Anda di halaman 1dari 3

IBNU BURHANUDIN

1111101000085
TUGAS KIMIA LINGKUNGAN
Poliklorobifenil (PCB) adalah suatu senyawa organoklorine selain mempunyai sifat
racun yang sama dengan pestisida, juga mempunyai sifat yang persisten di alam. Sebelum
tahun 1970, PCB banyak digunakan sebagai tambahan dalam berbagai industri, sebagai
campuran bahan isolator, konduktor, kondensor, pompa hampa udara, sistem hidraulik,
sebagai zat pewarna dalam tinta, sebagai bahan dasar kertas fotocopy, plastiser, perekat,
turbin transmisi gas, sistem pemindah panas, pelumas dan banyak lainnya (Hutzinger et al.,
1974 dalam Munawir,2003.).
Hal ini disebabkan sifat senyawa ini yaitu mempunyai titik didih yang tinggi dan tidak
mudah menguap sehingga sesuai untuk alat listrik. Senyawa ini termasuk bahan cemaran
organik yang persisiten (POPs) yaitu yang sukar diurai oleh mikroorganime di alam.
Kebanyakan dari senyawa POPs dari hasil pengamatan menunjukkan dapat mengganggu
siklus reproduksi baik bagi manusia maupun kehidupan organisme hidup lainnya (Colon and
Smolen, 1996 dalam Munawir,2003).
Masuknya PCB yang utama ke dalam lingkungan dihasilkan dari penguapan selama
pembakaran, bocoran, pembuangan cairan industri, dan buangan dalam timbunan dan urugan
tanah (Peakall, 1975 dalam Munawir,2003). Produksi kumulatif PCB sejak tahun 1930
dihitung sekitar 1 juta ton dan kira-kira separuh dari jumlah ini telah dibuang dalam urugan
tanah (landfill) dan timbunan (dump) serta dipercaya telah terlepas secara perlahan dari
sistem ini (WHO, 1976).
Dari segi lingkungan, plastik sangat berbahaya karena plastik memiliki sifat sulit
terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 500 tahun agar
dapat terdekomposisi dengan sempurna. Sampah kantong plastik yang ditimbun di tempat
pembuangan akhir dapat mencemari tanah dan air tanah sehingga dapat membahayakan
kesehatan manusia. Tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari
polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik
yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500
tahun.Hal ini berakibat antara lain (Website USU Repository,2014):
- Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.
- Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-
hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
- PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman
akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
- Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
- Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di
dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
- Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah
diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.
- Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik.
Dalam air laut , atmosfir merupakan sumber yang dominan, dengan berbagai macam
perbedaan komposisi campuran jenis PCB apabila dibandingkan dengan PCB dari sungai
atau yang berasal langsung dari sumbernya (misalnya buangan industri), sehingga senyawa
ini dapat digunakan sebagai tracers. Disebabkan besarnya kisaran sifat fisika-kimianya
(Physicochemical), senyawa PCB banyak digunakan sebagai model senyawa untuk dipelajari
dan memperkirakan sifat geokimia dari senyawa organik lipofilik yang lainnya.
Bahaya yang diakibatkan adanya senyawa PCB dalam tubuh manusia adalah dapat
memicu terjadinya kanker. Senyawa ini menjadi perhatian dunia sejak terjadinya kasus yang
dikenal sebagai YUSHO syndrom di Jepang pada tahun 1968, akibat penduduk keracunan
setelah mengkonsumsi beras yang mengandung kadar PCB sebesar 0,5 ppm dan dalam
darahnya ditemukan kadar PCB sebesar 1-32 ppb (Kuratsane, 1969 dalam Munawir,2003).
Begitupula pada tahun 1979 ditemukan traged yang sama di Taiwan dan dikenal dengan
Taiwanese Yusho. Duke et al. (1970 dalam Munawir,2003) dalam penelitiannya
menambahkan PCB 0,5 ppb kepada Juvenile shrimp (Panaeus duorarum) selama 10 hari,
ternyata terjadi akumulasi PCB dalam jaringan tubuhnya sebesar 16 ppm dan dampaknya 72
% juvenile mati.
Menurut Hansen et al. (1971) dalam Munawir (2003) bioakumulasi PCB dalam ikan
Lagondon rhomboids ditemukannya konsentrasi yang 10.000-50.000 kali lebih besar
dibandingkan kadarnya dalam air. Senyawa PCB yang telah ditemukan saat ini sebanyak 209
jenis, untuk pengenalan jenisnya diberikan sistem penomoran yang dilakukan oleh
Ballschmitter & Zell (1980) dalam Munawir (2003) yang dibagi menjadi 10 kelomok yaitu
dari Monokorobifenil (PCB 1) sampai dengan Dekaklorobifenil (PCB 209). Jenis PCB yang
diperdagangkan dan terkenal dari perusahaan Jepan Monsanto Company ( Gustafon, 1970
dalam Munawir,2003) terdiri dari 8 macam formula yaitu dikenal dengan aroclor 1221,
1232, 1242, 1248, 1254, 1260, 1262 dan 1268. Dua angka dibelakang merupakan persentasi
klor yang digunakan. Dari semua produksi ersebut yang banyak digunakan adalah Aroclor
1248 dan 1254. Dalam campuran plastik banyak digunakan Aroclor 1260.

Daftar Pustaka

Anonim. Tinjauan Pustaka. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34980/4/Chapter%20II.pdf pada 14
April 2014, pukul 07.42 WIB
Munawir, Khozanah.2003. Kadar Polikhlorobifenil (PCB) dalam Air di Perairan Kalimantan
Timur. Bidang Dinamika laut: Puslit Oseanografi-LIPI.
WHO. Environmental Health Criteria II. Polychlorinated Biphenyls and Terhenyls. World
Health Organization, Geneva

Anda mungkin juga menyukai