Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


Terapi Kognitif

Kelompok:
Yuniska Pratiwi
Julia Hartati
Azizatu zahro
Hani Qurrotul Aini
Muhammad Farhan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

2013
BAB I
DASAR PEMILIHAN TERAPI
A. Pengkajian
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan
dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia kemunduran yaitu
ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan
dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut
lanjut usia.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PSTW BUDI
MULYA 04, didapatkan 11 kamar yang dihuni oleh 152 lansia dengan
jumlah WBS mandiri 101 orang dan WBS renta 38 orang dan setengah
renta 13 orang dari hasil observasi kelompok terhadap WBS didapatkan
WBS mengalami penurunan kognitif. Dari fenomena tersebut kelompok
tertarik untuk melakukan terapi aktivitas kelompok dengan topik terapi
kognitif .

BAB II
Tinjauan Teori
Pertumbuhan lansia di indonesia termasuk tercepat di dunia sebesar
41,4%. Diprediksi pada tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia mencapai 25,5 juta
jiwa atau sebesar 11,37 % dari jumlah penduduk Indonesia (Ramadia,2009).
Sekitar 15 % dari total lansia di Indonesia mengalami dimensia yaitu suatu
kondisi dimana terjadi penurunan/gangguan daya pikir dan daya ingat yang
progresif disertai dengan gangguan fungsi bahasa,perubahan kepribadian dan
perilaku (Depkes dalam Ramadia, 2009).
Menua adalah proses yang alami terjadi pada setiap manusia. Proses
menua ialah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan fungsi tubuh
untuk memperbaiki/mengganti diri dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tubuh tidak mampu bertahan terhadap infeksi dan tidak mampu
memperbaiki diri yang rusak (Festi, 2010).
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia berdasarkan sistem antara
lain sebagai berikut :
1.

Perubahan fisik : perubahan sel, persyarafan, sistem


kardiovaskular, sistem gastrointestinal.

2.

Perubahan mental

3.

Perubahan sosial

4.

Perubahan motorik

5.

Perubahan sensorik

6.

Perubahan sensori motorik

7.

Perubahan kognitif : perubahan memori dan informasi


(Festi, 2010).
Penyakit degeneratif yang biasa terjadi pada lansia dapat menyebabkan

penurunan fungsi kognitif dari lansia itu sendiri. Perubahan kognitif yang
sering terjadi pada lansia antara lain daya ingat berupa penurunan kemampuan
penamaan dan recall memori. Selain itu, terjadi juga penurunan intelegensi

dasar berupa penurunan fungsi otak kanan. Sehingga dapat menurunkan


kualitas hidup penderitanya, dan hal ini memerlukan rehabilitasi untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia itu sendiri (Kemenkes,2010).
Stimulasi untuk meningkatkan kemampuan otak belahan kanan perlu
diberikan porsi yang memadai, berupa latihan atau permainan yang
prosedurnya membutuhkan konsentrasi atau atensi, orientasi (tempat, waktu,
dan situasi), memori visual, dll. Di sinilah "senam otak", dalam arti melakukan
latihan

tertentu

yang

merangsang

otak,

menjadi

semakin

relevan

(Suhartini,2013).
Rehabilitasi kognitif ialah upaya pemulihan kesehatan yanag bertujuan
untuk mengoptimalkan kualitas kesehatan intelegensi pada penderita penyakit
degeneratif

yang

dilakukan

memiliki/meningkatkan

melalui

stimulasi

kemampuan/fungsi

dan

latihan

intelegensi

agar

tertentu

(Kemenkes,2010).
Potensi kerja otak selain dapat ditingkatkan dengan kebugaran fisik secara
umum juga dapat dilakukan dengan pelatihan otak yang bermanfaat untuk
mempertahankan kekuatan otak agar kemampuan otak tidak menurun dengan
merangsang otak setiap hari sehingga diharapkan dapat mempertahankan
bahkan meningkatkan kemampuan fungsi kognitif (Lisnaini, 2012).
A. KOGNITIF
1. Pengertian Perkembangan Kognitif
Secara

sederhana,

kemampuan

kognitif

dapat

dipahami

sebagai

kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan


penalaran dan pemecahan masalah. Perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan),
yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
2. Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Dan Tua
Salah satu pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversial
dalam studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah apakah
kemampuan kognitif orang dewasa, seperti memori, kreativitas, inteligensi, dan

kemampuan belajar, paralel dengan penurunan kemampuan fisik, Pada umumnya


orang percaya bahwa proses kognitif-belajar, memori dan inteligensi-mengalami
kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Bahkan kesimpulan
bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam
masyarakat

ilmiah.

Akan

tetapi,

belakangan

sejumlah

hasil

penelitian

menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif


bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu
stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.
3. Perubahan Kognitif Pada Lansia
Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara
kemampuan yang menurun secara linier atau seiring dengan proses penuaan
adalah:
Daya Ingat (memori), berupa penurunan kemampuan penamaan (naming) dan
kecepatan mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat
memori (speed of information retrieval from memory).
Intelegensia Dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak
bagian kanan yang antara lain berupa kesulitan dalam komunikasi non verbal,
pemecahan masalah, mengenal wajah orang, kesulitan dalam pemusatan
perhatian dan konsentrasi
4. Terapi Kognitif
Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan pertanyaan, memberikan
salam, berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain
Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak
diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang
membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive dilakukan
klien.
Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang
apa definisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku
itu jika dilakukan. Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku yang
diinginkan dan konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak diinginkan.

BAB III
PERENCANAAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Terapi aktifitas kelompok ini akan dilakukan pada :
Hari/tanggal

: Kamis, 13 Juni 2013

Waktu

: Pukul 09.00-10.00 WIB

Sasaran

a: WBS yang mengalami penurunan fungsi kognitif

Metode tindakan

: permainan

Adapun tugas dari masing-masing anggota kelompok ialah sebagai berikut


Yuniska Pratiwi

: Leader

Muhammad Farhan

: Co-Leader

Hani Qurrotul Aini

: Fasilitator

Azizatu Zahro

: Fasilitator

Julia Hartati

: Observer & Dokumentator

Dalam setiap pembelajaran ataupun pelatihan perlu dilakukan sebuah


evaluasi yang bertujuan untuk melihat keefektifan dari proses pelatihan tersebut.
Metode evaluasi yang digunakan dalam terapi aktifitas ini ialah dengan cara
melihat hasil akhir susunan puzzle yang telah disusun oleh WBS dalam
permaianan dan menanyakan perasaan WBS setelah mengikuti terapi aktifitas
kelompok.

BAB IV
TINDAKAN DAN EVALUASI DAN REKOMENDASI
PROSES PELAKSANAAN
1.

Perkenalan dan pengarahan


a. Mempersiapkan lingkungan : suasana tenang dan nyaman (tidak ribut)
b. Mempersiapkan tempat : pengaturan posisi tempat duduk, leader berdiri di
depan dan berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok
c. Mempersiapkan anggota kelompok : membuat kontrak kembali dengan
WBS untuk mengikuti aktifitas kelompok terapi kognitif

2.

Pembukaan
a. Leader memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama,
b. Leader menjelaskan tujuan terapi aktivitas dan membuat kontrak waktu
dengan WBS dan lamanya kegiatan berlangsung
c. Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok antara lain : jika
WBS ingin ke kamar mandi atau toilet harus minta ijin kepada leader, bila
ingin menjawab pertanyaan WBS diminta untuk mengacungkan tangan
dan diharapkan WBS mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3.

Permainan
Setelah leader menjelaskan peraturan kegiatan, fasilitator membagikan
kertas bergambar untuk pembagian kelompok. Pembagian kelompok dibagi
berdasarkan perolehan gambar yang sama dari WBS.

Setelah terbentuk kelompok, fasilitator membagikan puzzle ke masingmasing kelompok. Kemudian masing-masing kelompok berlomba dalam
menyusun puzzle dengan cepat dan benar.
4.

Evaluasi
a. WBS dapat mengikuti jalanya kegiatan dengan baik
b. WBS aktif saat kegiatan berlangsung
c. WBS aktif dalam permainan

5.

Penutup
a. Leader menyampaikan apa yang telah dicapai anggota kelompok setelah
mengikuti kegiatan
b. Perawat memberikan reinforcement positif pada setiap WBS yang
mengikuti kegiatan

Anda mungkin juga menyukai