Anda di halaman 1dari 17

1.

Pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan terkait sistem irrigasi, untuk


itu dari masing-masing peraturan berikut sebutkan Hak, Kewajiban dan sangsi
petani atau pengusaha di bidang pertanian bila melanggar peraturan-peraturan
berikut:
a. Undang-undang No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
b. Peraturan Pemerintah No 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air
c. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, Tentang : Sungai
d. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010, Tentang : Bendungan
e. Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2008 tentang Air Tanah
f. Perturan Pemerintah No 77 Tahun 2001 dan Peraturan Pemerintah No 20
Tahun 2006 tentang Irigasi

1.a Mendapatkan air sehat, bersih, dan produktif, seperti yang tercantum pada UU No.7 tahun
2004 tentang Sumber Daya Air pasal 5 yang berbunyi, Negara menjamin hak setiap orang
untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi
kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif
a. Hak
Mendapatkan dan menggunakan air untuk keperluan dan sarana prasarana sumber
daya air berupa bangunan air dan bangunan lain yang dapat menunjang kegiatan
pengelolaan sumber daya air baik langsung maupun tidak langsung.
Berhak mendapatkam air dan memperoleh kemakmuran dari sumber daya air yang
dikelola untuk memenuhi kebutuhan bagi petani, perseorangan dan pertanian
rakyat yang berada di dalam sistem irigasi tanpa membutuhkan izin terlebih dahulu
yang berwasan lingkungan hidup, sehat, dan produktif
Mengembangkan irigasi tersier. Seperti yang tertulis pada pasal 41 ayat 3,
Pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab
perkumpulan petani pemakai air.
Mendapatkan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air dari pemerintah
melalui pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
Menggunakan air, memanfaatkan wadah air, dan menggunakan daya air pada
suatu lokasi tertentu sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam perizinan
(pasal 45 ayat 4)


Pasal 82
Dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya air, masyarakat berhak untuk:
memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air
memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaanpengelolaan sumber daya air
memperoleh manfaat atas pengelolaan sumber daya air
menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan sumber daya air yang sudah
diumumkan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi setempat
mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yang berwenang atas kerugian
yang menimpadirinya yang berkaitan dengan penyelenggaraan pengelolaan
sumber daya air
mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah sumber daya
air yang merugikan kehidupannya.

Pasal 83
Dalam menggunakan hak guna air, masyarakat pemegang hak guna air berkewajiban
memperhatikankepentingan umum yang diwujudkan melalui perannya dalam konservasi
sumber daya air serta perlindungan dan pengamanan prasarana sumber daya air.
Pasal 84
1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengelolaan sumber daya air.
2) Ketentuan mengenai peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air
sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

b. Kewajiban
Mengendalikan daya rusak air
Merencanakan sumber daya air
Mengembangkan sumber daya air
Mengusahakan sumber daya air
Memberdayakan dan mengawasi sumber daya air
Membiayai pengelolaan sumber daya air
Melaksanakan konstruksi, operasi, dan pemeliharaan
Mengelola sistem sumber daya air



c. Sanksi
Pasal 94
1. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah):
a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan
rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air,
dan/atau mengakibatkan pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24
b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan terjadinya daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
52.
2. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan penggunaan air yang
mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan kerusakan fungsi
sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3); atau
b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan
rusaknya prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
ayat (7).
3. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah):
a. Setiap orang yang dengan sengaja menyewakan atau memindahtangankan
sebagian atau seluruhnya hak guna air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2);
b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan pengusahaan sumber daya air
tanpa izin dari pihak yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (3); atau
c. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi
prasarana sumber daya air yang tidak didasarkan pada norma, standar,
pedoman, dan manual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2)
d. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi
pada sumber air tanpa memperoleh izin dari Pemerintah atau pemerintah
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3).



1.b Peraturan Pemerintah No 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

a. Hak
Hak para petani dan pengusaha dalam PP No.42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air bahwa petani berhak memperoleh air dan menggunakannya dengan
kualitas yang baik guna memenuhi kebutuhan irigasi dengan ketentuan yang tercantum
dalam izinb.

b. Kewajiban
Melestarikan dan melindungi sumber daya air. Seperti yang tertulis dalam pasal 50
Memeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air, sesuai
dengan pasal 51
Mengendalikan pemanfaatan sumber daya air, sesuai dengan pasal 52

c. Sanksi
Setiap pemrakarsa sebagai pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95
huruf a dan huruf b yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2), Pasal 98, atau Pasal 104ayat (1) dapat dikenai sanksi
administratif oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
sebagai pemberi izin.
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
Peringatan tertulis
Penghentian sementara pelaksanaan seluruh kegiatan dan
Pencabutan izin
Penyedia jasa konstruksi yang melanggar ketentuan peraturan pemerintah ini
dikenai sanksi administratif sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di
bidang jasa konstruksi.

Pasal 122
Pemrakarsa sebagai pemegang izin yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (1) dikenai sanksi berupa
peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (2) huruf a

Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dikenakan sebanyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut masing-masing
untuk jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender

Pemrakarsa sebagai pemegang izin yang tidak melaksanakan kewajibannya
setelah berakhirnya jangka waktu peringatan tertulis ketiga sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dikenai sanksi administratif berupa penghentian
sementara pelaksanaan seluruh kegiatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
121 ayat (2) huruf b

Sanksi administratif berupa penghentian sementara pelaksanaan seluruh kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenakan untuk jangka waktu 14 (empat
belas) hari kalender

Pemrakarsa sebagai pemegang izin yang tidak melaksanakan kewajibannya
setelah berakhirnya jangka waktu pengenaan sanksi administratif berupa
penghentian sementara pelaksanaan seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 121 ayat (2) huruf c.

Pasal 123
Pemrakarsa sebagai pemegang izin pelaksanaan konstruksi pada sumber air
dan/atau penggunaan sumber daya air yang tidak melakukan upaya pemulihan dan/atau
perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (4) atau ayat (5) dikenai sanksi
administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (2)
huruf a.

Sanksi
Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dikenakan sebanyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut masing-masing
untuk jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender
Pemrakarsa sebagai pemegang izin pelaksanaan konstruksi pada sumber air
dan/atau penggunaan sumber daya air yang tidak melaksanakan kewajibannya
setelah berakhirnya jangka waktu peringatan tertulis ketiga sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dikenai sanksi administratif berupa penghentian
sementara pelaksanaan seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121
ayat (2) huruf b
Sanksi administratif berupa penghentian sementara pelaksanaan seluruh kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenakan untuk jangka waktu 14 (empat
belas) hari kalender
Pemrakarsa sebagai pemegang izin pelaksanaan konstruksi pada sumber air
dan/atau penggunaan sumber daya air yang tidak melaksanakan kewajibannya
setelah berakhirnya jangka waktu pengenaan sanksi administrative berupa
penghentian sementara pelaksanaan seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 121 ayat (2) huruf c
Selain dikenakan sanksi pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
apabila pelaksanaan konstruksi dan/atau penggunaan sumber daya air yang
dilakukan oleh pemrakarsa menimbulkan:
Kerusakan pada sumber air dan/atau lingkungan sekitarnya, wajib melakukan
pemulihan dan/atau perbaikan atas akibat kerusakan yang ditimbulkannya;
dan/atau
Kerugian pada masyarakat, wajib mengganti biaya kerugian yang ditimbulkan
kepada masyarakat yang menderita kerugian.


1.c Hak, Kewajiban, dan Sanksi Petani atau Pengusaha di Bidang Pertanian Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, Tentang : Sungai.
a. Hak
Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak memanfaatkan air sungai
sebagai sumber untuk kegiatan irigasi dan berhak untuk melakukan eksploitasi
pembuatan bangunan sungai dengan izin dari pemerintah atau pihak yang berwenang.

b. Kewajiban
Pembinaan sungai
Melakukan perencanaan sungai
Pembangunan bangunan sungai
Pemeliharaan sungai dan bangunan sungai
Membangun, mengelola, dan mengamankan waduk
Menanggulangi bahaya banjir



c. Sanksi
Pasal 33
Dipidana berdasarkan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 dan
peraturan perundang-undangan lainnya:
Barangsiapa untuk keperluan usahanya hanya melakukan pembangunan bangunan
sungai tanpa ijin sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (2) dan Pasal 15 ayat (3)
Barangsiapa melakukan pengusahaan sungai dan bangunan sungai tanpa ijin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3)
Barangsiapa mengubah aliran sungai, mendirikan,mengubah atau membongkar
bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai, mengambil dan menggunakan
air sungai untuk keperluan usahanya yang bersifat komersil tanpa ijin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26 dan Pasal 27;
Barangsiapa membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan/atau cair ataupun
berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27.

1.d Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010, Tentang : Bendungan
a. Hak
Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan dalam proses
pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya.
Memperoleh informasi mengenai rencana pembangunan bendungan dan
pengelolaan bendungan beserta waduknya
Menyatakan keberatan terhadap rencana pembangunan bendungan dan
pengelolaan bendungan beserta waduknya yang sudah diumumkan disertai
alasannya
Memperoleh manfaat atas pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan
beserta waduknya
Mengajukan pengaduan kepada Pembangun bendungan atau Pengelola bendungan
atas kerugian yang menimpa dirinya berkaitan dengan penyelenggaraan
pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya; dan/atau
Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah akibat
pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya yang
merugikan kehidupannya.
b. Kewajiban
Membangun bendungan untuk pengelolaan sumber daya air
Mengikuti program pemberdayaan masyarakat dan/atau
Mengendalikan pencemaran air
Mengikuti persyaratan administratif dalam perijinan sumber daya air
Mewujudkan ketertiban pembangunan dan pengelolaan bendungan beserta
waduknya
Memberikan masukan dan saran dalam pembangunan bendungan dan pengelolaan
bendungan beserta waduknya

c. Sanksi
Pasal 157
1) Pembangun bendungan yang melakukan pelaksanaan konstruksi tanpa izin
pelaksanaan konstruksi yang diberikan oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (1) dikenai sanksi berupa penghentian pelaksanaan konstruksi oleh
Menteri.
2) Pembangun bendungan yang tidak melakukan pelaksanaan konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dikenai sanksi berupa pencabutan izin
pelaksanaan konstruksi oleh Menteri.
3) Pembangun bendungan yang melakukan pengisian awal waduk tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) dikenai sanksi berupa penghentian
pengisian awal waduk oleh Menteri
4) Pembangun bendungan yang tidak melakukan pengisian awal waduk sampai
dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) dikenai sanksi
berupa pencabutan izin pengisian awal waduk oleh Menteri.
5) Pengelola bendungan yang tidak melakukan perubahan struktur bendungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) atau tidak melakukan rehabilitasi
bendungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 ayat
6) Dikenai sanksi berupa pencabutan izin operasi bendungan
7) Pengelola bendungan yang melakukan perubahan bendungan atau rehabilitasi
bendungan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat (1) dikenai sanksi
berupa penghentian kegiatan pelaksanaan perubahan bendungan atau rehabilitasi
bendungan

1.e Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2008 tentang Air Tanah
a. Hak
Berhak melakukan pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan pengelolaan
air tanah.
Melakukan konservasi air tanah.
Memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Pemakaian air tanah untuk pertanian hanya dapat dilakukan apabila air permukaan
tidak mencukupi.
Mendapatkan izin pemakaian air tanah dari bupati/walikota.
Berhak memanfaatkan air tanah tanpa izin apabila untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat.

Setiap pemegang izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah berhak
untuk memperoleh dan menggunakan air tanah sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam izin.

b. Kewajiban
Dalam pengeboran dan penggalian air tanah diwajibkan untuk berdasar pada aturan
yang berlaku sesuai undang-undang pemerintah seperti yang tercantum pada peraturan
tersebut di atas pasal 77 kewajiban pemegang izin pengusahaan air tanah adalah sebagai
berikut :

menyampaikan laporan hasil kegiatan pengeboran kepada bupati/walikota dan
laporan debit pemakaian air tanah setiap bulan kepada bupati/walikota dengan
tembusan menteri atau gubernur
memasang meteran air pada setiap sumur produksi untuk pemakaian atau
pengusahaan air tanah
membangun sumur resapan di lokasi yang ditentukan oleh bupati/walikota;
berperan serta dalam penyediaan sumur pantau air tanah;
membayar biaya jasa pengelolaan air tanah; dan
melaporkan kepada bupati/walikota apabila dalam pelaksanaan pengeboran atau
penggalian air tanah, serta pemakaian dan pengusahaan air tanah ditemukan hal-
hal yang dapat membahayakan lingkungan.

c. Sanksi
Pasal 93
1) Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92
ayat (2) huruf a dikenakan kepada pemegang izin yang melakukan pelanggaran
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 77 atau
Pasal 78
2) Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenakan sebanyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut masingmasing untuk
jangka waktu 1 (satu) bulan.
3) Pemegang izin yang tidak melaksanakan kewajibannya setelah berakhirnya jangka
waktu peringatan tertulis ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakan
sanksi penghentian sementara seluruh kegiatan.
4) Sanksi administratif berupa penghentian sementara seluruh kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dikenakan untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan.
5) Pemegang izin yang tidak melaksanakan kewajibannya setelah berakhirnya jangka
waktu penghentian sementara
6) Pengawasan terhadap pelaksanaan pengeboran, penggalian air tanah, pemakaian
dan/atau pengusahaan air tanah,seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3),dikenakan sanksi pencabutan izin.

1.f Perturan Pemerintah No 77 Tahun 2001 dan Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006
tentang Irigasi

a. Hak
Memakai air irigasi guna menunjang usaha pokoknya
Berperan aktif dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan pemeliharaan, pengamanan,
rehabilitasi, dan peningkatan jaringan irigasi
Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak atas hak guna air irigasi diberikan
terutama untuk kepentingan pertanian dengan tetap memperhatikan kepentingan usaha
lainnya.
Perkumpulan petani pemakai air berhak memperoleh pemberdayaan perkumpulan
petani pemakai air secara berkesinambungan dan berkelanjutan melalui penguatan dan
peningkatan kemampuan perkumpulan petani pemakai air.
Perkumpulan petani pemakai air berhak sebagai pengambil keputusan dan pelaku
utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggung jawabnya.
Perkumpulan petani pemakai air berhak menyusun Perencanaan Tahunan penyediaan
air irigasi.
Perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi berhak mengatur pembagian air
irigasi.
Perkumpulan petani pemakai air berhak memperoleh bantuan dan fasilitas rehabilitasi
dan peningkatan jaringan irigasi dengan memperhatikan prinsip kemandirian.
Perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi berhak mendampingi
pemerintah dalam pelaksanaan audit pengelolaan irigasi.
Perkumpulan petani pemakai air berhak mengajukan usulan pemanfaatan dana
pengelolaan irigasi kepada komisi irigasi.

b. Kewajiban
Pembangunan jaringan irigasi
Pengelolaan irigasi yang meliputi operasi dan pemeliharaan, pengamanan, rehabilitasi,
dan peningkatan jaringan irigasi;
Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang meliputi penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangannya,termasuk usaha mempertahankan
kondisi jaringan irigasi agar tetap berfungsi dengan baik;
Pengamanan jaringan
Rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi
Manajemen aset irigasi yang meliputi kegiatan inventarisasi, audit, perencanaan,
pemanfaatan, pengamanan aset irigasi, dan evaluasi;
Audit pengelolaan irigasi yang meliputi aspek organisasi, teknis, dan keuangan,
sebagai bahan evaluasi manajemen aset irigasi.

c. Sanksi
Tidak ada sanksi dalam undang undang ini

2. Pemerintah telah mengeluarkan standar kualitas Air Irigasi berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 82 tahun 2001 (lihat di bahan kuliah yang bersama tugas ini) , untuk
itu dari standar tersebut, melalui studi literatur deskripsikan teknik mengukur
masing-masing standar kualitas air irrigasi baik secara Fisika, Kimia anorganik,
Mikrobiologi, Kimia Organik (DDT saja). Mengapa kualitas tersebut penting bagi
pertanian

Klasifikasi dan kriteria kualitas air di Indonesia diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, kualitas air
diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu:

Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air
minum, dan atau peruntukan lain yang imempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut;
Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk imengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi,pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Cara menentukan kualitas air adalah sebagai berikut :

1. Monitoring kualitas air secara fisik
Monitoring kualitas air secara fisik dapat dilakukan dengan mengukur peubah-
peubahnya seperti suhu, muatan sedimen, kecepatan aliran, ukuran batuan dasar
sungai, turbiditas/kekeruhan, warna, bau, keadaan kanopi dan jenis vegetasi di sekitar
sungai. Peubah-peubah yang digunakan pada pemantauan fisik merupakan informasi
pendukung dalam penentuan kualitas air secara kimia dan biologi (Rahayu,dkk, 2009).

2. Monitoring kualitas air secara kimia
Peubah-peubah yang diamati pada monitoring kualitas air secara kimia adalah
keasaman (pH), oksigen terlarut, daya hantar listrik, kandungan nitrat, nitrit, amonia,
fosfat, keberadaan bakteri dan kandungan bahan kimia lainnya sesuai dengan
penggunaan air. Sebagian besar peubah dalam monitoring kualitas air secara kimia
hanya dapat diketahui di laboratorium, karena memerlukan analisa tertentu.
Pengukuran kualitas air berdasarkan peubah kimia telah menjadi standar umum untuk
mengetahui kualitas air karena:
Hasil pengukuran secara langsung dapat menunjukkan jenis bahan pencemar
yang menyebabkan penurunan kualitas air
Hasil pengukuran berupa nilai kuantitatif yang dapat dibandingkan dengan
nilai ambang batas anjuran sehingga dapat menunjukkan tingkat pencemaran
yang terjadi.
Meskipun demikian, pengukuran peubah kimia memiliki keterbatasan yaitu:
Memerlukan biaya yang relatif mahal dan harus dilakukan di laboratorium
Hasil pengukuran bersifat sesaat, karena hanya mewakili saat pengambilan
contoh saja. Oleh karena itu, pengukuran harus dilakukan secara berulang-
ulang dalam seri waktu
Belum ada standarisasi teknik analisis, sehingga antara laboratorium satu
dengan lainnya menggunakan cara yang berbeda-beda dan tentunya akan
memberikan hasil yang berbeda-beda pula
Belum ada standarisasi nilai ambang batas jenis-jenis bahan pencemar yang
diperbolehkan, sehingga masing-masing negara memiliki nilai ambang batas
yang berbeda-beda (Rahayu,dkk, 2009).

3. Monitoring kualitas air secara biologi (Biomonitoring)
Biomonitoring adalah monitoring kualitas air secara biologi yang dilakukan
dengan melihat keberadaan kelompok organisme petunjuk (indikator) yang hidup di
dalam air. Kelompok organisme petunjuk yang umum digunakan dalam pendugaan
kualitas air adalah:
Plankton: mikroorganisme yang hidup melayang-layang di dalam air
Periphyton: alga, cyanobacter, mikroba dan detritus yang hidup di dalam air
Mikrobentos: mikroorganisme yang hidup di dalam atau di permukaan air
Makrobentos: makroinvertebrata yang hidup di dalam atau di permukaan air
Makrophyton: tumbuhan air
Nekton: ikan

Kelompok tersebut digunakan dalam pendugaan kualitas air karena dapat
mencerminkan pengaruh perubahan kondisi fisik dan kimia yang terjadi di perairan
dalam selang waktu tertentu. Namun, metode ini memiliki beberapa kelemahan antara
lain:
1. Tidak dapat mengidentifikasi penyebab perubahan yang terjadi
2. Hasil pendugaan menunjukkan kualitas air secara ekologi tetapi tidak dapat
menunjukkan adanya bahan patogen atau organisme berbahaya lainnya
3. Hanya dapat dilakukan oleh orang yang mengerti tentang biologi perairan
ataupun orang yang telah dilatih, karena harus mengidentifikasi secara
taksonomi kelompok-kelompok organisme petunjuk.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi kualitas air yang lebih akurat,
sebaiknya dilakukan penggabungan antara pemantauan kualitas air secara fisik-kimia
dan biologi (Rahayu,dkk, 2009).
Parameter Kualitas Air yang dapat digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang
tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis
.
Persyaratan Fisika Air
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut:
Jernih atau tidak keruh : Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-
butiran koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air
semakin keruh.
Tidak berwarna : Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang
berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi
kesehatan.
Rasanya tawar : Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa
asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan
rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
Tidak berbau : Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari
jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan
organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh
mikroorganisme air.
Temperaturnya normal : Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas
terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa,
yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan
mikro organisme.
Tidak mengandung zat padatan : Air minum mengandung zat padatan yang
terapung di dalam air.
Persyaratan Kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun.
pH (derajat keasaman)
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada
umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama
karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5
dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa
kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.



Kesadahan
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan
nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium
dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga
mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat
(permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari
Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Alumunium.
Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan
menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan
yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil
pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas
maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l
Aluminium
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak
aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.
Zat organik
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara
makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di
perairan
Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak
air yang keras pada alat merebus air (panci / ketel)selain mengakibatkan bau dan
korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air
bekas.
Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman.
Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang
digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter.
Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi
Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah
membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen
didalam tubuh.


Chlorida
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chlorida
dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan
berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa
air.

Zn
Batas maksimal Zn yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l.
penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan
rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk
metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada
pertumbuhan anak.
Persyaratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut:
1. Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya: bakteri golongan coli;
Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah
tersebar melalui air.
2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton
colifprm, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995)
Kualitas air sangat penting bagi kelangsungan hidup mahluk hidup sesuai dengan
pertimbangan dalam PP no 82 tahun 2001. Karena air merupakan salah satu sumber daya
alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta
untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama
pembangunan. Selain itu air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi
kelangsungan hidup dan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Untuk melestarikan
fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara
bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta
keseimbangan ekologis dan berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (2) Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;



3. Kualitas Air di sepanjang Sungai Brantas telah di lakukan monitoring secara
periodik oleh Perum Jasa Tirta, tetapkan wilayah pengairan yang tidak memenuhi
standar air irrigasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 , dari
masing-masing periode pengamatan. Beri penjelasan bila kualitas air tersebut tidak
meneuhi standar air irrigasi apa pengaruh terhadap produksi pertanian dan
ekosistemnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 , dari masing-masing periode
pengamatan pengairan yang tidak memenuhi standar air irrigasi sepanjang Sungai
Brantas adalah sebagai berikut :

a. Periode Januari Maret 2010
Waduk Sengguruh
Waduk Sutami hulu
Waduk Sutami tengah
Waduk Sutami hilir
Jembatan Kesamben
Pakel Tambangan

b. Periode April - Juni 2010
Waduk Sengguruh
Daerah-daerah tersebut tidak memenuhi syarat dikarenakan menurut Peraturan
Pemerintah No 82 tahun 2001 telah melewati batas minimum dari kualitas air tersebut. Di
Peratuan Pemerintah sudah disebutkan bahwa kriteria kualitas air meliputi 4 kelas. Jika
melewati ke empat kelas tersebut, maka kualitas air tersebut tidak memenuhi standar air yang
baik. Contohnya untuk COD pada parameter tersebut batas maksimumnya adalah 100, namun
pada daerah tersebut data yang didapat COD nya telah melewati batas tersebut, sehingga
dapat dikatakan daerah tersebut tidak memenuhi standar kualitas air. Jika air dengan kualitas
yang buruk tersebut digunakan untuk mengairi tanaman, maka kemungkinan pertumbuhan
tanaman tersebut akan terhambat oleh bahan-bahan kimia yang terkandung di dalam air
tersebut, sehingga produktifitas tanaman tersebut kurang maksimal, bahkan dampak lain yang
dapat disebabkan adalah ekosistem yang ada akan tercemar akibat COD yang tidak memenuhi
kriteria standar kualitas air menurut PP nomor 82 tahun 2001 diatas.

Anda mungkin juga menyukai