I11109089
Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang
potensial diantara fasia leher dalam sebagai
akibat penjalaran infeksi dari berbagai
sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus
paranasal, telinga tengah dan leher.
Nyeri tenggorok, demam, yang disertai
dengan terbatasnya gerakan membuka mulut
dan leher, curiga kemungkinan disebabkan
abses leher dalam.
Penyebab tersering : Streptococcus,
Staphylococcus, kuman anaerob Bacteroides.
Abses leher dalam dapat berupa abses
peritonsil, abses retrofaring, abses
parafaring, abses submandibula, dan angina
Ludovici.
Etiologi :
Komplikasi dari tonsilitis akut atau infeksi
yang bersumber dari kelenjar mukus Weber di
kutub atas tonsil.
Patologi :
Infiltrasi supurasi paling sering di daerah
superior dan lateral fosa tonsilaris sehingga
akan tampak palatum mole membengkak.
Pada stadium awal ( infiltrasi) akan terdapat
edem dan hiperemis, kemudian daerah
tersebut akan melunak (stadium supurasi).
Pembengkakan peritonsil akan mendorong
tonsil dan uvula ke arah kontralateral.
Bila peradangan terus berlangsung bisa
menyebabkan trismus.
Abses dapat pecah spontan, dapat juga
terjadi aspirasi ke paru.
Gejala :
Gejala dan tanda tonsilitis akut
Odonofagia
Otalgia
Muntah (rerurgitasi)
Mulut berbau
Hipersalivasi
Suara bergumam ( hot potato voice)
Trimus
Pembengkakan kelenjar submandibula dan nyeri
tekan
Pemeriksaan :
Palatum mole membengkak dan menonjol
kedepan, teraba fluktuasi.
Uvula bengkak dan terdorong kesisi
kontralateral
Tonsil bengkak, hiperemis.
Terapi :
Stadium infiltrasi : antibiotika, obat
simptomatik, kumur dengan cairan hangat
dan kompres dingin pada leher.
Bila terbentuk abes : pungsi pada daerah
abses dan insisi.
Tonsilektomi.
Komplikasi :
Abses pecah spontan perdarahan, aspirasi
paru.
Penjalaran infeksi dan abses ke daerah
parafaring abses parafaring, mediastitis.
Penjalaran ke daerah intrakranial trombus
sinus kavernosus, meningitis dan abses otak.
Etiologi :
Infeksi saluran nafas atas yang menyebabkan
limfadenitis retrofaring.
Trauma dinding belakang faring oleh benda
asing.
Tuberkulosis vertebra servikalis bagian atas.
Gejala klinis:
Rasa nyeri dan sukar menelan.
Demam, leher kaku dan nyeri.
Sesak nafas.
Stridor ( bila peradangan berlanjut sampai
mengenai laring).
Perubahan suara
Pada dinding belakang faring tampak
benjolan, biasanya unilateral, mukosa tampak
bengkak dan hiperemis.
Diagnosis:
Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas atau
trauma, gejala dan tanda klinik, serta foto
rontgen jaringan lunak leher lateral.
Terapi:
Medikamentosa: antibiotika dosis tinggi
secara parenteral.
Operatif : pungsi dan insisi abses melalui
laringoskopi langsung.
Komplikasi :
Penjalaran keruang parafaring, ruang vaskuler
visera.
Mediastinitis.
Obstruksi jalan nafas sampai asfiksia.
Bila pecah spontan bisa aspirasi ke paru dan
abses paru.
Etiologi:
Infeksi Langsung: akibat tusukan jarum pada
saat melakukan tonsilektomi dengan
analgesi.
Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian
dalam, gigi, tonsil, faring, faring, hidung,
sinus paranasal, mastoid dan vertebra
servikal.
Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil,
retrofaring dan submandibula.
Gejala dan tanda:
Trismus
Indurasi atau pembengkakan di sekitar
angulus mandibula.
Demam tinggi
Pembengkakan dinding lateral faring
Diagnosis:
Riwayat penyakit, gejala dan tanda klinik.
Rontgen jaringan lunak AP atau CT scan.
Komplikasi:
Penjalaran infeksi hematogen atau limfogen.
Kerusakan dinding pembuluh darah.
Bila pembuluh karotis nekrosis, lalu ruptur,
perdarahan hebat.
Bila terjadi periflebitis atau endoflebitis
tromboflebitis dan septikemia.
Terapi:
Antibiotika dosis tinggi parenteral
Insisi abses dari luar dan intraoral.
Evaluasi
Etiologi :
Infeksi dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar
liur, kelenjar limfa submandibula.
Gejala dan tanda:
Demam dan nyeri leher disertai
pembengkakan di bawah mandibula atau
dibawah lidah, bisa berfluktuasi, sering
ditemukan trismus.
Terapi :
Antibiotika parenteral dosis tinggi, evakuasi
dan insisi abses, evaluasi.
Merupakan infeksi ruang submandibula
berupa selulitis dengan tanda khas berupa
pembengkakan seluruh ruang submandibula,
tidak membentuk abses, sehingga pada
perabaan submandibula akan terasa keras.
Etiologi:
Infeksi yang bersumber dari mulut, gigi, atau
dasar mulut, oleh kuman aerob dan anaerob.
Gejala dan tanda:
Nyeri tenggorok dan leher
Pembengkakan di daerah submandibula,
hiperemis dan keras pada perabaan.
Dasar mulut membengkak, dapat mendorong
lidah keatas belakang sesak nafas
Diagnosis:
Adanya riwayat masalah pada gigi, gejala dan
tanda klinik.
Pada pseudo Angina Ludovici bisa ditemukan
fluktuasi.
Terapi:
Antibiotika parenteral dosis tinggi, eksplorasi
dengan tujuan untuk mengurangi tegangan,
evakuasi pus, atau jaringan nekrosis.
Komplikasi:
Sumbatan jalan nafas
Penjalaran abses keruang leher dalam lain
dan mediastinum
sepsis
TERIMA KASIH :)