Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Prevelensi OA lutut radiologis di Indonesia
cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria dan 12.7% pada wanita.
Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul
paling sering pada sendi tangan, panggul, kaki, dan tulang belakang (spine)
meskipun bisa terjadi pada sendi sinovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi
sinovial ini meningkat dengan pertambahan usia. Pasien OA biasanya mengeluh
nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi
yang terkena. Pada derajat yang lebih berat, nyeri dapat dirasakan terus menerus
sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang usia lanjut di Indonesia menderita cacat karena OA. Oleh karena itu
tantangan terhadap dampak OA akan semakin besar karena semakin
banyaknya populasi yang berusia tua.

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang
dikenali sebagai idiopatik. Osteoartritis sekunder dapat terjadi akibat
trauma pada sendi, infeksi, perkembangan, kelainan neurologi dan
metabolik. Osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel
dan matriks yang berakibat kerusakan struktur dan fungsi kartilago artikular,
diikuti oleh reaksi perbaikan dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan
dan remodeling tulang ini, degenerasi permukan artikuler pada OA tidak bersifat
progresif, dan kecepatan degenerasi sendi bergantung pada tiap individu dan
sendi. Terapi OA pada umumnya simptomatik, misalnya dengan pengendalian
faktor faktor resiko, latihan intervensi fisioterapi dan terapi farmakologis.
Pada fase lanjut sering diperlukan pembedahan.
Karena kasus ini termasuk cukup sering ditemui pada pasien di Puskesmas
Kecaatan Cilincing, baik yang merupakan penderita rawat jalan, maka penulis
tertarik untuk melaporkan satu kasus osteoartritis pada pasien laki-laki 52
tahun yang dirawat jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta pada bulan
April 2014.

B. Tujuan
Dengan pembuatan laporan kasus ini, dokter muda berharap dapat:
1. Mengetahui dan memahami dasar klinis penyakit Osteoarthritis
2. Mampu menganalisa kasus, penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan yang
tepat untuk penyakit Osteoarthritis
3. Penulisan laporan kasus ini dapat dijadikan sumber informasi ilmiah yang
dapat dipergunakan oleh dokter-dokter muda
4. Penulisan laporan kasus ini dapat dijadikan informasi yang komunikatif
kepada pembacanya

















BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. Drs. Muhammad Lukman
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : RT 03 RW 05 Rorotan
Agama : Islam
Tanggal berobat : 20 April 2014

B. Anamnesis
1. Keluhan utama:
Nyeri pada sendi kedua lutut, disertai bengkak pada daerah lutut,sejak
beberapa hari ini

2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada sendi kedua lutut, disertai bengkak
pada daerah lutut,sejak beberapa hari ini, namun nyeri sudah dirasakan sejak
beberapa bulan yang lalu, dirasakan terdapat bunyi dipersendian kaki dan
lutut bila bergerak, terkadang terdapat nyeri juga didaerah pundak dan kedua
siku, nyeri pada lutut dirasakan terutama saat bangun tidur > 30 menit, pada
pagi hari, dan terkadang pada malam hari, terkadang nyeri saat melakukan
push up, keadaan membaik setelah mengkonsumsi obat, Uric acid 6,4mm/dl

3. Riwayat penyakit dahulu:
Mengalami nyeri dan bengkak pada kedua tungkai 8 bulan lalu, tanpa demam
Uric acid 7,7mm/dl pada 8 bulan lalu

4. Riwayat penyakit keluarga:
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga yang sama


5. Riwayat alergi:
Pasien tidak memiliki riwayat alergi dingin, debu, makanan, ataupun obat-
obatan.

6. Riwayat pengobatan:
Pernah berobat berulang kali di Puskesmas Kecamatan Cilincing, dan
membaik setelah mengkonsumsi obat yg diberikan.

7. Riwayat psikososial:
Pasien dahulu gemar mengkonsumsi jeroan, namun berhenti karena setelah
mengkonsumsi jeroan, keesokan harinya mengeluhkan nyeri pada persendian
terutama tungkai.


C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Penafasan : 17 x/ menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : Afebris 36,5

C

Status Generalis
1. Kepala : ubun-ubun tertutup, tidak tampak adanya trauma dan
rambut tebal.
2. Mata : Ananemis dextra-sinistra, konjungtiva anhiperemis dextra-
sinistra, sklera anikterik dextra-sinistra, refleks pupil dextra-
sinistra isokor.
3. Telinga : lihat status lokalis
4. Hidung : lihat status lokalis
5. Mulut : bibir tidak kering, sianosis (-), stomatitis (-), lidah kotor dan
tremor (-)
6. Tenggorok : lihat status lokalis
7. Leher : lihat status lokalis

8. Thorax
a. Inspeksi : normochest simetris, retraksi dinding dada (-)
b. Palpasi : vocal premitus kedua lapang paru sama
c. Perkusi : sonor pada semua lapang paru
d. Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
9. Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
c. Perkusi : batas jantung relatif dalam batas normal
d. Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, tidak terdengar bising
jantung
10. Abdomen
a. Inspeksi : permukaan datar
b. Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
c. Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen
d. Auskultasi : bising usus (+) normal
11. Ekstremitas
a. Superior : akral hangat, ruam makulopapular (-/-), edema (-/-), RCT
< 2 detik
b. Inferior : akral hangat, ruam makulopapular (-/-), edema (+/+) nyeri
tekan articulation genu(+/+) tanda peradangan (-/-), RCT
< 2 detik.



D. Resume
Seorang laki-laki 52 tahun datang ke puskesmas kecamatan Cilincing
dengan keluhan nyeri disertai bengkak pada kedua tungkai sejak beberapa hari
ini. Di sertai keluhan nyeri sejak beberapa bulan yang lalu, nyeri dirasakan
terutama pada saat bangun tidur >30 menit pagi hari dan terkadang pada malam
hari, nyeri juga dirasakan saat melakukan push up, terdapat bunyi pada
persendian kaki dan lutut saat bergerak, pasien menyangkal demam, kemerahan
pada lokasi nyeri, dan bengkak pada MTP-1 . Pasien mengaku dahulu sering
mengkonsumsi jeroan, namun berhenti sejak nyeri pada keesokan harinya.
Sekitar 8 bulan belakangan ini, pasien sering merasakan nyeri dan pernah
mengeluhkan hal yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 17 x/menit, suhu afebris 36,5 derajat
celcius, pada kedua lutut pasien terdapat pembengkakan disertai nyeri tekan,
tanpa peradangan.

E. Diagnosis Banding
Primary Osteoarthritis Articulatio Genu Bilateral
Primary Osteoarthritis Generalisata
Gout Arthritis stadium interkritikal
F. Diagnosa Kerja
Primary Osteoarthritis Articulatio Genu Bilateral

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium: darah rutin (Hb, Hematokrit, Trombosit,
Leukosit)
2. Foto Rontgen
3. Pemeriksaan Imunologi

H. Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
a. Edukasi pasien dan beri penerangan
b. Terapi Fisik dan rehabilitasi
c. Penurunan Berat Badan
2. Medikamentosa
a. Mefenamic Acid 500 mg p.r.n
b. Neurobion 5000 1 dd 1 p.c







BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Osteoartritis
Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degenerative
dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis.
Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi,
meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan
osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya
peradangan, dan melemahnya otototot yang menghubungkan sendi.


B. Epidemiologi Osteoartritis

Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang
paling umum di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang
dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut
merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa.
Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang
dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22% . Pada pria
dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA. pada
lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut
kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden
OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7.

C. Patogenesis Osteoartritis
Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer
dan OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak
memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan
oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA
sekunder, berbeda dengan OA primer, merupakan OA yang disebabkan
oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor
keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA
primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan
OA sekunder.

Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan
dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan
gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan
struktur yang penyebabnya masih belum jelas. Kerusakan tersebut diawali oleh
kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa
mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu
: Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di
dasarnya . Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada
rentang gerak (Range of motion) sendi.
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat
gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan
sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan
apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi.
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu
mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan
balik yang dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk
memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak.
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari
pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi
memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk
menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres
yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi
tumbukan (impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh
permukaan sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik
kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima.
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh
cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang
terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan
berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan
pada sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga
penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang kartilago.

Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen
tipe dua dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi
molekul molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan
adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan
memberikan kepadatan pada kartilago.
Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis
seluruha elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit
menghasilkan enzim pemecah matriks, sitokin { Interleukin-1 (IL-1), Tumor
Necrosis Factor (TNF)}, dan faktor pertumbuhan. Umpan balik yang
diberikan enzim tersebut akan merangsang kondrosit untuk melakukan
sintesis dan membentuk molekul-molekul matriks yang baru. Pembentukan dan
pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan
faktor lingkungan.
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk
memecah kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di
matriks yang dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal OA, aktivitas
serta efek dari MPM menyebar hingga ke bagian permukaan (superficial) dari
kartilago.
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah
menstimulasi pergantian matriks, namun stimulaso IL-1 yang berlebih malah
memicu proses degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk
mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang
memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan
mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan
menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan
protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal timbulnya OA.
Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan pergantian
matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan
degradasi. Namun, pada fase awal perkembangan OA kartilago sendi memiliki
metabolisme
yang sangat aktif.
Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan
melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago
dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-
jalinan kolagen akan mudah mengendur.
Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan
sendi akan meningkatkan kemungkinan timbulnya OA pada sendi.

D. Diagnosis Osteoartirits
Diagnosis OA lutut dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi
pada penderita penyakit sendi degeneratif yang menyebabkan penderita datang
berobat. Nyeri dipicu oleh pergerakan, dan berkurang dengan istirahat, kecuali
pada tahap lanjut, rasa nyeri tetap terasa pada saat tidur. Tahap dini pada
umumnya tidak terasa nyeri, oleh karena rawan sendi adalah aneural. Nyeri
timbul dari mikrofraktur tulang subkhondral dan inflamasi pada membran
sinovium. Struktur artikuler yang sensitif terhadap nyeri adalah kapsul sendi,
bantalan lemak sendi, dan tulang subkhondral, sedangkan dari struktur ekstra
artikuler adalah ligamen, tendon, dan bursa. Pada tahap lanjut, pada umumnya
nyeri disebabkan oleh karena fibrosis kapsuler, kontraktur sendi, dan kelelahan
otot.
3,4,7

Kekakuan sendi (stiffness), sering timbul pagi hari, dan keluhan dapat
hilang dalam 15 menit. Kekakuan dapat berubah permanen, yang diduga
disebabkan oleh karena terjadinya kerusakan permukaan sendi dan fibrosis
kapsul. Edema persendian dapat berasal dari efusi cairan sinovial serta dapat
disertai dengan eritema ringan.
3,7

Pemeriksaan penunjang rutin yang dilakukan untuk evaluasi OA lutut
adalah pemeriksaan rontgen konvensional. Gambaran khas pada OA lutut adalah
adanya osteofit dan penyempitan celah sendi.
3,7
Berdasarkan pemeriksaan
radiologi, Kellgren & Lawrence menyusun gradasi OA lutut menjadi :
8

Grade 0 : tidak ada OA
Grade 1 : sendi dalam batas normal dengan osteofit meragukan
Grade 2 : terdapat osteofit yang jelas tetapi tepi celah sendi baik dan tak
nampak deformitas tulang.
Grade 3 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan penyempitan
celah sendi.
Grade 4 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan disertai hilangnya
celah sendi.
8




The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut
idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut :
1

Klinis dan laboratorium

Klinis dan radiologis Klinis
Nyeri lutut + minimal 5
dari 9 berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
- tidak hangat pada
perabaan
- LED < 40mm/jam
- Rheumatoid factor <1:40
- Cairan sinovial : jernih,
viscous,Lekosit
<2000/mm3
Nyeri lutut + minimal 1
dari 3 berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi + osteofit

Nyeri lutut + minimal 3
dari 6 berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
- tidak hangat pada
perabaan

92% sensitive
75%spesifik
91 % sensitive
86% spesifik
95 % sensitif
69 spesifik


E. Tanda dan Gejala Klinis
Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang
dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut
adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini ( secara radiologis ).
Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi
hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat
konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada
sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan
bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago.

Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri
yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan
edema sumsum tulang.
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit
tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke
kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan
nyeri.
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi.
Sumber nyeri yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine bursitis dan
sindrom iliotibial band.

b. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
pertambahan rasa nyeri.

c. Kaku pagi

Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.


d. Krepitasi

Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan
akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar
hingga jarak tertentu.

e. Pembesaran sendi ( deformitas )

Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.


f. Pembengkakan sendi yang asimetris

Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga
bentuk permukaan sendi berubah.


g. Tanda tanda peradangan

Tanda tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena
adanya synovitis. Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA
lutut.


h. Perubahan gaya berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut
usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada OA lutut.


F. Pemeriksaan Diagnostik

Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang
terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostic. Gambaran
Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :
a.Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada
bagian yang menanggung beban seperti lutut ).
b. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).
c. Kista pada tulang
d. Osteofit pada pinggir sendi
e. Perubahan struktur anatomi sendi.



Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat diberikan
suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai kriteria
Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga
tingkat berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi
masih terlihat normal.


G. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas batas normal. Pemeriksaan imunologi
masih dalam batas batas normal. Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat
dijumpai peningkatan ringan sel peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai
protein

H. Penatalaksanaan Osteoartritis

Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya
OA yang diderita. Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :

Terapi non-farmakologis
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat
mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana
agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap
terpakai.

b. Terapi fisik atau rehabilitasi

Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini
dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih
pasien untuk melindungi sendi yang sakit.

c. Penurunan berat badan

Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh
karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan
untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebih

Terapi farmakologis

melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul, mengoreksi gangguan
yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis dari
ketidakstabilan sendi.

a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-
2), dan Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan
obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan
asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi
daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama
dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak
toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara mengombinasikannnya dengan
menggunakan inhibitor COX-2.

b. Chondroprotective Agent

Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat obatan yang
termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat,
kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya.

Terapi pembedahan

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari hari.








16

BAB IV
ANALISA KASUS

A. Diagnosa
Dasar diagnosis kasus Primary Osteoarthritis Articulatio Genu bilateral ini
adalah:

Dari anamnesis didapatkan:
Pasien Laki-laki
52 Tahun
Nyeri pada sendi kedua lutut, disertai bengkak, tanpa peradangan,
meningkat sejak beberapa hari ini
nyeri sudah dirasakan sejak beberapa bulan yang lalu
dirasakan terdapat bunyi dipersendian kaki dan lutut bila bergerak,
nyeri pada lutut dirasakan terutama saat bangun tidur > 30 menit, pada pagi
hari,
terkadang nyeri saat melakukan push up dan berjalan
Mengalami nyeri dan bengkak pada kedua tungkai 8 bulan lalu, tanpa
demam

Dari Pemeriksaan Fisik didapatkan:
Pembengkakan pada kedua lutut, tanpa reaksi peradangan
Terdapat nyeri tekan

B. Analisa Kasus terhadap Tinjauan Pustaka
Dasar diagnosa gambaran klinis Osteoarthritis berdasarkan American College or
Rheumatollogy :
Nyeri lutut + minimal 3 dari 6 berikut :
- umur > 50 tahun (+)
- stiffness < 30 menit (+)
- krepitasi (+)
- nyeri pada tulang (+)
- pelebaran tulang
- tidak hangat pada perabaan (+)
17

C. Penatalaksanaan
3. Non-medikamentosa
a. Edukasi pasien dan beri penerangan
b. Terapi Fisik dan rehabilitasi
c. Penurunan Berat Badan
4. Medikamentosa
a. Mefenamic Acid 500 mg p.r.n
b. Neurobion 5000 1 dd 1 p.c
c. Vitamin C 1 dd 1

D. Prognosis
1. Quo ad vitam ad bonam
Tidak ada gejala atau tanda yang mengarah pada ancaman kematian. Keadaan
umum, kesadaran dan tanda vital pasien masih dalam batas normal.
2. Quo ad functionam ad malam
3. Gerakan mungkin menjadi sangat terbatas dari waktu ke waktu. Melakukan
kegiatan sehari-hari, seperti kebersihan pribadi, pekerjaan rumah tangga, atau
memasak bisa menjadi sebuah tantangan. Pengobatan biasanya meningkatkan
fungsi.
4. Quo ad sanationam ad bonam
Dengan mengurangi faktor predisposisi dan pengobatan yang baik dan tepat
maka penyakit ini dapat diminimalisir.













18


BAB V
KESIMPULAN

1. Osteoartitis adalah penyakit sendi degenerative dimana keseluruhan
struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan
tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis
dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi,
meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot
otot yang menghubungkan sendi.
2. Osteoarthritis paling sering diakibatkan karena perubahan perubahan local pada
sendi dan penyakit sistemik.
3. Patogenesis paling sering penyakit Osteoarthritis diakibatkan karena mekanisme
kondrosit salah satunya yaitu pemecahan kartilago oleh mediator lebih cepat
dibandingkan pembentukan kembali.
4. Osteoarthritis memiliki gejala klinis meliputi umur > 50 tahun, kekakuan < 30
menit, krepitasi, nyeri pada tulang, pelebaran tulang, tidak hangat pada
perabaan, gambaran radiologis terdapat osteofit.
5. Penatalaksanaan yang dapat diberikan yaitu NSAID, Condroprotective Agent
untuk menghilangkan rasa nyeri,memperbaiki fungsi dan meminimalisir
kerusakan pada sendi.
6. Prognosis pada Osteoarthritis buruk hal ini diakibatkan penurunan mobilitas
sendi sehingga gerakan mungkin menjadi sangat terbatas dari waktu ke waktu.
Pengobatan biasanya meningkatkan fungsi, dan dapat dilakukan terapi bedah
untuk mengkoreksi deformitas yang mengganggu aktivitas sehari hari.






19

DAFTAR PUSTAKA
Ariel D. Teitel, MD, MBA, Clinical Associate Professor of Medicine, NYU Langone
Medical Center. Review provided by VeriMed Healthcare Network. Also reviewed
by David Zieve, MD, MHA, Medical Director, A.D.A.M., Inc.
Sudoyo, Aru,dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed. V. Interna
Publishing : Jakarta
American College of Rheumatology. Kriteria Diagnostik OA. Didapat dari :
http://www.rheumatology.org/
Centre of Evidence based fisiotheraphy, Index of Severity for Osteoarthritis of the
knee by Lequesne et al. didapat dari :
http://www.cebp.nl/vault_public/filesystem/?ID=1381

Anda mungkin juga menyukai