Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Biokimia : Mineral

Laporan Praktikum Hari : Selasa


Biokimia Tanggal : 29 November 2011
Waktu : 11.00-12.40 WIB
PJP : Popi Asri Kurniatin,
M.Si Asisten : Resti Siti Muthmainah, S.Si
Nurmala Putri Agustin, S.Si



MINERAL

Kelompok 11
Arfiyah Tri Meirina J3L110030
Diane Arini J3L110073
Nur Cahyaningtyas J3L110139







ANALISIS KIMIA
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Pendahuluan
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Mineral termasuk
ke dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sederhana sampai slikat yang sangat
kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (tidak termasuk senyawaan orgaik). Mineral
merupakan senyawa esensial untuk berbagai proses selular tubuh. Tanpa adanya mineral, tubuh
tidak mungkin dapat berfungsi dengan semestinya. Mineral sangat berperan penting dalam
pembentukan structural dan jaringan keras dan lunak, kerja system enzim, kontraksi otot dan
respon syaraf serta dalam pembekuan darah.
Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral (logam) dibagi menjadi
dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan nonesensial. Logam esensial diperlukan dalam
proses fisiologis hewan,sehingga logam golongan ini merupakan unsur nutrisi penting yang jika
kekurangan dapat menyebabkan kelainan prosesfisiologis atau disebut penyakit defisiensi
mineral.Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk proses metabolisme
tubuh, yaitu kalsium(Ca), klorin(Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), dan lain-lain.
(Darmono 1995)
Mineral dikelompokkan menurut fungsi metaboliknya atau fungsinya dalam proses
metabolisme zat makanan. Dalam tubuh, mineral ada yang bergabung dengan zat organik,ada
pula yang berbentuk ion-ion bebas. Tiap unsur esensial mempunyai fungsi yang berbeda-beda
bergantung pada bentuk atau senyawa kimia serta tempatnya dalam cairan dan jaringan tubuh.
Tembaga merupakan unsur esensial yang bila kekurangan dapat menghambat pertumbuhan dan
pembentukan hemoglobin. Tembaga sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme, pembentukan
hemoglobin,dan proses fisiologis dalam tubuh hewan.
Tembaga ditemukan dalam protein plasma, seperti seruloplasmin yang berperan dalam
pembebasan besi dari sel ke plasma. Selain ikut berperan dalam sintesis hemoglobin, tembaga
merupakan bagian dari enzimenzim dalam sel jaringan. Tembaga berperan dalam aktivitas enzim
pernapasan, sebagai kofaktor bagi enzim tirosinase dan sitokrom oksidase. Tirosinase
mengkristalisasi reaksi oksidasi tirosin menjadi pigmen melanin (pigmen gelap pada kulit dan
rambut). Sitokrom oksidase, suatu enzim dari gugusheme dan atom-atom tembaga, dapat
mereduksi oksigen. Zat besi dalam tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia,
antara lain dalam memproduksi sel darah merah. Sel ini sangat diperlukan untuk mengangkut
oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Zat besi berperan sebagai pembawa oksigen, bukan saja
oksigen pernapasan menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan atau dalam sel (Darmono 1995).
Komposisi mineral pada tulang pada umumnya terdiri dari kalsium, fosfor, besi, cobalt
(kobalt) dan bebrapa mineral lagi tapi mineral-mineral diataslah yang paling banyak
kandunganya sebagai penyusun tulang (Scorvia 2008). Mineral diperlukan dalam tubuh dalam
jumlah sedikit tapi manfaatnya sangat besar diantaranya beberapa mineral berfungsi sebagai
kofaktor enzim dalam mengkatalisis suatu substrat jadi enzim dapat diaktifkan apabila memiliki
mineral dalam jumlah yang cukup . Mineral juga memiliki fungsi lain diantaranya melindungi
tubuh dari lipid peroksidase dan juga digunakan untuk mensitesis protein , beberapa lainnya
seperti besi berfungsi dalam menyusun sel darah merah (Lee 1999).


Gambar. 1 Strukur klorida Gambar 2 Strukur kalsium (Lee 1999).




Gambar. 3 struktur sulfat Gambar. 4 struktur Magnesium(Lee 1999).


Tujuan
Percobaan bertujuan mengamati peran mineral melalui keberadaannya dalam tubuhdan
mengetahui berbagai jenis mineral yang terkandung dalam abu tulang secara kualitatif melalui
pengamatan berdasarkan adana perubahan warna dan pembentukan endapan.

Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah tabung reaksi, pipet tetes, pipet Mohr 1 ml, 5 ml, dan 10
ml, bulb, corong gelas, batang pengaduk, gelas piala 100 ml dan 250 ml, pembakar Bunsen, kaki
tiga, kawat kassa, kertas lakmus dan botol semprot.
Bahan-bahan yang digunakan ialah filtrat tulang sapi, NH
4
OH
(p)
, HNO
3
10%,
AgNO
3
2%, HCl 10%, BaCl
2
, asam asetat 10%, ammonium oksalat 1%, urea 1%, pereaksi
Molibdat, FeSO
4
, Kristal NH
4
CO
3
, NH
4
Cl, Kristal dinatriumhidrogen posfat, ammonium
tiosianat, dan kalium ferosianida.

Prosedur kerja
Prosedur awal yang dilakukan adalah uji filtrat yang terdiri atas uji Klorida dan uji Sulfat.
Sebuah tabung reaksi kering dan bersih disiapkan untuk uji Klorida. Sebanyak 1 ml filtrate
dimasukkan ke dalam tabung dan diasamkan dengan 1 ml HNO
3
10% lalu ditambah 1 ml
AgNO
3
2%. Apabila terbentuk endapan putih menunjukkan adanya klor (Cl). Sebuah tabung
reaksi kering dan bersih disiapkan untuk uji Sulfat. Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam
tabung dan diasamkan dengan HCl 10% lalu ditambah 1 ml larutan BaCl
2
. Apabila terbentuk
endapan putih, menunjukkan adanya Sulfat (S).
Prosedur kedua adalah uji endapan yang terdiri dari uji Kalsium, uji Posfat, uji
Magnesium, dan uji Besi. Sebanyak 25 ml asam asetat 10% dimasukkan ke dalam gelas piala
berisi endapan abu tulang. Kemudian larutan disaring (tetesan pertama dibuang). Jika terdapat
endapan yang tidak larut jangan dibuang. Sebuah tabung reaksi kering dan bersih disiapkan
untuk uji Kalsium. Sebanyak 2 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1
ml larutan ammonium oksalat 1% dan dikocok. Apabila terdapat endapan putih, menunjukkan
adanya kalsium oksalat. Sebuah tabung reaksi kering dan bersih disiapkan untuk uji Posfat.
Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung, lalu ditambahkan 1 ml larutan urea 1% dan 1
ml pereaksi Molibdat. Tabung dikocok, kemudian ditambahkan 1 ml FeSO
4
. Apabila larutan
berubah warna menjadi biru pekat, menunjukkan adanya Posfat.
Sebuah tabung reaksi kering dan bersih disiapkan untuk uji Magnesium. Sebanyak 1 ml
filtrat dimasukkan ke dalam tabung dan dipanaskan pada penangas air selama 5 menit. Kemudian
ditambahkan seujung sudip Kristal NH
4
CO
3
dan NH
4
Cl. Kemudian larutan disaring dan filtrate
dipisahkan ke dalam tabung reaksi yang lain. Seujung sudip Kristal dinatriumhydrogen posfat
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi filtrate dan ditambah larutan NH
4
OH (sampai basa).
Apabila terbentuk endapan putih, menunjukkan adanya Magnesium (Mg). Endapan hasil
penyaringan pada uji Magnesium digunakan untuk uji Besi. Endapan pada kertas saring ditetesi
dengan HCl 10%. Sebanyak 1 ml filtrate HCl dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang kering
dan bersih, lalu ditambahkan 1 ml ammonium tiosianat (perhatikan terbentuknya warna merah).
Sebanyak 1 ml kalium ferosianida kemudian dimasukkan ke dalam tabung dan perubahan warna
(biru/hijau) diperhatikan. Perubahan warna merah, biru atau hijau menunjukkan adanya Besi
(Fe).


Data dan Hasil Pengamatan
Tabel 1 Hasil Pengujian Mineral
Jenis Uji
Hasil Pengamatan
(+/-)
Perubahan warna
larutan
Gambar
Uji Klorida + putih

Uji Sulfat - Bening

Uji Kalsium + putih

Uji Fosfat Bening

Uji Magnesium + putih

Uji Fe
3+
+ Merah muda

Uji Fe
2+
+ Hijau

Keterangan : (+) : Positif terdapat mineral
(-) : Negatif terdapat mineral

Pembahasan
Manfaat mineral salah satunya adalah pembentuk tulang, gigi dan memungkinkan
berfungsinya vitamin B kompleks dalam tubuh yang normal. Mineral diperlukan oleh tubuh
untuk membantu proses metabolisme dalam tubuh. Kandungan mineral yang ada dalam tubuh
tersebar di seluruh bagian tubuh manusia. Proses kimia dan elektrik berjalan di dalam tubuh
setiap saat. Proses dapat berfungsi dengan benar apabila keseimbangan mineral yang sesuai
diberikan pada sistem secara berkelanjutan termasuk zat besi untuk darah, belerang untuk otot,
kalsium untuk tulang serta gabungan unsur lain yang seimbang utnuk memberikan kelancaran
fungsional tubuh. Mineral penting bagi kesehatan. Tubuh menggunakan lebih dari 70 mineral
untuk berfungsi secara maksimal. Bukti kekurangan mineral menyebabkan kondisi kesehatan
yang memprihatinkan, seperti kurang tenaga, penuaan dini, kurang peka dan penyakit degeneratif
seperti osteoporosis, jantung dan kanker. Dalam banyak hal, ini dapat dicegah dengan
suplementasi mineral yang cukup(Arifin 2008)
Setiap sel dalam tubuh kita bergantung pada mineral untuk struktur yang tepat
serta fungsinya. Mineral dibutuhkan untuk pembentukkan darah dan tulang, keseimbangan cairan
tubuh, fungsi syaraf yang sehat, fungsi system pembuluh darah jantung dan lain-lain. Seperti
vitamin, mineral berfungsi sebagai ko-enzim, memungkinkan tubuh melakukan fungsinya seperti
memproduksi tenaga, pertumbuhan dan penyembuhan. Meskipun vitamin begitu penting,
vitamin tidak dapat melakukan apa-apa untuk tubuh tanpa mineral. Tubuh dapat menghasilkan
beberapa vitamin, tapi tubuh kita tidak dapat menghasilkan satu pun mineral. Para ahli menilai
bahwa 90% manusia mengalami ketidakseimbangan dan kekurangan mineral. Bisa saja hal itu
disebabkan salah satu dari keseringan olahraga, stress ataupun diet yang berlebihan, makanan
yang kurang nutrisi maka tubuh akan sulit untuk memperbaiki kondisi tersebut, yang biasanya
berakibat mudah lapar, kram otot dan mudah letih. 75 Trace Mineral yang ada dalam makanan
alami merupakan yang paling baik untuk system imunisasi dan kesehatan. Penelitian ilmiah
menjelaskan bahwa semua Trace Mineral harus terkandung dalam makanan untuk menghindari
lemahnya sistem kekebalan tubuh (Edward 1988).
Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral dapat digolongkan menjadi 2
kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang
menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari
1000 mg/hari, sedangkan mineral mikro (Trace ) merupakan mineral yang dibutuhkan dengan
jumlah kurang dari 100 mg /hari dan menyusun lebih kurang dari 0.01% dari total berat badan.
Mineral yang termasuk di dalam kategori mineral makro utama adalah kalsium (Ca), fosfor (P),
magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl), dan natrium (Na). Sedangkan mineral
mikro terdiri dari kromium (Cr), tembaga (Cu), fluoride (F), yodium (I) , besi (Fe), mangan
(Mn), silisium (Si) and seng (Zn)(Gartenberg 1988).
Percobaan kali ini akan menentukan kandungan mineral yang ada dalam tulang
sapi. Mineral-mineral yang ada dalam tulang sapi diuji secara kualitatif dengan uji klorida,
uji sulfat, uji kalsium, uji posfat, uji magnesium, dan uji besi.
Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraselular (ECF) adalah elektrolit
bermuatan negatif yaitu klorida (Cl). Jumlah ion klorida (Cl ) yang terdapat di dalam jaringan
tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/Kg berat badan dengan konsentrasi antara 98-106 mmol / L.
Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum
tulang belakang, lambung dan juga pankreas. Sebagai anion utama dalam cairan ekstraselullar,
ion klorida juga akan berperan dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Selain itu, ion
klorida juga mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman
lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Bersama dengan ion
natrium (Na ), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui
keringat (Suhardjo 1886).
Uji klorida dilakukan dengan menggunakan filtrat dari abu tulang sapi yang telah
ditambahkan oleh AgNO
3
2%. Filtrat tersebut diasamkan oleh asam HNO
3
10% bertujuan untuk
memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat oleh senyawa reaktif lain yang
dapat bereaksi dengan mineral membentuk suatu endapan putih dalam larutan. Senyawa
AgNO
3
merupakan garam yang dapat bereaksi dengan klorida sehingga klorida membentuk
endapan bersama AgNO
3
menjadi senyawa AgCl dengan reaksi sebagai berikut:
AgNO
3
+ HCl AgCI + HNO
3

(endapan putih) (Suharjdo 1886)
Hasil yang didapat dari uji klorida yaitu terbentuk endapan putih dari AgCl, sehingga
hasil percobaan bersifat positif. Hal ini menandakan bahwa dalam abu tulang
sapi mengandung Cl
-
.
Uji filtrat berikutnya yaitu uji sulfat. Uji sulfat menggunakan filtrat yang sama, yaitu dari
abu tulang sapi yang telah ditambahkan oleh AgNO
3
2%. Filtrat tersebut diasamkan oleh asam
HCl 10%. Tujuannya yaitu untuk memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat
oleh senyawa reaktif lain yang dapat bereaksi dengan mineral membentuk suatu endapan putih
dalam larutan. Senyawa yang ditambahkan pada uji sulfat ialah larutan BaCl
2
. Senyawa
BaCl
2
merupakan garam yang dapat bereaksi dengan sulfat sehingga dapat membentuk endapan
BaSO
4
. Reaksi yang terbentuk yaitu :
BaCl
2
+ H
2
SO
4
BaSO
4
+2HCl (Suharjdo 1886)
Hasil positif yang didapat pada uji sulfat yaitu terbentuk endapan putih, tetapi pada
percobaan yang dilakukan terbentuk warna kuning. Hal ini menandakan bahwa dalam abu
tulang sapi tidak mengandung SO
4
-
.
Setelah semua uji filtrat dilakukan, maka selanjutnya dilakukan uji endapan. Endapan
yang telah didapat, ditambahkan asam asetat kemudian disaring yang kemudian filtratnya
digunakan untuk uji kalsium, uji posfat, uji magnesium dan endapannya digunakan untuk uji
besi. Sama seperti halnya uji klorida dan uji sulfat, pada uji kalsium juga dilakukan pengasaman.
Pengasaman dilakukan untuk memisahkan mineral kalsium yang ada pada endapan yang ada di
kertas saring. Kalsium lalu diidentifikasi dengan penambahan amonium oksalat agar amonium
oksalat dapat bereaksi membentuk endapan putih bersama kalsium. Uji kalsium pada percobaan
ini menghasilkan endapan putih yang artinya uji positif. Penambahan pereaksi amonium oksalat
akan bereaksi dengan kalsium yang ada difiltrat tersebut. Endapan yang dihasilkan adalah
kalsium oksalat. Reaksi yang terjadi :
Ca + K
4
[Fe(CN)
6
] Fe
4
[Fe
2
(CN)
6
]
3
(Suharjdo 1886)
Hal ini menandakan bahwa abu tulang sapi mengandung kalsium.
Uji fosfat dilakukan dengan menambahkan urea dan pereaksi molibdat khusus. Hal
ini bertujuan hampir sama untuk memisahkan senyawa mineral lalu mineral dapat bereaksi
dengan larutan ferosulfat khusus membentuk persenyawaan berwarna biru karena senyawa
ferosulfat reaktif dengan fosfat dan membentuk senyawa berwarna.Reaksi yang terjadi :
FeSO
4 +
PO
4
-3
Fe
3
(PO
4
)
2
+ SO
4
-2
(Suharjdo 1886)
Adanya warna biru yang semakin pekat menandakan adanya posfat namun pada percobaan tidak
terbentuk warna kuning, bukan warna biru yang semakin pekat. Hal ini menandakan bahwa abu tulang
sapi tidak mengandung posfat. Peranan fosfor dalam tubuh sama seperti kalsium, yaitu untuk
pembentukan tulang dan gigi dan penyimpanan dan pengeluaran energi (perubahan antara ATP dengan
ADP). Jika seseorang kekurangan unsur ini maka pembentukan ATP akan terganggu. Selain itu
pembentukan tulang rawan akan terganggu.
Uji Magnesium dilakukan dengan memanaskan filtrat. Pemanasan dilakukan agar filtrat
lebih rektif dan mineral dapat sedikit melonggar ikatan senyawanya dengan senyawa lain dalam
filtrat. Pemisahan mineral dengan senyawa organik lain dalam filtrat dibantu oleh kristal
dinatrium hidrogen fosfat dan larutan amonium hidroksida. Kristal akan bereaksi dengan
magnesium dengan ditandai adanya endapan putih pada larutan.Adanya endapan
putih menandakan adanya magnesium dan pada percobaan terbentuk endapan putih. Reaksi yang
terjadi adalah
Mg + NaHPO
4
MgHPO
4
+2Na (Suharjdo 1886)
Hal ini menandakan bahwa abu tulang sapi mengandung magnesium.
Uji besi dilakukan dengan menambahkan asam klorida pada endapan yang telah didapatkan saat
penambahan asam asetat yang kemudian disaring dan filtratnya digunakan untuk uji besi. Uji besi yang
pertama dengan amonium tiosianat dan uji besi yang kedua dengankalium ferosianida. Besi akan
membentuk senyawa berwarna dengan larutan amonium tiosianat (membentuk warna merah) dan
beraksi dengan kalium ferosianida (membentuk warna biru atau hijau). Adanya warna merah, biru atau
hijau menandakan adanya besi dan berdasarkan percobaan terbentuk warna hijau dan merah yang
samar-samar. Berbedaan ion besi menyebabkan perbedaan reaksi yang terjadi, sehingga warna yang
terjadi juga berbeda. Reaksi yang terjadi pada Fe
2+
:
Fe
+3
+ 6NH
4
SCN [Fe(SCN)
6
]
-3
+ 6NH
4
+
(Suharjdo 1886)
Sedangkan pada Fe
3+
reaksi yang terjadi :
4Fe
+3
+ + 3K
4
[Fe(CN)
6
] Fe
4
[Fe
2
(CN)
6
)]
3
+ 12K
+
(Suharjdo 1886)
Hal ini menandakan bahwa abu tulang sapi mengandung besi. Jika seseorang kekurangan unsur besi
maka pembentukan hemoglobin akan terganggu. Selain itu dapat menyebabkan amenia atau kekurangan
darah (Suharjdo 1886).
Asam yang digunakan pada setiap uji filtrat bertujuan untuk dapat mempermudah mineral
bereaksi dengan senyawa indikator atau senyawa penguji sehingga mineral dapat bereaksi
dengan senyawa penguji membentuk endapan berwarna atau persenyawaan berwarna. Asam
akan memisahkan ikatan mineral yang terkandung dalam filtrat dengan senywa organik dan air.
Garam-garam yang dtambahkan kedalam filtrat berfungsi untuk mengikat mineral dan dapat
membentuk endapan berwarna putih atau senyawa berwarna

Simpulan
Berdasarkan hasil dan data pengamatan dapat disimpulkan bahwa uji klorida, kalsium,
magnesium dan besi pada abu tulang sapi menghasilkan uji yang positif. Sedangkan pada uji
sulfat dan pospat menghasilkan uji yang negatif (Darmono 1995).






Daftar Pustaka
Arifin Z. 2008. Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan metode analisisnya.
[terhubung berkala]. http:// www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3273084.pdf [4 Desember
2011. 19:09]
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press).
Edwards J. 1988. Animal Nutrition. New York : John Willey and Sons.
Gartenberg. 1988. Evolution of trace mineral status of ruminants in northeast Mexico.Lives stock Res.
Rural Dev .3(2) :106. San Diego, California: Human and Animal Nutrition. Academic Press,Inc.
Lee J. 1999. Current issues in trace element nutrition of grazing livestock in Australia and New
Zealand. New York : John Willey and Sons.
Scorvia I. 2008. Susu sapi segar : si murni yang tak kalah hebatnya. [terhubung
berkala]. http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16428/7/Cover. pdf [4 Desember
2011. 18:46]
Suharjdo. 1886. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai