Gambar 2. Peningkatan PDLIM3 ekson 4 inklusi pada pasien DM2.
A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 4 dari PDLIM3 mRNA transkrip
ENST00000284767. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 4, lebih sering ditemukan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan peningkatan Affymetrix yang mengatur satelit 2796971 dengan mengenali ekson 4, pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, **** p <0,0001). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; *** p <0,001). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g002
Gambar 3. Peningkatan PHKA1 ekson 19 inklusi pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi sebuah AS pada ekson 19 dari PHKA1 mRNA transkrip ENST00000339490. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 19, lebih sering ditemukan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan peningkatan ekspresi Affymetrix yang mengatur satelit 4012322 dengan mengenali ekson 19, pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, **** p <0,0001). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; ** p <0,01). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g003
Gambar 4. Peningkatan LIMCH1 ekson 11 diabaikan pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 11 dan 12 dari LIMCH1 mRNA transkrip ENST00000313875. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 11 dan 12, lebih jarang ditemukan pada pasien DM2, yang ditandai dengan abu-abu. B dan D) Kotak petak menunjukkan penurunan Affymetrix yang mengatur satelit 2725148 dengan mengenali ekson 11 (B) dan 2.725.151 mengenali ekson 12 (D), pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, **** p <0,0001) . Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C dan E) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; ** p <0,01). Hanya LIMCH1 ekson 11 diabaikan yang telah divalidasi. doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g004
Gambar 5. Peningkatan NDUFV3 ekson 3 diabaikan pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 3 dari NDUFV3 mRNA transkrip ENST00000354250. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 3, lebih jarang ditemukan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan penurunan Affymetrix yang mengatur satelit 3922937 dengan mngenali ekson 3, pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, **** p <0,0001). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil panel ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; ** p <0,01). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g005
Gambar 6. Peningkatan CAMK2G ekson 18 inklusi pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 18 dari CAMK2G mRNA transkrip ENST00000394763. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 18, lebih sering ditemukan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan peningkatan Affymetrix yang mengatur satelit 3294875 dengan mengenali ekson 18, pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, **** p <0,0001). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditandai sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; **** p <0,0001). D) Reverse transkripsi produk PCR diperoleh dengan pasangan primer spesifik ditandai sebagai garis hitam di panel A, diselesaikan pada 5% poliakrilamida elektroforesis gel. 250 bp fragmen yang mengandung ekson 18 ditemukan lebih banyak pada pasien DM2. doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g006
Gambar 7. Peningkatan ZMND11 ekson 2 inklusi pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 2 dari ZMND11 mRNA transkrip ENST00000381584. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 2, lebih sering ditemukan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan peningkatan Affymetrix yang mengatur satelit 3231406 dengan mengenali ekson 2, pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, * p <0,05). Nilai yang dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditandai sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; * p <0,05). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g007
Gambar 8. Peningkatan PDP1 ekson 2 inklusi pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 2 dari PDP1 mRNA transkrip ENST00000396200. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 2, lebih sering ditemui pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan peningkatan Affymetrix yang mengatur satelit 3107346 dengan mengenali ekson 2, pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, **** p <0,0001). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; ** p <0,01). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g008
Gambar 9. Peningkatan ERI2 ekson 16 inklusi pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 16 dari ERI2 mRNA transkrip ENST00000261377. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 16, lebih sering ditemukan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan peningkatan Affymetrix yang mengatur satelit 3651550 dengan mengenali ekson 16, pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, ** p <0,01). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; ** p <0,01). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g009
Gambar 10. Peningkatan VCL ekson 19 diabaikan pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 19 dari VCL mRNA transkrip ENST00000211998. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 19, lebih sering dikesampingkan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan penurunan Affymetrix yang mengatur satelit 3252129 dengan mengenali ekson 19, pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, **** p <0,0001). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; * p <0,05). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g010
Gambar 11. Peningkatan MBOAT7 ekson 8 inklusi pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 8 dari MBOAT7 mRNA transkrip ENST00000245615. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 8, lebih sering ditemukan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan peningkatan Affymetrix yang mengatur satelit 3870571, dengan mengenali ekson 8. Pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10; **** p <0,0001). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; *** p <0,001). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g011
Gambar 12. Peningkatan DNMT3L ekson 12 diabaikan pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 12 dari DNMT3L mRNA transkrip ENST00000418993. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 12, lebih sering dikesampingkan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan penurunan Affymetrix yang mengatur satelit 3934442 dengan mengenali ekson 12, pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, ** p <0,01). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; ** p <0,01). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g012
Gambar 13. Peningkatan LAMC2 ekson 23 inklusi pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 23 dari LAMC2 mRNA transkrip ENST00000264144. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 23, lebih sering ditemukan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan peningkatan Affymetrix yang mengatur satelit 2371184, dengan mengenali ekson 23, pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, * p <0,05). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; * p <0,05). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g013
Gambar 14. Peningkatan RHPN1 ekson 15 perdarahan pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 15b dari RHPN1 mRNA transkrip ENST00000289013. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 15b, lebih sering ditemukan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan peningkatan Affymetrix yang mengatur satelit 3119603 dengan mengenali ekson 15b. Pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, **** p <0,0001). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; *** p <0,001). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g014
Gambar 15. Peningkatan CFYIP2 ekson 1 inklusi pada pasien DM2. A) Analisis EAA mengidentifikasi AS pada ekson 1 dari CFYIP2 mRNA transkrip ENST00000377576. Daerah AS yang diperbesar dan ekson 1, lebih sering ditemukan pada pasien DM2, ditandai dengan warna abu-abu. B) Kotak petak menunjukkan peningkatan Affymetrix yang mengatur satelit 2837276 dengan mengenali ekson 1, pada pasien DM2 dibandingkan dengan CTR (n = 10, * p <0,05). Nilai telah dinormalisasi untuk tingkat seluruh transkrip. Indeks sambungan (SI) ditunjukkan. C) Validasi tes qPCR dilakukan dengan menggunakan pasangan primer spesifik ditunjukkan sebagai panah hitam di panel A. Hasil ditampilkan sebagai perubahan kali lipat (DM2 = 19, CTR = 15; ** p <0,01). doi: 10.1371/journal.pone.0093983.g015