Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat dan tiwalah adalah
syirik. (H.R. Abu Dawud dan selainnya. Dishohihkan oleh Asy
Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami no. 1632 dan Ash Shohihah
no. 331 dan dihasankan oleh Asy Syaikh Muqbil dalam Al Jamiush
Shohih 4/499).
Dengan perbuatan, sebagaimana riwayat Uqbah bin Amir
Al Juhani radliallohu anhu, ia menceritakan bahwa beliau ditemui
sekelompok sahabat. Kemudian beliau membaiat sembilan orang
dan tidak membaiat satu orang. Mereka bertanya: Wahai
Rosulullah, kenapa engkau membaiat sembilan orang dan tidak
membaiat satu orang ini?. Beliau menjawab: Sesungguhnya dia
membawa jimat. Lantas beliau mengulurkan tangannya dan melepas
jimat tersebut lalu membaiatnya. (H.R. Ahmad. Dishohihkan oleh
Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shohihah no. 492 dan dihasankan
oleh Asy Syaikh Muqbil dalam Al Jamiush Shohih 6/294).
Para pembaca yang mulia, dua hadits tersebut menerangkan
tentang hukum haramnya memakai jimat, tiwalah (sejenis jimat yang
dibuat dan dipakai untuk menjaga rasa cinta antara suami istri) dan
jampi-jampi yang mengandung lafadz-lafadz kesyirikan. Masuk juga
dalam larangan di atas segala sesuatu (jimat) yang dipakai, atau
digantungkan sebagai sarana, atau segala sesuatu dengan sendirinya
diyakini dapat mendatangkan manfaat atau mencegah mudharat.
Dalam beberapa riwayat shohihah yang lain diterangkan tentang
beberapa perkara yang perlu kita pahami:
1. Tidaklah dibedakan apakah jimat-jimat tersebut digantungkan
pada anggota tubuh manusia, hewan, mobil, rumah, toko dan lain-
lain.
Hal ini Berdasarkan penuturan Abu Basyir Al Anshori radliallahu
anhu di dalam shohih Al Bukhori dan Muslim: Maka Rosulullah
mengutus seseorang (dalam riwayat lain: Zaid bin Haritsah) untuk
tidak meninggalkan satu tali kekang pun pada leher unta (yang
diyakini dapat menolak bala) melainkan harus dibuang. Asy
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh mengomentari riwayat tersebut:
Tidak mesti (larangan menggantungkan jimat) hanya berlaku kalau
digantungkan pada leher hewan tunggangan. Kalau pun seandainya
diikatkan pada tangan atau kakinya, maka hukumnya sama saja
(dilarang). Sisi larangannya terletak pada jimat tersebut, bukan pada
sisi tempatnya. Sisi tempat tidaklah berpengaruh (pada hukum
keharamannya). (Al Qaulul Mufid Ala Kitab At Tauhid jilid 1,
hal,176-177)
2. Tidak pula dibedakan apakah yang digantungkan itu terbuat dari
tulang, tanduk, tali, rambut, dan lain-lain. Hal ini berlandaskan
riwayat Ahmad dan At Tirmidzi dengan sanad yang hasan:
Barangsiapa menggantungkan sesuatu (sebagai jimat) maka
dicondongkan tawakalnya kepada benda itu.
Dalam Bahasa Arab lafad . yang berbentuk nakirah apabila di
dalam konteks kalimat syarat maka berfungsi umum yaitu segala
sesuatu yang digantungkan sebagai jimat.
Para pembaca yang dirahmati Allah, manakala seseorang
menggantungkan atau membawa jimat, maka tidaklah terlepas
niatnya dari dua keadaan:
1. Bila dia menggantungkan jimat disertai keyakinan bahwa jimat
itu dapat mendatangkan manfaat dan menjauhkan dari malapetaka
dengan sendirinya selain Allah, maka ini adalah syirik besar yang
bisa mengeluarkan seseorang dari Islam. Tidak bermanfaat
sedikitpun dari amalannya, dan apabila meninggal dunia dan
belum bertaubat maka dia menjadi penghuni neraka kekal, di
dalamnya.
2. Jika dia melakukan hal ini dengan keyakinan bahwa benda itu
sebagai sarana atau sebab yang bisa mendatangkan manfaat dan
menjauhkan bahaya, dengan tetap meyakini bahwa Allah-lah
satu-satunya Dzat Yang Maha Mampu mendatangkan manfaat
dan menjauhkan mudharat, maka dia terjatuh pada syirik kecil
yang merupakan salah satu dosa terbesar. Wallahulmustaan.
Semoga Allah menyelamatkan kita semua dari segala jenis
kesyirikan. Kalau demikian keadaannya maka tidak ada jalan lain
melainkan kita harus meninggalkan benda-benda itu yang sama
sekali tidak bisa mendatangkan manfaat ketika Allah
menjauhkannya dari seseorang, dan tidak bisa menjauhkan mudharat
ketika Allah menimpakannya pada seseorang. Allah berfirman:
Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak
ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah
menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat
menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa
saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Yunus : 107)
Hanya Allah-lah tempat memohon pertolongan. Hanya Allah-lah
yang memiliki kekuasaan mutlak. Dialah yang Maha Kuasa lagi
Maha Perkasa.
Namun timbul di benak kita, bagaimana kalau benda-benda yang
digantungkan itu berupa tulisan ayat-ayat Al Quran atau doa-doa
yang shohih dari Nabi ?
Para Ulama berbeda pendapat tentang masalah ini:
1. Di antara mereka ada yang membolehkannya berdasarkan
keumuman firman AllahI :
Dan Kami telah turunkan dari Al Quran tersebut sebagai penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al Isra : 82)
Dan firman-Nya :
(( :
) ( ))
(( :
) ( ))
(( :
))
) (
Rasulullah Shalallhualaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa di antara kamu yang melihat kemungkaran maka
hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu
1
HR. Muslim 2230
2
HR. Ahmad 2/429, Ishaq bin Rahawaih dalam misnadnya 1/434
(503), al-Hakim 1/8 (15), ia menshahihkannya dan disepakati oleh
adz-Dzahabi. Al-Manawi berkata dalam Faidhul Qadir 6/23. Al-
Hafizh al-Iraqi berkata dalam Amalihi: Hadits shahih, al-Baihaqi
meriwayatkannya dari al-Hakim dalam sunan. Adz-Dzahabi
berkata:Isnadnya kuat. Dan ia meriwayatkannya dengan tambahan
padanya: Ahmad 2/476, Abu Daud 3409, at-Tirmidzi 135, an-Nasa`I
dalam al-Kubra 9017, Ibnu Majah 639 dan al-Bazzar 3578.
maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka hendaklah dengan
hatinya dan itulah selemah-lemahnya iman.
3
Tidak diragukan lagi bahwa melaporkan mereka kepada
pemerintah, lembaga amar maruf nahi mungkar (yang ada di
K.S.A.) dan pengadilan termasuk mengingkari kemungkaran
terhadap mereka dengan lisan, dan termasuk tolong menolong
terhadap perbuatan baik dan taqwa. Semoga Allah shubhanahu wa
taalla memberi taufik kepada semua kaum muslimin bagi sesuatu
yang merupakan kebaikan dan keselamatan mereka dari segala
keburukan.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz Fatawa Ilaj dengan al-
Qur`an dan sunnah ruqyah dan yang terkait, hal. 36-37.
AKIDAH ADALAH ASAS AMAL
POKOK MATERI
1. Definisi Aqidah
Menurut bahasa Arab kata aqidah diartikan sebagai sesuatu yang
diikat oleh hati dan jiwa manusia. Sering pula disebut sebagai
hal-hal yang diyakini dan dipatuhi manusia
Dalam pengertian istilahiy, aqidah diartikan sebagai tashdiq
(pembenaran) terhadap sesuatu dan diyakini tanpa ada keraguan
atau kebimbangan, semakna dengan kata al iman.
Imam Syahid Hasan Al Bana mendefinisikan aqidah sebagai :
hal-hal yang harus dibenarkan oleh hati, tenang bagi jiwa dan
keyakinan yang tidak dapat digoyahkan oleh keraguan atau
bercampur dengan kebimbangan.
Pada kenyataannya kuat atau lemahnya aqidah umat ini
bermacam-macam ragamnya sesuai dengan kekuatan dalil/bukti-
bukti yang mereka terima, dan yang mereka yakini.
- Ada yang menerima dalil itu dengan talaqqi, lalu diyakini
secara tradisional. Mereka ini sangat rentan terhadap
syubhat yang meragukan.
- Ada yang berfikir dan menganalisa dalil yang mereka
terima, sehingga imannya menjadi semakin bertambah
- Ada pula mereka yang terus menganalisa dan mengamalkan
apa yang mereka yakini dengan senantiasa meminta
pertolongan Allah, sehingga ia mendapatkan cahaya
kebenaran dalam jiwanya (Q.S. 47: 17)
2. Pembagian Aqidah Islamiyyah
3
HR. Muslim 49.
Aqidah Islamiyyah terbagi dalam empat bagian utama, yaitu : al
I lahiyyat (ketuhanan), an Nubuwat (kenabian), ar Ruhaniyyat
(alam gaib), dan as Samiyyat (wahyu).
Sebaran aqidah ini terangkum dalam bagian akhir dari surah Al
Baqarah/2: 285 atau yang terangkum dalam hadits Jibril ketika
mendatangi Nabi Muhammad dan menanyakan kepadanya
tentang Iman, Islam, Ihsan dan hari kiamat.
3. Urgensi Aqidah Islamiyyah
a. Aqidah merupakan fondasi utama dalam bangunan Islam,
dari aqidah inilah terpancar seluruh aktifitas manusia, baik
berupa ucapan, perbuatan bahkan keberadaannya di dunia
b. Akidah seseorang akan sangat menentukan kualitas amal
perbuatannya, sah atau batal, diterima atau ditolak, dibalas
atau terbuang sia-sia.
c. Hati menjadi ruang bagi akidah untuk tumbuh dan
berkembang,menjadi kuat atau lemah sesuai dengan faktor-
faktor pendukung yang mempengaruhinya.
d. Aqidah adalah al ashl (fundamen), dan siapapun tahu
bahwa hal-hal yang fundamen jauh lebih harus diutamakan
dari pada furu (cabang-cabang) apalagi komplementer
lainnya.
4. Pengaruh Aqidah bagi amal perbuatan.
a. Amal perbuatan yang dilakukan tidak berdasarkan akidah
yang benar, maka amal itu tidak diterima Allah SWT. QS.
14:18, QS. 24:39, QS:5:27
b. Akidah yang batil akan menyebabkan semua amal
perbuatan yang pernah diperbuat menjadi hangus. QS. 5:5,
QS. 6:88, QS 3:21
c. Hubungan aqidah dan amal adalah bagaikan hubungan
antara pohon dan buah, dari itulah dalam banyak ayat Al
Quran, amal perbuatan selalu dikaitkan dengan keimanan.
QS. 2:25, QS. 16:97, QS. 19: 96.
Wallau alam.
KETIKA JATUH SAKIT
(Yaitu ) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan : Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-
Nyalah Kami kembali.
( Al Baqarah : 156 )
Setiap orang menginginkan untuk senantiasa sehat dalam
kehidupannya, tidak seorangpun yang ingin menderita sakit. Akan
tetapi datangnya sakit merupakan rahasia diantara rahasia-rahasia
Allah SWT, sehingga kedatangannya tak seorangpun yang dapat
mengajukan atau mengundurkannya. Dan tidak dapat seseorang
memilih penyakit yang akan dideritanya.
Sakit adalah salah satu ujian dari Allah SWT kepada
hambaNya untuk mengetahui seberapa jauh seorang hamba
bersyukur atas nimat yang telah diberikan Allah kepadanya juga
sebagai peringatan kepada hambaNya untuk kembali ke jalan yang
lurus.
Bagaimana seorang Muslim harus bersikap ketika terkena
suatu penyakit ?
1. Hakikat sakit bagi seorang Muslim adalah
mengurangi dosa
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah padanya suatu
kebaikan (keuntungan ), maka diberinya penderitaan (
HR Bukhari )
Selayaknya kita bersyukur dan bershabar dengan sakit yang
kita alami sebagai suatu kebaikan yang diberikan Allah swt kepada
kita. Sebab apabila seorang Muslim bershabar denganpenyakit yang
diderita, sesungguhnya hal itu sebagai sarana untuk menghapuskan
sebagian dosanya. Bukan berarti lantas mencari-cari datangnya
sumber penyakit, tetapi bila penyakit datang menghampiri, tidaklah
bila penyakit datang menghampiri, tidaklah membuat kita tenggelam
dalam kesedihan dan berputus asa dari rahmat Allah.
Tiada seorang Muslim yang menderita kelelahan atau
penyakit atau kesusahan ( kerisauan ) hati, bahkan gangguan yang
berupa duri melainkan semua kejadian itu akan berupa penebus
dosanya ( HR. Bukhari ).
2. Allah Swt yang memberi sakit dan hanya Dia yang
dapat menyembuhkan
Adakalanya seorang yang terkena suatu penyakit
beranggapan bahwa sakitnya disebabkan oleh ruh-ruh jahat, tempat-
tempat angker atau melanggar pantangan-pantangan yang tidak
rasional> Kemudian mereka berusaha menyembuhkannya dengan
cara-cara yang menggelikan. Ada yang membakar kemenyan,
memberi sesaji pada suatu tempat atau meminta maaf kepada ruh-
ruh jahat akibat perbuatannya. Bahkan ada yang bersedia melakukan
apa saja yang diperintahkan oleh simbah dukun agar penyakit yang
dideritanya dapat sembuh, meskipun bertentangan dengan syariat
Islam
Dan bagi sebagian orang yang sudah termakan pola
pikir modern
mempunyai anggapan hanya dokter dan obat-obatan modern saja
yang dapat menyembuhkan penyakitnya, sehingga sama sekali
meninggalkan keyakinannya kepada Allah Swt, meskipun dia
mengaku dirinya seorang muslim.
Padahal sesungguhnya penyakit itu datangnya dari Allah
dan hanya Dia yang dapat menyembuhkan.
Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang
telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan
hanya kepada Allah orang-orang mumin harus bertawaqal ( At
Taubah : 51 )
Sebagaimana doa Nabiullah Ibrahim As : dan apabila
aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku ( Asy Syuara : 80 )
3. Shabar menghadapi penyakit yang diderita.
Shabar tidak berarti berdiam diri menghadapi sakit dan
menunggu datangnya mukjizat dari langit yang dapat
menyembuhkannya. Akan tetapi shabar adalah ikhlas menerima
cobaan dari Allah, tidak mengeluh yang berlebih-lebihan dan
senantiasa berusaha mengobati penyakit yang di deritanya.
Allah Swt berfirman : dan orang-orang yang
shabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar ( imannya ); dan mereka itulah orang-orang
yang bertaqwa (Al Baqarah : 177 )
Ada suatu penyakit yang sulit serta lama untuk
disembuhkan, bahkan
ada pula penyakit yang membawa kepada suatu vonis mati. Sehingga
bagi mereka yang imannya rapuh, dapat tergoda untuk aqidahnya
asalkan dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya. Hal ini sangat
berbahaya.
Bagi seorang Muslim hendaknya bershabar dengan segala
penyakit yang di deritanya dan meyakini bahwasanya kematian itu
tidak hanya dikarenakan penyakit yang di deritanya. Kematian dapat
terjadi kepada siapa saja, baik sehat maupun yang sakit. Dan sebaik-
baik kematian adalah kematian dalam Islam.
.. dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. ( Ali Imran : 102 )
Barangsiapa yang akhir perkatannya Laa ilaaha illallah
pasti orang itu akan masuk sorga ( HR Abu Daud dan Ahmad )
Kalaupun dirasa sudah tidak kuat lagi menghadapi penyakit
yang dideritanya, janganlah berburuk sangka kepada Allah dan
jangan mengharapkan kematian. Sebagaimana sabda Rasulullah
Saw: Allah Taala berfirman : Aku senantiasa berada di samping
hamba-Ku yang berbaik sangka kepada-Ku ( Hadits Qudsi
Muttafaqun alaihi )
Janganlah sekali-kali mengharapkan mati seorang diatara
kamu disebabkan bahaya yang menimpa dirinya. Maka seandainya
terpaksa mengharapkan mati hendaklah ia berdoa Ya Allah,
hidupkanlah aku apabila hidup itu lebih baik bagiku dan matikanlah
aku apabila mati itu lebih baik bagiku ( HR Jamaah dari Anas ).
4. Diperintahkan bertobat dan menghindarkan syirik
dalam pengobatan.
Sangat dianjurkan untuk bertobat apabila terkena penyakit
sebagaimana sabda Rasulullah Saw : Berobatlah anda, maka
sesungguhnya Allah Swt. Tidak mendatangkan penyakit, kecuali
mendatangkan juga obatnya. Kecuali satu yang tidak ada obatnya
yakni tua. ( HR Tirmidi )
Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan binatang dapat
diramu menjadi obat
obatan yang menghantarkan seseorang sembuh dari sakitnya.
Apalagi pada masa sekarang ini sudah banyak tenaga yang ahli
dalam bidang pendeteksian penyakit serta pengobatannya. Maka
sudah selayaknya seorang Muslim untuk segera mengobatkan
penyakit yang dideritanya sehingga tidak terlanjur parah dan bahkan
jangan sampai memberatkan orang lain dengan penyakitnya.
Namun ada larangan bagi pengobatan yang dilakukan
dengan hal-hal yang
mengandung unsur syirik, seperti jampi-jampi yang tidak rasional,
mantra-mantra, dukun dan yang semisal dengan itu. Sedang
pengobatan yang dilakukan dengan membaca ayat Quran atau doa
yang dituntunkan Rasulullah Saw diperbolehkan.
Bagi seorang Muslim hendaknya mempunyai prinsip
mencegah lebih baik daripada mengobati.
5. Tetap menjaga shalat dan dzikir.
Sakit bukan berarti lepas dari tanggung jawab untuk sholat,
bahkan shalat
harus tetap dilakukan dalam kondisi apapun juga.
Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) sholat
wusthaa. Berdirilah,
karena Allah ( dalam shalatmu ) dengan khusyu. Jika kamu dalam
keadaan takut ( bahaya ), maka shalatlah sambil berjalan atau
berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah
Allah ( shalatlah ), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui. ( Al Baqarah ( 2 ) ; 238-239 _
Juga karena shalat yang akan membedakan apakah
seseorang itu Muslim
ataukah kafir.
Ikatan janji diantara kami dengan mereka ialah shalat,
maka barangsiapa yang meninggalkannya berarti kafir. ( HR.
Tirmidzi )
Akan tetapi bagi mereka yang sakit mendapatkan
keringanan dalam melaksanakan shalat, sebagaimana rahmat Allah
Swt kepada hamba-Nya.
Saya menderita penyakit bawasir, lalu saya tanyakan
kepada Rasulullah Saw. Bagaimana caranya shalat. Ujar beliau :
Shalatlah dengan berdiri, kalau tidak dapat hendaklah dengan duduk
dan kalau tidak dapat juga maka dengan berbaring ( Diriwayatkan
oleh Jamaah dan NasaI ditambah : Dan kalau masih tidak dapat,
maka hendaklah dengan telentang. Allah tidak memaksakan kepada
seseorang, kecuali sekedar kemampuannya. )
Demikian juga dalam hal bersuci, jika tidak dapat
melakukan mandi besar atau berwudhu karena terhalang penyakitnya
maka dapat dilakukan dengan tayamum.
Ketika sakit hendaknya dibiasakan untuk tetap membasahi
bibirnya dengan dzikir kepada Allah Swt. Tidak berteriak-teriak
memanggil dokter atau perawat atau mengeluh yang berlebih-lebihan
dan berkepanjangan. Hanya dengan dzikir kepada Allah Swt akan
dapat menenangkan hati.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tentram ( Ar Rad;28 ).
6. Berusaha tidak menularkan penyakit kepada orang
lain .
Penyakit yang disebabkan virus mudah sekali untuk
menular kepada orang lain. Apabila terjangkit penyakit semacam ini
sebaiknya berusaha untuk tidak menularkan kepada orang lain.
Sebaliknya apabila ada orang lain terkena penyakit menular, maka
berusahalah untuk tidak tertulari.
Jika kamu mendengar waba ( thaun ) sedang berjangkit
di suatu tempat, maka janganlah kamu masuk ke tempat itu. Dan jika
berjangkit dalam negri yang kamu sedang berada di dalamnya, maka
janganlah kamu keluar darinya ( HR. Bukhari dan Muslim ).
Sikap yang baik dari seorang muslim adalah berusaha
sekuat tenaga dan hasilnya hanya Allah Swt yang berhak untuk
menentukan. Insya Allah buahnya dapat kita petik di akhirat nanti.
Ya Allah Yang Maha Mencukupi aku dan Yang sebaik-
baik Melindungi aku. Hanya kepada Allah aku berserah diri. ( HR
Tirmidzi )
Sumber:
Abdul Fatah, Aiman, 2005, Keajaiban Thibbun Nabawi: Bukti
Ilmiah dan Rahasia Kesembuhan dalam Metode
Pengobatan Nabawi, Al Qowwam, Solo.
Senam Pernafasan Syirik?
Pertanyaan
Assalamu\'alaikum wr. wb. Semoga kita senantiasa mendapat
lindungan Allah swt. Apa hukumnya mengikuti senam pernafasan
(MAHATMA) atau apapun bentuknya, karena orang tua saya
mengikuti kegiatan tersebut sudah sejak sebulan yang lalu, apakah
senam tersebut menjurus kearah kemusyrikan? mohon penjelasan
secara rinci!. Karena sampai sekarang saya sangat meragukan
kegiatan tersebut berawal dari teman saya yang mengikuti senam
serupa dan teman saya itu di rukyah di redaksi majalah ghoib
padahal awalnya saya yang mengajak pelatih senam itu untuk datang
ke lingkungan tempat tinggal saya, dan ternyata peminatnya banyak
sekali diantaranya orang-orang tua, tapi setelah saya mengetahui
senam itu mengarah kemusyrikan sampai sekarang tdk pernah
mengikuti latihan lagi. Kalau memang teman saya benar berarti saya
sudah mengajak mereka untuk sesat dan hal itu sangat mengganggu
pikiran saya tapi saya tidak punya alasan kuat untuk menjelaskan hal
tersebut kepada tetangga-tetangga saya. Mohon penjelasan pa ustadz.
Terimakasih. Wassalamu\'alaikum wr. wb.
jawaban
Assalamu `alaikum Wr. Wb. Bila benar ketika diruqiyah
saat Anda datang ke redaksi majalah ghoib dan disebutkan bahwa
ada pengaruh / kesertaan jin dalam seni pernafasan itu, maka
sebaiknya praktek seperti itu ditinggalkan. Bagi jin, melakukan tipu
daya dan membohongi orang adalah makanan sehari-hari. Sehingga
sangat mudah buat mereka untuk berbohong dan mengatakan bahwa
sebuah praktek itu tidak menggunakan jin.
Jin sendiri yang melakukan hal itu dan dia sendiri yang
menyuruh berbohong. Sedangkan berkaitan dengan alasan kuat,
silahkan Anda minta kepada para ustaz yang meruqiyah teman Anda
itu bukti-bukti dan fakta-fakta bahwa ada unsur kesertaan jin dalam
seni pernafasan itu. Mereka lebih mengetahui karena mereka
langsung menangani pasiennya. Kita tidak bisa langsung memvonis
apakah suatu seni bela diri itu menggunakan jin atau tidak bila tidak
langsung menanganinya serta melihat langsung bukti dan fakta
keberadaan jin. Jadi silahkan hubungi mereka dan minta bantuan
untuk bisa menjelaskan fenomena ini di lingkungan Anda. Wallahu
a`lam bis-shawab. Wassalamu `alaikum Wr. Wb.
Sumber
www.syariahonline.com
TAUHID:
Paradigma Keyakinan Muslim
A. MAKNA TAUHID
Kata tauhid dalam bahasa Arab merupakan bentuk masdar
(kata dasar) dari kata : wahhada-yuwahhidu-tauhidyang berarti
meng-esa-kan/mengakui ke-esa-an. Dalam perkembangan bahasa
Arab kata tauhid diartikan sebagai sesuatu yang berbeda dari
segalanya.
Kata tauhid termasuk dalam kategori afal qalbi (kerja hati),
yaitu: mengakui ke-Esa-an Allah dalam penciptaan, kekuasaan,
dan kepemilikan (rububiyah), juga dalam penyembahan,
permintaan dan harapan (uluhiyyah), asma (nama) dan sifat.
Dalam perkembangan terakhir kata tauhid dipergunakan untuk
menyebut satu bidang ilmu yang mampu dipergunakan untuk
menetapkan keyakinan-keyakinan agama dengan dalil-dalil yang
qathiy (pasti).
B. TAUHID, FENOMENA ALAM RAYA
Tauhid yang berarti mengakui ke-Esa-an Allah dalam penciptaan
pemeliharaan dan pengabdian sangat jelas terbukti dalam
kehidupan alam raya ini. Sikap tauhid itu ditunjukkan oleh alam
raya dalam kepatuhannya menjalankan sunnatullah (ketentuan
Allah ) dengan konsisten dan komitmen, tidak ada intervensi
sunnah lain bagi mereka.
Lihatlah matahari, bulan, bintang, hewan dan tumbuhan. Mereka
semua bergerak dalam sunnatullah yang tidak pernah berubah.
Firman Allah:
Artinya: Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian
bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan
menemuipenyimpangan bagi sunnah Allah itu. QS.
35/Fathir: 43
Makhluk-makhluk itu tidak mengenal pencipta dan
pengatur lain selain Allah, sehingga mereka terus bertasbih
mensucikan Allah, Firman Allah.
Artinya: Tidakkah kamu tahu bahwasannya Allah; kepada-Nya
bertasbih apa yang ada di langit dan di bumi dan juga
burung-burung dengan mengembangkan sayapnya.
Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan
tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan. (QS. 24/An Nur: 41)
Manusia tidaklah satu-satunya makhluk di alam ini. Di
sekitarnya, kiri kanannya, atas bawahnya, sejauh mata memandang,
atau ke manapun ia membayangkan, di sana ada makhluk Allah yang
lain, dengan karakter, bentuk, dan warna yang berbeda. Akan tetapi
semuanya bersatu dalam menghadap Allah, bertasbih memuji Allah.
Hanya Allah Yang Maha Mengetahui tentang apa yang mereka
kerjakan.
Demikianlah burung yang terbang dengan mengembangkan
sayapnya di angkasa lepas, tetap bertasbih memuji Allah. Masing-
masing telah mengetahui cara sembahyang dan tasbihnya. Dan
manusialah yang sering kali lupa bertasbih kepada Tuhannya.
Padahal manusialah makhluk Allah yang paling layak beriman,
bertasbih, dan sembahyang.
Seluruh alam yang tampak nyata ini khusyu dalam
menghadap Penciptanya, bertasbih memuji-Nya, berdiri
menyembah-Nya. Demikianlah fitrah alam semesta, patuh kepada
kehendak Penciptanya. Hal ini tercermin dalam siklusnya.
Dan ketika manusia dapat berperan secara maksimal dalam
kepatuhan dan kekhusyukan menghadap Allah, maka ia akan dapat
menemukan kebersamaan dengan makhluk lain di alam ini dalam
bertasbih.
Rasulullah SAW mampu mendengarkan tasbih bebatuan
ketika sedang berjalan. Rintihan batang pohon kurma, yang pernah
dipakai sebagai mimbar di masjidnya.
4
Nabi Daud AS ketika tilawah
karena keindahan suranya membuat gunung-gunung termangu, dan
burung-burung terbang diam menunggu.
5
a. Fenomena Awan dan Hujan
Awan dan hujan adalah fenomena alam yang kurang
mendapat perhatian, padahal sangat indah untuk direnungkan,
banyak memberi pelajaran, obyek observasi dan bukti pancaran nur
Ilahi, kebenaran dan keimanan. Firman Allah:
Artinya: Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan,
kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya,
kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu hujan ke luar dari celah-celahnya
dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari
langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti)
4
Al Jazairi, Abu Bakar Jabir, Aqidatul-Mumin, (Beirut:. Dar
El Fikr, T. th) h. 236-237
5
Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al Adhim, op cit, Jilid III, h.
252
gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran)
es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.
Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan. (QS. 24/An Nur:43)
Allah terangkan fenomena awan dengan perlahan-lahan
dalam tahapan yang memberikan peluang perenungan pada setiap
tahapan terjadinya hujan. Proses yang detail itu agar mampu
menyentuh jiwa dan menyadarkannya, merenungkan tadbir
(rekayasa) Allah yang ada di balik semua fenomena.
Hanya Allah yang menggiring awan dari satu tempat ke
tempat lainnya, menyebar dan mengumpulkannya. Ketika sudah
tebal tersusun dari sekian banyak lapisan barulah keluar air, dan
turunlah hujan lebat. Awan yang menggumpal bagaikan gunung-
gunung besar di atas angkasa. Dan dalam awan itu terdapat pula
kristal-kristal salju.
Menyaksikan fenomena awan bagaikan gunung sangat jelas
nyata bagi orang yang berada di atas pesawat terbang. Pesawat itu
terbang di atas gumpalan-gumpalan awan, menembus atau
menerobos di sela-selanya. Fenomenanya menjadi gunung
sungguhan bukan seperti gunung. Al Quran menceriterakan awan
dengan penggambaran hakiki yang dapat dibuktikan dengan mata
kepala.
Gunung-gunung di atas angkasa itu hanya patuh kepada
Allah SWT. Ia akan berarak sesuai dengan arah yang Allah
kehendaki, dan menghidar dari yang arah yang Allah tidak
kehendaki. Dengan awan dan hujan Allah merahmati manusia dan
dengan awan dan hujan itu pula Allah pernah menurunkan azab-Nya.
Fenomena awan ini, Allah lengkapi dengan kilau kilat, yang
semakin menambah indah suasana. Perpaduan antara cahaya besar
yang memenuhi alam dengan kilau kilat yang membelah awan.
b. Pergantian Malamdan Siang
Fenomena berikutnya adalah pergantian malam dan siang.
Firman Allah:
Artinya: Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu, terdapat pelajarn yang besar
bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (QS.
24/An Nur: 44)
Perenungan terhadap pergantian malam dan siang dalam
struktur yang tidak pernah berubah dan waktu yang tidak pernah
telat, akan menggugah sensitifitas jiwa untuk memahami rahasia di
balik rekayasa Allah dalam menggerakkannya.
Al Quran mengantarkan jiwa manusia untuk merenungkan
fenomena alam ini, agar dapat menatapnya dengan pandangan dan
interaksi yang selalu diperbaharui.
Malam dan siang sejak manusia temukan pertama kali
sampai hari ini tidak ada yang berubah, tidak pudar keindahannya.
Malam dan siang yang dulu pernah diimpikan tetaplah malam dan
siang yang hari ini ditemui. Hati manusia-lah yang berubah dingin
dan tidak peka, sehingga tidak lagi mampu mengaguminya.
Al Quran memperbaharui pandangan kita yang beku
tentang malam dan siang sebagaimana pembaharuan yang terjadi
pada malam dan siang itu sendiri. Menyaksikan setiap fenomena
dengan penuh renungan, mencari apa rahasia di balik semua ini.
Siapa yang mengendalikannya? Apa hikmahnya?.
Dengan cara ini, Allah menghendaki kita mampu
memandang segala sesuatu sebagai nikmat yang baru pertama kali
kita temukan, sehingga kita selalu merasakan pembaharuan nikmat di
setiap waktu.
Fenomena alam memang indah dan menakjubkan. Dan
fitrah kita sama dengan fitrah alam itu. Memancar dari sumber yang
sama, keluar dari rahasia yang sama.
Berkomunikasi dengan rahasia malam dan siang
memberikan kedamaian, kemesraan, dan kebahagiaan pertemuan
dengan kerabat dekat yang lama terpisahkan.
Kita temukan nur Ilahi ada dalam fenomena malam dan
siang. Allah Pemberi cahaya langit dan bumi. Dan kita temukan
cahaya itu di ufuk barat dan ufuk timur, sebagaimana pancaran
cahaya Ilahi itu ada dalam diri kita.
Dan masih banyak lagi fenomena alam lain yang
menunjukkan pancaran tauhid, pengakuan akan ke-Esa-an Allah
Yang Maha Pencipta dan Pengatur segalanya.
C. TAUHID DAN FITRAH MANUSIA
Tauhid adalah dasar penciptaan manusia sejak Adam
alaihissalam pertama kali diciptakan. Tauhid menjadi fitrah
mendasar penciptaan manusia sejak sebelum kelahirannya ke
muka bumi. Manusia diambil kesaksiannya untuk mengakui ke-
Esa-an Allah sebagai Tuhannya. Firman Allah:
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):Bukankah Aku ini Tuhanmu? mereka
menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami
(bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan). QS. 7/Al Araf: 172
Demikianlah dasar penciptaan manusia dari yang tidak pernah
ada. Firman Allah:
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama
(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus;
tetapi kebanyaka manusia tidak mengetahui.
6
QS. 30/ Ar
Rum: 30
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Setiap bayi, dilahirkan dalam keadaan fitrah
(Islam/mengenal Allah), maka kedua orang tuanyalah
yang merubahnya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi.
HR. At Thabrani dan Al Baihaqi
Penyimpangan manusia dari fitrah tauhidnya ini terjadi karena
pengaruh beberapa hal berikut ini, yaitu:
1. Pendidikan yang salah,
2. Godaan syetan,
3. Mengikuti hawa nafsu,
4. Sikap taqlidbuta terhadap nenek moyang
5. Perbuatan dosa yang berakumulasi pada tertutupnya
hati dari cahaya Allah.
Demikianlah Allah telah persiapkan manusia dengan fitrahnya itu
untuk bertauhid kepada Allah. Dan untuk menyempurnakan
potensi tauhid ini agar tumbuh dan berkembang dengan optimal,
6
Fitrah Allah maksudnya: ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah
mempunyai maluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar.
Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh
lingkungan. (sumber: Al Quran dan Terjemahnya, Mujamma
Khadimul Haramain AsySyarifain al Malik Fahd li thibaat al Mush-
ha asy Syarif, Medinah Munawwarah, 1411 H).
bersih dari noda syirik dan dosa, Allah mengutus para rasul
sebagai teladan dan pemandu manusia.
D. KEDUDUKAN TAUHID
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi bagi kehidupan
manusia ini, yaitu:
1. Tauhid merupakan dasar Aqidah Islamiyah. Pengakuan terhadap
tauhid uluhiyah yang dinyatakan dengan kalimat syahadat
membuat seseorang mendapatkan status muslim, dan orang yang
mengingkarinya berstatus kafir.
2. Tauhid melindungi jiwa, harta, dan kehormatan seseorang.
Sabda Nabi:
Artinya: Aku diperintahkan memerangi manusia sehingga
mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah,
maka ketika mereka melakukan hal ini mereka akan
terlindung jiwa, dan hartanya kecuali dengan
haknya. Hadits Muttafaq alaih
3. Menyerukan tauhid adalah tugas utama para rasul sejak zaman
nabi Nuh AS, sampai nabi Muhammad SAW. Tugas utama para
rasul dapat dikelompokkan dalam dua tugas penting yaitu:
1. Mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT
2. Mengajak manusia untuk menjauhi thaghut
(sesembahan selain Allah), firman Allah:
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada
setiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut. QS. 16/An Nahl: 36
Dari itulah seruan pertama para nabi kepada kaumnya adalah :
Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak Tuhan
bagimu selain-Nya QS. 7/Al Araf: 59, 65, 73, 85.
Demikanlah Al Quran menceritakan seruan Nabi Nuh, Hud,
Shalih, Syuaib, dsb.
4. Tauhid adalah hak Allah atas manusia. Al Bukhari dan Muslim
meriwayatkan dari Muad bin Jabal, ra yang mengatakan:
Artinya: Saya pernah duduk di belakang Nabi di atas seekor keledai,
lalu Nabi bertanya kepadaku: Hai Muadz, tahukah
kamu apa hak Allah atas hamba-Nya dan apa hak hamba
atas Allah? Saya menjawab: Hanya Allah dan rasul-Nya
yang mengetahui. Sabda Nabi: Hak Allah atas hamba-
Nya adalah agar mereka menyembah-Nya dan tidak
menyekutukan dengan apapun. Dan hak hamba atas Allah
adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Saya
bertanya: Ya Rasulallah, bolehkan saya beritahukan ini
kepada manusia? Jawab Nabi: Jangan nanti mereka
akan mengandalkannya semata (tidak berlomba
mengerjakan amal kebajikan, red). Hadits Muttafaq alaih
Hal ini karena Allah telah menciptakan manusia dan memberinya
nikmat yang tak terhingga, maka seharusnya manusia bersyukur
kepada-Nya, mentaati dan tidak mendurhakai-Nya.
5. Tauhid adalah identitas kepribadian setiap muslim sepanjang
hayatnya. Firman Allah:
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki
rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supa mereka memberi Aku makan. QS. 51/Adz
Dzariyat:56-57
Maka orang yang menghabiskan umurnya tidak untuk beribadah
kepada Allah, ia telah jatuh dari derajat manusia menuju kepada
derajat hewan ternak atau lebih hina dari hewan ternak. Firman
Allah
Artinya: Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia)
dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan
neraka adalah tempat tinggal mereka. QS. 47/Muhammad: 12
6. Tauhid adalah seruan umat Islam kepada umat lain. Firman
Allah:
Artinya: Katakanlah: Hai ahli Kitab, marilah (berpegang)
kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tiak kita persekutukan Dia
dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain
Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada
mereka: Salsikanlah, bahwa kami adalah orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah). QS. 3/ Ali Imran: 64
7. Tauhid adalah penyebab seseorang mendapatkan syafaat
(pertolongan) Rasulullah di hari kiamat. Sabda Nabi:
Artinya: Orang yang paling beruntung dengan syafaatku di hari
kiamat adalah orang yang mengucapkan La ilaaha
illallah dengan ikhlas dari hatinya. HR. Al Bukhari.
E. MACAM-MACAM TAUHID
Keyakinan seorang muslim akan tauhid (ke-Esa-an Allah)
mencakup tiga macam tauhid, yaitu: rububuyah, uluhiyyah, asma
dan sifat.
1. Rububiyyah
Kata rububiyyah adalah bentuk nisbah (pengkaitan) kepada
salah satu asma Allah yaitu Ar Rabb yang memiliki
beberapa arti antara lain:
a. Al Murabbiy, Yang Mengatur, Mendidik, dan
Membesarkan
b. An Nashir, Yang Menolong, dan Membela
c. Al Malik, Yang Memiliki, Menguasai, dan Merajai
d. Al Mushlih, Yang Memperbaiki
e. Al Wali, Yang Melindungi, Menguasai dan Memimpin
Tauhid rububiyyah artinya: Meyakini bahwa hanya Allah
Yang Maha Menciptakan, Memiliki, dan Mengatur alam ini.
Tiada sekutu bagi Allah dalam berkuasa. Dan segal sesuatu
selain Allah tidak ada yanag mampu mendatangkan
manfaat (keuntungan) dan madharrat (kerugian) baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, kecuali atas
izin dan kehendak Allah.
Tauhid rububiyyah ini dapat diterima oleh setiap orang yang
menggunakan akal sehatnya dengan baik. Misalnya dalam
penciptaan makhluk ini Allah berfirman:
Artinya: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu ataukah
mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?
QS. 52:At Thur:35
Kemungkinan logis yang dapat dipergunakan untuk
menjawab pertanyaan ini adalah :
1. Bahwa makhluk tidak ada yang menciptakan. Dan
ini tidak masuk akal, bagaimana mungkin ada
sesuatu yang tidak ada penciptanya.
2. Bahwa makhluk itu menciptakan diri mereka
sendiri. logika ini mustahil bagaimana mungkin
sesuatu yang tidak ada dapat menciptakan dirinya
sendiri.
3. Bahwa pencipta itu ada, dan bukan makhluk itu
sendiri, yaitu Allah. Dan inilah yang diajarkan
kepada manusia.
Ke-Esa-an Allah juga sangat jelas dalam kekuasan-Nya.
Jika ada tuhan yang berkuasa lebih dari satu, maka
kemungkinannya adalah:
a. Saling melengkapi. Logika ini mustahil, kalau
keduanya saling melengkapi maka sesungguhnya
keduanya memiliki kelemahan, dan mustahil tuhan
lemah.
b. Bersaing saling mengalahkan untuk membuktikan siapa
yang paling berkuasa, dan yang menanglah yang
berkuasa. Secara logis pemenang itu hanya satu, dan
yang kalah apa masih disebut tuhan, dst. Firman Allah:
Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-
tuhan selain Allah, tentulah kedunya itu telah
rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang
mempunyai Arsy daripada apa yang mereka
sifatkan. QS. 21/Al Anbiya: 22
Dari itulah tauhid ini diterima dengan bulat termasuk oleh
kaum kafir. Firman Allah
Artinya: Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka:
Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Miscaya
mereka akan menjawab: Semuanya diciptakan oleh Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. QS. 43/Az
Zukhruf: 9
Artinya: Katakanlah:Kepuanyaan siapakah bumi ini, dan
semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui. Mereka
akan menjawab: Kepunyaan Allah. Katakanlah: Maka
apakah kamu tidak ingat? Katakanlah: Siapakah Yang
Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya Arsy yang
besar? Mereka akan menjawab: Kepunyaan Allah.
Katakanlah: Maka apakah kamu tidak bertakwa?.
Katakanlah: Siapakah yang di tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi,
tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya,
jika kamu mengetahui? Mereka akan menjawab:
Lepunyaan Allah Katakanlah: (Kalau demikian),
maka dari jalan manakah kamu ditipu?. QS. 23/Al
Mukminun: 84-89
Bahkan di tengah kesombongan Firaun yang mengaku diri
sebagai tuhan, dalam hati kecilnya masih tetap
mempercayai seruan Musa tentang Allah adalah Pencipta
langit dan bumi. Firman Allah:
Artinya: Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman
dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka
meyakini (kebenaran) nya. Maka perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat
kebinasaan. QS. 27/An Naml: 14
Demikianlah jawaban kaum musyrik. Mereka mengakui
rububiyah Allah Yang Menguasai alam raya seluruhnya.
Keyakinan ini seharusnya ditindak lanjuti dengan bertauhid
kepada Allah dalam beribadah, dengan tidak menyekutukan
Allah. Di sinilah letak kesalahan kaum musyrikin, mereka
meyakini kekuasaan Allah tetapi tidak mengesakan
penyembahan Allah.
2. Uluhiyyah
Uluhiyyah berasal dari kata ilaah artinya al mabud
(yang disembah) dan al mutha (yang dipatuhi).
Tauhid uluhiyyah artinya: meng-Esa-kan Allah dalam
ibadah
7
dan kepatuhan, atau dengan kata lain : meng-Esa-
kan Allah dengan perbuatan hambanya seperti shalat,
shiyam, zakat, haji, penyembelihan, nadzar, takut, harap,
dan cinta yang semuanya dikerjakan dalam rangka
mematuhi Allah, mengharap ridha-Nya, menjalankan
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Dengan demikian tauhid uluhiyyah itu hanya dapat
terwujud dengan dua hal, yaitu:
a. Mengarahkan seluruh amal perbuatan manusia hanya
kepada Allah (ikhlas)
b. Melaksanakan ibadah sesuai dengan perintah dan
larangan Allah (mutabaah)
Tauhid uluhiyah inilah yang diformalkan dalam ucapan dua
kalimah syahadat, bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang
berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah rasul
(utusan) Allah.
Dari itulah tauhid Uluhiyah ini merupakan bagian tauhid
terpenting. Di atas tauhid inilah bangunan kehidupan
didirikan, tatanan hukum (tasyri) ditegakkan, sebab tidak
7
ibadah dalam bahasa Arab berarti patuh dan tunduk, Imam ibnu
Taimiyah mendefinisikan: ibadah adalah nama segala sesuatu
yang Allah cintai dan ridhai, berupa ucapan, perbuatan yang
tampak maupun tersembunyi, dan berlepas diri dari hal-hal yang
menafikan dan bertentangan dengannya.
ada hukum dan kepatuhan dalam semua urusan kecuali
kepada Allah dan rasul-Nya. Firman Allah:
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun
sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya: Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang
hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian Aku. QS. 21/Al Anbiya: 25
Peran ibadah inilah yang sesungguhnya tugas utama
diciptakannya jin dan manusia. Firman Allah:
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku. QS.
51/Adz Dzariyat: 56
Untuk penegakan Tauhid Uluhiyyah inilah Allah
mengizinkan berjihad dan penumpahan darah, sabda Nabi:
Artinya: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia
sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan sesungguhnya aku adalah rasul
(utusan) Allah. Jika mereka lakukan ini maka
terpelihara darah dan hartanya, kecuali karean
haknya. Hadits Muttafaq alaih.
Perbedaan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah :
1. Rububiyyah berasal dari kata Ar Rabb, sedang
Uluhiyyah berasal dari kata Al Ilaah.
2. Tauhid Rububiyah berkaitan dengan masalah-masalah
kauniyah (perwujudan) seperti penciptaan, rizki, hidup
dan mati. Sedang Tauhid Uluhiyah berkaitan dengan
perintah dan larangan, halal dan haram
3. Tauhid Rububiyah diterima oleh kaum kafir, dan
Tauhid Uluhiyah ditolak oleh kaum kafir.
4. Tauhid Rububiyah berdampak pada sisi ilmiah
(pengetahuan) sedang Tauhid Uluhiyah berdampak
pada sisi amaliah
5. Tauhid Rububiyah menjadi pengantar Tauhid
Uluhiyah, sedang Tauhid Uluhiyyah merupakan
konsekwensi logis dari tauhid Rububiyah
6. Tauhid Rububiyah belum menjadikan orang yang
mengimaninya sebagai muslim, sedang Tauhid
Uluhiyah menjadikan orang yang mengimaninya
sebagai muslim.
7. Tauhid Rububiyah mengimani keesaan perbuatan-
perbuatan Allah dalam Mencipta, Mengatur, dan
Menguasai. Sedang Tauhid Uluhiyah mengesakan
Allah dengan perbuatan-perbuatan manusia, seperti
shalatm zakat dsb.
3. Asma dan Sifat
Tauhid Asma dan Sifat, artinya mengakui dan
menyakini dengan sesungguh hati asma dan sifat Allah
yang tercantum dalam Al Quran dan As Sunnah, tanpa
tathil (menafikan maknanya), tahrif (merubah), tamtsil
(menyerupakan) dan takyif (mereka-reka), sesuai dengan
batas firman Allah:
Artinya: Tiada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. QS. 42:11
Bagian pertama dari ayat itu adalah : Tiada sesuatupun
yang serupa dengan Dia; berisi peniadaan secara total
terhadap penyerupaan dan rekaan terhadap asma dan sifat
Allah.
Dan bagian kedua: dan Dia-lah yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat; berisi penetapan asma dan sifat Allah
secara terinci sekaligus penolakan terhadap tathil
(peniadaan) dan tahrif (perubahan).
F. PENGARUH TAUHID BAGI KEHIDUPAN
Tauhid yang benar akan tampak pengarunya pada kehidupan
pribadi dan , masyarakat.
1. Kehidupan Pribadi
Tauhid yang benar sangat tampak pengaruhnya pada kehidupan
pribadi (personal), yaitu:
a. Pembebasan seseorang dari penyembahan sesama makhluk,
firman Allah:
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan meurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam menjalankan agama dengan lurus. QS. 98/Al
Bayyinah:
b. Kemerdekaan yang utuh sebagai makhluk ciptaan Allah dan
hanya patuh kepada Allah. Firman Allah:
Artinya: Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-
laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang
berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak
yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja);
adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi
Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. QS.
39/Az Zumar: 29
c. Ketenangan hidup karena zikrullah; Firman Allah:
Artinya: Orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. QS.
13/Ar Radu: 28
d. Memiliki izzah kekuatan dalam menghadapi tekanan fihak
lain. Firman Allah:
Artinya: Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah
kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan
mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal
kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi
orang-orang mumin, tetapi orang-orang munafik itu tidak
mengetahui. QS. 63/Al Munafiqun: 8
e. Tidak terpecah potensi dan kekuatannya. Firman Allah:
Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya salatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah). QS. 6/Al
Anam: 162-163
Artinya: Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu
mereka berdidi, lalu mereka berkata: Tuhan kami adalah
Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru
Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah
mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.
QS. 18/Al Kahfi: 14
f. Memiliki produktifitas kebaikan yang tinggi. Firman
Allah:Artinya:Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik
8
, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada
setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. QS. 14/Ibrahim: 24-25
8
Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala
ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari
kemunkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperi
kalimat La ilaaha illallaah (Al Qurandan Terjemahnya,
Mujamma Khadimul Haramain Asy Syarifain al Malik Fahd,
Medinah Munawwarah)
Artinya: Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh
subur seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-
tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang
yang bersyukur. QS. 7/Al Araf: 58
g. Optimis dalam menghadapi persoalan dan tidak mudah
putus asa dalam berusaha. Firman Allah tentang nabi
Yaqub yang terpisahkan dari Yususf:
Artinya: Yaqub menjawab: Sesungguhnya hanyalah kepada Allah
aku adukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari
Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya. Hai anak-anakku,
pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir. QS.
12/Yusuf: 77-78
h. Berada dalam jaminan pertolongan Allah. Firman Allah:
Artinya: Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang
kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang
dia salah seorang dari dua orang yang berada dalam gua, di waktu
dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita. Maka Allah menurunkan
ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kami tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan
orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang
tinggi, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS. 9/At Taubah:
40
2. Masyarakat
a. Tauhid yang benar akan menjadi landasan dan bentuk masyrakat.
Firman Allah:
Artinya: Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik
shibghahnya daripada Allah? QS. 2/Al Baqarah: 138
b. Tauhid yang benar akan menjadi manhaj (jalan hidup) yang
mengantarkan sebuah masyarakat mencapai kebahagiaannya
Artinya: Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di
atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang
baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi
jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama
dengan dia ke dalam neraka jahannam? Dan Allah tidak
memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. QS. 9/At
Taubah: 109
c. Tauhid yang benar akan menjaga masyarakat untuk
senantiasa berada dalam keamanan dan kebenaran. Firman
Allah:
Artinya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan
iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang
yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk. QS. 6/Al Anam: 82
Dan salah satu bentuk ujian Allah kepada kaum yang kafir
adalah tercabutnya rasa aman dari mereka. Firman Allah:
Artinya: Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan)
sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteran, rizkinya datang
kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)
nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa
yang selalu mereka perbuat. QS. 16/An Nahl: 112
d. Tauhid yang benar akan membuka barakah rizki dari langit
dan bumi kepada mayarakat . Firman Allah:
Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertaqwa, pastila Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. QS. 7/Al
Araf: 96
e. Tauhid yang benar akan menghindarkan masyarakat dari
kehancuran. Firman Allah:
Artinya: Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
membuat kerusakan. QS. 7/Al Araf: 102
f. Tauhid yang benar akan membuka peluang umat Islam
untuk menegakkan kekhalifahannya di muka bumi,
sebagaimana misi awal penciptaan manusia. Firman Allah:
Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama
yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, seusudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik. QS. 24/An Nur:55
g. Tauhid yang benar akan menjamin keseimbangan hidup.
Karena seluruh alam ini akan stabil jika dikendalikan oleh
satu penguasa yaitu: Allah Yang Maha Kuasa. Firman
Allah :
Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain
Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha suci
Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.
QS. 21/Al Anbiya: 22
Wallahu alam
Muhith Muhammad Ishaq, kitab Tauhid: Paradigma Keyakinan
Muslim.
MARIFATULLAH PUNCAK AQIDAH ISLAM
POKOK-POKOK MATERI
1. KARAKTERISTIK AQIDAH ISLAM
Aqidah Islam adalah Aqidah Rabbaniy(berasal dari Allah )
yang bersih dari pengaruh penyimpangan dan subyektifitas manusia.
Aqidah Islam memiliki karakteristik berikut ini :
1. Al Wudhuh wa al Basathah ( jelas dan ringan) tidak ada
kerancuan di dalamnya seperti yang terjadi pada konsep Trinitas
dsb.
2. Sejalan dengan fitrah manusia, tidak akan pernah bertentangan
antara aqidah salimah (lurus) dan fitrah manusia. Firman Allah :
Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah.. QS. 30:30
3. Prinsip-prinsip aqidah yang baku, tidak ada penambahan dan
perubahan dari siapapun. Firman Allah :Apakah mereka
mempunyai sembahan-sembahan lain selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah
? QS. 42:21
4. Dibangun di atas bukti dan dalil, tidak cukup hanya dengan
doktrin dan pemaksaan seperti yang ada pada konsep-konsep
aqidah lainnya. Aqidah Islam selalu menegakkan :
Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang
benar QS 2:111
5. Al Wasthiyyah (moderat) tidak berlebihan dalam menetapkan
keesaan maupun sifat Allah seperti yang terjadi pada pemikiran
lain yang mengakibatkan penyerupaan Allah dengan makhluk-
Nya. Aqidah Islam menolak fanatisme buta seperti yang terjadi
dalam slogan jahiliyah Sesungguhnya kami mendapati bapak-
bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami
orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak
mereka QS. 43:22
2. PENGERTIAN MARIFATULLAH
Marifatullah (mengenal Allah) bukanlah mengenali dzat
Allah, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas
manusia yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang
terbatas ini mengenali sesuatu yang tidak terbatas?. Segelas susu
yang dibikin seseorang tidak akan pernah mengetahui seperti apakah
orang yang telah membuatnya menjadi segelas susu.
Menurut Ibn Al Qayyim : Marifatullah yang dimaksudkan
oleh ahlul marifah (orang-orang yang mengenali Allah) adalah
ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi
kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya.
Marifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata,
namun mariaftullah dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan
yang mengantarkan manusia dekat dengan Allah, mengenalkan
rintangan dan gangguan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri
kepada Allah.
3. CIRI-CIRI DALAM MARIFATULLAH
Seseorang dianggap marifatullah (mengenal Allah) jika ia
telah mengenali
1. asma (nama) Allah
2. sifat Allah dan
3. afal (perbuatan) Allah, yang terlihat dalam ciptaan dan
tersebar dalam kehidupan alam ini.
Kemudian dengan bekal pengetahuan itu, ia menunjukkan :
1. sikap shidq (benar) dalam ber -muamalah (bekerja)
dengan Allah,
2. ikhlas dalam niatan dan tujuan hidup yakni hanya
karena Allah,
3. pembersihan diri dari akhlak-akhlak tercela dan
kotoran-kotoran jiwa yang membuatnya bertentangan
dengan kehendak Allah SWT
4. sabar/menerima pemberlakuan hukum/aturan Allah atas
dirinya
5. berdawah/ mengajak orang lain mengikuti kebenaran
agamanya
6. membersihkan dawahnya itu dari pengaruh perasaan,
logika dan subyektifitas siapapun. Ia hanya
menyerukan ajaran agama seperti yang pernah
diajarkan Rasulullah SAW.
Figur teladan dalam marifatullah ini adalah Rasulullah
SAW. Dialah orang yang paling utama dalam mengenali Allah SWT.
Sabda Nabi : Sayalah orang yang paling mengenal Allah dan
yang paling takut kepada-Nya. HR Al Bukahriy dan Muslim.
Hadits ini Nabi ucapkan sebagai jawaban dari pernyataan tiga orang
yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan keinginan dan
perasaannya sendiri.
Tingkatan berikutnya, setelah Nabi adalah ulama amilun (
ulama yang mengamalkan ilmunya). Firman Allah : Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama QS. 35:28
Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang
yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah.
Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat, pada saat
lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, pengajar, mujahid,
pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang dan waktu
ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang
dan waktu larangan Allah kecuali ia menjauhinya.
Ada sebagian ulama yang mengatakan : Duduk di sisi
orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal
dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya
menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia
menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu (randah hati),
dari buruk hati menjadi nasehat
4. URGENSI MARIFATULLAH
a. Marifatullah adalah puncak kesadaran yang akan
menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya. Karena
marifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang
sesungguhnya. Ketiadaan marifatullah membuat banyak
orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani
hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain (binatang
ternak). QS.47:12
b. Marifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah
(spiritual) manusia secara keseluruhan. Seorang yang
mengenali Allah akan merasakan kehidupan yang lapang. Ia
hidup dalam rentangan panjang antara bersyukur dan
bersabar.
Sabda Nabi : Amat mengherankan urusan seorang mukmin
itu, dan tidak terdapat pada siapapun selain mukmin, jika
ditimpa musibah ia bersabar, dan jika diberi karunia ia
bersyukur (HR.Muslim)
Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan
bekerja untuk mendapatkan ridha Allah, tidak untuk
memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya.
c. Dari Marifatullah inilah manusia terdorong untuk
mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara
terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi
dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat mengenal
dan dekat dengan Allah.
d. Dari Marifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan
di luar alam materi, seperti Malaikat, jin dan ruh.
e. Dari Marifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan
hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini menuju
kepada kehidupan Barzahiyyah (alam kubur) dan
kehidupan akherat.
5. SARANA MARIFATULLAH
Sarana yang mengantarkan seseorang pada marifatullah
adalah :
a. Akal sehat
Akal sehat yang merenungkan ciptaan Allah. Banyak sekali ayat-
ayat Al Quran yang menjelaskan pengaruh perenungan makhluk
(ciptaan) terhadap pengenalan al Khaliq (pencipta) seperti firman
Allah : Katakanlah Perhatikanlah apa yang ada di bumi.
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul
yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.
QS 10:101, atau QS 3: 190-191
Sabda Nabi : Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah
kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu
HR. Abu Nuaim
b. Para Rasul
Para Rasul yang membawa kitab-kitab yang berisi penjelasan
sejelas-jelasnya tentang marifatullah dan konsekuensi-
konsekuensinya. Mereka inilah yang diakui sebagai orang yang
paling mengenali Allah. Firman Allah :
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan ) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan.. QS. 57:25
c. Asma dan Sifat Allah
Mengenali asma (nama) dan sifat Allah disertai dengan
perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi
sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah yang telah Allah
gunakan untuk memperkenalkan diri kepada makhluk-Nya.
Dengan asma dan sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk
mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan
menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan
dengan seksama pancaran cahaya Allah. Firman Allah :
Katakanlah : Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asma al husna
(nama-nama yang terbaik) QS. 17:110
Asma al husna inilah yang Allah perintahkan pada kita untuk
menggunakannya dalam berdoa. Firman Allah :
Hanya milik Allah asma al husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asma al husna itu QS. 7:180
Inilah sarana efektif yang Allah ajarkan kepada umat manusia
untuk mengenali Allah SWT (marifatullah). Dan marifatullah
ini tidak akan realistis sebelum seseorang mampu menegakkan
tiga tingkatan tauhid, yaitu : tauhid rububiyyah, tauhid asma dan
sifat. Kedua tauhid ini sering disebut dengan tauhid al marifah
wa al itsbat ( mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid yang
ketiga yaitu tauhid uluhiyyah yang merupakan tauhid thalab
(perintah) yang harus dilakukan.