Anda di halaman 1dari 19

1.

Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Limfoid


1.1 Makroskopik
Sistem limfatikus adalah sistem sirkulasi sekunder pada tubuh yang berfungsi mengalirkan
cairan limfa atau disebut juga sebagai getah bening yang ada di dalam tubuh.Cairan limfe berasal dari
plasma darah yang keluar dari pembuluh darah kapiler arteriole sistem kardivaskular ke dalam jaringan
sekitarnya.
Jaringan limfoid terdiri dari 4 buah, yaitu dan ini termasuk dari organ limfois sekunder atau
perifer:
1. Limfonodus
Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan anti bodi
untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-kurangnya oleh satu
nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat mencegah
penyebaran infeksi lebih luas.Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang
merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe
keluar dari limfonodus.Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan
cembung.
a. Bentuk Limfonodus
Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus)
b. Ukuran Limfonodus
Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan inguinal
dalam keadaan infeksi.
Daerah tubuh yang terdapat limfonodus
1. Dilihat dari letaknya pada tubuh
a. Limfonodus superfisial
b. Limfonodus servikal (leher)
c. Limfonodus axilla (ketiak)
d. Limfonodus inguinal (lipat paha)

2. Limfonodus profundus
a. Limfonodus iliaka (berkenaan dengan ilium)
b. Limfonodus lumbal (sepanjang vertebra lumbalis)
c. Limfonodus torasikus (pada pangkal paru)
d. Limfonodus mesenterikus (melekat pada mesenterium usus halus
e. Limfonodus portal (pada fissura portal hepar/ celah porta hati)

3. Menurut Snells letak limfonodus terbagi atas
a. Kepala dan leher bagian lateral dan belakang yaitu di sepanjang m.sternocleidomastoideus, lingual,
pharynx, cavum nasi, palatum, muka, mandibular/dasar mulut.
b. Extremitas superior yaitu manus, antebrachii, brachii, dan region axillaris.
c. Kelenjar mammae yaitu dibawah musculo pectoralis meliputi kulit dan otot.
d. Thorax yaitu meliputi dinding thorax, jantung, pericardium dan paru, pleura, esophagus menuju
aliran limfe thorax dan kelenjar mamae masuk ke dalam node limfaticus abterior dan posterior.
e. Abdomen dan pelvis yaitu meliputi daerah peritoneum dan disekitar aorta, vena cava inferior serta
pembuluh darah intestinum. Aliram limfe superficialis bagian depan dan lateral dan belakang
diatas pusat masuk menuju nn II axillaris anterior dan posterior dan dibawah pusat ke nn llmfatisi
inguinalis superficialis.
f. Extremitas inferior yaitu disepanjang a,v tibialis, region popliteal, region inguinale. Aliran limfe
masuk limfonodus inguinale.

2. Lien


Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna kemerahan
karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval.Pembesaran limpa disebut dengan
splenomegali.Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia berat.

a. Letak Lien
Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal.Pada proyeksi costae 9, 10, dan 11.Setinggi
vertebrae thoracalis 11-12.Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra.Batas
posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.
b. Ukuran Lien
Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.
c. Fiksasi
1. Fiksasi lien ke renal melalui ligamentum renolienalis.
2. Fiksasi lien ke gaster melalui ligamentum gastrolienalis.
3. Fiksasi lien ke colon melalui ligamentum colic
d. Aliran darah
Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui vena
lienalis ke vena porta menuju hati.
Lien dibungkus oleh jaringan perlekatan peritoneum pada permukaan yang disebut kapsula lienalis
dan lien memiliki serat otot polos yang membantu pengaturan volume darah didalam lien, juga serat
kolagen dan elastis.
3. Thymus








Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan mengalami involusi
dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk
menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan
medulla, berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Thymus mempunyai 2 batasan, yaitu :
a. Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IV
b. Batasan atas : Regio colli inferior (trachea)
a. Letak Timus
Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum.Dasar timus bersandar pada
perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta, dan trakea.Batas anterior yaitu manubrium sterni, dan
rawan costae IV.Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).
b. Perdarahan Timus
Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan mammaria interna.Kembali
melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria interna.

4. Tonsil
Tonsil terletak dalam satu lekukkan yang dikenal sengan Fossa Tonsilaris yamh dibatasi 2 otot
yang melengkung berbentuk arcus Palatoglosus dan arcus Palatopharyngeus.Dasar fossa tonsilaris
dinamakan dengan istilah Tonsila bed dan tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri
atas 3 buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil
tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan Ring of Waldeyer hal ini yang
menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang.
Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :

a. Tonsila palatine
1. Terletak pada dinding lateralis, orofaring dekstra dan sinistra
2. Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris, dasar dari lekukan itu
adal tonsil bed
3. Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris
4. Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk capsula
5. Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N palatinus (N V2)
6. Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang a.maxillaris externa (facialis) dan arteria
tonsilaris vabang a.pharyngica ascendens lingualis
b. Tonsila inguialis
1. Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya papilla sehingga terlihat
permukaan berbenjol-benjol (folikel).
2. Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang arteria lingualis), arteria
carotis eksterna
c. Tonsila pharyngealis
1. Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung belakang
2. Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak nafas karena dapat menyumbat
pintu nares posterior (choanae), terletak di daerah nasopharynx, tepatnya diatas torus
tobarius dan OPTA
Perdarahan tonsil yaitu aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari
arteri maxillaris externa (fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.

1.2 Mikroskopik
1. Limfonodus
A. Korteks
a. Korteks luar : - susunan limfosit membentuk nodulus limfatikus.
- Terlihat terang, ada limfosit besar dan mikrofag : germinal center.
Germinal center adalah terjadi diferensiasi limfosit B menjadi sel
plasma.
b. Korteks dalam : - limfosit difus, dan didominasi oleh limfosit T.
B. Medula
Terdapat korda medularis (sel B dan sel plasma) yang menjadi dinding dari sinus-sinus
medularis(limfe, makrofag).



2. Lien
Lien berwarna merah tua karena banyak mengandung darah.
Tampak bintik2 putih dlm parenkim nodulus limfatikus (pulpa putih/pulpa alba)
Pulpa alba tdp dlm jaringan merah tua yg penuh dg darah pulpa merah/pulpa rubra.
Pulpa rubra tda bangunan memanjang yaitu Korda limpa (korda billroth) yg tdpt diantara sinusoid


3. Thymus
a. Cortex : zona merah yang gelap dan terdapat banyak limfosit T.
b. Medula : zona pusat yang terang, dan terdapat badan hassal.



4. Tonsil
a. Tonsil lingualis
Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Terdapat di 1/3 bagian posterior lidah.
Limfonodulus umumnya mempunyai germinal center yang umumnya terisi limfosit dan
sel plasma.
Lebih kecil dan banyak dan masing mempunyai kriptus.

b. Tonsil palatina
Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Terletak di dinding lateral faring.
Bagian melipat jauh masuk kedalam disebut kriptus
Terdapat germinal center

c. Tonsila faringea atau adenoid
Epitel bertingkat torak bersilia dengan sel goblet.
Terletak dipermukaan medial dari dinding dorsal nasofaring.
2. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Imun
2.1 Sifat Umum Untuk Respon Imun
A. Imunitas aktif, akibat kontak langsung dengan mikroorganisme sehingga tubuh memproduksi
sendiri antibodinya.
1. Imunitas aktif didapat secara alami, jika terpapar suatu penyakit dan system imun
memproduksi antibody serta limfosit khusus. Bisa bersifat sementara atau seumur
hidup.
2. Imunitas aktif didapat secara buatan, hasil vaksinasi, vaksin dapat merangsang respon
imun, tetapi tidak menyebabkan penyakit.
B. Imunitas pasif, terjadi jika antibody dipindah dari satu individu ke individu lainnnya.
1. Imunitas pasif alami, terjadi pada janin saat antibody IgG ibu masuk ke plasenta.
2. Imunitas pasif buatan, diberikan melalui injeksi antibody yang diproduksi oleh orang
yang kebal karena terpapar suatu antigen

2.2 Sistem Imun
A. SIstem imun non spesifik
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap
berfungsi sejak lahir.
1. Pertahanan Fisik/Mekanik
kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin : garis pertama terdepan
terhadap infeksi.
2. Pertahanan Biokimia
a. As.lemak pada kel.sebaseus di kulit : mempunyai efek denaturasi terhadap protein
membran
b. Lisozim dalam keringat, ludah, air mata, dan air susu ibu : hancurkan lapisan
peptidoglikan dinding bakteri positif gram
c. ASI-->laktooksidase dan as.neuraminik : antibakterial terhadap e.coli dan stapilococus
d. Saliva-->laktooksidase : merusak dinding dan menimbulkan kebocoran sitoplasma , dan
berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikroba
e. HCL , enzim proteolitik, antibodi, empedu dalam usus halus, menciptakan lingkungan
yang dapat mencegah infeksi banyak mikroba
f. Mukus yang kental melindingi sel epitel mukosa dapat menangkap bakteri dan bahan
lainnya --> dikeluarkan oleh silia
3. Pertahanan Humoral
Molekul larut yang diproduksi ditempat infeksi atau cedera dan berfungsi lokal
a. Komplemen
Berbagai bahan dalam sirkulasi seperti lektin, interferon, CRP. Berperan sebagai
opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga menimbulkan
lisis bakteri dan parasit
b. Protein Fase Akut
APP : kadar beberapa protein dan serum
APRP : bila protein naik atau turun selama fase akut
Berperan sebagai antimirobial dalam serum yang meningkat dengan cepat setelah
sistem imun nonspesifik diaktifkan.
Contoh ;CRP , Lektin
c. Protein fase akut lain
mengurangi cedera jaringan dan meningkatkan resolusi, dan perbaikan cedera
inflamasi. Contoh; haptoglobin, amiloid serum A.
d. Mediator asal fosfolipid
Untuk produksi PG dan LTR --> meningkatkan permeabilitas vaskular dan
vasodilatasi.
e. Sitokin IL-1 , IL-6 , IL-a
Sebagai proinflamasi : merangsang hati untuk mengeluarkan protein fase akut.

4. Pertahanan Seluler
a. Fagosit mononuklear
Terdiri atas monosit dalam sirkuasi dan makrofag dalam jaringan. Pada dasarnya,
monosit dan makrofag sama-sama mempunyai fungsi yg sama, yaituuntuk fagositosis mikroba
patogen, melepas mediator inflamasi dan sitokin, sertamempresentasikan antigen dari patogen
yg dicerna kepada sel limfosit T. Penghancurankuman(fagosit) dilakukan dengan membentuk
fagolisoson, yaitu fusi antar fagosom ygdidalamnya terdapat patogen dan lisosom, yg akan
mendestruksi patogen, baik dengan mengunakan enzim pencernaan dari lisosom maupun
menggunakan spesies oksigen reaktif.Hal ini juga mengawali pengelepasan mediator
inflamasi maupun sitokin yg akanmenginduksi baik sel-sel imun spesifik maupun nonspesifik
lainnya.
b. Fagosit Polimorfonuklear atau Granulocyte
Merupakan 60-70% dari seluruh jumlah darah putih normal dan dapat keluar dari
pembuluh darah(kemotaksis/responinflamasi). Granulosit dibagi menurut pewarnaan
histologiknya menjadi neutrofil, eosinofildan basofil.Sel-sel ini mempunyai granul-granul yg
mengandung enzim pencernaan.
c. Neutrofil
Merupakan sel pertama yg dikerahkan ketempat bakteri masuk.Fungsi utamaneutrofil
adalah fagositosis, baik dengan jalur oksigen dependen dan independen.Neutrofil jgdapat
mengenal patogen scr langsung.
d. Eosinofil
Merupakan 2-5% dari sel darah putih orangsehat. Eosinofil jg berfungsi sebagai
fagosit, dengan cara melepaskan isi granul nya yg bersifat toksik ke sel sasaran. Sel ini
berperan penting pada infeksi parasit.
e. Basofil
Berjumlah sangat sedikit,sekitar<0,5% dari seluruh sel darah putih. Basofil dapat
berfungsi sebagai fagosit dengan memiliki enzim pencernaan(protease) tapi fungsi
utamanyadengan melepas mediator inflamasi, seperti histamin,leukotrien,heparin, dll.
f. Sel mast
Sel mast adalah sel yg dalam struktur, fungsi dan proliferasinya serupa dengansel
basofil, bedanya adalah sel mast hanya ditemukan dalam jaringan yg berhubungan dengan
pembuluh darah. Sel mast diaktifkan dengan pengaruh PAF, C3a,C5a dan mediator
lainnya.Bila sudah teraktivasi, maka sel mast akan degranulasi mengeluarkan berbagai sitokin
yg berperan dalam proses inflamasi.
g. Sel Natural Killer (NK)
Termasuk sel limfosit karena berkembang dari sel asal progenitor yg sama dengan sel
B dan T. Sel NK dapatmengenali dan membunuh berbagai selyg sudah terinfeksi tanpa
bantuan tambahan untuk aktivasinya. Sel NK mengandung perforinyg dapat melubangi
membran sel sasaran dan granzim untuk sitotoksik, sama seperti Th. Selini memproduksi IFN-
dan TNF- yg merupakan sitokin proinflamasi serta berperan dalam pengaktifan makrofag
dan regulator sel Th
h. Sel Dendritik(SD)
Merupakan antigen presenting cell(APC) paling efektif karenaletaknya yg strategis di
tempat-tempat mikroba masuk tubuh. SD mengenali antigen,mengawali respon imunitas
seluler dan humoral yg mengaktifkan sel T dan sel B. APCmempresentasikan peptida antigen
ke sel T CD4 melalui MHC-II atau ke sel T CD* melaluiMHC-I, sehingga dapat
mengaktifkan kedua sel tersebut.

B. Sistem imun spesifik
Timbulnya sensitifitas setelah terkena pajanan pertama kali.
1. Sistem imun spesifik humoral
Sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstraselular
2. Sistem imun spesifik selular
Sel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor untuk menghancurkan mikroba atau
mengaktifkan sel CTC/Tc sebagai efektor yang menghancurkan sel terinfeksi.

3. Memahami dan Menjelaskan Antigen
3.1 Definisi
Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan
dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh.
Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respons imun yang dirangsang
oleh imunogen spesifik seperti antibody dan atau TCR (T Cell Receptor).

3.2 Jenis
a. Pembagian antigen menurut epitop
1. Unideterminan, univalent = hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul
2. Unideterminan, multivalent = hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih
determinan tersebut ditemukan pada satu molekul
3. Multideterminan, univalent = banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu
dari setiap macamnya (kebanyakan protein)
4. Multideterminan, multivalent = banyak macam determinan dan banyak dari setiap
macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks
secara kimiawi)

b. Pembagian antigen menurut spesifiksitas
1. Heteroantigen = dimiliki oleh banyak spesies
2. Xenoantigen = dimiliki spesies tertentu
3. Aloantigen (isoantigen) = spesifik untuk individu dalam satu spesies
4. Antigen organ spesifik = dimiliki organ tertentu
5. Autoantigen = dimiliki alat tubuh sendiri
c. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
1. T dependent = memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk dapat
menimbulkan respons antibody. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam
golongan ini
2. T independent = dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk
antibody. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar poliremik yang
dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficcol,
dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri

d. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi
1. Hidrat arang (polisakarida) = pada umumnya imunogenik, glikoprotein yang
merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respon
imun terutama pembentukan antibody. Contoh lain adalah respon imun yang
ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifitas imunnya berasal dari
polisakarida pada permukaan sel darah merah
2. Lipid = biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein
pembawa. Lipid dianggap hapten, contohnya adalah sfingolipid
3. Asam nukleat = tidak imunogenik, tetapi bisa menjadi imunogenik bila diikat protein
molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons
imun terhadap DNA terjadi pada penderita LES
4. Protein = biasanya imunogenik dan umumnya multideterminan dan univalent

3.3 Fungsi

3.4 Sifat


4. Memahami dan Menjelaskan Antibodi
4.1 Definisi
Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang
menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti
agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang
telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya disingkat
penulisaanya menjadi Ab.

4.2 Jenis

1. Immunoglobin G (IgG)
Adalah immunoglobin utama pada serum manusia yang meliputi sekitar 7080% dari seluruh
immunoglobin.Setiap molekul IgG terdiri dari 2 rantai, yaitu rantai L dan 2 rantai H yang dihubungkan
oleh ikatan sulfida (formula molekul H2L2).Karena mempunyai 2 tempat pengikatan yang identik,
immunoglobulin bersifat divalen.Berdasarkan pada perbedaan anigenik rantai H dan pada jumlah dan
lokasi ikatan disulfida, ada 4 sub kelas IgG, yaitu IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4.Sebagian besar IgG
adalah IgG1 (65%).Antibodi IgG2 ditunjukkan pada antigen polisakarida yang merupakan bagian
sistem pertahanan penting terhadap bakteri berkapsul.
IgG merupakan antibodi terpenting pada respons imun sekunder dan juga merupakan antibodi
penting untuk pertahanan terhadap bakteri dan virus. IgG adalah satu-satunya antibodi yang dapat
melewati plasenta. Antibodi ini memberikan imunitas pasif yang tinggi pada bayi baru lahir (neonatal).
IgG yang tersebar merata di intravaskular dan ekstravaskular merupakan satu-satunya kelas
antibodi yang bersifat antitoksin. IgG dapat mengopsonosasi karena mempunyai reseptor rantai gama H
pada permukaan fagosit, sedangkan IgM tidak dapat secara langsung mengopsonisasi karena tidak
mempunyai reseptor rantai mikro H pada permukaan fagosit.

2. Immunoglobin A (IgA)
Merupakan immunoglobin utama pada sekret, seperti kolostrum, saliva, air mata, dan sekret
saluran perrnapasan, gastrointestinal, dan genitalia.IgA melindungi membran mukosa dari bakteri dan
virus.Setiap molekul IgA sekretonik (berat molekul 400.000) terdiri dari 2 unit H2L2, satu molekul
rantai J (joining, penghubung), dan komponen sekretonik.Komponen sekretonik adalah suatu
polipeptida yang disintesis oleh sel-sel epitel yang dilewati perjalanan IgA ke permukaan
mukosa.Komponen sekretonik ini juga memproteksi IgA dari degradasi di saluran intestinal. Dalam
serum, IgA berada dalam bentuk monomer H2L2 (BM 170.000)
3. Immunoglobin M (IgM)
Adalah immunoglobin utama yang diproduksi pada awal respons primer.IgM dapat ditemukan
sebagai monomer pada permukaan hampir semua sel B dan tempatnya berfungsi sebagai reseptor
pengikatan antigen.Pada serum, IgM merupakan pentamer yang terdiri dari 5 unit H2L2 ditambah satu
molekul rantai J (joining, penghubung).Pentamer ini mempunyai 10 tempat pengikatan antigen dan 5-
10 valensi. IgM merupakan immunoglobin paling penting untuk aglutinasi, fiksasi komplemen, dan
reaksi antibodi lain. IgM merupakan antibodi penting untuk pertahanan terhadap virus dan bakteri.IgM
dapat diproduksi oleh janin pada beberapa infeksi tertentu.IgM mempunyai aviditas tertinggi karena
interaksinya dengan antigen dapat melibatkan ke tempat terikatnya sekaligus.
4. Immunoglobin D (IgD)
Sejauh ini belum diketahui fungsi antibodi immunoglobulin ini.Yang diketahui hanyalah
fungsinya sebagai reseptor antigen karena dapat ditemukan pada permukaan beberapa limfosi B.
Jumlahnya dalam serum sangat terbatas.
5. Immunoglobulin E (IgE)
Regio Fc IgE berikatan dengan permukaan sel mast dan basofil.IgE yang terikat berfungsi
sebagai reseptor antigen (alergen) dan kompleks antigen-antibodinya memicu terjadinya respons alergi
melalui pelepasan mediator.Jumlah IgE pada serum normal sangat sedikit (sekitar 0,004%), tetapi
penderita reaksi alergi dapat mempunyai IgE dalam jumlah yang sangat meningkat.IgE juga dapat
dijumpai pada sekresi eksterna.Konsentrasi IgE serum juga meningkat pada infeksi cacing.IgE tidak
dapat memfiksasi komplemen maupun melewati plasenta.




4.3 Fungsi
Fungsi utamanya adalah mengikat antigen dan menghantarkannya ke system efektor
pemusnahan.

4.4 Struktur Molekul

Keterangan gambar :
unit dasar antibody yang terdiri dari 2 rantai berat dan 2 rantai ringan yang identic diikat jadi satu oleh
ikatan disulfide.
2 jenis rantai ringan (kappa dan lambda) terdiri dari 230 asam amino.
5 jenis rantai berat, yg tergantung pada kelima jenis immunoglobulin : IgM, IgG, IgE, IgA, IgD yg
terdiri dari 450-600 asam amino. (sehingga panjang rantai berat adalah dua kali rantai ringan).

4.5 Sifat
a) IgG = Paling banyak ditemukan dalam cairan tubuh terutama ekstravaskular untuk memerangi
mikroorganisme dan toksinnya.
b) IgA = Ig utama dalam sekresi seromukosa untuk menjaga permukaan luar tubuh.
c) IgM= Aglutinator yang sangat efektif, diproduksi dini pada respons imun, pertahanan terdepan
terhadap bakteremia.
d) IgD = Umumnya ditemukan pada permukaan limfosit.
e) IgE = Pengerahan agens anti microbial. Meningkat pada infeksi parasit. Berperan pada gejala alergi
atopi.

5. Memahami dan Menjelaskan Vaksin dan Imunisasi
5.1 Vaksin (Jenis-jenis dan efek)
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin
membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit.
Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang
serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan
perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul.
Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah
jarang ditemukan.
Tujuan vaksin:
a. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
b. Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi
Vaksin berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan atau dimatikan sehingga tidak berbahaya bagi
manusia. Sebagian besar vaksin mengandung zat-zat seperti :
a. Antigen imunisasi aktif yang akan berperan aktif merangsang pembentukan antibody
b. Cairan suspense atau pelarut yang dapat mengandung protein atau derivate lain dari media
dimana vaksin tersebut dibiakan, misalnya antigen telur adatu dari biakan jaringan
c. Pengawet, stabilizier, dan antibiotic yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri
atau untuk menstabilkan antigen. Zat-zat ini hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit
d. Adjuvant, adalah zat untuk meningkatkan derajat antigen dan untuk memperpanjang efek
stimulasi antigen. Adjuvant yang sering digunakan adalah adjuvant alumunium.
Hal-hal yang dapat merusak vaksin yaitu panas (semua jenis vaksin), sinar matahari (vaksin BCG
dan vaksin campak), pembekuan (vaksin yang dibuat dari toksid, vaksin DPT), dan desinfekatan atau
antiseptic.
Vaksin yang diberikan secara subkutan dan intaramuskular biasanya disuntikan pada sisi
anterolateral paha atau daerah deltoidnlengan atas, karena daerah tersebut paling terhindar dari
pembuluh darah besar atau serabut saraf utama. Vaksin yang mengandung adjuvant harus disuntikan
secaraIM yang dalam. Bila diberikan vaksin secara bersamaan, tiap suntikkan harus disuntikan pada
sisi yang berbedadan dengan menggunakan spuit yang berbeda.
Klasifikasi vaksin
Jenis vaksin Penyakit Keuntungan Kerugian
Vaksin hidup
Campak, parotitis,
polio(sabin), virus rota,
rubella, yellow fever,
tuberkolosis
Respon imun kuat, sering seumur
hidup dengan bebrapa dosis
Memerlukan alat pendingin
untuk menyimpan dan dapat
berubah menjadi bentuk
virulen
Vaksin mati
Kolera, influenza, hepatitis
A, pes, polio, (salk), rabies
Stabil, aman dibanding vaksin
hidup, tidak memerlukan alat
pendingin.
Respons imun lebih lemah
dibanding vaksin hidup,
biasanya diperlukan
suntikan booster.
Toksoid Difteri, tetanus
Respons imun dipacu untuk
mengenal toksin bakteri

Subunit (eksotoksin yang
diinaktifkan)
Hepatitis B, pertusis, S.
pneumoni
Antigen spesifik menurunkan
kemungkinan efek samping
Sulit untuk dikembangkan
Konjugat H. influenza B, S. Pneumoni
Memacu sistem imun bayi untuk
mengenak sistem tertentu


Vaksin Virus
Kelas vaksin Virus Catatan
Virus vaksin hidup
Adenovirus
Cacar air
Campak
Parotitis
Polio
Rotavirus
Rubella
Cacar, Yellow fever
Imunisasi aktif menggunakan galur
tidak virulen yang dilemahka. Efektif
memacu respons antibodi dan limfosit
sitotoksit
Virus vaksin mati
Hepatitis A
Influenza
Polio
Rabies
Imunisasi aktif menggunakan partikel
virus panas atau kimia yang tidak
aktif. Vaksinasi dapat dikombinasikan
dengan virus lainnya (polivalen)
Vaksin subunit Adenovirus
Imunisasi aktif menggunakan protein
yang dimurnikan
Vaksin polipeptida Hepatitis B
Imunisasi aktif menggunakan sintesa
urutan protein polipeptida
Vaksin DNA
(hanya evaluasi)
HIV
Penelitian: bermanfaat untuk memacu
respon Tc
Antibodi pasif
Hepatitis A
Hepatitis B
Campak
Parotitis
Rabies
RSV
Rubella
Varisella zoster
Penyuntikan antibodi yang
dimurnikan hasil dari sumber lainnya.
Hanya sementara dan hanya sedikit
bermanfaat diberikan setelah awitan
penyakit.

DNA Dalam uji klinis
Respons imun humoral dan
selular kuat, relatif tidak mahal
untuk
Manufaktur
Belumdiperoleh
Vektor rekombinan Dalam uji klinis
Menyerupai infeksi
alamiah,menghasilkan respon
imun yang kuat
Belumdiperoleh



5.2 Imunisasi
a. Imunisasi BCG

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG
diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena
keberhasilannya diragukan.
Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1
tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan
sebanyak 0,1 mL.
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak
50.000-1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya
penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita
infeksi HIV).

Reaksi yang mungkin terjadi:
1) Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi
pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka
ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan
jaringan parut.
2) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri
tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan
yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat
penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses
dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau
dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

b. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan
tetanus.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan
komplikasi yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk
hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama
beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat
bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari
7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot
lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3
bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi
DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun).
Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT,
bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada
usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan
selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster).
Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin
difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat
penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen
pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut :
o demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius)
o kejang
o kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami
kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
o syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa
ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau
perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik
atau kejangnya bisa dikendalikan.
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri,
kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan
menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri
di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-
gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

c. Imunisasi DT

Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman
penyebab difteri dan tetanus.
Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak
perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.
Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh
diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping
yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan,
yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

d. Imunisasi TT

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif)
maupun pengobatan penyakit tetanus.
Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur
7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek
samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa
kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.

e. Imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot
untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio :
o IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah
dimatikan dan diberikan melalui suntikan
o OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen
(MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari
4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian
pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1
mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
o Diare berat
o Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
o Kehamilan.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan
dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada
tingkat yang tertinggi.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan
pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio
masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi
polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang
pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin,
polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada
penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia,
kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang
sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan
lainnya.
IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare.
Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi
ditunda sampai mereka benar-benar pulih.
IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya
berlangsung hanya selama beberapa hari.

f. Imunisasi Campak

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada
kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak :
o infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38?Celsius
o gangguan sistem kekebalan
o pemakaian obat imunosupresan
o alergi terhadap protein telur
o hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
o wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala
kataral serta ensefalitis (jarang).


g. Imunisasi MMR

Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman
dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga
menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang
lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan
demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama
yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan
korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan
pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella)
menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher.
Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan
pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa
menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara
autisme dengan pemberian vaksin MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan
campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan
tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12
bulan.
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin
tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua
pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13
tahun (sebelum masuk SMP).
Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau
lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali
suntikan MMR sebelum masuk SD.
Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki
kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa
kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan
perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan.
Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi
oleh suntikan pertama.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:
o Komponen campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini
terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5
0

Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima
suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah
disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi
pada suntikan MMR kedua.

o Komponen gondongan
Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung
selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan
MMR.

o Komponen campak Jerman
Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama
1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini
terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR.

Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-
3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-
anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang
menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung
selama beberapa bulan (hilang-timbul).
Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan
terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa
yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini.
Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering
ditemukan pada orang dewasa.
Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur
dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini
biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya
berhubungan dengan demam tinggi.

Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang
ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa
menimbulkan komplikasi yang sangat serius.
Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih. Imunisasi MMR sebaiknya
tidak diberikan kepada:
o anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin
o anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin
o anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma
maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati
imunosupresan.
o wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.


h. Imunisasi Hib

Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang
bisa menyebabkan anak tersedak.
Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6
bulan.

i. Imunisasi Varisella

Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.
Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan
mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.
Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk
menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum
berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13
tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah
menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.
Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya infeksi bersifat
ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius
sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal.
Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang
yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya
biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya
menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih
cepat.
Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun,
mungkin juga seumur hidup.
Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa :
o demam
o nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
o ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.

Efek samping yang lebih berat adalah :
o kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan
o pneumonia
o reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan,
kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini
bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan
dilakukan dan sangat jarang terjadi.
o ensefalitis
o penurunan koordinasi otot.
Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada :
Wanita hamil atau wanita menyusui
Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang
memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan
Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin
karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut
Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan
sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid
Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya
Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan
immunoglobulin.

j. Imunisasi HBV

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi
hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif,
bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali
dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5
bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah
suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar
HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan
kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam
setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan
pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I
dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk
menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi
berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya
ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis
(demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam
beberapa hari.

k. Imunisasi Pneumokokus Konjugata

Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering
menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius,
seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-
anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.


6. Memahami dan Menjelaskan Hukum Vaksin yang berbahan dasar haram
Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri dari penyakit
sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallambersabda : Barangsiapa yang memakan tujuh
butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir(HR. Bukhari : 5768,
Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyariatkannya mengambil sebab untuk membentengi
diri dari penyakit sebelum terjadi.Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa
maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.
Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah : Sesungguhnya Allah telah menjelaskan
kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.
(QS. Al- Anam [6]:119)
1. Penggunaan Vaksin Polio Khusus (IPV)
Setelah sekelumit informasi tantang imunisasi di atas, sekarang kita masuk kepada
permasalahan inti yang menjadi polemik hangat akhir-akhir ini, yaitu imunisasi dengan
menggunakan vaksin polio khusus (IPV) yang dalam proses pembuatannya menggunakan m
enzim yang berasal dari babi. Bagaimanakah gambaran permasalahan yang sebenarnya ? Dan
bagaimanakah status hukumnya?
2. Dhorurat dalam Obat
Dhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang keharaman, yaitu ketika
seorang memilki keyakinan bahwa apabila dirinya tidak menerjang larangan tersebut niscaya akan
binasa atau mendapatkan bahaya besar pada badanya, hartanya atau kehormatannya. Dalam suatu
kaidah fiqhiyyah dikatakan:
Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang
Namun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti lainya yang boleh
(mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk kebutuhan saja.
Oleh karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan : Seandainya seorang terdesak untuk
makan barang najis maka dia harus memakannya, sebab kerusakan jiwa dan anggota badan lebih
besar daripada kerusakan makan barang najis.20
3. Kemudahan saat kesempitan
Sesungguhnya syariat islam ini dibangun di atas kemudahan. Banyak sekali dalil-dalil yang
mendasari hal ini, bahkan Imam asy-Syathibi mengatakan: Dalil-dalil tentang kemudahan bagi
umat ini telah mencapai derajat yang pasti.
Semua syariat itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan ada tambahan kemudahan
lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafii tatkala berkata : Kaidah syariat itu dibangun
(di atas dasar) bahwa segala sesuatu apabila sempit maka menjadiluas. tentang hukum imunisasi
IPV ini, yaitu kami memandang bolehnya imunisasi jenis ini dengan alasan-alasan sebagai berikut
:
a. Imunisasi ini sangat dibutuhkan sekali sebagaimana penelitian ilmu kedokteran.
b. Bahan haram yang ada telah lebur dengan bahan-bahan lainnya.
c. Belum ditemukan pengganti lainnya yang mubah.
d. Hal ini termasuk dalam kondisi darurat.
e. Sesuai dengan kemudahan syariat di kala ada kesulitan.


Baratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis. 2014. Imonologi Dasar Edisi ke-11. Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai