DENGAN ANEMIA DI RUANG KASWARI RSUD WANGAYA DENPASAR
TANGGAL 26-27 MEI 2014
OLEH: NI LUH KURNIAWATI NIM.PO7120012110 2.3 REGULER
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN 2014 ANEMIA KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus tetap diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. (Sudoyo Aru, dkk 2009) Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm 3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. 2. PENYEBAB Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain sebagai berikut: A. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan. B. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah. C. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi malaria, reaksi hemolitik transfusi darah. D. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
3. PATOFISIOLOGI
Perdarahan masif Kurang bahan baku pembuat sel darah Penghancuran eritrosit yang berlebihan Terhentinya pembuatan sel darah oleh sum-sum tulang
Anemia Anoreksia Resti Gg nutrisi kurang dari kebutuhan Lemas Cepat lelah Intoleransi aktifitas Kadar HB Komparten sel penghantar oksigen/ zat nutrisi ke sel < Gg perfusi jaringan 4. KLASIFIKASI Klasifikasi Anemia menurut Etiopatogenesis : A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang 1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit a. Anemia defisiensi zat besi b. Anemia defisiensi asam folat c. Anemia defisiensi vitamin B12 2) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi a. Anemia akibat penyakit kronik b. Anemia sideroblastik 3) Kerusakan sumsum tulang a. Anemia aplastik b. Anemia mieloplastik c. Anemia pada keganasan hematologi d. Anemia diseritropoietik e. Anemia pada sindrom mielodisplastik B. Anemia akibat hemoragi a. Anemia pasca perdarahan akut b. Anemia akibat perdarahan kronik C. Anemia hemolitik a. Anemia hemolitik intrakorpuskular b. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan pathogenesis yang kompleks 5. GEJALA KLINIS A. Gejala Umum 1) Pusing 2) Mudah berkunang-kunang 3) Lesu 4) Aktivitas kurang 5) Rasa mengantuk 6) Susah konsentrasi 7) Cepat lelah 8) Prestasi kerja fisik /pikiran menurun 9) Tacicardi 10) Bising sistolik anorganik, 11) Bising karotis, 12) Pembesaran jantung. B. Gejala Khusus 1) Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi. 2) Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, faring,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional. 3) Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali. 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Kadar Hb. Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat. B. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia : 1) Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis 2) Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik, urobilinuria. 3) Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.
7. DIAGNOSA A. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel. B. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen. C. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera makan. D. Nyeri akut E. Risiko infeksi 8. PENATALAKSANAAN A. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja. B. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl. C. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN A. Identitas B. Tanda-tanda anemia umum 1) Pucat 2) Pusing 3) Mudah berkunang-kunang 4) Lesu 5) Aktivitas kurang 6) Rasa mengantuk 7) Susah konsentrasi 8) Cepat lelah 9) Prestasi kerja fisik /pikiran menurun 10) Tacicardi 11) Bising sistolik anorganik, 12) Bising karotis, 13) Pembesaran jantung. C. Manifestasi khusus pada anemia 1) Defisiensi besi : spoon nail, glositis 2) Defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai 3) Hemolitik : ikterus, splenomegali 4) Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi. D. Riwayat penyakit 2. DIAGNOSA A. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel. B. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen. C. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera makan. D. Nyeri akut E. Risiko infeksi
3. PERENCANAAN No Diagnosa Tujuan Intervensi 1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
a. Circulation status b. Tissue perfusion : cerebral Criteria hasil : 1. Mendemostrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan tensi dalam batas normal, tidak ada hipertensi, tidak ada peningkatan TIK (tidak > dari 15mmHg) 2. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif 3. Tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan involunter. 1. Memonitor tanda tanda vital, pengisian kapiler, wama kulit, membran mukosa. 2. Meninggikan posisi kepala di tempat tidur 3. Memeriksa dan mendokumentasikan adanya rasa nyeri. 4. Observasi adanya keterlambatan respon verbal, kebingungan, atau gelisah 5. Mengobservasi dan mendokumentasikan adanya rasa dingin. 6. Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat sesuai kebutuhan tubuh. 7. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
Setelah diberikan askep diharapkan perbaikan dalam toleran aktivitas dgn outcome: 1. Pasien dapat melakukan aktivitas dgn mandiri 1. Menilai kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tugas perkembangan anak. 2. Memonitor tanda tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas, dan mencatat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan denyut jantung peningkatan tekanan darah, atau nafas cepat). 3. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk berhenti melakukan aktivitas jika teladi gejala gejala peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau kelelahan). 4. Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan sehari hari sesuai dengan kemampuan anak. 5. Mengajarkan kepada orang tua teknik memberikan reinforcement terhadap partisipasi anak di rumah. 6. Membuat jadual aktivitas bersama anak dan keluarga dengan melibatkan tim kesehatan lain. 7. Menjelaskan dan memberikan rekomendasi kepada sekolah tentang kemampuan anak dalam melakukan aktivitas, memonitor kemampuan melakukan aktivitas secara berkala dan menjelaskan kepada orang tua dan sekolah. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera makan.
a. Nutritional Status : food and Fluid Intake b. Nutritional Status : nutrient Intake c. Weight control Kriteria Hasil : 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan 6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti 1. Mengijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat. 2. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi. 3. Mengijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan 4. Nyeri akut
1. Pain Level, 2. Pain control, 3. Comfort level Kriteria Hasil : d. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) e. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan Pain Management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri menggunakan manajemen nyeri f. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) g. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang h. Tanda vital dalam rentang normal pasien 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan 8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 15. Tingkatkan istirahat 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil 17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi 3. Cek riwayat alergi 4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu 5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri 6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal 7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur 8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali 9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat 10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping) 5. Risiko Infeksi c. Immune Status Knowledge : Infection control Risk control Kriteria Hasil : 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya, 3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 4. Jumlah leukosit dalam batas normal 5. Menunjukkan perilaku hidup sehat Infection Control (Kontrol infeksi) 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2. Pertahankan teknik isolasi 3. Batasi pengunjung bila perlu 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat 9. Ganti letak I perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum 10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing 11. Tingktkan intake nutrisi 12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal b. Monitor hitung granulosit, WBC c. Monitor kerentanan terhadap infeksi d. Batasi pengunjung e. Saring pengunjung terhadap penyakit menular f. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko g. Pertahankan teknik isolasi k/p h. Berikan perawatan kuliat pada area epidema i. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase j. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah k. Dorong masukkan nutrisi yang cukup l. Dorong masukan cairan m. Dorong istirahat n. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep o. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi p. Ajarkan cara menghindari infeksi q. Laporkan kecurigaan infeksi r. Laporkan kultur positif
Daftar Pustaka
1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC. 2. Huda Nurarif, Amin.dkk (2013). Nanda NIC NOC.Jakarta: Mediaction. 3. Kusumawardhani, Endah. (2010). Waspada Penyakit Darah Mengintai Anda.Yogyakarta:Hanggar Kreator. 4. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto. 5. Tucker SM. (1997). Standar Perawatan Pasien. Edisi V. Jakarta, EGC. 6. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC. 7. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI. 8. Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.