Autacoid: zat yg cepat disintesis sbg respon thd stimuli spesifik bekerja cepat dan setempat, dan segera didegradasi. Eicosanoids: autacoid yg disintesis dari asam arakidonik, berperan dlm fisiologi kardiovaskuler, radang, dan reproduksi. Dalam tatalaksana radang, demam, dan nyeri dikenal golongan obat yg bekerja melalui jalur eicosanoids, yaitu NSAIDs (non-steroid antiinflamatory drugs) dan leukotriene inhibitors.
Krn kedua Cox perlihatkan berbagai profil yg berbeda, kedua COX hasilkan sejumlah eicosanoids yg berbeda dan jalur biokimiawi dan fisiologik yg berbeda pula. Jalur COX1 berperan housekeeping (pemeliharaan/mainetance): homeostasis vaskuler, aliran darah ginjal dan saluran cerna, fungsi ginjal, proliferasi mukosa usus, fungsi trombosit, dan antitrombogenesis. Jalur COX2 berperan sewaktu diperlukan (as needed) dan spesifik, meliputi perannya dalam proses radang, demam, nyeri, penjalaran rangsang nyeri di med.spinalis, mitogenesis di al. cerna, adaptasi ginjal thd stress, kerusakan trabekula tulang, ovulasi, pembentukan plasenta, dan persalinan.
inducible inflamed tissue proinflamatory/ mitogenic LPS, TNF-, IL-1, IL-2, EGF, IFN- steroid, IL-1, IL-4, IL-10, il-13, NSAIDs
Prostaglandins
PG1, PG2, PG3; angka tunjukkan jumjah rantai ganda dalam molekul; PG2 paling banyak krn turunan langsung AA. PGH2 rupakan titik persimpangan jalur COX krn dari PGH2 akan disintesis PGD2, PGE2, PGF2, throboxane A2 (TxA2), proctacyclin (PGI2). PGE2 berperan housekeeping/cytoprotective, lindungi mukosa lambung, myokard, parenkim ginjal dari iskemia, krn timbulkan vasodilatasi dan kendalikan aliran darah. PGE2 juga berperan aktifkan sel radang dan timbulkan demam, melalui sintesisnya di hipotalamus. Thrombaxane synthase ada di trombosit, hasilkan thmbaxane A2, vasokonstriktor kuat dan pendorong adhesi dan agregasi trombosit. Prostacycln synthase ada di endotel vaskuler, hasilkan PGI2 yg timbulkan vasodilatasi, venodilatasi, dan hambat agregasi trombosit. Imbangan lokal TXA2 dgn PGI2 atur TD sistemik dan thrombogenesis.
Salisilat
Asetilasi irreversible COX1 dan COX2. Asetilasi irreversible COX1 hambat sintesis thrombaxane, prostacyclin, dan PGs keluaran COX1; hasilkan efek antithrombogenic, digunakan utk profilaksis primer dan sekunder infark myokard dan stroke. Satu dosis salisilat hambat sintesis TxA2 beberapa hari, geser imbangan TxA2-PGI2 kearah PGI2yg hasilkan vasodilatasi, hambat aktifitas trombosit, dan bulkan efek antitrombogenesis. Hambatan thd COX2 bersifat parsial, sisakan kemampuan COX2 utk hasilkan 5-(R)-HETE dari AA, segera diubah jadi lipoxins yg berkasiat anti radang. Efek samping spesifik: serangan asma, sesak, sindroma Reye pada anak. Indikasi: nyeri ringan dan sedang, sakit kepala, myalgia, arthralgia, profilaksis infarka myokard dan stroke. Kontraindikasi: hipersensitifitas aspirin.
Asetaminofen
Dipisahkan dari NSAIDs, krn lemah hambat COX, berkasiat analgetik dan antipiretik sama dgn salisilat. ES utama adalah hepatotoksisitas; CYP di hati hasilkan metabolit reaktif, segera diikat oleh gluthation yg tersedia dihati. Dosis berlebih habiskan gluthation, tingkatkan metabolit reaktif, timbulkan reaksi oksidatif yg rusak sel; timbulkan nekrosis hepar pd kasus keracunan berat.
Glukokortikoid
Hambat COX2 dan sintesis PGs melalui beberapa mekanisme: 1) represi gen COX2 dan ekspresi enzim; 2) represi ekspresi sitokin yg aktifkan COX2; 3) batasi jumlah AA, substrat COX2, dgn cara hambat tak langsung fosfolipaseA2. Rangsang jalur sintesis anti radang endogen. Semua aktifitas ini hasilkan efek anti radang kuat; Bersama dgn efek imunosupresinya, glukokortikoid diindikasikan untuk pengobatan sejumlah penyakit autoimun.
Krn kedua Cox perlihatkan berbagai profil yg berbeda, kedua COX hasilkan sejumlah eicosanoids yg berbeda dan jalur biokimiawi dan fisiologik yg berbeda pula. Jalur COX1 berperan housekeeping (pemeliharaan/mainetance): homeostasis vaskuler, aliran darah ginjal dan saluran cerna, fungsi ginjal, proliferasi mukosa usus, fungsi trombosit, dan antitrombogenesis. Jalur COX2 berperan sewaktu diperlukan (as needed) dan spesifik, meliputi perannya dalam proses radang, demam, nyeri, penjalaran rangsang nyeri di med.spinalis, mitogenesis di al. cerna, adaptasi ginjal thd stress, kerusakan trabekula tulang, ovulasi, pembentukan plasenta, dan persalinan.
Patofisiologi Gout
AU adalah asam lemah (pKa=5.6); larut dlm plasma; kadar normal 4 6 mg%; ikatan plasma jenuh bila AU >6.8%; dinyatakan hyperuricaemia bila >7 mg% utk pria dan >6 mg% utk wanita. Cairan synovial lebih asam, sebabkan kristalisai AU. Timbulnya gout berkorelasi dengan tinggi AU plasma. Perjalanan alamiah gout tdd 4 fase: hyperuricaemia asimtomatik; gout akut, fase intercritical, dan gout kronik. Kristal AU synovial aktifkan komplemen dan fagositosis monosit lepaskan chemotactic factors mobilisasi sel radang.
Non-Protein DMARDs
Obat Methotrexate Leflunomide Hydroxychloroquin Minocyclin Sulfasalazin Azathioprin Siklofosfamid Cyclosporin Cara Kerja Folic acid antagonist Pyrimidine synthase inhibitor Antimalaria Lipoxygenase inhibitor Salisilat Purine synthase inhibitor Alkylating agent Immunomudulation
Protein DMARDs
Obat Adalimumab/ Infliximab/ Etanercept Rituximab Anakinra Cara Kerja Ab, antagonis TNF-
Terapi dgn non-biological DMARDs tunggal hasilkan remisi pd penyakit ringan. Kombinasi 2 non-protein DMARDs ( MTX+SLZ, MTX+HCQ, MTX+LFMD, MTX+HCQ+SLZ) diindikasikan utk RA aktifitas sedang/tinggi, atau RA ringan yg resisten dgn terapi tunggal. Biological DMARDs dicadangkan utk RA aktifitas sedang/tinggi yg menetap/prognosis buruk. Glukokortikoid utk tekan radang akut, pemberian jangka lama timbulkan supresi adrenal. Emas dan penicillamin ditinggalkan, banyak ES.