KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO
2014 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad - jasad hidup akuatik melalui pengendalian berat jenis dan keragaman tekanan osmotik. Salinitas menimbulkan tekanan - tekanan osmotik. Pada umumnya kandungan garam dalam sel-sel biota laut cenderung mendekati kandungan garam dalam kebanyakan air laut. Keanekaragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad-jasad hidup akuatik melalui pengendalian berat jenis dan keragaman tekanan osmotik. Salinitas menimbulkan tekanan-tekanan osmotik. Pada umumnya kandungan garam dalam sel-sel biota laut cenderung mendekati kandungan garam dalam kebanyakan air laut. Jika sel-sel itu berada di lingkungan dengan salinitas lain maka suatu mekanisme osmoregulasi diperlukan untuk menjaga keseimbangan kepekatan antara sel dan lingkungannya. kebanyakan binatang estuarin penurunan salinitas permulaan biasanya dibarengi dengan penurunan salinitas dalam sel, suatu mekanisme osmoregulasi baru terjadi setelah ada penuruan salinitas yang nyata (Mahyuddin, K, 2011). Osmoregulasi merupakan suatu fungsi fisiologis yang membutuhkan energi, yang dikontrol oleh penyerapan selektif ion-ion yang melewati insang dan pada beberapa bagian tubuh lainnya dikontrol oleh pembuangan yang selektif terhadap garam-garam. Kemampuan osmoregulasi bervariasi bergantung suhu, musim, umur, kondisi fisiologis,jenis kelamin dan perbedaan genotif (Affandi, 2002). Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal Menurut Affandi (2002), ikan mempunyai tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya, oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air, agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berlangsung dengan normal. Ketika suatu organisme air (ikan) dimasukkan kedalam suatu lingkungan dengan salinitas yang berbeda. Maka proses osmoregulasi akan lebih cenderung tinggi di bandingkan dengan lingkungan awalnya. Mengapa? Karena dalam proses ini organisme air tersebut akan cenderung mengontrol keseimbangan dalam tubuhnya. Oleh karena itu, jika pada kondisi tersebut organisme air tidak dapat menetralkannya maka akan berdampak pada fungsi kehidupan organisme itu sendiri (Kusrini, E. 2007). Misalnya pada ikan bandeng dewasa memilki daya adaptasi yang baik dalam mengatasi perubahan salinitas yang semakin tinggi atau semakin rendah , namun walaupun demikian memiliki batas tolerensi tertentu dan waktu yang lama akan menghadapi dehidrasi atau mengalami turgor sehingga menyebabkan kematian. Ikan Bandeng yang masih benih mengalami kesulitan dalam toleransi terhadap perubahaan salinitas yang tinggi ataupun rendah karena belum terbiasa dengan perubahan salinitas tersebut (Affandi, 2002).
PEMBAHASAN
Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup (Bavelander,1988). Menurut Kimball (1992), Osmoregulasi penting dilakukan terutama oleh organisme air, karena:
(a). Harus ada keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan
(b). Membram sel yang permeable merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat
(c). Adanya perbedaan tekanan osmostik antara cairan tubuh dan lingkungan
Menurut Djuanda (1980), pada hewan, kebanyakan invertebrata yang berhabitat di laut tidak secara aktif mengatur sistem osmosis mereka, dan dikenal sebagai osmoconformer. Osmoconformer memiliki osmolaritas internal yang sama dengan lingkungannya sehingga tidak ada tendensi untuk memperoleh atau kehilangan air. Karena kebanyakan osmoconformer hidup di lingkungan yang memiliki komposisi kimia yang sangat stabil maka osmoconformer memiliki osmolaritas yang cendrung konstan. Kebanyakan hewan laut adalah osmoconformeter, dimana cairan tubuh mereka isotonik dari keadaan lingkungannya. Meskipun konsentrasi relative garam dan cairan tubuh mereka berubah ubah dibandingkan air laut. Dalam kasus ini hewan juga harus mengatur tingkat ion internal (Bavelander,1988).
Sedangkan osmoregulator adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung lingkungan sekitar. Oleh karena kemampuan meregulasi ini, maka osmoregulator dapat hidup di lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi cairan yang rendah, osmoregulator akan melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya (Djuanda, 1980).
Tidak ada organisme yang hidup di air tawar tidak melakukan osmoregulasi. Sedangkan pada ikan air laut, beberapa diantaranya hanya melakukan sedikit upaya untuk mengontrol tekanan osmose dalam tubuhnya. Semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energy metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, namun tetap ada batas toleransi. Semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energy metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, namun tetap ada batas toleransi (Anshari,1988).
Insang ikan bersifat permeable terhadap air dan garam. Di dalam laut salinitasnya lebih besar daripada dalam cairan tubuhnya. Pada lingkungan yang air keluar, tetapi garam berdifusi kedalam. Ikan air laut minum air dalam jumlah yang banyak dan mengeluarkan sedikit urine. Ikan air tawar , garam akan memasuki insang dan dalam jumlah yang banyak air akan masuk lewat kulit ikan dan insang. Hal ini karena kadar garam di dalam tubuh ikan mendekati 0,5% yang lebih tinggi daripada konsentrasi air dimana ikan tersebut hidup. Karena tubuh ikan akan berusaha agar proses difusi antara air kedalam tubuh ikan tetap berlangsung, sejumlah besar air dikeluarkan ginjal. Sebagai hasilnya bahwa konsentrasi garam pada urine sangat rendah. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. (Fujaya,1990)
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu: natrium (Na), kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Klorit (Cl), Sulfat (SO 4 ), dan Bikarbonat (HCO 3 ). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil 0/00 (Effendi,2003)
Salinitas merupakan faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap fisiologis hewan-hewan aquatic baik vertebrata maupun invertebrate. Masing-masing spesies memiliki rentang toleransi fisiologis yang spesifik terhadap faktor tersebut sehingga mekanisme adaptasinyapun juga berbeda. Kadar garam atau salinitas berhubungan erat dengan sifat osmolaritas cairan tubuh dan lingkungan eksternal, sehingga jika terjadi perubahan salinitas yang signifikan akan diikuti oleh perubahan- perubahan fisiologis yang berupaya untuk menyeimbangkan kondisi di dalam tubuh dan di luar tubuh (homeostastis). Faktor tersebut juga berperan dalam hal regulasi ion dan pertukaran oksigen dan karbondioksida pada respirasi dalam air (Wulangi,1991).
Ikan nila (Oreochromus niloticus), termasuk ikan air tawar yang habitatnya di daerah perairan yang bersalinitas rendah. Mekanisme osmoregulasi pada ikan nila cenderung banyak masuk air karena tekanan osmotik lingkungannya tinggi dan tekanan osmotik dalam tubuhnya rendah sehingga air banyak masuk dan akan banyak mengeluarkan urine, biasanya ikan ini akan mengganti kehilangan banyak air tadi dengan meminum banyak garam-garam mineral dan supaya tidak terjadi penumpukan maka garam-garam mineral ini dikeluarkan dan disaring melalui insang yang sering disebut dengan ventilasi opercular dengan cara difusi dan osmosis (Agung, 2000).
Air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati, karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang akan berada diluar dengan memiliki batas toleransi yang sesuai. (Djuanda,1980)
Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan menjadi terdehidrasi dan akhirnya mati. Pada kadar yang tinggi garam sendiri dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami stres. (Agung, 2000).
Agung Setiarto (2000), menyatakan bahwa tingkat osmoregulasi dipengaruhi oleh salinitas tertentu dan akan berpengaruh terhadap tingkat osmolalitas plasma, jika salinitasnya meningkat maka osmolalitas plasma juga meningkat sedangkan pada kapasitas osmoregulasinya semakin besar kadar salinitas suatu perairan maka semakin kecil nilai kapasitas osmoregulasinya. Semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, namun tetap ada batas toleransi yang meliputi : a. Kapasitas osmoregulasi > 1 disebut Hiperosmotik. b. Kapasitas osmoregulasi = 1 disebut Isoosmotik. c. Kapasitas osmoregulasi < 1 disebut Hipoosmotik.
Perbedaan proses osmoregulasi pada ikan air laut dan ikan air tawar adalah sebagai berikut : Osmoregulasi ikan di air laut Ikan laut hidup di lingkungan yang hipertonik ke jaringan dan cairan tubuh, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kebobolan garam. Untuk mengatasi hilangnya air, ikan laut minum 'sebanyak mungkin. Dengan demikian berarti juga akan meningkatkan kandungan garam dalam cairan tubuh. Fakta dehidrasi dapat dicegah oleh proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan dipaksa oleh kondisi untuk mempertahankan osmotik air, volume urine kurang dari ikan air tawar. Tubuli ginjal dapat berfungsi sebagai penghalang air. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuk yang lebih kecil daripada di ikan air tawar Sekitar 90% dari nitrogen limbah yang dapat dihapus melalui insang, sebagian besar dalam bentuk amonia dan sedikit urea. Namun, urine masih mengandung sedikit senyawa.
Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Air Tawar. Masalah yang dihadapi hewan air tawar, merupakan kebalikan dari hewan air laut. Yaitu tekanan Osmotik cairan tubuh hewan air tawar lebih tinggi dari lingkungannya (hiperosmotik/hipertonis). Jika ini tidak dikendalikan atau offset, itu akan menyebabkan hilangnya garam tubuh dan cairan tubuh mengencernya, sehingga cairan tubuh tidak dapat mempertahankan fungsi fisiologis normal. Ginjal akan memompa kelebihan air keluar sebagai urin. Apakah ginjal glomerulus dalamjumlah banyak dengan diameter besar. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mampu menahan tubuh garam sehingga tidak untuk memompa air keluar dan di seni yang sama sebanyak mungkin. Ketika cairan memasuki tubuh tubuli ginjal malpighi, glukosa akan diserap kembali di proximallis tubuli dan garam diserap dalam tubuli distal. Ginjal dinding tubuli impermiable (kedapair, kedap air). Ikan keluar dari air yang sangat encer dan seniyang mengandun g sejumlah kecil senyawa nitrogen.
Perbandingan dengan pustaka menurut Sartje Lantu (2010), adalah bahwa golongan ikan menghadapi tantangan yang sulit dalam mempertahankan kandungan garam dalam tubuh karena mereka hidup di lingkungan perairan dan mempunyai tendensi untuk melepaskan air sebanyak mungkin. Konsentrasi garam pada tubuh ikan air tawar lebih tinggi dibandingkan lingkungannya, sehingga kandungan garam lebih sering di keluarkan ke perairan. Untuk mengatasi hal ini, ikan mempunyai beberapa cara, diantara mereka akan mengkonsumsi sejumlah urine ( 10-20 kali sama seperti hewan mamalia di darat). Ginjal dari golongan ikan ini menyerap sejumlah garam dan melepaskan garam tersebut ke aliran darah. Cara yang lain adalah golongan ikan ini memiliki pompa ion di bagian ginjal yang akan menangkap garam dari air serta melapaskan amonia dan hasil buangan lainnya.
Jadi dalam melakukan osmoregulasi membutuhkan suatu salinitas, dan menurut referensi salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air. Komposisi ion-ion padaair laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion-ion tertentu seperti klorida, karbonat, sulfat, natrium, kalsium dan magnesium. Berdasarkan kemampuan ikan menyesuian diri pada salinitas tertentu, dapat digolongkan menjadi ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil (Stenohaline) dan ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar (Euryhaline) (Praseno, 2012).
KESIMPULAN
Osmoregulasi adalah proses mengatur dan menyeimbangkan konsentrasi asupan cairan dan pengeluaran oleh sel atau cairan tubuh organisme hidup. Hal ini penting dilakukan terutama oleh organisme perairan, khususnya ikan. Sementara pemahaman tentang osmoregulasi ikan Tekanan osmotik cairan tubuh pengaturan sesuai untuk kehidupan ikan, sehingga proses-proses fisiologis fungsi tubuh normal (Homeostasis). Karena sel menerima terlalu banyak air maka akan meletus, dan sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati.
Osmoregulasi merupakan upaya yang dilakukan oleh ikan untuk mengontrol keseimbangan air dan ion-ion antara tubuh ikan dengan lingkungannya, atau Osmoregulasi adalah proses organisme yang mampu mempertahankan perbedaan keseimbangan garam internal dari medium eksternal. Osmoregulasi dan ekskresi merupakan 2 macam proses yang berperan dalam homeostasis untuk mengatur dan menjaga kestabilan lingkungan internal pada makhluk hidup terhadap pengaruh perubahan lingkungan eksternalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R dan Sulistiono, 2011. Ichtiology. CV. Lubuk Agung : Bandung
Agung, Setiarto, 2000. Oxygen Consuption and Osmoregulation of Adult Kuruma Shrimp. Erlangga : Jakarta.
Anshari. 1988. Biologi Jilid I. Geneca Exat. Bandung.
Bavelander, G & J. A. Romaley. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga : Jakarta.
Djuanda, T. 1980. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata. Armico: Bandung.
Effendi, 2003. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Bandeng. Rineka Cipta : Jakarta.
Fujaya, 1990. Fisiologi Hewan, Erlangga, Bandung.
Kimball, J.W. 1992. Biologi. Erlangga : Jakarta.
Kusrini, E. 2007. Adaptasi Fisiologis Terhadap Salinitas. Rineka Cipta : Jakarta.
Praseno, Engko. Dkk, 2012, Uji Ketahanan Salinitas Beberapa Strain Ikan Mas yang di pelihara di Akuarium, Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakarta.
Lantu, Sartje. 2010, Osmoregulasi pada Ikan Akuatik, UNSRAT, Manado
Wulangi, Kartolo. 1991. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB. Bandung.