TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Kurikulum Konvensional
Salah satu metode pengajaran dalam kurikulum konvensional dan telah lama
digunakan dalam sejarah pendidikan adalah metode ceramah (lecturing), yaitu suatu
cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau uraian tentang
suatu pokok permasalah secara lisan. Dalam kurikulum yang menggunakan metode
pembelajaran ini, keterampilan pengajar dalam menyampaikan informasi sangat
menentukan tercapai tidaknya tujuan pengajaran sehingga peran pengajar bagi proses
belajar di dalam kelas sangat krusial. Dengan metode ceramah (lecturing), peran
subjek belajar di kelas sangat terbatas, di mana subjek belajar hanya bisa
mendengarkan apa yang dikatakan oleh pengajar dan sesekali mencatat. Bahkan
beberapa penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan metode ceramah (lecturing)
dapat menghambat proses belajar subjek belajar (Turnwald et al., !!"#.
Tri $ardhani (%&&%# mengatakan beberapa kekurangan dalam metode
lecturing' # (etode lecturing dapat menghalangi proses belajar karena
menempatkan siswa pada peran pasif di dalam kelas. %# (etode lecturing sangat
kurang memberikan umpan balik baik kepada subjek belajar maupun pengajar. "#
(etode lecturing memerlukan pengajar yang efektif. )# (etode lecturing
menempatkan tanggung jawab untuk mengorganisasi dan sintesa terhadap isi materi
pengajaran hanya kepada pengajar. *# (etode lecturing tidak sesuai digunakan untuk
menjelaskan materi yang terlalu kompeks, detail dan abstrak.
2.2 Problem Based Learning (PBL)
2.2.1 Deenisi
Problem Based Learning (+B,# adalah metode pendidikan yang mendorong
mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk
mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan
untuk mengaktifkan keingintahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu
subyek. +B, menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta
.
/
mampu untuk mendapatkan dan menggunakan sumber-sumber belajar secara tepat
(0ahyani et al., %&&1#.
Selain itu, +B, merupakan kurikulum dan proses. 2urikulum +B, menuntut
kemahiran mahasiswa dalam pengetahuan yang kritis, keahlian memecahkan
masalah, strategi pembelajaran mandiri, dan kemampuan berpartisipasi dalam tim
melalui masalah yang dipilih dan didisain hati-hati. +roses +B, merupakan tiruan
dari pendekatan sistemik yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah atau
menjawab tantangan dalam kehidupan dan karier profesi (0ahyani et al., %&&1#.
3dapun ciri-ciri utama +B, meliputi belajar berfokus pada mahasiswa,
proses belajar menggunakan diskusi kelompok kecil, dosen berperan sebagai
fasilitator atau pemandu, problem merupakan cara untuk menorganisir dan sebagai
pemicu belajar, problem merupakan media untuk mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, mendukung belajar secara mandiri (4ukmini 5 6lisabeth,
%&&.#.
2.2.2 PBL se!a"ai #e$o%e Pem!elajaran Ak$i
+embelajaran aktif sendiri adalah aktifitas pengajaran yang melibatkan subjek
belajar dalam melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang sedang mereka
lakukan (Bonwell dan 6ison,!!#. Silberman (!!.# menjelaskan bahwa jika proses
belajar terjadi secara aktif, maka subjek belajar melakukan banyak hal. (ereka
menggunakan otak mereka, mempelajari ide-ide, memecahkan masalah dan
mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari. Selain itu 0ampbell et al. (!!!#
berpendapat bahwa belajar aktif menekankan keterlibatan subjek belajar secara aktif
dalam proses belajarnya. (Shenker et al. !!.# mengatakan bahwa tujuan belajar
aktif adalah menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan analitis, juga kemampuan
subjek belajar untuk menggunakan keterampilan tersebut agar dapat menguasai
materi pengajaran. Dengan demikian tujuan pengajaran aktif tidak hanya sekedar
memindahkan informasi dari pengajar kepada subjek belajar.
+B, (Problem Based Learning# atau +embelajaran Berdasarkan (asalah.
+B, merupakan salah satu metode pembelajaran aktif. 7anya merupakan proses
pembelajaran yang dimulai dengan 8problem9 atau masalah dan bukannya
paparan:penjelasan mengenai knowledge ($idjajakusumah, %&&.#. Dalam +B,,
1
problem disajikan terlebih dahulu sebelum knowlegde diberikan. +roblem yang
disajikan harus menanyakan suatu masalah secara komprehensif, aplikasi, analisa dan
sintesa. Subjek belajar harus memilih knowledge yang dibutuhkan, mempelajari hal
tersebut, dan menghubungkannya dengan problem yang diberikan.
Bila dalam metode konvensional mahasiswa mendengarkan dosen
memberikan ilmu, pada sistem +B, mahasiswa aktif mencari pengetahuan dan dosen
bertindak sebagai fasilitator bagi mahasiswanya. 3kan tetapi, perubahan pendekatan
dari teacher-centered learning menjadi student-centered learning menuntut kehati-
hatian dalam penerapannya. +ergeseran fokus tersebut berdampak pada perubahan
aspek pembelajaran, sejak dari disain kurikulum, pemilihan strategi belajar, peran
dosen dan mahasiswa, lingkungan belajar sampai dengan pengukuran hasil belajar
(+rihatanto, %&&1#.
2.2.& Diskusi Tu$orial se!a"ai Lan%asan U$ama Pem!elajaran Kurikulum
PBL
+B, selama ini telah menyumbangkan perubahan besar dalam pemahaman
terhadap pendidikan kedokteran serta aplikasinya selama "&-)& tahun terakhir.
+endekatan +B, ini meletakkan dasar pendidikannya pada pembelajaran aktif dalam
kelompok-kelompok kecil dalam diskusi-diskusi tutorial, dengan masalah-masalah
klinis sebagai stimulus bagi proses pembelajarannya (0olliver, %&&&#.
Diskusi tutorial biasanya dilaksanakan dalam grup-grup kecil yang terdiri dari
.-1 atau &-" mahasiswa yang didampingi oleh seorang tutor per grupnya. 3dapun
peran sang tutor, seperti yang sudah dijelaskan di atas adalah lebih kepada fasilitator
bagi diskusi grup daripada penyampai pengetahuan. 0aplow et al. (!!/#
menyebutkan bahwa ada lima hal yang menjadi kerangka diskusi grup tutorial, yaitu'
# +emaparan terhadap masalah: kasus yang akan dibahas. %# Sesi bertanya: curah
pendapat : pemaparan ilmu-ilmu terdahulu terkait kasus serta identifikasi masalah
yang harus dibahas dari kasus yang tersedia tersebut. "# 7dentifikasi tujuan belajar. )#
+resentasi ilmu yang didapat dari hasil belajar mandiri berdasarkan tujuan belajar
yang sudah ditetapkan bersama. *# +enyelesaian masalah (problem-solving#.
3da beberapa penjelasan tentang mengapa interaksi dalam bentuk grup
(seperti pada sesi tutorial# dalam kurikulum +B, dapat menghasilkan pembelajaran
!
yang berkualitas tinggi; # Diskusi dalam sesi tutorial mampu memberikan efek
kognitif positif melalui penjelasan-penjelasan yang bersifat resiprokal, penjabaran
serta pemunculan isu-isu pembelajaran pada akhirnya. %# <rup yang berdiskusi
dengan baik mampu meningkatkan komitmen para mahasiswa dalam proses
pembelajaran, yang pada akhirnya bisa meningkatkan kehadiran setiap anggota grup
dan kesuksesan studi mereka sendiri. "# 7nteraksi grup dapat memotivasi para
mahasiswa untuk menginvestasikan lebih banyak waktu untuk belajar mandiri.
Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa kualitas dari grup tutorial yang
fungsional ada kaitannya secara positif dengan kesuksesan dalam ujian (=ieminen et
al., %&&.#.
2.2.' Kom(onen)kom(onen *sensial Pelaksanaan PBL melalui Diskusi
Tu$orial +an" #em!a,arui Kurikulum Konvensional
3da tiga komponen utama yang dianggap esensial dalam implementasi
kurikulum +B, melalui sesi diskusi grup tutorial' # (asalah (kasus# sebagai
stimulus bagi proses pembelajaran itu sendiri. %# Tenaga pengajar sebagai fasilitator
bagi proses pembelajaran. "# 2elompok kerja sebagai stimulus bagi interaksi
(Dolmans et al., %&&*#.
(asalah (kasus# sebagai komponen pertama yang diberikan sebagai stimulus
dalam proses belajar +B, merupakan komponen pertama yang dianggap esensial. Di
mana, kualitas kasus yang diberikan kepada subjek belajar dalam proses
pembelajaran akan sangat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam memecahkan
masalah yang serupa yang akan mereka hadapi nanti di dunia kerjanya di masa
depan. Tingkah laku dan keterampilan yang ditunjukkan oleh para mahasiswa yang
dididik dengan kurikulum +B, diharuskan sejak dini untuk merefleksikan nilai-nilai
yang akan mereka terapkan dalam karir masa depan mereka. 2asus tersebut juga
biasanya bersifat multidimensional, sesuai dengan perkembangan >aman, serta
memotivasi para mahasiswa dan menawarkan ruang bagi mereka untuk
mempertanyakan kasus tersebut untuk lalu melakukan riset tentangnya. Dalam
kurikulum konvensional, antusiasme bertanya ini biasanya tidak akan mendapat
ruang sebesar yang diberikan oleh +B,; jawaban yang didapat cenderung lebih
sederhana, kurang kompleks serta sedikit yang berhubungan dengan dunia nyata.
&
2asus ini juga bertujuan untuk menstimulus para mahasiswa kedokteran untuk
mempelajari teori dan proses keterampilan terkait kasus tersebut secara simultan.
(isalnya untuk suatu kasus, mahasiswa akan harus mempelajari keterampilan
menyelesaikan masalah (problem solving), belajar mandiri (self-directed learning),
kerja sama dengan timnya, dan komunikasi yang baik antar sesamanya (3marullah 5
Sari, %&&.#.
2omponen kedua dalam pelaksanaan sesi diskusi grup tutorial adalah bahwa
proses belajar dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil (&-" orang#.
+enelitian menunjukkan bahwa proses belajar dalam grup kecil ? yang kontra
terhadap kelas konvensional yang berisi mahasiswa dengan jumlah yang relative
besar ? ini akan meningkatan kemampuan menyelesaikan masalah (reasoning &
problem solving), belajar mandiri (self-directed learning# dan kolaborasi serta
komunikasi yang lebih efektif dalam kelompok yang lebih kecil. Dalam kelompok
kecil ini pula, keterlibatan secara aktif para mahasiswa akan terbentuk secara
inherent sehingga setiap keterampilan bervariatif yang didapatnya akan
memungkinkannya untuk lebih siap memasuki dunia kerjanya ($ee, %&&)#.
+B, juga merupakan suatu kurikulum yang berpusat pada subjek belajar
($ee, %&&)#. @al ini tentu saja berbeda dengan pendekatan konvensional di mana
staf pengajar menjadi pusat dari proses pembelajaran. Dalam sistem +B,, staf
pengajar hanya berfungsi sebagai fasilitator. 3dapun hasil yang dicapai dari proses
pembelajaran dalam kelompok kecil ini meliputi ; # (ahasiswa akan dapat
membandingkan prestasinya dengan rekan sekelompoknya. %# (ahasiswa akan
mengembangkan rasa tanggung jawabnya dalam proses pembelajaran sebab masing-
masing harus belajar mandiri untuk lalu mempresentasikan hasil belajarnya. "#
(ahasiswa akan belajar tentang bagaimana berinteraksi dengan sesamanya,
mengembangkan keterampilan inter-personal dan mengontrol emosinya. )#
(ahasiswa akan belajar bagaimana mendengar dan menerima kritik serta bagaimana
menyampaikan masukan kepada orang lain.
2omponen ketiga adalah tenaga pengajar yang berkompeten. Dalam hal ini
perlu digarisbawahi bahwa ada perbedaan mendasar antara konsep mengajar a la
konvensional dan +B,. +engajar sistem konvensional menganggap bahwa untuk
efektif mengajar, mereka harus menguasai materi secara luar dalam dan