoh : Salmin (Girindra,Aisjah, 1990). 3. Protein konjugasi Protein yang mengandung senyawa bukan protein, disebut protein konjugasi atau protein majemuk. Sedangkan protein yang tidak mengandung senyawa non protein disebut protein sederhana. Contoh : Nukleoprotein bersenyawa dengan asam nukleat. 4. Tingkat degradasi Degradasi merupakan tingkat permulaan denaturasi. Menurut tingkat degradasinya, protein dapat dibedakan: a. Protein alami, adalah protein dalam keadaan protein seperti dalam sel. b. Turunan protein, merupakan hasil degradasi protein pada tingkat permulaan denaturasi. Tingkat denaturasi dapat dibedakan sebagai : a. Protein primer, merupakan hasil hidrolisa yang ringan. Misal : protean dan metaprotein. b. Protein sekunder, merupakan hasil hidrolisa yang berat. Misal : peptide 5. Fungsi Protein a. Sebagai enzim, untuk membantu dan mempercepat reaksi biologis. b. Sebagai alat pengangkut dan penyimpan. Hemoglobin mengangkut oksigen dan eritrosit. Mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Transferin mengangkut ion besi dalam plasma darah. c. Pengatur gerakan. d. Penunjang mekanis. e. Sebagai pertahanan / imunisasi. f. Sebagai media perambatan impuls saraf. g. Sebagai pengendali pertumbuhan. 6. Sifat Protein a. Berat Molekul. Protein mempunyai berat molekul yang bervariasi dari 5000 sampai beberapa juta (Girindra,Aisjah, 1990). b. Protein sebagai Amfoter. Sifat-sifat protein sebagai amfoter ditentukan oleh gugus- gugusnya yang dapat mengion. Derajat ionisasi dari asam amino sangat dipengaruhi oleh pH (Girindra,Aisjah, 1990). c. Sifat Ionik Protein. Jika protein banyak mengandung asam amino (yang bersifat asam) glutamate dan aspartat, protein mempunyai titik isoelektrik yang rendah. d. Hidrasi Protein. Beberapa protein dapat membentuk gel. Protein yang cepat membentuk gel mempunyai strutur tiga dimensi yang bergandengan dengan ikatan hydrogen. e. Presipitasi / pengendapan protein. Bila kedalam zat pelarut ditambah sedikit garam, kelarutan protein meningkat karena daya elektrostatis antara molekul disekelilingnya turun, peristiwa ini disebut denagan salting-in. Tapi bila konsentrasi garam tinggi, kelarutan protein turun, peristiwa ini disebut dengan salting-out. Protein dapat mengendap dalam garam berkonsentrasi tinggi, logam-logam berat, alkohol (Girindra,Aisjah, 1990). f. Koagulasi Protein Panas dapat menyebabkan koagulasi protein dengan suhu efektif berkisar antara 38 75 o C. misalnya putih telur mula-mula bening, tidak berwarna, bila dipanaskan berubah menjadi padatan berwarna putih. Peristiwa ini disebut sebagai koagulasi. (Girindra,Aisjah, 1990). g. Denaturasi Protein Denaturasi protein adalah berubahnya susunan ruang / lantai polipeptida suatu molekul protein. Terjadinya denaturasi protein tahap awal pada saat protein dikenai suhu pemanasan sekitar 50 o C, protein tersebut belum bisa dikatakan rusak, hanya mengalami perubahan struktur sekunder, tersier, kuartener.
Bahan NH 3 , NaOH, H 2 SO 4 , CH 3 COOH, telur ayam mentah, ikan (daging, tulang, dan kulit), gelatin, ninhidrin.
Prosedur
Asam/Basa Timbang 0,5 gr sampel Diukur pH meter awal +3 ml basa/asam Diamati + ukur pH akhir +1 ml ninhidrin Dipanaskan Identifikasi perubahan warna Pemanasan Timbang 0,5 gr sampel +3 ml aquadest Dipanaskan Diamati + diukur pH akhir diukur pH awalawal +1 ml ninhidrin Dipanaskan Identifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Laboratorium Akuakultur Kelompok Sampel Perlakuan pH awal pH akhir Pengamatan Perubahan warna dan tekstur K L 7 Daging + 3 ml asam 6 1 4 Asam Kuat : putih menjadi putih pucat
Asam Lemah : putih menjadi ungu muda Pemanasan 6 Pemanasan : putih menjadi ungu 8 Kulit + 3 ml asam 6 1 2 Asam Kuat : bening menjadi tetap bening
Asam Lemah : bening menjadi bening keunguan + 3 ml basa 10 14 Basa Kuat : bening menjadi bening keunguan
Basa Lemah : bening menjaji keruh kehitaman Pemanasan 5 Pemanasan : bening menjadi bening keunguan 9 Tulang + 3 ml asam 7 1 2 Asam Kuat : bening menjadi tetap bening
Asam Lemah : bening menjadi bening keunguan + 3 ml basa 13 9 Basa kuat : bening menjadi kuning
Basa Lemah : bening menjadi putih kekuningan Pemanasan 7 Pemanasan : bening menjadi bening keunguan 10 Telur + 3 ml asam 10 1 3 Asam Kuat : padat dan berwarna putih susu
Asam Lemah : ada gumpalan, warna kuning + 3 ml basa 13 11 Basa kuat : berwarna kuning &ada gumpalan putih keruh
Basa Lemah : cair, terdapat gelembung, sedikit berwarna ungu Pemanasan 8 Pemanasan : warna ada 3 lapisan. lapisan mulai dari atas berwarna ungu, lapisan tengah kuning, lapisan bawah putih. 11 Daging + 3 ml basa 6 13 10 Basa Kuat : coklat menjadi berwana keunguan dan lunak
Basa Lemah : putih kemerahan (kenyal) menjadi putih keruh dan berwarna coklat 12 Gelatin + 3m asam 7 1 2 Asam Kuat : putih kental menjadi putih bening kecoklatan dan lunak
Asam Lemah : putih bening, kental & bergumpal menjadi bening cair + 3 ml basa 13 14 Basa. Kuat : putih bening menjadi bening kekuningan
Basa Lemah : bening dan ada gumpalan menjadi bening dan ada gas Pemanasan 5 Pemanasan : bening, ada endapan dibawah menjadi putih bening, endapan hilang
Pembahasan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini mengenai sifat fisik kimiawi protein KESIMPULAN
DAFTAR ACUAN Girindra,Aisjah,1998,Biokimia,1 st ,PT Gramedia, Jakarta. Lehninger, Albert L., Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga, 1982, Jakarta. Winarno,F.G.,1984,Kimia Pangan dan Gizi,PT.Gramedia, Jakarta.