Oleh :
Nama
: Bintang Cahyaning K
NIM
: 125040200111079
Kelas
:D
Lokasi Studi
Uraian Tugas
Buat jadwal irigasi dengan menggunakan alat evaluasi Software Cropwat-8. Data input
menggunakan : (1) Data Meteorologi yang telah disediakan, (2) Data Tanah sesuai lokasi atau
pilih (liat, lempung, pasir) dan (3) Data tanaman pilih yang ada di lokasi studi kemudian ambil
database FAO yang terdapat dalam Cropwat atau FAO-56.
1. Evapotranspirasi potensial metode Penman-Monteith
Berdasarkan data diatas, dengan memasukkan data suhu minimun, suhu maksimum,
kelembaban, kecepatan angin, dan lama penyinaran selama 12 bulan pada aplikasi cropwat
maka akan mengetahui radiasi matahari per bulan selama satu tahun serta diperoleh data Eto
tiap bulan selama satu tahun. Hasil rata rata dari suhu minimum, suhu maksimum,
kelembaban, kecepatan angin, lama pnyinaran, radiasi, dan Eto dalam satu tahun pada
stasiun klimatologi Selorejo berturut turut adalah 19.2o, 30.6o, 78%, 75 km/hari, 8.0 jam,
20.8 MJ/m?/hour, dan 4.20 mm/hari.
2. Kebutuhan air tanaman (Etc atau CWR)
Pada data tanaman dan perhitungan air tanaman dalam cropwat, digunakan tanaman
tomat sebagai pengganti tanaman cabai yang ada pada lahan pengamatan. Tomat dipilih
dikarenakan data cabai pada data crop FAO tidak ditemukan, sehingga digunakan tanaman
yang mash dalam satu famili dengan cabai. Dalam hal ini, tomat dan cabai berada dalam
satu famili yang sama, yakni famili solanaceae.
Evapotranspirasi (ETc) merupakan gabungan dua istilah yang menggambarkan
proses fisika transfer air ke dalam atmosfir, yakni evaporasi air dari permukaan tanah, dan
transpirasi melalui tumbuhan.(Usman, 2004). Sesuai data diatas, didapat hasil ETc 612.4
mm/dec, hujan efektif 239.1 mm/dec, dan irigasi yang dibutuhkan adalah 385.1 mm/dec
selama satu tahun.
3. Kebutuhan air irigasi (IWR)
Tabel diatas menunjukkan waktu pemberian air irigasi pada tanaman tomat. Dengan
metode irigasi surface (70%), penanaman dimulai tanggal 23 Juni dan akan menuai hasil
panen pada 14 November akan mengalami bberapa kali pelaksanaan irigasi, yakni pada 40
HST dibutuhkan air 64.1 mm, pada 68 HST dibutuhkan air 114.2 mm, dan pada 92 HST
dibutuhkan air 118.2 mm. Sehingga total air irigasi yang dibutuhkan selama musim tanam
adalah296.4 mm sedangkan total hujannya sebesar 296.2 mm dimana hujan efektif 280.0
mm dan total kehilangan hujan sebesar 16.2 mm. Dalam keadaan ini, efisiensi hujan adalah
94.5%.
4. Analisis kemungkinan reduksi produksi (%)
Berdasarkan data tabel jadwal pemberian irigasi, tanaman tomat merupakan tanaman
yang membutuhkan hanya beberapa kali pemberian air irigasi, dalam data cropwat dilakukan
pada 40 HST, 68 HSt, dan 92 HST. Total kebutuhan irigasi yang diperlukan adalah 296.4
mm sementara hujan efektif yang terjadi adalah 280 mm. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa penurunan produksi kumulatif dari tanaman tomat adalah 0%. Hal ini dikarenakan
faktor yang mempengaruhi hanya 1.05%.
5. Berapa debit pemberian air sesuai dengan Efisiensi Irigasinya/Metode Irigasi.
Kebutuhan air irigasi yang dibutuhkan oleh tanaman tomat pada aplikasi cropwat adalah
64.1 mm, 114.2 mm, 118.2 mm pada 40 HST, 68 HST serta 92 HST.
DATA TANAH : Sesuai dengan hasil pengukuran saat praktikum (Lokasi Desa/Kecamatan
sekitar Stasiun Meteorologi)
DATA TANAMAN : Masing-masing mahasiswa memilih satu jenis tanaman
KRITERIA SKEJULING :
No
1
2
Irrigation Timing
Irrigate at critical depletion (100%)
Rainfed (No Irrigation)
IRRIGATION EFICIENCY :
1. Surface : 70%
2. Sprinkler : 80%
3. Drip : 90%
OUTPUT :
Irrigation Application
Refill soil to 100% Field capasity
-
Dari masukan data suhu minimun, suhu maksimum, kelembaban, kecepatan angin,
dan lama penyinaran selama 12 bulan pada aplikasi cropwat maka diperoleh radiasi matahari
per bulan selama satu tahun serta diperoleh data Eto tiap bulan selama satu tahun. Hasil rata
rata dari suhu minimum, suhu maksimum, kelembaban, kecepatan angin, lama pnyinaran,
radiasi, dan Eto dalam satu tahun pada stasiun klimatologi Selorejo berturut turut adalah
19.2o, 30.6o, 78%, 75 km/hari, 8.0 jam, 20.8 MJ/m?/hour, dan 4.20 mm/hari.
2. Data Hujan
3. Data Crop/Tanaman
Dengan menggunakan tanaman tomat yang ditanam pada tanggal 23 Juni 2014 akan
dapat dipann tanggal 14 November 2014. Nilai koefisien tanaman tomat sesuai dengan
aplikasi cropwat yakni 0.60, 1.15, dan 0.80. sedangkan fase yang dialami tanaman tomat
adalah 30 hari masa pertumbuhan vegetatif, setelah itu tanaman tomat emngalami masa
development atau pertumbuhan cepat selama 40 hari. Pada masa generatif yang dialami
setelah masa pertumbuhan cepat , tanaman tomat akan melakukan penyerbukan (midseason) selama 45 hari. Setelah fase generatif, tanaman tomat akan mengalami fase
pematangan selama 25 hari hingga tanaman tomat dapat dipanen. Jadi, total pertumbuhan
tanaman tomat selama satu kali fase tanam adalah 145 hari. Kedalam akar tanaman tomat
yakni antara 0.25 hingga 1 meter. Sementara itu, tanaman tomat dapat mengalami critical
depletion pada masa initial, mid-season, dan late-season.
4. Data Tanah
Dalam perhitungan cropwat ini, tanah yang digunakan adalah tanah jenis mdium.
Tanah medium adalah tanah dengan komposisi pasir, liat, dan debu yang seimbang. Loam
biasanya lebih baik lagi digunakan untuk bercocok tanam dibandingkan dengan tanah
humus. Loam hampir sama dengan tanah humus tetapi mengandung lebih sedikit bahanbahan organik. Pengairan untuk tanah ini cukup baik dan memiliki banyak ruang udara
didalamnya (Budiman. dkk, 2007).
Total ketersediaan kelembaban tanah mediaum sesuai dengan aplikasi cropwat
adalah sebesar 290.0 mm/m, laju infiltrasi air hujan maksimum adalah sebesar 40 mm/hari,
kedalaman perakaran maksimum adalah 900 cm, dan kelembaban tanah awal sebesar 290.0
mm/m.
2. Sprinkle (80%)
3. Drip (90%)
Ketigatabel diatas merupakan tabel jadwal pemberian air irigasi untuk tanaman
tomat. Tabel pertama merupakan tabel irigasi metode surface (7%), tabel kedua adalah
irigasi sprinkle (80 %), dan tabl ketiga adalah irigasi tetes (90 %). Penanaman tanaman
tomat yang dimulai tanggal 22 Juni dan akan menuai hasil panen pada 13 November akan
mengalami bberapa kali pelaksanaan irigasi, baik pada irigasi permukaan (surface), sprinkle
maupun tetes. Jumlah kebutuhan kebutuhan air dan waktu pemberian air untuk tanaman
tomat memiliki data yang sama untuk ketiga metode irigasi yang digunakan, yakni pada 40
HST dibutuhkan air 68.1mm, pada 68 HST dibutuhkan air 115.1 mm, dan pada 92 HST
dibutuhkan air 118.3 mm. Sehingga total air irigasi yang dibutuhkan selama musim tanam
adalah 302.1 mm sedangkan total hujannya sebesar 296.2 mm dimana hujan efektif 280.0
mm dan total kehilangan hujan sebesar 16.2 mm. Dalam keadaan ini, efisiensi hujan adalah
94.4%.
Perbedaan yang terjadi untuk masing masing metode irigasi tanaman tomat adalah
pada total gross irrigation, pada metode irigasi surface, total gross irrigation adalah 431.6
mm, pada irigasi sprinkle 377.6 mm sedangkan pada irigasi tetes adalah 335.7 mm. Dalam
hal ini, perbedaan total gross irrigation akan berdampak terhadap penggunaan air / efektifitas
penggunaan air irigasi. Dari ketiga metode irigasi diatas, yang lebih efektif dalam hal
penggunaan air adalah dengan menggunakan irigasi tetes, hal ini dikarenakan nilai total
gross irrigation metode tetes lebih kci dibandingkan dengan kedua metode yang lainnya
sehingga air yang terbuang juga lebih kecil. Tanaman tomat meskipun dengan menggunakan
metode irigasi yang berbeda, tidak berpengaruh terhadap hadil produksi atau dapat dikatakan
hasil produksi tanaman tomat tidak mengalami penurunan.
b. Tanpa menggunakan irigasi (Rainfed (No Irrigation)
1. Field eff (70%)
Dari ketiga tabel irigation schedule dengan field eff 70%, 80%, dan 90% tidak
memiliki perbedaan. Dapat dilihat pada data total hujan 296.2 mm, hujan efektif 288.0
mm, kehilangan hujan total 8.3 mm, reduksi pada Etc sebesar 30.5%, faktor yang
berpengaruh 1.05, sehingga reduksi produksi kumulatifnya adalah 32% untuk setiap tabel
field eff 70%, 80%, dan 90% yang tidak mnggunakan irigasi.
2. Sprinkle (80%)
3. Drip (90%)
Dari ketiga grafik irigasi dengan tiga macam metode irigasi yang telah digunakan,
didapat hasil yang tidak memiliki perbedaan yang nyata. Garis merah menunjukkan
kapasitas lapang tanaman tomat, garis cokelat , menunjukkan masa kritis tanaman, dan garis
hijau menunjukkan nilai selisih kapasitas lapang dan TLP. Dari ketiga grafik, diketahui
bahwa garis merah atau nilai kapasitas lapang tidak melampaui garis cokelat. Hal ini dapat
diartikan bahwa keadaan tanaman masih sesuai dengan kapasitas lapang sehingga tanaman
tidak banyak membutuhkan air irigasi.
Pada ketiga grafik tanpa irigasi dengan field eff masing masing 70%, 80%, dan
90% didapatkan hasil yang sama pula. Pada masing masing field eff menunjukkan
bahwa tanaman mulai memasuki keadaan titik layu pada 35 HST hingga 145 HST.
Keadaan ini dapat dilihat pada grafik dengan garis merah yang melampaui batas
hingga melebihi baas pada garis cokelat.meskipun tanaman tomat dapat tumbuh pada
keadaan yang seperti ini, tetapi akan berdampak terhadap penurunan produksi tomat.
Ini dapat dilihat pada tabel irigasi bahwa penurunan produksi kumulatif sebesar
32.0%. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman telah mengalami masa titik layu.
Keadaan ini sama untuk ketida model field eff yang digunakan.
8. Pembahasan hasil
Dari data tabel dan grafik metode irigasi yang akan diberikan terhadap tanaman
tomat, tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara irigasi dengan metode surface, sprinkle,
maupun drip. Waktu irigasi juga hanya diberikan 3 kali selama masa tanam dikarenakan
pada bulan awal penanaman hingga pemanenan sudah memasuki musim hujan, jadi
kebutuhan air untuk tanaman masih tercukupi. Dari grafik dapat diketahui bahwa tanaman
tomat masih dapat memenuhi kebutuhan airnya. Ini dapat dilihat dari garis yang tidak
menunjukkan deplesi. Sehingga kemungkinan terjadi penurunan produksi tanaman tomat
sangat kecil.
Sementara itu, untuk data tanaman yang diberi perlakuan tidak diirigasi antara filed
eff. 70%, 80%, dan 90% juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pada ketiga model
field eff. Tanaman tomat akan mengalami deplesi atau mengalami titik lat=yu permanen
yang dimulai pada 35 HST, hal ini menyebabkan tanaman kekurangan air sehingga dapat
memungkinkan penurunan produksi pada saat panen. Dalam aplikasi cropwat, diketahui
bahwa penurunan produksi kumulatif tanaman tomat yang tidak diirigasi mencapai 32%.
1. Sprinkle
EDR : laju curah sprinkler = (n x q) / A
n=1
q = 705 l/jam
A = 200 m2
EDR
= (1 x 705 l/jam) / 200 m2
= (1 x 0.705 m3/jam) / 200 m2
= 0.003525 m/jam
= 3.525 mm/jam
Waktu operasi = (kebutuhan air tanaman) / EDR
Periode
Tumbuh
(decade)
Init (22-30
Juni)
Init (1-21
Juli)
Deve (22-31
Juli)
Deve (1-30
Agustus)
Mid (1-30
September)
Mid (1-14
Oktober)
End (15-31
Oktober)
End (1-13
November)
Kc (per
Kebutuhan
decade)
air tanaman
(mm/decade)
4,54
0,60
9,3
3.525
19.7
4,63
0,60
12,5
13,7
3.525
3.525
21.2
23.3
4,63
0,67
23,9
3.525
45.2
0,80
0,93
1,07
1,12
1,12
1,12
1,12
1,10
1,10
0,98
0,77
33,0
44,1
53,5
49,0
47,7
39,4
30,4
21,6
11,6
0,0
0,0
3.525
3.525
3.525
3.525
3.525
3.525
3.525
3.525
3.525
3.525
3.525
62.4
37.5
101.1
83.4
81.9
67
129.3
61.2
19.7
0
0
4,97
4,90
4,54
4,54
3,80
EDR
(mm/jam)
Waktu
ETo
(mm)
operasi
(menit/hari)
(22-30 Juni 2014) dan pada masa akan dilakukan pemanenan (20-31 Oktober 2014) yakni
selama 19.7 menit per hari. Sementara untuk waktu paling lama yang dibutuhkan untuk
melakukan irigasi tanaman tomat dengan metode sprinkle adalah ketika fase middle (1014 Oktober) yakni selama 129.3 menit perhari.
Filter Air
Filter Air
Filter Air
Tandon air
dan Pompa
Air
Gambar diatas merupakan rancangan irigasi tanaman tomat seluas 20 x 10 m dengan jarak
tanam 80 cm antar baris dan 60 cm antar tanaman sebaris. Jumlah total tanaman yang ada
pada lahan tersebu adlaah 425 tanaman tomat. Sprinkle yang digunakan hanya 2
dikarenakan luasan lahan 200 m2 sementara cakupan pancaran air dari mulut sprinkle
mampu mencapai 15 m sehingga tidak digunakan tidak banyak. Hal ini juga untuk
mengefisiensikan penggunaan alat alat irigasi.
2. DRIP
EDR
q
s
l
EDR
Periode
Tumbuh
(hari)
Init (22-30
Juni)
Init (1-21
Juli)
Deve (22-31
Juli)
Deve (1-30
Agustus)
Mid (1-30
September)
Mid (1-14
Oktober)
End (15-31
Oktober)
End (1-13
November)
Kc (per
Kebutuhan
decade)
air tanaman
(mm/periode)
4,54
0,60
9,3
1.58
44.1
4,63
0,60
12,5
13,7
1.58
1.58
47.4
52
4,63
0,67
23,9
1.58
100.8
0,80
0,93
1,07
1,12
1,12
1,12
1,12
1,10
1,10
0,98
0,77
33,0
44,1
53,5
49,0
47,7
39,4
30,4
21,6
11,6
0,0
0,0
1.58
1.58
1.58
1.58
1.58
1.58
1.58
1.58
1.58
1.58
1.58
139.2
83.7
225.7
186
181.1
374
115.4
136.7
44
0
0
4,97
4,90
4,54
4,54
3,80
EDR
(mm/jam)
Waktu
ETo
(mm)
operasi
(menit/hari)
operasi irigasi setiap harinya. Waktu operasi irigasi paling sedikit adalah pada fase akan
dilakukan pemanenan (20-31 Oktober 2014) yakni selama 44 menit per hari. Sementara
untuk waktu paling lama yang dibutuhkan untuk melakukan irigasi tanaman tomat dengan
metode sprinkle adalah ketika fase middle (10-14 Oktober) yakni selama 374 menit
perhari.
Filter Air
Filter Air
Sumur
bor
Gambar diantas merupakan rancangan rangakian irigasi tetes pada tanaman tomat
seluas 200 m2 dengan 425 tanaman. Terdapat 25 selang kecil yang digunakan untuk
mengalirkan air ke dalam emites yang digunakan pada masing masing tanaman. Kegiatan
ini dapat menghemat air yang diberikan kepada tanaman, karena air langsung diberikan
dan tidak ada yang terbuang.
Pipa PVC 1
30.000
150.000
Pipa PVC
19.000
3.000
18.000
TBA
1.000
Disk Filter
185.000
555.000
Lem PVC
10.000
50.000
100.000
15.000
85.000
85.000
5.000
2.000.000
2.000.000
5.000
10
50.000
(Rp)
Kebutuhan(unit)
Total Biaya
No
(Rp)
Impact Sprinkler
7
10
11
Pompa Bensin/Diesel
12
Selang Pompa
Total
2.908.000
Total Biaya
(Rp)
Pipa PVC 1
30.000
12
360.000
23.000
25
575.000
3.000
27
81.000
1.000
TBA
Lem PVC
10.000
50
500.000
Disk Filter
185.000
370.000
25.000
3.500
2.000
10
3.500
25
87.500
11
Adapter
1.500
25
37.500
1.200
425
510.000
1.500
5.000
8.000
25.000
Regulating Stick/Dripper
12
Debit 2 l/jam
Jet Spray/Micro sprinkler
13
14
15
Punch
16
Landscape Stick
17
Rigid Riser 30 cm
18
5.000
1.500.000
1.500.000
Total
4.021.000
Jika dilihat dari biaya yang dikeluarkan pada lahan seluas 200 m2, menggunakan
irigasi sprinkle lebih dapat meminimalkan uang. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan total
biaya yang dikeluarkan ada metode sprinkle dan tetes. Metode sprinkle menggunakan total
biaya Rp 2908000,- sementara metode tetes mengeluarkan uang sebanyak Rp 4021000. Tetapi
jika dilihat pada aspek tanaman dan air nya, menggunakan metode tetes lebih efisien
dibandingkan menggunakan metod sprinkle. Hal ini dikarenakan pada metode tetes, air
langsung disalurkan oleh emitter ke dalam tanah pada setiap tanaman, sehingga tanaman
dapat memenuhi kebutuhan airnya dengan baik.
Daftar Pustaka
Budiman, Aris., Ahmad Jauhar Arief, dan Edy Nasriady Sambas. 2007.Membaca Gerak Alam
Semesta, Mengenali Jejak Sang Pencipta. Jakarta: LIPI Press
Usman. 2004. Analisis Kepekaan Beberapa Metode Pendugaan Evapotranspirasi Potensial
terhadap Perubahan Iklim. Jurnal Natur Indonesia 6(2): 91-98 (2004) ISSN 1410-9379.
Pekanbaru: Laboratorium Daerah Penangkapan Ikan, Faperika, Universitas Riau