Anda di halaman 1dari 14

SKENARIO 1

JIMAT DAN JAMPI


Bila kita memperhatikan kondisi kaum muslimin yang
mereka sholat, bershodaqoh, berpuasa dan bahkan menunaikan
ibadah haji, maka seringkali kita dapati di antara mereka mendatangi
Kyai untuk mendapatkan benda-benda yang dikenal dengan jimat,
agar jabatannya langgeng, bisnisnya berhasil, atau tubuhnya tidak
mempan bila dikenai benda tajam. Bahkan mayoritas umat ini
menganggap bila seorang Kyai atau santri memiliki kelebihan
ini maka kedudukan agamanya mulia di sisi mereka. Bagaimana
sebenarnya Islam menilai fenomena tersebut ? Apakah ia
diperbolehkan dalam Islam ?
Rosulullah sebagai Nabi dan pembawa agama yang penuh
rahmat, sungguh telah menjelaskan tentang hukum jimat, baik
dengan ucapan ataupun dengan perbuatan. Dengan ucapan,
sebagaimana sabda beliau :


Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat dan tiwalah adalah
syirik. (H.R. Abu Dawud dan selainnya. Dishohihkan oleh Asy
Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami no. 1632 dan Ash Shohihah
no. 331 dan dihasankan oleh Asy Syaikh Muqbil dalam Al Jamiush
Shohih 4/499).
Dengan perbuatan, sebagaimana riwayat Uqbah bin Amir
Al Juhani radliallohu anhu, ia menceritakan bahwa beliau ditemui
sekelompok sahabat. Kemudian beliau membaiat sembilan orang
dan tidak membaiat satu orang. Mereka bertanya: Wahai
Rosulullah, kenapa engkau membaiat sembilan orang dan tidak
membaiat satu orang ini?. Beliau menjawab: Sesungguhnya dia
membawa jimat. Lantas beliau mengulurkan tangannya dan melepas
jimat tersebut lalu membaiatnya. (H.R. Ahmad. Dishohihkan oleh
Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shohihah no. 492 dan dihasankan
oleh Asy Syaikh Muqbil dalam Al Jamiush Shohih 6/294).
Para pembaca yang mulia, dua hadits tersebut menerangkan
tentang hukum haramnya memakai jimat, tiwalah (sejenis jimat yang
dibuat dan dipakai untuk menjaga rasa cinta antara suami istri) dan
jampi-jampi yang mengandung lafadz-lafadz kesyirikan. Masuk juga
dalam larangan di atas segala sesuatu (jimat) yang dipakai, atau
digantungkan sebagai sarana, atau segala sesuatu dengan sendirinya
diyakini dapat mendatangkan manfaat atau mencegah mudharat.
Dalam beberapa riwayat shohihah yang lain diterangkan tentang
beberapa perkara yang perlu kita pahami:
1. Tidaklah dibedakan apakah jimat-jimat tersebut digantungkan
pada anggota tubuh manusia, hewan, mobil, rumah, toko dan lain-
lain.
Hal ini Berdasarkan penuturan Abu Basyir Al Anshori radliallahu
anhu di dalam shohih Al Bukhori dan Muslim: Maka Rosulullah
mengutus seseorang (dalam riwayat lain: Zaid bin Haritsah) untuk
tidak meninggalkan satu tali kekang pun pada leher unta (yang
diyakini dapat menolak bala) melainkan harus dibuang. Asy
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulloh mengomentari riwayat tersebut:
Tidak mesti (larangan menggantungkan jimat) hanya berlaku kalau
digantungkan pada leher hewan tunggangan. Kalau pun seandainya
diikatkan pada tangan atau kakinya, maka hukumnya sama saja
(dilarang). Sisi larangannya terletak pada jimat tersebut, bukan pada
sisi tempatnya. Sisi tempat tidaklah berpengaruh (pada hukum
keharamannya). (Al Qaulul Mufid Ala Kitab At Tauhid jilid 1,
hal,176-177)
2. Tidak pula dibedakan apakah yang digantungkan itu terbuat dari
tulang, tanduk, tali, rambut, dan lain-lain. Hal ini berlandaskan
riwayat Ahmad dan At Tirmidzi dengan sanad yang hasan:


Barangsiapa menggantungkan sesuatu (sebagai jimat) maka
dicondongkan tawakalnya kepada benda itu.
Dalam Bahasa Arab lafad . yang berbentuk nakirah apabila di
dalam konteks kalimat syarat maka berfungsi umum yaitu segala
sesuatu yang digantungkan sebagai jimat.
Para pembaca yang dirahmati Allah, manakala seseorang
menggantungkan atau membawa jimat, maka tidaklah terlepas
niatnya dari dua keadaan:
1. Bila dia menggantungkan jimat disertai keyakinan bahwa jimat
itu dapat mendatangkan manfaat dan menjauhkan dari malapetaka
dengan sendirinya selain Allah, maka ini adalah syirik besar yang
bisa mengeluarkan seseorang dari Islam. Tidak bermanfaat
sedikitpun dari amalannya, dan apabila meninggal dunia dan
belum bertaubat maka dia menjadi penghuni neraka kekal, di
dalamnya.
2. Jika dia melakukan hal ini dengan keyakinan bahwa benda itu
sebagai sarana atau sebab yang bisa mendatangkan manfaat dan
menjauhkan bahaya, dengan tetap meyakini bahwa Allah-lah
satu-satunya Dzat Yang Maha Mampu mendatangkan manfaat
dan menjauhkan mudharat, maka dia terjatuh pada syirik kecil
yang merupakan salah satu dosa terbesar. Wallahulmustaan.
Semoga Allah menyelamatkan kita semua dari segala jenis
kesyirikan. Kalau demikian keadaannya maka tidak ada jalan lain
melainkan kita harus meninggalkan benda-benda itu yang sama
sekali tidak bisa mendatangkan manfaat ketika Allah
menjauhkannya dari seseorang, dan tidak bisa menjauhkan mudharat
ketika Allah menimpakannya pada seseorang. Allah berfirman:


Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak
ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah
menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat
menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa
saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Yunus : 107)

Hanya Allah-lah tempat memohon pertolongan. Hanya Allah-lah
yang memiliki kekuasaan mutlak. Dialah yang Maha Kuasa lagi
Maha Perkasa.
Namun timbul di benak kita, bagaimana kalau benda-benda yang
digantungkan itu berupa tulisan ayat-ayat Al Quran atau doa-doa
yang shohih dari Nabi ?
Para Ulama berbeda pendapat tentang masalah ini:
1. Di antara mereka ada yang membolehkannya berdasarkan
keumuman firman AllahI :


Dan Kami telah turunkan dari Al Quran tersebut sebagai penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al Isra : 82)
Dan firman-Nya :

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan


kepadamu yang penuh dengan berkah (Q.S. Shaad : 29).
2. Sebagian mereka tetap melarangnya berdasarkan keumuman
hukum syirik dan larangan dalam hadits-hadits yang telah lalu.
Pendapat yang kuat adalah pendapat kedua, karena beberapa alasan
yang cukup kuat:
1. Tidak adanya contoh dari Rosulullah untuk
menggantungkan ayat-ayat Allah I untuk menolak bala.
Padahal pada saat itu bala tersebut sudah ada dan banyak
penulis wahyu yang mampu menulis ayat-ayat Allah pada
benda-benda tersebut.
2. Menutup jalan yang mengantarkan seseorang untuk
kemudian menggantungkan benda-benda sebagai jimat yang
tidak tertulis lagi ayat-ayat Allah I, yang ini lebih keras
keharamannya.
3. Bahwa ayat-ayat Al Quran sebagai obat bagi orang yang
sakit dan sebagai barokah, yaitu dengan cara dibaca dan
diamalkan, bukan dengan cara menggantungkan sebagai
jimat. Alasan ketiga ini membantah cara pendalilan
pendapat yang pertama.
Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Abbas, Ibnu Masud, para
murid Ibnu Masud dari kalangan para tabiin, Asy Syaikh
bin Baa, Asy Syaikh Utsaimin dan fatawa Al Lajnah Ad
Daimah.
Maka tampaklah dari penjelasan di atas, betapa besarnya kejelekan
syirik ini. Menjadikan benda-benda mati yang tidak mampu memberi
manfaat atau mencegah mudhorot walaupun kepada dirinya sendiri.
Lalu bagaimana mungkin bisa memberikan manfaat dan menjauhkan
mudharat dari selain dirinya?! Kita berlindung kepada Allah I dari
fitnah dan musibah syirik yang bisa mencelakakan diri kita dan
masyarakat ini. Wallahulmustaan.
Untaian Fatwa :
Asy Syaikh Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan
Hafidhohullah berkata : Keberadaan bayi (yang digantungkan
padanya benda-benda yang ditulisi doa-doa atau ayat-ayat Al
Quran) mendapatkan ketenangan atau disembuhkan sakitnya ketika
memakai benda-benda tersebut tidaklah menunjukkan bolehnya
perbuatan itu. Karena ketenangan atau kesembuhan setelah
menggantungkan benda-benda tersebut kadang-kadang karena
bertepatan dengan takdir Allah. Namun mereka menduga-duga hal
itu terjadi karena adanya benda-benda tadi. Kadang-kadang pula
dalam rangka istidroj (tipu daya syaithan, -pent) dan ujian bagi
mereka, sampai mereka terjatuh kepada yeng lebih jelek dari pada
itu. Tercapainya tujuan manusia ketika melakukan perkara yang
tidak disyariatkan tersebut, tidaklah menunjukkan bolehnya perkara
tersebut. Maka manusia pun menyangka bahwa tujuan itu tercapai
karena sebab benda tersebut sehingga terfitnahlah mereka.(Al
Muntaqo min Fatawa Asy Syaikh Shoplih Al Fauzan jilid 1 hal, 167-
168)
Demikianlah penjelasan kami tentang masalah jimat dan hukum
menggunakannya. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Tanya - Jawab
Tanya :
Saya telah memahami bahwa jimat diharamkan dalam syariat Islam,
lalu bagaimana dengan jampi-jampi ?
Jawab :
Saudaraku yang mulia, di samping perkara jimat yang telah
kita pahami bersama, tidak kalah pentingnya seorang yang beriman
dan bertauhid untuk mengetahui tentang hukum jampi-jampi
(ruqyah) menurut timbangan Islam dengan dalil-dalinya. Sehingga
dia benar-benar terbimbing dalam melakukan dan meninggalkan
suatu amalan.
Dinul Islam yang diemban oleh Rasululloh tidaklah
melarang suatu amalan kecuali agar agama pemeluknya (Islam)
terjaga dari kerusakan. Tidak luput pula, perkara jampi-jampi yang
berkaitan dengan tauhid seorang muslim.
Oleh karena itu Rosulullah di dalam riwayat yang telah lalu
melarang jampi-jampi kalau ada unsur kesyirikan di dalamnya.
Misalnya : Seseorang membaca jampi-jampi Wahai Sayyidina
Muhammad (dalam keadaan beliau telah wafat) sembuhkanlah dia
dari sakitnya. Atau Dengan barokah nabi-Mu Ya Allah, berikan
dia anak! Dan seperti itu.
Adapun jampi-jampi atau dengan istilah lain ruqyah maka
diperbolehkan selama tidak ada unsur kesyirikan di dalamnya. Dasar
pembolehannya adalah ucapan nabi yang diriwayatkan oleh Al Imam
Muslim di dalam Shahihnya :

Tidak mengapa menggunakan ruqyah


selama tidak ada unsur kesyirikan.
Riwayat-riwayat yang shahihah lainnya menunjukkan
bolehnya perkara tersebut. Contoh ruqyah yang diperbolehkan adalah
ruqyah dengan membaca Al Quran agar disembuhkan dari penyakit,
ataupun lafazh-lafazh lain yang dibolehkan dalam syariat. Asy
Syaikh Abdul Ai bin Baa rahimahullah berkata : Demikianlah
jampi-jampi, diharamkan bila tidak jelas (tidak dimengerti
maknanya), adapun bila dimengerti maknanya, tidak terdapat
padanya kesyirikan, dan tidak menyelisihi syariat Islam maka tidak
mengapa. Karena Nabi pernah meruqyah (membacakan jampi-jampi)
dan diruqyah (dibacakan pada beliau jampi-jampi), beliau bersabda :

Tidak mengapa menggunakan ruqyah


selama tidak ada unsur kesyirikan. (H.R. Muslim)(Majallatul
Buhuts Al Islamiyyah edisi 4, hal. 162)
Namun para pembaca, penting bagi kita untuk menjaga
keyakinan dalam membaca ruqyah yang diperbolehkan itu. Yaitu
keyakinan bahwa ruqyah itu hanya sebagai perantara dan sebab yang
menjauhkan seseorang dari mudharat dengan iin Allah Taala.
Ruqyah tersebut tidak mampu dengan sendirinya menjaga dari
mudharat.
Al Imam As Suyuthi berkata : Para ulama telah bersepakat atas
bolehnya jampi-jampi di saat terpenuhi tiga syarat :
1. Dari firman Allah atau Nama-Nama dan Sifat-Sifat Nya.
2. Dengan berbahasa Arab dan dimengerti maknanya.
3. Dengan keyakinan bahwa jampi-jampi itu tidak berpengaruh
dengan sendirinya, akan tetapi dengan takdir dari Allah Taala.
(Fathul Majid, hal. 151)
Wallahu Alam Bish Showab
MARAJI:http://www.assalafy.org/mahad/?p=15

MENGHINDARI JIMAT, JAMPI,
PERDUKUNAN DAN PARANORMAL

POKOK-POKOK MATERI

Bertawakkal dan berpegang teguh hanya kepada Allah
dalam semua urusan adalah prinsip dasar keimanan. Firman Allah :

Karena itu, hendaklah kepada Allah saja, orang orang mukmin
bertawakkal QS. 3:160
Dan hanya kepada Allah, hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu
benar-benar orang beriman QS. 5:23
Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkannya QS. 65:3

Penggunaan sarana-sarana untuk mencapai tujuan dengan
tetap berkeyakinan - bahwa keberhasilannya tergantung pada
Allah- tidak menafikan makna tawakkal. Rasulullah SAW orang
yang paling bertawakkal kepada Allah tetap menggunakan sarana-
sarana fisik untuk memenuhi kebutuhannya seperti berobat sewaktu
sakit, dsb.
Penggunaan sarana-sarana jahiliyyah untuk mencapai
tujuan, tidak diperbolehkan bagi setiap muslim, bahkan ia wajib
menolak dan memeranginya. Demikianlah yang pernah dilakukan
oleh Nabi beserta para sahabatnya. Islam memberikan penjelasan
yang membedakan cara jahiliyyah dan Islamiyyah dalam hal jimat
dan jampi untuk menjaga dan melindungi aqidah ummat dari
keterpurukan syirik.

Tarif dan Hukumnya

1. AT TAMAIM/JIMAT
At Tamaim adalah bentuk jama dari kata Tamimah, yaitu
untaian batu atau semacamnya yang oleh orang Arab terdahulu
dikalungkan pada leher, khususnya anak-anak, dengan dugaan ia bisa
mengusir jin, atau menjadi benteng dari pengaruh jahat, dan
semacamnya. Dalam bahasa kita sering disebut dengan jimat, atau
pusaka.
Tradisi ini kemudian dibatalkan oleh Islam. Bahwa tidak
ada yang bisa menolak dan menghalangi bahaya kecuali Allah. (QS.
6:17) Sabda Nabi :

Dari Uqbah bin Amir, ia berkata : Rasulullah saw
bersabda: Barang siapa menggantungkan tamimah (jimat) semoga
Allah tidak mengabulkan keinginannya, dan barang siapa
menggantungkan wadaah (sesuatu yang diambil dari laut,
menyerupai rumah kerang. Menurut anggapan jahiliyah dapat
digunakan sebagai penangkal penyakit) semoga Allah tidak memberi
ketenangan pada dirinya. HR. Ahmad.

Termasuk dalam pengertian tamimah adalah : jamiah (aji-
ajian terbuat dari tulisan), khorz(jimat penangkal terbuat dari benda-
benda kecil dari laut dan semacamnya), hijab (jarum tusuk atau
semacamnya yang diyakini bisa membentengi diri) dan semacamnya.
Jika tamimah terbuat dari ayat-ayat Al Quran, atau
memuat nama-nama dari sifat Allah, ulama salaf berbeda pendapat
dalam hal ini. Sebagian memperbolehkan dan sebagian lain
melarang, dengan alasan :
a. Umumnya dalil yang melarang bentuk tamimah
b. Saddudz-Dariah (preventif), karena memperbolehkan
tamimah dari Al Quran akan membuka peluang dari selainnya.
c. Diperbolehkannya tamimah dari Al Quran, menjadi bentuk
pelecehan Al Quran. Karena pemakainya akan membawanya
ke tempat-tempat najis atau sejenisnya. Seperti waktu buang
hajat, haidh, junub, dan sebagainya.
d. Tamimah dengan Al Quran akan berdampak pada pengecilan
peran dan tujuan Al Quran diturunkan. Sebab Al Quran
diturunkan untuk menjadi petunjuk,bukan untuk tamimah dan
isi kalung.

2. RUQYAH/JAMPI-JAMPI
Ruqyah adalah kalimat-kalimat atau gumaman-gumaman
tertentu yang biasa dilakukan orang jahiliyah dengan keyakinan bisa
menangkal bahaya, menyembuhkan penyakit, dsb, dengan meminta
bantuan kepada jin, atau dengan menyebut nama-nama asing dan
kata-kata yang tidak difahami. Islam melarang perbuatan ini,
sebagaimana dalam sabda Nabi :

Sesungguhnya ruqyah, tamimah, dan tiwalah (sesuatu yang
dibuat/dibikin dengan anggapan menjadikan suami/istri mencintai
pasangannya, sering disebut :guna-guna/pelet ) adalah syirik HR.
Ahmad, Abu Dawud, dan Ibn Majah.

Ruqyah yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah
ruqyah yang berisi permohonan pertolongan kepada selain Allah.
Adapun ruqyah yang menggunakan Asma, sifat, firman
Allah, dan pernah dicontohkan Rasulullah , maka hukumnya
jaiz/boleh, bahkan dianjurkan. Seperti yang ditunjukkan oleh hadits
Imam Muslim :

Dari Auf bin Malik ra, berkata:Saya pernah meruqyah di masa
jahiliyyah, lalu saya bertanya kepada Rasulullah: Bagaimana
menurutmu Ya Rasulallah? Sabda Nabi : Tunjukkan kepadaku
jampi-jampi kalian, tidak apa-apa selama tidak mengandung syirik.
Dengan demikian hukum mantera ada dua macam : haram
dan halal.
a. Haram
Mantera/jampi yang haram adalah yang di dalamnya terdapat
permohonan bantuan kepada selain Allah, atau dengan selain
Bahasa Arab. Mantera yang demikian bisa menyebabkan kafir
atau ucapan yang mengandung syirik.

b. Halal/boleh
Imam Nawawi, Ibn Hajar, dan As Suyuti memperbolehkan
ruqyah selain yang tersebut di atas dengan syarat :
1. menggunakan kalamullah, asma atau sifat-Nya
2. menggunakan Bahasa Arab dan diketahui maknanya
3. berkeyakinan bahwa ruqyah tidak mempunyai pengaruh
dengan sendirinya, akan tetapi karena taqdir Allah.

3. AR RAML/MERAMAL
Ar Raml adalah cara mencari barang yang hilang dengan
cara membuat garis-garis di atas pasir/tanah.. Termasuk dalam
kategori ini adalah ramalan bintang/astrologi, yang dalam agama
dikenal dengan istilah tanjim. Perbuatan ini termasuk dalam kategori
sihir dan dajl (kebohongan besar). Rasulullah bersabda :
Barangsiapa mengutip ilmu (pengetahuan) dari bintang, ia telah
mengutip satu cabang dari sihir, ia bertambah sesuai dengan
tambahan yang dikutip. HR. Abu Daud, Ibn Majah, Ahmad

Hadits ini ditujukan kepada orang yang mempelajari aspek
perbintangan yang bisa menghantarkan kepada kekufuran, seperti
mengklaim ilmu ghaib. Hal ini termasuk sihir dan syirik, sebab tidak
ada yang mengetahui alam gaib selain Allah.
Hadits ini tidak ditujukan kepada orang yang mempelajari
jarak bintang, posisi, ukuran besar, daerah edarnya dan semacamnya,
yang bisa diketahui dengan pengamatan, teleskop dan semacamnya
yang dikenal dengan ilmu falak (astronom). Sebab ilmu ini memiliki
dasar kaidah dan sarananya.
Perbuatan yang sama dengan tanjimadalah kahanah dan
arrafah, pelakunya disebut Kahin dan Arraf.
Kahin adalah orang yang menginformasikan tentang hal-hal
gaib di masa datang, atau yang menginformasikan tentang sesuatu
yang ada pada hati manusia.
Arraf adalah nama yang mencakup Kahin, Munajjim
(pelaku tanjim)Rammal (peramal) dan semacamnya, yang mengaku
mengetahui ilmu gaib, baik tentang masa datang atau yang ada pada
hati manusia, baik dengan cara berhubungan dengan jin, atau melihat
(mengamati) atau dengan menggaris-garis di pasir, atau membaca
telapak tangan, lepek (tatakan gelas) atau benda lainnya. Rasulullah
SAW bersabda tentang mereka:

Siapa yang mendatangi Arraf lalu ia menanyakan sesuatu dan
membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya selama empat
puluh hari HR. Muslim dan Ahmad.
Barangsiapa mendatangi Kahin (dukun) lalu ia membenarkan apa
yang diucapkannya, niscaya ia telah kafir terhadap apa yang
diturunkan kepada Muhammad SAW. HR. Abu Dawud, at Tirmidzi,
Ibn Majah, Ahmad dan Ad Darimiy.

Demikian ini keadaan orang yang mendatangi dukun.
Bagaimana dengan yang ditanya (dukunnya)? Perbuatan demikian
dilarang dalam Islam dan dianggap kufur terhadap ajaran yang
diturunkan kepada Muhammad, karena dalam ajaran itu ditegaskan
bahwa tidak ada yang mengetahui ilmu gaib selain Allah SWT.
Pola perdukunan di masa Jahiliyah terbagi dalam tiga
macam :
1. Bekerja sama dengan jin, yang memberikan informasi
kepada dukun itu, setelah mencuri informasi dari langit.
2. Memberitahukan sesuatu yang diketahui dan pernah
terjadi di wilayah lain, kepada orang yang bertanya
sesuatu kepadanya.
3. Munajjim, dengan menggunakan bintang-bintang.
Wallahu alam

Referensi/maraji:
Ash-Shayim, Muhammad, Dialog dengan Jin Kafir-Pengalaman
Praktis Mengatasi Pelanggaran Jin, Jakarta: Cendekia Sentra
Muslim, 2001.

RUQYAH: MENGATASI GANGGUAN
SYAITHAN

Seorang pemuda meminta saran, karena ia sering bermimpi bertemu
dengan nenek nenek berwajah seram. Nenek tersebut membawanya
ke sebuah perapian kecil. Dari perapian tersebut keluar sebuah kitab
atau buku tebal sekali. Nenek tersebut memaksanya untuk menerima
buku tersebut, namun ia tolak dan nenek tersebut sangat marah. Ia
jadi ketakuan untuk tidur, dan minta tolong agar tidak diganggu
lagi.
Salah satu cara untuk menghadapi gangguan jin dan setan
adalah dengan ruqyah.
RUQIYAH, dalam prakteknya adalah upaya untuk mengusir jin dan
segala macam gangguan nya dengan membacakan ayat-ayat Al-
Quran Al-Kariem. Bagi jin yang mengganggu dan jahat, bacaan Al-
Quran--terutama pada ayat tertentu- yang dibaca dengan baik dan
benar oleh orang yang shalil dan bersih imannya, akan sangat
ditakuti. Mereka akan merasakan panas yang membakar dan pergi.

Diantaranya yang paling sering digunakan adalah ayat kursi,
beberapa penggalan ayat dalam surat Al-Baqarah (tiga ayat terakhir),
Surat Ali Imron, Surat Yasin, Surat Al-Jin, surat Al-Falaq dan Surat
An-Naas. Selain itu masih banyak ayat dan doa-doa lainnya yang
diriwayatkan kepada kita untuk dibacakan kepada orang yang
kesurupan.

Tetapi bila ruqyah dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang
menyimpang, apalagi dengan melanggar syariat dan aqidah, tidak
boleh dilakukan. Karena tujuan jin ketika mengganggu manusia tidak
lain adalah untuk menyeret manusia kepada pelanggaran dan syirik
kepada Allah.

Misalnya, dengan sesajen, minta kembang, atau dikorbankan hewan
sembelihan sebagai tumbal, itulah syirik yang sejati. Atau apapun
yang secara syariah bertentang dengan hukum-hukum Allah.

Pada dasarnya bila dibacakan Ruqiyah, jin itu sangat takut dan tidak
berani menawar-nawar dengan minta ini itu. Karena pembacaan
ayat-aayt Al-quran itu membuatnya kesakitan yang sangat, sehingga
dalam proses Ruqyah, tidak ada permintaan dari jin kecuali harus
pergi dan berhenti dari menganggu manusia.

Ruqyah sendiri adalah salah satu cara dari banyak jalan untuk
mengusir gangguan setan dan sihir. Abdul Khalik Al-Atthar dalam
bukunya menolak dan membentengi diri dari sihir menyebutkan
bahwa untuk bisa terbebas dari pengaruh jahat itu, bisa dilakukan
beberapa cara, antara lain:

1. Metode Istinthaq
Methode istinthaq adalah mengajak bicara setan yang ada di dalam
tubuh orang yang terkena sihir. Dan menanyakan kepadanya tentang
namanya, nama tukang sihir yang memanfaatkan jasanya, nama
orang yang membebani tukang sihir untuk melakukan sihir,
menanyakan tempat penyimpanan sihir serta barang-barang yang
digunakan untuk menyihir. Meskipun demikian, kita dituntut untuk
tetap waspada dan tidak mempercayai sepenuhnya akan apa yang
diucapkan oleh setan yang ada di dalam tubuh pasien, sebab bisa jadi
setan berbohong dengan tujuan untuk menimbulkan fitnah dan
memecah belah hubungan baik diantara sesama manusia.

2. Metode Istilham
Melalui Istilham adalah memohon ilham dan petunjuk yang benar
dari Allah swt) agar Ia berkenan memberikan isyarat lewat mimpi,
sehingga sihir yang menimpa seseorang bisa terdeteksi dan kemudian
dilenyapkan.

3. Metode Tahshin
Methode Tahsin adalah pembentengan, yaitu dengan membentengi
dan melindungi korban sihir dengan menggunakan bacaan Al-
Quran, zikir dan ibadah-ibadah tertentu.

Syaikh bin Baaz mengatakan bahwa cara yang paling efektif dalam
mengobati pengaruh sihir adalah dengan mengerahkan kemampuan
untuk mengetahui tempat sihir, misalnya di tanah, gunung dan lain-
lain. Dan bisa diketahui lalu diambil, maka lenyaplah sihir itu.

Pengobatan sihir yang diharamkan adalah menyingkirkan sihir
dengan sihir juga, ini sesuai dengan perkataan Rasul yang melarang
keras seorang muslim pergi ke rumah dukun dan tukang sihir untuk
meminta bantuan kepadanya.

Imam Ibnul Qayyim mengatakan bahwa mengeluarkan sihir dan
memusnahkannya adalah pengobatan yang paling efektif,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw bahwasanya
beliau memohon kepada Allah untuk dapat melakukan hal itu. Allah
memberi petunjuk kepada beliau, sehingga beliau pernah
mengeluarkan sihir dari sebuah sumur.

4. Hijamah
Cara yang lainnya adalah dengan hijamah (berbekam) pada anggota
tubuh yang terasa sakit akibat pengaruh sihir, karena sihir bisa
berpengaruh pada tubuh, dan melemahkannya.

5. Obat-obatan
Pengobatan sihir dapat juga dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan yang mubah (dibolehkan) seperti dengan memberi kurma
Ajwah kepada si penderita.

Diriwayatkan dari Amir bin Saad dari bapaknya bahwasanya
Rasulullah saw bersabda,Barangsiapa setiap pagi hari memakan
kurma Ajwah maka tidak akan membahayakan dirinya baik racun
maupun sihir pada hari itu hingga malam hari. (HR. Bukhari)

Tentang keistimewaan kurma ini Imam Al-Khattabi berkata: Kurma
Ajwah memiliki hasiat dan manfaat yaitu bisa menjadi penangkal
racun dan sihir karena berkat doa Rasulullah saw terhadap kurma
Madinah, dan bukan karena keistimewaan kurma itu sendiri.

6. Ruqyah
Cara yang lainnya yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan sihir
adalah dengan membacakan ruqyah syariyyah (pengobatan melaui
bacaan Al-Quran, zikir dan doa).

Imam Ibnu Qayyim mengatakan: Diantara obat yang paling mujarab
untuk melawan sihir akibat pengaruh jahat setan adalah dengan
pengobatan syari yaitu dengan zikir, doa dan bacaan-bacaan yang
bersumber dari Al-Quran. Jiwa seseorang apabila dipenuhi dengan
zikir, wirid dan mensucikan nama Allah niscaya akan terhalangi dari
pengaruh sihir. Orang yang terkena sihir bisa sembuh dengan
membaca ruqyah sendiri atau dari orang lain dengan ditiupkan pada
dada atau tubuh yang sakit sambil membaca zikir dan doa.

Berikut ini adalah bacaan-bacaan yang diyakini mampu menolak dan
menghilangkan bahaya sihir, diantaranya:
A. Surat Al-Fatihah.
B. Surat Al-Baqarah, khususnya ayat-ayat 1-5, 254-257 dan 284-286.
C. Surat Al-Imran khususnya ayat 1-9 dan 18-19

D. Surat An-Nisa khususnya ayat 115-121

E. Surat Al-Araf khususnya ayat 54-55.

F. Surat Al-Muminun khususnya ayat 115-118.

G. Surat Yasin khususnya ayat 1-12.

H. Surat As-Shaffat khususnya ayat 1-10.

I. Surat Ghafir khususnya ayat 1-3, dan masih banyak lagi ayat-ayat
lainnya.

Dan dianjurkan pula untuk membaca Ayat Kursy ketika hendak tidur
dan sehabis salat fardhu, disamping membaca surat Al-Falaq, Al-Nas
dan Al-Ikhlash setiap selesai melakukan salat subuh dan salat
maghrib serta menjelang tidur.

Seluruh cara di atas hanyalah sekedar doa dan usaha, sumber
kesembuhan hanyalah dari Allah semata, Dialah yang Maha mampu
atas segala sesuatu dan di tangan-Nya segala obat dan penyakit, dan
segala sesuatu bisa terjadi berdasarkan ketentuan dan takdir Allah
swt.

Nabi saw. Bersabda:
Dan berdasarkan penjelasan ulama, maka pengobatan Ruqyah
Syariyah diperbolehkan dengan kriteria sbb:
A. Bacaan rukyah berupa ayat-ayat Alquran dan Hadits dari
Rasulullah saw.

B. Doa yang dibacakan jelas dan diketahui maknanya.

C. Berkeyakinan bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan
sendirinya, tetapi dengan takdir Allah SWT.

D. Tidak istianah dengan jin ( atau yang lainnya selain Allah).

E. Tidak menggunakan benda-benda yang menimbulkan syubhat dan
syirik.

F. Cara pengobatan harus sesuai dengan nilai-nilai Syariah.

G.Orang yang melakukan terapi harus memiliki kebersihan aqidah,
akhlak yang terpuji dan istiqomah dalam ibadah.

Pada dasarnya membantu pengobatan dengan ruqyah adalah amal
tathowui (sukarela) yang dibolehkan menerima hadiah dan bukan
kasbul maisyah (mata pencaharian rutin).

Referensi:
www.syariahonline.com

Hukum Berobat Kepada Dukun Dan Peramal
Pertanyaan: Bapak saya menderita penyakit kejiwaan
dan penyakit ini sudah lama dideritanya. Selama kurun waktu itu,
ia selalu berobat ke rumah sakit. Namun salah seorang kerabat
memberi saran agar kami pergi kepada seorang wanita, mereka
berkata: Ia mengetahui obat untuk penyakit seperti ini, dan mereka
juga berkata: cukup berikan nama kepadanya dan ia memberi
penjelasan kepadamu apa yang ada padanya dan memberi obat
baginya. Bolehkah kami pergi kepada wanita ini? Berilah
penjelasan kepada kami semoga Allah shubhanahu wa taalla
memberi kebaikan kepadamu.
Jawaban: Kita tidak boleh bertanya kepadanya dan tidak
pula mempercayai wanita ini dan semisalnya, karena ia termasuk
peramal dan dukun yang mengaku mengetahui perkara gaib dan
meminta bantuan jin dalam pengobatan dan kabar mereka.
Diriwayatkan dalam hadits shahih dari Rasulullah
Shalallhualaihi wa sallam, beliau bersabda:

(( :
) ( ))

Rasulullah Shalallhualaihi wa sallam bersabda:


Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu bertanya kepadanya
tentang sesuatu niscaya tidak diterima shalatnya selama empat
puluh hari.
1

(( :


) ( ))

Rasulullah Shalallhualaihi wa sallam bersabda:


Barangsiapa yang mendatangi peramal atau dukun lalu ia
mempercayai ucapannya, maka sesungguhnya ia telah kafir
dengan yang diturunkan kepada Muhammad Shalallhualaihi wa
sallam.
2
Dan hadits-hadits dalam pengertian ini sangat banyak.
Wajib mengingkari mereka dan orang-orang yang datang
kepada mereka, tidak boleh bertanya dan mempercayai mereka,
dan harus melaporkan hal itu kepada pemerintah supaya mereka
mendapat hukuman yang pantas. Karena membiarkan dan tidak
melaporkan mereka membahayakan masyarakat dan membantu
terjadinya penipuan terhadap orang-orang bodoh yang bertanya
dan mempercayai mereka.

(( :
))

) (
Rasulullah Shalallhualaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa di antara kamu yang melihat kemungkaran maka
hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu

1
HR. Muslim 2230
2
HR. Ahmad 2/429, Ishaq bin Rahawaih dalam misnadnya 1/434
(503), al-Hakim 1/8 (15), ia menshahihkannya dan disepakati oleh
adz-Dzahabi. Al-Manawi berkata dalam Faidhul Qadir 6/23. Al-
Hafizh al-Iraqi berkata dalam Amalihi: Hadits shahih, al-Baihaqi
meriwayatkannya dari al-Hakim dalam sunan. Adz-Dzahabi
berkata:Isnadnya kuat. Dan ia meriwayatkannya dengan tambahan
padanya: Ahmad 2/476, Abu Daud 3409, at-Tirmidzi 135, an-Nasa`I
dalam al-Kubra 9017, Ibnu Majah 639 dan al-Bazzar 3578.
maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka hendaklah dengan
hatinya dan itulah selemah-lemahnya iman.
3

Tidak diragukan lagi bahwa melaporkan mereka kepada
pemerintah, lembaga amar maruf nahi mungkar (yang ada di
K.S.A.) dan pengadilan termasuk mengingkari kemungkaran
terhadap mereka dengan lisan, dan termasuk tolong menolong
terhadap perbuatan baik dan taqwa. Semoga Allah shubhanahu wa
taalla memberi taufik kepada semua kaum muslimin bagi sesuatu
yang merupakan kebaikan dan keselamatan mereka dari segala
keburukan.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz Fatawa Ilaj dengan al-
Qur`an dan sunnah ruqyah dan yang terkait, hal. 36-37.

AKIDAH ADALAH ASAS AMAL

POKOK MATERI
1. Definisi Aqidah
Menurut bahasa Arab kata aqidah diartikan sebagai sesuatu yang
diikat oleh hati dan jiwa manusia. Sering pula disebut sebagai
hal-hal yang diyakini dan dipatuhi manusia
Dalam pengertian istilahiy, aqidah diartikan sebagai tashdiq
(pembenaran) terhadap sesuatu dan diyakini tanpa ada keraguan
atau kebimbangan, semakna dengan kata al iman.
Imam Syahid Hasan Al Bana mendefinisikan aqidah sebagai :
hal-hal yang harus dibenarkan oleh hati, tenang bagi jiwa dan
keyakinan yang tidak dapat digoyahkan oleh keraguan atau
bercampur dengan kebimbangan.
Pada kenyataannya kuat atau lemahnya aqidah umat ini
bermacam-macam ragamnya sesuai dengan kekuatan dalil/bukti-
bukti yang mereka terima, dan yang mereka yakini.
- Ada yang menerima dalil itu dengan talaqqi, lalu diyakini
secara tradisional. Mereka ini sangat rentan terhadap
syubhat yang meragukan.
- Ada yang berfikir dan menganalisa dalil yang mereka
terima, sehingga imannya menjadi semakin bertambah
- Ada pula mereka yang terus menganalisa dan mengamalkan
apa yang mereka yakini dengan senantiasa meminta
pertolongan Allah, sehingga ia mendapatkan cahaya
kebenaran dalam jiwanya (Q.S. 47: 17)
2. Pembagian Aqidah Islamiyyah

3
HR. Muslim 49.
Aqidah Islamiyyah terbagi dalam empat bagian utama, yaitu : al
I lahiyyat (ketuhanan), an Nubuwat (kenabian), ar Ruhaniyyat
(alam gaib), dan as Samiyyat (wahyu).
Sebaran aqidah ini terangkum dalam bagian akhir dari surah Al
Baqarah/2: 285 atau yang terangkum dalam hadits Jibril ketika
mendatangi Nabi Muhammad dan menanyakan kepadanya
tentang Iman, Islam, Ihsan dan hari kiamat.
3. Urgensi Aqidah Islamiyyah
a. Aqidah merupakan fondasi utama dalam bangunan Islam,
dari aqidah inilah terpancar seluruh aktifitas manusia, baik
berupa ucapan, perbuatan bahkan keberadaannya di dunia
b. Akidah seseorang akan sangat menentukan kualitas amal
perbuatannya, sah atau batal, diterima atau ditolak, dibalas
atau terbuang sia-sia.
c. Hati menjadi ruang bagi akidah untuk tumbuh dan
berkembang,menjadi kuat atau lemah sesuai dengan faktor-
faktor pendukung yang mempengaruhinya.
d. Aqidah adalah al ashl (fundamen), dan siapapun tahu
bahwa hal-hal yang fundamen jauh lebih harus diutamakan
dari pada furu (cabang-cabang) apalagi komplementer
lainnya.
4. Pengaruh Aqidah bagi amal perbuatan.
a. Amal perbuatan yang dilakukan tidak berdasarkan akidah
yang benar, maka amal itu tidak diterima Allah SWT. QS.
14:18, QS. 24:39, QS:5:27
b. Akidah yang batil akan menyebabkan semua amal
perbuatan yang pernah diperbuat menjadi hangus. QS. 5:5,
QS. 6:88, QS 3:21
c. Hubungan aqidah dan amal adalah bagaikan hubungan
antara pohon dan buah, dari itulah dalam banyak ayat Al
Quran, amal perbuatan selalu dikaitkan dengan keimanan.
QS. 2:25, QS. 16:97, QS. 19: 96.
Wallau alam.

KETIKA JATUH SAKIT
(Yaitu ) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan : Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-
Nyalah Kami kembali.
( Al Baqarah : 156 )

Setiap orang menginginkan untuk senantiasa sehat dalam
kehidupannya, tidak seorangpun yang ingin menderita sakit. Akan
tetapi datangnya sakit merupakan rahasia diantara rahasia-rahasia
Allah SWT, sehingga kedatangannya tak seorangpun yang dapat
mengajukan atau mengundurkannya. Dan tidak dapat seseorang
memilih penyakit yang akan dideritanya.
Sakit adalah salah satu ujian dari Allah SWT kepada
hambaNya untuk mengetahui seberapa jauh seorang hamba
bersyukur atas nimat yang telah diberikan Allah kepadanya juga
sebagai peringatan kepada hambaNya untuk kembali ke jalan yang
lurus.
Bagaimana seorang Muslim harus bersikap ketika terkena
suatu penyakit ?

1. Hakikat sakit bagi seorang Muslim adalah
mengurangi dosa
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah padanya suatu
kebaikan (keuntungan ), maka diberinya penderitaan (
HR Bukhari )
Selayaknya kita bersyukur dan bershabar dengan sakit yang
kita alami sebagai suatu kebaikan yang diberikan Allah swt kepada
kita. Sebab apabila seorang Muslim bershabar denganpenyakit yang
diderita, sesungguhnya hal itu sebagai sarana untuk menghapuskan
sebagian dosanya. Bukan berarti lantas mencari-cari datangnya
sumber penyakit, tetapi bila penyakit datang menghampiri, tidaklah
bila penyakit datang menghampiri, tidaklah membuat kita tenggelam
dalam kesedihan dan berputus asa dari rahmat Allah.
Tiada seorang Muslim yang menderita kelelahan atau
penyakit atau kesusahan ( kerisauan ) hati, bahkan gangguan yang
berupa duri melainkan semua kejadian itu akan berupa penebus
dosanya ( HR. Bukhari ).

2. Allah Swt yang memberi sakit dan hanya Dia yang
dapat menyembuhkan
Adakalanya seorang yang terkena suatu penyakit
beranggapan bahwa sakitnya disebabkan oleh ruh-ruh jahat, tempat-
tempat angker atau melanggar pantangan-pantangan yang tidak
rasional> Kemudian mereka berusaha menyembuhkannya dengan
cara-cara yang menggelikan. Ada yang membakar kemenyan,
memberi sesaji pada suatu tempat atau meminta maaf kepada ruh-
ruh jahat akibat perbuatannya. Bahkan ada yang bersedia melakukan
apa saja yang diperintahkan oleh simbah dukun agar penyakit yang
dideritanya dapat sembuh, meskipun bertentangan dengan syariat
Islam
Dan bagi sebagian orang yang sudah termakan pola
pikir modern
mempunyai anggapan hanya dokter dan obat-obatan modern saja
yang dapat menyembuhkan penyakitnya, sehingga sama sekali
meninggalkan keyakinannya kepada Allah Swt, meskipun dia
mengaku dirinya seorang muslim.
Padahal sesungguhnya penyakit itu datangnya dari Allah
dan hanya Dia yang dapat menyembuhkan.
Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang
telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan
hanya kepada Allah orang-orang mumin harus bertawaqal ( At
Taubah : 51 )
Sebagaimana doa Nabiullah Ibrahim As : dan apabila
aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku ( Asy Syuara : 80 )

3. Shabar menghadapi penyakit yang diderita.
Shabar tidak berarti berdiam diri menghadapi sakit dan
menunggu datangnya mukjizat dari langit yang dapat
menyembuhkannya. Akan tetapi shabar adalah ikhlas menerima
cobaan dari Allah, tidak mengeluh yang berlebih-lebihan dan
senantiasa berusaha mengobati penyakit yang di deritanya.
Allah Swt berfirman : dan orang-orang yang
shabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar ( imannya ); dan mereka itulah orang-orang
yang bertaqwa (Al Baqarah : 177 )
Ada suatu penyakit yang sulit serta lama untuk
disembuhkan, bahkan
ada pula penyakit yang membawa kepada suatu vonis mati. Sehingga
bagi mereka yang imannya rapuh, dapat tergoda untuk aqidahnya
asalkan dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya. Hal ini sangat
berbahaya.
Bagi seorang Muslim hendaknya bershabar dengan segala
penyakit yang di deritanya dan meyakini bahwasanya kematian itu
tidak hanya dikarenakan penyakit yang di deritanya. Kematian dapat
terjadi kepada siapa saja, baik sehat maupun yang sakit. Dan sebaik-
baik kematian adalah kematian dalam Islam.
.. dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. ( Ali Imran : 102 )
Barangsiapa yang akhir perkatannya Laa ilaaha illallah
pasti orang itu akan masuk sorga ( HR Abu Daud dan Ahmad )
Kalaupun dirasa sudah tidak kuat lagi menghadapi penyakit
yang dideritanya, janganlah berburuk sangka kepada Allah dan
jangan mengharapkan kematian. Sebagaimana sabda Rasulullah
Saw: Allah Taala berfirman : Aku senantiasa berada di samping
hamba-Ku yang berbaik sangka kepada-Ku ( Hadits Qudsi
Muttafaqun alaihi )
Janganlah sekali-kali mengharapkan mati seorang diatara
kamu disebabkan bahaya yang menimpa dirinya. Maka seandainya
terpaksa mengharapkan mati hendaklah ia berdoa Ya Allah,
hidupkanlah aku apabila hidup itu lebih baik bagiku dan matikanlah
aku apabila mati itu lebih baik bagiku ( HR Jamaah dari Anas ).

4. Diperintahkan bertobat dan menghindarkan syirik
dalam pengobatan.
Sangat dianjurkan untuk bertobat apabila terkena penyakit
sebagaimana sabda Rasulullah Saw : Berobatlah anda, maka
sesungguhnya Allah Swt. Tidak mendatangkan penyakit, kecuali
mendatangkan juga obatnya. Kecuali satu yang tidak ada obatnya
yakni tua. ( HR Tirmidi )
Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan binatang dapat
diramu menjadi obat
obatan yang menghantarkan seseorang sembuh dari sakitnya.
Apalagi pada masa sekarang ini sudah banyak tenaga yang ahli
dalam bidang pendeteksian penyakit serta pengobatannya. Maka
sudah selayaknya seorang Muslim untuk segera mengobatkan
penyakit yang dideritanya sehingga tidak terlanjur parah dan bahkan
jangan sampai memberatkan orang lain dengan penyakitnya.
Namun ada larangan bagi pengobatan yang dilakukan
dengan hal-hal yang
mengandung unsur syirik, seperti jampi-jampi yang tidak rasional,
mantra-mantra, dukun dan yang semisal dengan itu. Sedang
pengobatan yang dilakukan dengan membaca ayat Quran atau doa
yang dituntunkan Rasulullah Saw diperbolehkan.
Bagi seorang Muslim hendaknya mempunyai prinsip
mencegah lebih baik daripada mengobati.

5. Tetap menjaga shalat dan dzikir.
Sakit bukan berarti lepas dari tanggung jawab untuk sholat,
bahkan shalat
harus tetap dilakukan dalam kondisi apapun juga.
Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) sholat
wusthaa. Berdirilah,
karena Allah ( dalam shalatmu ) dengan khusyu. Jika kamu dalam
keadaan takut ( bahaya ), maka shalatlah sambil berjalan atau
berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah
Allah ( shalatlah ), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui. ( Al Baqarah ( 2 ) ; 238-239 _
Juga karena shalat yang akan membedakan apakah
seseorang itu Muslim
ataukah kafir.
Ikatan janji diantara kami dengan mereka ialah shalat,
maka barangsiapa yang meninggalkannya berarti kafir. ( HR.
Tirmidzi )
Akan tetapi bagi mereka yang sakit mendapatkan
keringanan dalam melaksanakan shalat, sebagaimana rahmat Allah
Swt kepada hamba-Nya.
Saya menderita penyakit bawasir, lalu saya tanyakan
kepada Rasulullah Saw. Bagaimana caranya shalat. Ujar beliau :
Shalatlah dengan berdiri, kalau tidak dapat hendaklah dengan duduk
dan kalau tidak dapat juga maka dengan berbaring ( Diriwayatkan
oleh Jamaah dan NasaI ditambah : Dan kalau masih tidak dapat,
maka hendaklah dengan telentang. Allah tidak memaksakan kepada
seseorang, kecuali sekedar kemampuannya. )
Demikian juga dalam hal bersuci, jika tidak dapat
melakukan mandi besar atau berwudhu karena terhalang penyakitnya
maka dapat dilakukan dengan tayamum.
Ketika sakit hendaknya dibiasakan untuk tetap membasahi
bibirnya dengan dzikir kepada Allah Swt. Tidak berteriak-teriak
memanggil dokter atau perawat atau mengeluh yang berlebih-lebihan
dan berkepanjangan. Hanya dengan dzikir kepada Allah Swt akan
dapat menenangkan hati.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tentram ( Ar Rad;28 ).

6. Berusaha tidak menularkan penyakit kepada orang
lain .
Penyakit yang disebabkan virus mudah sekali untuk
menular kepada orang lain. Apabila terjangkit penyakit semacam ini
sebaiknya berusaha untuk tidak menularkan kepada orang lain.
Sebaliknya apabila ada orang lain terkena penyakit menular, maka
berusahalah untuk tidak tertulari.
Jika kamu mendengar waba ( thaun ) sedang berjangkit
di suatu tempat, maka janganlah kamu masuk ke tempat itu. Dan jika
berjangkit dalam negri yang kamu sedang berada di dalamnya, maka
janganlah kamu keluar darinya ( HR. Bukhari dan Muslim ).
Sikap yang baik dari seorang muslim adalah berusaha
sekuat tenaga dan hasilnya hanya Allah Swt yang berhak untuk
menentukan. Insya Allah buahnya dapat kita petik di akhirat nanti.
Ya Allah Yang Maha Mencukupi aku dan Yang sebaik-
baik Melindungi aku. Hanya kepada Allah aku berserah diri. ( HR
Tirmidzi )

Sumber:
Abdul Fatah, Aiman, 2005, Keajaiban Thibbun Nabawi: Bukti
Ilmiah dan Rahasia Kesembuhan dalam Metode
Pengobatan Nabawi, Al Qowwam, Solo.


Senam Pernafasan Syirik?


Pertanyaan
Assalamu\'alaikum wr. wb. Semoga kita senantiasa mendapat
lindungan Allah swt. Apa hukumnya mengikuti senam pernafasan
(MAHATMA) atau apapun bentuknya, karena orang tua saya
mengikuti kegiatan tersebut sudah sejak sebulan yang lalu, apakah
senam tersebut menjurus kearah kemusyrikan? mohon penjelasan
secara rinci!. Karena sampai sekarang saya sangat meragukan
kegiatan tersebut berawal dari teman saya yang mengikuti senam
serupa dan teman saya itu di rukyah di redaksi majalah ghoib
padahal awalnya saya yang mengajak pelatih senam itu untuk datang
ke lingkungan tempat tinggal saya, dan ternyata peminatnya banyak
sekali diantaranya orang-orang tua, tapi setelah saya mengetahui
senam itu mengarah kemusyrikan sampai sekarang tdk pernah
mengikuti latihan lagi. Kalau memang teman saya benar berarti saya
sudah mengajak mereka untuk sesat dan hal itu sangat mengganggu
pikiran saya tapi saya tidak punya alasan kuat untuk menjelaskan hal
tersebut kepada tetangga-tetangga saya. Mohon penjelasan pa ustadz.
Terimakasih. Wassalamu\'alaikum wr. wb.

jawaban
Assalamu `alaikum Wr. Wb. Bila benar ketika diruqiyah
saat Anda datang ke redaksi majalah ghoib dan disebutkan bahwa
ada pengaruh / kesertaan jin dalam seni pernafasan itu, maka
sebaiknya praktek seperti itu ditinggalkan. Bagi jin, melakukan tipu
daya dan membohongi orang adalah makanan sehari-hari. Sehingga
sangat mudah buat mereka untuk berbohong dan mengatakan bahwa
sebuah praktek itu tidak menggunakan jin.
Jin sendiri yang melakukan hal itu dan dia sendiri yang
menyuruh berbohong. Sedangkan berkaitan dengan alasan kuat,
silahkan Anda minta kepada para ustaz yang meruqiyah teman Anda
itu bukti-bukti dan fakta-fakta bahwa ada unsur kesertaan jin dalam
seni pernafasan itu. Mereka lebih mengetahui karena mereka
langsung menangani pasiennya. Kita tidak bisa langsung memvonis
apakah suatu seni bela diri itu menggunakan jin atau tidak bila tidak
langsung menanganinya serta melihat langsung bukti dan fakta
keberadaan jin. Jadi silahkan hubungi mereka dan minta bantuan
untuk bisa menjelaskan fenomena ini di lingkungan Anda. Wallahu
a`lam bis-shawab. Wassalamu `alaikum Wr. Wb.

Sumber
www.syariahonline.com

TAUHID:
Paradigma Keyakinan Muslim

A. MAKNA TAUHID
Kata tauhid dalam bahasa Arab merupakan bentuk masdar
(kata dasar) dari kata : wahhada-yuwahhidu-tauhidyang berarti
meng-esa-kan/mengakui ke-esa-an. Dalam perkembangan bahasa
Arab kata tauhid diartikan sebagai sesuatu yang berbeda dari
segalanya.
Kata tauhid termasuk dalam kategori afal qalbi (kerja hati),
yaitu: mengakui ke-Esa-an Allah dalam penciptaan, kekuasaan,
dan kepemilikan (rububiyah), juga dalam penyembahan,
permintaan dan harapan (uluhiyyah), asma (nama) dan sifat.
Dalam perkembangan terakhir kata tauhid dipergunakan untuk
menyebut satu bidang ilmu yang mampu dipergunakan untuk
menetapkan keyakinan-keyakinan agama dengan dalil-dalil yang
qathiy (pasti).
B. TAUHID, FENOMENA ALAM RAYA
Tauhid yang berarti mengakui ke-Esa-an Allah dalam penciptaan
pemeliharaan dan pengabdian sangat jelas terbukti dalam
kehidupan alam raya ini. Sikap tauhid itu ditunjukkan oleh alam
raya dalam kepatuhannya menjalankan sunnatullah (ketentuan
Allah ) dengan konsisten dan komitmen, tidak ada intervensi
sunnah lain bagi mereka.
Lihatlah matahari, bulan, bintang, hewan dan tumbuhan. Mereka
semua bergerak dalam sunnatullah yang tidak pernah berubah.
Firman Allah:
Artinya: Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian
bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan
menemuipenyimpangan bagi sunnah Allah itu. QS.
35/Fathir: 43
Makhluk-makhluk itu tidak mengenal pencipta dan
pengatur lain selain Allah, sehingga mereka terus bertasbih
mensucikan Allah, Firman Allah.
Artinya: Tidakkah kamu tahu bahwasannya Allah; kepada-Nya
bertasbih apa yang ada di langit dan di bumi dan juga
burung-burung dengan mengembangkan sayapnya.
Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan
tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan. (QS. 24/An Nur: 41)

Manusia tidaklah satu-satunya makhluk di alam ini. Di
sekitarnya, kiri kanannya, atas bawahnya, sejauh mata memandang,
atau ke manapun ia membayangkan, di sana ada makhluk Allah yang
lain, dengan karakter, bentuk, dan warna yang berbeda. Akan tetapi
semuanya bersatu dalam menghadap Allah, bertasbih memuji Allah.
Hanya Allah Yang Maha Mengetahui tentang apa yang mereka
kerjakan.
Demikianlah burung yang terbang dengan mengembangkan
sayapnya di angkasa lepas, tetap bertasbih memuji Allah. Masing-
masing telah mengetahui cara sembahyang dan tasbihnya. Dan
manusialah yang sering kali lupa bertasbih kepada Tuhannya.
Padahal manusialah makhluk Allah yang paling layak beriman,
bertasbih, dan sembahyang.
Seluruh alam yang tampak nyata ini khusyu dalam
menghadap Penciptanya, bertasbih memuji-Nya, berdiri
menyembah-Nya. Demikianlah fitrah alam semesta, patuh kepada
kehendak Penciptanya. Hal ini tercermin dalam siklusnya.
Dan ketika manusia dapat berperan secara maksimal dalam
kepatuhan dan kekhusyukan menghadap Allah, maka ia akan dapat
menemukan kebersamaan dengan makhluk lain di alam ini dalam
bertasbih.
Rasulullah SAW mampu mendengarkan tasbih bebatuan
ketika sedang berjalan. Rintihan batang pohon kurma, yang pernah
dipakai sebagai mimbar di masjidnya.
4
Nabi Daud AS ketika tilawah
karena keindahan suranya membuat gunung-gunung termangu, dan
burung-burung terbang diam menunggu.
5


a. Fenomena Awan dan Hujan
Awan dan hujan adalah fenomena alam yang kurang
mendapat perhatian, padahal sangat indah untuk direnungkan,
banyak memberi pelajaran, obyek observasi dan bukti pancaran nur
Ilahi, kebenaran dan keimanan. Firman Allah:

Artinya: Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan,
kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya,
kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu hujan ke luar dari celah-celahnya
dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari
langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti)

4
Al Jazairi, Abu Bakar Jabir, Aqidatul-Mumin, (Beirut:. Dar
El Fikr, T. th) h. 236-237
5
Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al Adhim, op cit, Jilid III, h.
252
gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran)
es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.
Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan. (QS. 24/An Nur:43)

Allah terangkan fenomena awan dengan perlahan-lahan
dalam tahapan yang memberikan peluang perenungan pada setiap
tahapan terjadinya hujan. Proses yang detail itu agar mampu
menyentuh jiwa dan menyadarkannya, merenungkan tadbir
(rekayasa) Allah yang ada di balik semua fenomena.
Hanya Allah yang menggiring awan dari satu tempat ke
tempat lainnya, menyebar dan mengumpulkannya. Ketika sudah
tebal tersusun dari sekian banyak lapisan barulah keluar air, dan
turunlah hujan lebat. Awan yang menggumpal bagaikan gunung-
gunung besar di atas angkasa. Dan dalam awan itu terdapat pula
kristal-kristal salju.
Menyaksikan fenomena awan bagaikan gunung sangat jelas
nyata bagi orang yang berada di atas pesawat terbang. Pesawat itu
terbang di atas gumpalan-gumpalan awan, menembus atau
menerobos di sela-selanya. Fenomenanya menjadi gunung
sungguhan bukan seperti gunung. Al Quran menceriterakan awan
dengan penggambaran hakiki yang dapat dibuktikan dengan mata
kepala.
Gunung-gunung di atas angkasa itu hanya patuh kepada
Allah SWT. Ia akan berarak sesuai dengan arah yang Allah
kehendaki, dan menghidar dari yang arah yang Allah tidak
kehendaki. Dengan awan dan hujan Allah merahmati manusia dan
dengan awan dan hujan itu pula Allah pernah menurunkan azab-Nya.
Fenomena awan ini, Allah lengkapi dengan kilau kilat, yang
semakin menambah indah suasana. Perpaduan antara cahaya besar
yang memenuhi alam dengan kilau kilat yang membelah awan.

b. Pergantian Malamdan Siang

Fenomena berikutnya adalah pergantian malam dan siang.
Firman Allah:
Artinya: Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu, terdapat pelajarn yang besar
bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (QS.
24/An Nur: 44)

Perenungan terhadap pergantian malam dan siang dalam
struktur yang tidak pernah berubah dan waktu yang tidak pernah
telat, akan menggugah sensitifitas jiwa untuk memahami rahasia di
balik rekayasa Allah dalam menggerakkannya.
Al Quran mengantarkan jiwa manusia untuk merenungkan
fenomena alam ini, agar dapat menatapnya dengan pandangan dan
interaksi yang selalu diperbaharui.
Malam dan siang sejak manusia temukan pertama kali
sampai hari ini tidak ada yang berubah, tidak pudar keindahannya.
Malam dan siang yang dulu pernah diimpikan tetaplah malam dan
siang yang hari ini ditemui. Hati manusia-lah yang berubah dingin
dan tidak peka, sehingga tidak lagi mampu mengaguminya.
Al Quran memperbaharui pandangan kita yang beku
tentang malam dan siang sebagaimana pembaharuan yang terjadi
pada malam dan siang itu sendiri. Menyaksikan setiap fenomena
dengan penuh renungan, mencari apa rahasia di balik semua ini.
Siapa yang mengendalikannya? Apa hikmahnya?.
Dengan cara ini, Allah menghendaki kita mampu
memandang segala sesuatu sebagai nikmat yang baru pertama kali
kita temukan, sehingga kita selalu merasakan pembaharuan nikmat di
setiap waktu.
Fenomena alam memang indah dan menakjubkan. Dan
fitrah kita sama dengan fitrah alam itu. Memancar dari sumber yang
sama, keluar dari rahasia yang sama.
Berkomunikasi dengan rahasia malam dan siang
memberikan kedamaian, kemesraan, dan kebahagiaan pertemuan
dengan kerabat dekat yang lama terpisahkan.
Kita temukan nur Ilahi ada dalam fenomena malam dan
siang. Allah Pemberi cahaya langit dan bumi. Dan kita temukan
cahaya itu di ufuk barat dan ufuk timur, sebagaimana pancaran
cahaya Ilahi itu ada dalam diri kita.
Dan masih banyak lagi fenomena alam lain yang
menunjukkan pancaran tauhid, pengakuan akan ke-Esa-an Allah
Yang Maha Pencipta dan Pengatur segalanya.

C. TAUHID DAN FITRAH MANUSIA
Tauhid adalah dasar penciptaan manusia sejak Adam
alaihissalam pertama kali diciptakan. Tauhid menjadi fitrah
mendasar penciptaan manusia sejak sebelum kelahirannya ke
muka bumi. Manusia diambil kesaksiannya untuk mengakui ke-
Esa-an Allah sebagai Tuhannya. Firman Allah:

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):Bukankah Aku ini Tuhanmu? mereka
menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami
(bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan). QS. 7/Al Araf: 172

Demikianlah dasar penciptaan manusia dari yang tidak pernah
ada. Firman Allah:
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama
(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus;
tetapi kebanyaka manusia tidak mengetahui.
6
QS. 30/ Ar
Rum: 30

Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Setiap bayi, dilahirkan dalam keadaan fitrah
(Islam/mengenal Allah), maka kedua orang tuanyalah
yang merubahnya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi.
HR. At Thabrani dan Al Baihaqi

Penyimpangan manusia dari fitrah tauhidnya ini terjadi karena
pengaruh beberapa hal berikut ini, yaitu:
1. Pendidikan yang salah,
2. Godaan syetan,
3. Mengikuti hawa nafsu,
4. Sikap taqlidbuta terhadap nenek moyang
5. Perbuatan dosa yang berakumulasi pada tertutupnya
hati dari cahaya Allah.

Demikianlah Allah telah persiapkan manusia dengan fitrahnya itu
untuk bertauhid kepada Allah. Dan untuk menyempurnakan
potensi tauhid ini agar tumbuh dan berkembang dengan optimal,

6
Fitrah Allah maksudnya: ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah
mempunyai maluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar.
Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh
lingkungan. (sumber: Al Quran dan Terjemahnya, Mujamma
Khadimul Haramain AsySyarifain al Malik Fahd li thibaat al Mush-
ha asy Syarif, Medinah Munawwarah, 1411 H).
bersih dari noda syirik dan dosa, Allah mengutus para rasul
sebagai teladan dan pemandu manusia.
D. KEDUDUKAN TAUHID
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi bagi kehidupan
manusia ini, yaitu:
1. Tauhid merupakan dasar Aqidah Islamiyah. Pengakuan terhadap
tauhid uluhiyah yang dinyatakan dengan kalimat syahadat
membuat seseorang mendapatkan status muslim, dan orang yang
mengingkarinya berstatus kafir.
2. Tauhid melindungi jiwa, harta, dan kehormatan seseorang.
Sabda Nabi:
Artinya: Aku diperintahkan memerangi manusia sehingga
mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah,
maka ketika mereka melakukan hal ini mereka akan
terlindung jiwa, dan hartanya kecuali dengan
haknya. Hadits Muttafaq alaih
3. Menyerukan tauhid adalah tugas utama para rasul sejak zaman
nabi Nuh AS, sampai nabi Muhammad SAW. Tugas utama para
rasul dapat dikelompokkan dalam dua tugas penting yaitu:
1. Mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT
2. Mengajak manusia untuk menjauhi thaghut
(sesembahan selain Allah), firman Allah:
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada
setiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut. QS. 16/An Nahl: 36
Dari itulah seruan pertama para nabi kepada kaumnya adalah :
Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak Tuhan
bagimu selain-Nya QS. 7/Al Araf: 59, 65, 73, 85.
Demikanlah Al Quran menceritakan seruan Nabi Nuh, Hud,
Shalih, Syuaib, dsb.
4. Tauhid adalah hak Allah atas manusia. Al Bukhari dan Muslim
meriwayatkan dari Muad bin Jabal, ra yang mengatakan:
Artinya: Saya pernah duduk di belakang Nabi di atas seekor keledai,
lalu Nabi bertanya kepadaku: Hai Muadz, tahukah
kamu apa hak Allah atas hamba-Nya dan apa hak hamba
atas Allah? Saya menjawab: Hanya Allah dan rasul-Nya
yang mengetahui. Sabda Nabi: Hak Allah atas hamba-
Nya adalah agar mereka menyembah-Nya dan tidak
menyekutukan dengan apapun. Dan hak hamba atas Allah
adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Saya
bertanya: Ya Rasulallah, bolehkan saya beritahukan ini
kepada manusia? Jawab Nabi: Jangan nanti mereka
akan mengandalkannya semata (tidak berlomba
mengerjakan amal kebajikan, red). Hadits Muttafaq alaih

Hal ini karena Allah telah menciptakan manusia dan memberinya
nikmat yang tak terhingga, maka seharusnya manusia bersyukur
kepada-Nya, mentaati dan tidak mendurhakai-Nya.
5. Tauhid adalah identitas kepribadian setiap muslim sepanjang
hayatnya. Firman Allah:
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki
rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supa mereka memberi Aku makan. QS. 51/Adz
Dzariyat:56-57
Maka orang yang menghabiskan umurnya tidak untuk beribadah
kepada Allah, ia telah jatuh dari derajat manusia menuju kepada
derajat hewan ternak atau lebih hina dari hewan ternak. Firman
Allah
Artinya: Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia)
dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan
neraka adalah tempat tinggal mereka. QS. 47/Muhammad: 12
6. Tauhid adalah seruan umat Islam kepada umat lain. Firman
Allah:
Artinya: Katakanlah: Hai ahli Kitab, marilah (berpegang)
kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tiak kita persekutukan Dia
dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain
Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada
mereka: Salsikanlah, bahwa kami adalah orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah). QS. 3/ Ali Imran: 64
7. Tauhid adalah penyebab seseorang mendapatkan syafaat
(pertolongan) Rasulullah di hari kiamat. Sabda Nabi:

Artinya: Orang yang paling beruntung dengan syafaatku di hari
kiamat adalah orang yang mengucapkan La ilaaha
illallah dengan ikhlas dari hatinya. HR. Al Bukhari.


E. MACAM-MACAM TAUHID
Keyakinan seorang muslim akan tauhid (ke-Esa-an Allah)
mencakup tiga macam tauhid, yaitu: rububuyah, uluhiyyah, asma
dan sifat.
1. Rububiyyah
Kata rububiyyah adalah bentuk nisbah (pengkaitan) kepada
salah satu asma Allah yaitu Ar Rabb yang memiliki
beberapa arti antara lain:
a. Al Murabbiy, Yang Mengatur, Mendidik, dan
Membesarkan
b. An Nashir, Yang Menolong, dan Membela
c. Al Malik, Yang Memiliki, Menguasai, dan Merajai
d. Al Mushlih, Yang Memperbaiki
e. Al Wali, Yang Melindungi, Menguasai dan Memimpin

Tauhid rububiyyah artinya: Meyakini bahwa hanya Allah
Yang Maha Menciptakan, Memiliki, dan Mengatur alam ini.
Tiada sekutu bagi Allah dalam berkuasa. Dan segal sesuatu
selain Allah tidak ada yanag mampu mendatangkan
manfaat (keuntungan) dan madharrat (kerugian) baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, kecuali atas
izin dan kehendak Allah.
Tauhid rububiyyah ini dapat diterima oleh setiap orang yang
menggunakan akal sehatnya dengan baik. Misalnya dalam
penciptaan makhluk ini Allah berfirman:
Artinya: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu ataukah
mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?
QS. 52:At Thur:35
Kemungkinan logis yang dapat dipergunakan untuk
menjawab pertanyaan ini adalah :
1. Bahwa makhluk tidak ada yang menciptakan. Dan
ini tidak masuk akal, bagaimana mungkin ada
sesuatu yang tidak ada penciptanya.
2. Bahwa makhluk itu menciptakan diri mereka
sendiri. logika ini mustahil bagaimana mungkin
sesuatu yang tidak ada dapat menciptakan dirinya
sendiri.
3. Bahwa pencipta itu ada, dan bukan makhluk itu
sendiri, yaitu Allah. Dan inilah yang diajarkan
kepada manusia.
Ke-Esa-an Allah juga sangat jelas dalam kekuasan-Nya.
Jika ada tuhan yang berkuasa lebih dari satu, maka
kemungkinannya adalah:
a. Saling melengkapi. Logika ini mustahil, kalau
keduanya saling melengkapi maka sesungguhnya
keduanya memiliki kelemahan, dan mustahil tuhan
lemah.
b. Bersaing saling mengalahkan untuk membuktikan siapa
yang paling berkuasa, dan yang menanglah yang
berkuasa. Secara logis pemenang itu hanya satu, dan
yang kalah apa masih disebut tuhan, dst. Firman Allah:
Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-
tuhan selain Allah, tentulah kedunya itu telah
rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang
mempunyai Arsy daripada apa yang mereka
sifatkan. QS. 21/Al Anbiya: 22
Dari itulah tauhid ini diterima dengan bulat termasuk oleh
kaum kafir. Firman Allah
Artinya: Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka:
Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Miscaya
mereka akan menjawab: Semuanya diciptakan oleh Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. QS. 43/Az
Zukhruf: 9
Artinya: Katakanlah:Kepuanyaan siapakah bumi ini, dan
semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui. Mereka
akan menjawab: Kepunyaan Allah. Katakanlah: Maka
apakah kamu tidak ingat? Katakanlah: Siapakah Yang
Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya Arsy yang
besar? Mereka akan menjawab: Kepunyaan Allah.
Katakanlah: Maka apakah kamu tidak bertakwa?.
Katakanlah: Siapakah yang di tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi,
tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya,
jika kamu mengetahui? Mereka akan menjawab:
Lepunyaan Allah Katakanlah: (Kalau demikian),
maka dari jalan manakah kamu ditipu?. QS. 23/Al
Mukminun: 84-89
Bahkan di tengah kesombongan Firaun yang mengaku diri
sebagai tuhan, dalam hati kecilnya masih tetap
mempercayai seruan Musa tentang Allah adalah Pencipta
langit dan bumi. Firman Allah:

Artinya: Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman
dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka
meyakini (kebenaran) nya. Maka perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat
kebinasaan. QS. 27/An Naml: 14
Demikianlah jawaban kaum musyrik. Mereka mengakui
rububiyah Allah Yang Menguasai alam raya seluruhnya.
Keyakinan ini seharusnya ditindak lanjuti dengan bertauhid
kepada Allah dalam beribadah, dengan tidak menyekutukan
Allah. Di sinilah letak kesalahan kaum musyrikin, mereka
meyakini kekuasaan Allah tetapi tidak mengesakan
penyembahan Allah.
2. Uluhiyyah
Uluhiyyah berasal dari kata ilaah artinya al mabud
(yang disembah) dan al mutha (yang dipatuhi).
Tauhid uluhiyyah artinya: meng-Esa-kan Allah dalam
ibadah
7
dan kepatuhan, atau dengan kata lain : meng-Esa-
kan Allah dengan perbuatan hambanya seperti shalat,
shiyam, zakat, haji, penyembelihan, nadzar, takut, harap,
dan cinta yang semuanya dikerjakan dalam rangka
mematuhi Allah, mengharap ridha-Nya, menjalankan
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Dengan demikian tauhid uluhiyyah itu hanya dapat
terwujud dengan dua hal, yaitu:
a. Mengarahkan seluruh amal perbuatan manusia hanya
kepada Allah (ikhlas)
b. Melaksanakan ibadah sesuai dengan perintah dan
larangan Allah (mutabaah)
Tauhid uluhiyah inilah yang diformalkan dalam ucapan dua
kalimah syahadat, bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang
berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah rasul
(utusan) Allah.
Dari itulah tauhid Uluhiyah ini merupakan bagian tauhid
terpenting. Di atas tauhid inilah bangunan kehidupan
didirikan, tatanan hukum (tasyri) ditegakkan, sebab tidak

7
ibadah dalam bahasa Arab berarti patuh dan tunduk, Imam ibnu
Taimiyah mendefinisikan: ibadah adalah nama segala sesuatu
yang Allah cintai dan ridhai, berupa ucapan, perbuatan yang
tampak maupun tersembunyi, dan berlepas diri dari hal-hal yang
menafikan dan bertentangan dengannya.
ada hukum dan kepatuhan dalam semua urusan kecuali
kepada Allah dan rasul-Nya. Firman Allah:
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun
sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya: Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang
hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian Aku. QS. 21/Al Anbiya: 25
Peran ibadah inilah yang sesungguhnya tugas utama
diciptakannya jin dan manusia. Firman Allah:
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku. QS.
51/Adz Dzariyat: 56
Untuk penegakan Tauhid Uluhiyyah inilah Allah
mengizinkan berjihad dan penumpahan darah, sabda Nabi:
Artinya: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia
sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan sesungguhnya aku adalah rasul
(utusan) Allah. Jika mereka lakukan ini maka
terpelihara darah dan hartanya, kecuali karean
haknya. Hadits Muttafaq alaih.
Perbedaan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah :
1. Rububiyyah berasal dari kata Ar Rabb, sedang
Uluhiyyah berasal dari kata Al Ilaah.
2. Tauhid Rububiyah berkaitan dengan masalah-masalah
kauniyah (perwujudan) seperti penciptaan, rizki, hidup
dan mati. Sedang Tauhid Uluhiyah berkaitan dengan
perintah dan larangan, halal dan haram
3. Tauhid Rububiyah diterima oleh kaum kafir, dan
Tauhid Uluhiyah ditolak oleh kaum kafir.
4. Tauhid Rububiyah berdampak pada sisi ilmiah
(pengetahuan) sedang Tauhid Uluhiyah berdampak
pada sisi amaliah
5. Tauhid Rububiyah menjadi pengantar Tauhid
Uluhiyah, sedang Tauhid Uluhiyyah merupakan
konsekwensi logis dari tauhid Rububiyah
6. Tauhid Rububiyah belum menjadikan orang yang
mengimaninya sebagai muslim, sedang Tauhid
Uluhiyah menjadikan orang yang mengimaninya
sebagai muslim.
7. Tauhid Rububiyah mengimani keesaan perbuatan-
perbuatan Allah dalam Mencipta, Mengatur, dan
Menguasai. Sedang Tauhid Uluhiyah mengesakan
Allah dengan perbuatan-perbuatan manusia, seperti
shalatm zakat dsb.
3. Asma dan Sifat
Tauhid Asma dan Sifat, artinya mengakui dan
menyakini dengan sesungguh hati asma dan sifat Allah
yang tercantum dalam Al Quran dan As Sunnah, tanpa
tathil (menafikan maknanya), tahrif (merubah), tamtsil
(menyerupakan) dan takyif (mereka-reka), sesuai dengan
batas firman Allah:
Artinya: Tiada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. QS. 42:11
Bagian pertama dari ayat itu adalah : Tiada sesuatupun
yang serupa dengan Dia; berisi peniadaan secara total
terhadap penyerupaan dan rekaan terhadap asma dan sifat
Allah.
Dan bagian kedua: dan Dia-lah yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat; berisi penetapan asma dan sifat Allah
secara terinci sekaligus penolakan terhadap tathil
(peniadaan) dan tahrif (perubahan).
F. PENGARUH TAUHID BAGI KEHIDUPAN
Tauhid yang benar akan tampak pengarunya pada kehidupan
pribadi dan , masyarakat.
1. Kehidupan Pribadi
Tauhid yang benar sangat tampak pengaruhnya pada kehidupan
pribadi (personal), yaitu:
a. Pembebasan seseorang dari penyembahan sesama makhluk,
firman Allah:
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan meurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam menjalankan agama dengan lurus. QS. 98/Al
Bayyinah:
b. Kemerdekaan yang utuh sebagai makhluk ciptaan Allah dan
hanya patuh kepada Allah. Firman Allah:
Artinya: Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-
laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang
berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak
yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja);
adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi
Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. QS.
39/Az Zumar: 29
c. Ketenangan hidup karena zikrullah; Firman Allah:
Artinya: Orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. QS.
13/Ar Radu: 28
d. Memiliki izzah kekuatan dalam menghadapi tekanan fihak
lain. Firman Allah:
Artinya: Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah
kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan
mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal
kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi
orang-orang mumin, tetapi orang-orang munafik itu tidak
mengetahui. QS. 63/Al Munafiqun: 8
e. Tidak terpecah potensi dan kekuatannya. Firman Allah:
Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya salatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah). QS. 6/Al
Anam: 162-163

Artinya: Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu
mereka berdidi, lalu mereka berkata: Tuhan kami adalah
Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru
Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah
mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.
QS. 18/Al Kahfi: 14
f. Memiliki produktifitas kebaikan yang tinggi. Firman
Allah:Artinya:Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik
8
, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada
setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. QS. 14/Ibrahim: 24-25


8
Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala
ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari
kemunkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperi
kalimat La ilaaha illallaah (Al Qurandan Terjemahnya,
Mujamma Khadimul Haramain Asy Syarifain al Malik Fahd,
Medinah Munawwarah)
Artinya: Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh
subur seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-
tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang
yang bersyukur. QS. 7/Al Araf: 58
g. Optimis dalam menghadapi persoalan dan tidak mudah
putus asa dalam berusaha. Firman Allah tentang nabi
Yaqub yang terpisahkan dari Yususf:
Artinya: Yaqub menjawab: Sesungguhnya hanyalah kepada Allah
aku adukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari
Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya. Hai anak-anakku,
pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir. QS.
12/Yusuf: 77-78
h. Berada dalam jaminan pertolongan Allah. Firman Allah:
Artinya: Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang
kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang
dia salah seorang dari dua orang yang berada dalam gua, di waktu
dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita. Maka Allah menurunkan
ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kami tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan
orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang
tinggi, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS. 9/At Taubah:
40
2. Masyarakat
a. Tauhid yang benar akan menjadi landasan dan bentuk masyrakat.
Firman Allah:
Artinya: Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik
shibghahnya daripada Allah? QS. 2/Al Baqarah: 138
b. Tauhid yang benar akan menjadi manhaj (jalan hidup) yang
mengantarkan sebuah masyarakat mencapai kebahagiaannya
Artinya: Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di
atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang
baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi
jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama
dengan dia ke dalam neraka jahannam? Dan Allah tidak
memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. QS. 9/At
Taubah: 109

c. Tauhid yang benar akan menjaga masyarakat untuk
senantiasa berada dalam keamanan dan kebenaran. Firman
Allah:
Artinya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan
iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang
yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk. QS. 6/Al Anam: 82
Dan salah satu bentuk ujian Allah kepada kaum yang kafir
adalah tercabutnya rasa aman dari mereka. Firman Allah:
Artinya: Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan)
sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteran, rizkinya datang
kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)
nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa
yang selalu mereka perbuat. QS. 16/An Nahl: 112
d. Tauhid yang benar akan membuka barakah rizki dari langit
dan bumi kepada mayarakat . Firman Allah:
Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertaqwa, pastila Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. QS. 7/Al
Araf: 96
e. Tauhid yang benar akan menghindarkan masyarakat dari
kehancuran. Firman Allah:
Artinya: Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
membuat kerusakan. QS. 7/Al Araf: 102
f. Tauhid yang benar akan membuka peluang umat Islam
untuk menegakkan kekhalifahannya di muka bumi,
sebagaimana misi awal penciptaan manusia. Firman Allah:
Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama
yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, seusudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik. QS. 24/An Nur:55
g. Tauhid yang benar akan menjamin keseimbangan hidup.
Karena seluruh alam ini akan stabil jika dikendalikan oleh
satu penguasa yaitu: Allah Yang Maha Kuasa. Firman
Allah :
Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain
Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha suci
Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.
QS. 21/Al Anbiya: 22

Wallahu alam
Muhith Muhammad Ishaq, kitab Tauhid: Paradigma Keyakinan
Muslim.

MARIFATULLAH PUNCAK AQIDAH ISLAM

POKOK-POKOK MATERI

1. KARAKTERISTIK AQIDAH ISLAM
Aqidah Islam adalah Aqidah Rabbaniy(berasal dari Allah )
yang bersih dari pengaruh penyimpangan dan subyektifitas manusia.
Aqidah Islam memiliki karakteristik berikut ini :
1. Al Wudhuh wa al Basathah ( jelas dan ringan) tidak ada
kerancuan di dalamnya seperti yang terjadi pada konsep Trinitas
dsb.
2. Sejalan dengan fitrah manusia, tidak akan pernah bertentangan
antara aqidah salimah (lurus) dan fitrah manusia. Firman Allah :
Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah.. QS. 30:30
3. Prinsip-prinsip aqidah yang baku, tidak ada penambahan dan
perubahan dari siapapun. Firman Allah :Apakah mereka
mempunyai sembahan-sembahan lain selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah
? QS. 42:21
4. Dibangun di atas bukti dan dalil, tidak cukup hanya dengan
doktrin dan pemaksaan seperti yang ada pada konsep-konsep
aqidah lainnya. Aqidah Islam selalu menegakkan :
Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang
benar QS 2:111
5. Al Wasthiyyah (moderat) tidak berlebihan dalam menetapkan
keesaan maupun sifat Allah seperti yang terjadi pada pemikiran
lain yang mengakibatkan penyerupaan Allah dengan makhluk-
Nya. Aqidah Islam menolak fanatisme buta seperti yang terjadi
dalam slogan jahiliyah Sesungguhnya kami mendapati bapak-
bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami
orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak
mereka QS. 43:22

2. PENGERTIAN MARIFATULLAH
Marifatullah (mengenal Allah) bukanlah mengenali dzat
Allah, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas
manusia yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang
terbatas ini mengenali sesuatu yang tidak terbatas?. Segelas susu
yang dibikin seseorang tidak akan pernah mengetahui seperti apakah
orang yang telah membuatnya menjadi segelas susu.
Menurut Ibn Al Qayyim : Marifatullah yang dimaksudkan
oleh ahlul marifah (orang-orang yang mengenali Allah) adalah
ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi
kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya.
Marifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata,
namun mariaftullah dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan
yang mengantarkan manusia dekat dengan Allah, mengenalkan
rintangan dan gangguan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri
kepada Allah.

3. CIRI-CIRI DALAM MARIFATULLAH
Seseorang dianggap marifatullah (mengenal Allah) jika ia
telah mengenali
1. asma (nama) Allah
2. sifat Allah dan
3. afal (perbuatan) Allah, yang terlihat dalam ciptaan dan
tersebar dalam kehidupan alam ini.

Kemudian dengan bekal pengetahuan itu, ia menunjukkan :
1. sikap shidq (benar) dalam ber -muamalah (bekerja)
dengan Allah,
2. ikhlas dalam niatan dan tujuan hidup yakni hanya
karena Allah,
3. pembersihan diri dari akhlak-akhlak tercela dan
kotoran-kotoran jiwa yang membuatnya bertentangan
dengan kehendak Allah SWT
4. sabar/menerima pemberlakuan hukum/aturan Allah atas
dirinya
5. berdawah/ mengajak orang lain mengikuti kebenaran
agamanya
6. membersihkan dawahnya itu dari pengaruh perasaan,
logika dan subyektifitas siapapun. Ia hanya
menyerukan ajaran agama seperti yang pernah
diajarkan Rasulullah SAW.

Figur teladan dalam marifatullah ini adalah Rasulullah
SAW. Dialah orang yang paling utama dalam mengenali Allah SWT.
Sabda Nabi : Sayalah orang yang paling mengenal Allah dan
yang paling takut kepada-Nya. HR Al Bukahriy dan Muslim.
Hadits ini Nabi ucapkan sebagai jawaban dari pernyataan tiga orang
yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan keinginan dan
perasaannya sendiri.
Tingkatan berikutnya, setelah Nabi adalah ulama amilun (
ulama yang mengamalkan ilmunya). Firman Allah : Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama QS. 35:28
Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang
yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah.
Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat, pada saat
lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, pengajar, mujahid,
pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang dan waktu
ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang
dan waktu larangan Allah kecuali ia menjauhinya.
Ada sebagian ulama yang mengatakan : Duduk di sisi
orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal
dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya
menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia
menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu (randah hati),
dari buruk hati menjadi nasehat

4. URGENSI MARIFATULLAH
a. Marifatullah adalah puncak kesadaran yang akan
menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya. Karena
marifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang
sesungguhnya. Ketiadaan marifatullah membuat banyak
orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani
hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain (binatang
ternak). QS.47:12
b. Marifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah
(spiritual) manusia secara keseluruhan. Seorang yang
mengenali Allah akan merasakan kehidupan yang lapang. Ia
hidup dalam rentangan panjang antara bersyukur dan
bersabar.
Sabda Nabi : Amat mengherankan urusan seorang mukmin
itu, dan tidak terdapat pada siapapun selain mukmin, jika
ditimpa musibah ia bersabar, dan jika diberi karunia ia
bersyukur (HR.Muslim)
Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan
bekerja untuk mendapatkan ridha Allah, tidak untuk
memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya.
c. Dari Marifatullah inilah manusia terdorong untuk
mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara
terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi
dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat mengenal
dan dekat dengan Allah.
d. Dari Marifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan
di luar alam materi, seperti Malaikat, jin dan ruh.
e. Dari Marifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan
hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini menuju
kepada kehidupan Barzahiyyah (alam kubur) dan
kehidupan akherat.

5. SARANA MARIFATULLAH
Sarana yang mengantarkan seseorang pada marifatullah
adalah :
a. Akal sehat
Akal sehat yang merenungkan ciptaan Allah. Banyak sekali ayat-
ayat Al Quran yang menjelaskan pengaruh perenungan makhluk
(ciptaan) terhadap pengenalan al Khaliq (pencipta) seperti firman
Allah : Katakanlah Perhatikanlah apa yang ada di bumi.
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul
yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.
QS 10:101, atau QS 3: 190-191
Sabda Nabi : Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah
kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu
HR. Abu Nuaim

b. Para Rasul
Para Rasul yang membawa kitab-kitab yang berisi penjelasan
sejelas-jelasnya tentang marifatullah dan konsekuensi-
konsekuensinya. Mereka inilah yang diakui sebagai orang yang
paling mengenali Allah. Firman Allah :
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan ) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan.. QS. 57:25

c. Asma dan Sifat Allah
Mengenali asma (nama) dan sifat Allah disertai dengan
perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi
sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah yang telah Allah
gunakan untuk memperkenalkan diri kepada makhluk-Nya.
Dengan asma dan sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk
mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan
menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan
dengan seksama pancaran cahaya Allah. Firman Allah :
Katakanlah : Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asma al husna
(nama-nama yang terbaik) QS. 17:110
Asma al husna inilah yang Allah perintahkan pada kita untuk
menggunakannya dalam berdoa. Firman Allah :
Hanya milik Allah asma al husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asma al husna itu QS. 7:180

Inilah sarana efektif yang Allah ajarkan kepada umat manusia
untuk mengenali Allah SWT (marifatullah). Dan marifatullah
ini tidak akan realistis sebelum seseorang mampu menegakkan
tiga tingkatan tauhid, yaitu : tauhid rububiyyah, tauhid asma dan
sifat. Kedua tauhid ini sering disebut dengan tauhid al marifah
wa al itsbat ( mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid yang
ketiga yaitu tauhid uluhiyyah yang merupakan tauhid thalab
(perintah) yang harus dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai