Anda di halaman 1dari 3

Osteomielitis pada penderita Tuberkulosis

Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang, infeksi
yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu akut, subakut dan kronis yang memiliki gambaran klinis yang berbeda,
tergantung pada sifat alamiah penyakit tersebut.Osteomielitis terjadi pada maksila maupun
mandibula. Pada maksila biasanya lesi lebih terlokalisir dan tidak menyebar, tetapi pada
mandibula lesi bersifat lebih menyebar.

Osteomielitis kronis supuratif disebut juga osteomielitis kronis sekunder.Osteomielitis
kronis supuratif adalah ostemielitis yang paling umum terjadi, dimana sering terjadi oleh
karena invasi bakteri yang menyebar. Sumber yang paling sering adalah dari gigi, penyakit
periodontal, infeksi dari pulpa, luka bekas pencabutan gigi dan infeksi yang terjadi dari
fraktur. Sering dijumpai pus, fistel dan sequester pada osteomielitis kronis supuratif.

Gejala klinis osteomielitis kronis supuratif meliputi rasa sakit, malaise, demam,
anoreksia. Setelah 10 14 hari setelah terjadinya osteomielitis supuratif, gigi-gigi yang
terlibat mulai mengalami mobiliti dan sensitif terhadap perkusi, pus keluar di sekitar sulkus
gingiva atau melalui fistel mukosa dan kutaneus, biasanya dijumpai halitosis, pembesaran
dimensi tulang akibat peningkatan aktivitas periosteal, terbentuknya abses, eritema, lunak
apabila dipalpasi. Trismus kadang dapat terjadi sedangkan limphadenopati sering ditemukan.
Temperatur tubuh dapat mencapai 38 39
o
C dan pasien biasanya merasa dehidrasi.

Tuberkulosis pada tulang adalah salah satu bentuk dari osteomyelitis kronis, dimana
lebih sering ditemukan pada pasien muda dan pasien stadium akhir. Karena oesteomyelitis
TB jarang ditemui, penyakit ini jarang menimbulkan kecurigaan dokter saat mendiagnosa,
terutama bila tidak ada riwayat penyakit sistemik dan terapi.

Basil-basil tuberkuli dapat menginfeksi tulang rongga mulut antara lain melalui :

1. Kontak langsung antara sputum atau susu sapi yang terinfeksi dengan gigi karies pulpa
terbuka, bekas luka pencabutan, margin gingiva dan perforasi akibat erupsi gigi.

2.Perluasan regional dari lesi jaringan lunak yang melibatkan tulang dibawahnya.

3.Melalui jalur peredaran darah.

Secara klinis osteomielitis TB dimulai dengan pembengkakan yang berkembang
lambat, menyebabkan nekrosis tulang yang lambat dan dapat melibatkan seluruh mandibula.
Radiografi menunjukkan daerah radiolusen yang irregular dan tulang trabekular yang
mengabur, destruksi tulang dimulai dengan erosi pada kortex dengan adanya kecenderungan
perbaikan berkala dan digantikan oleh jaringan granulasi.

Jaringan granulasi kemudian berkembang menjadi abses periosteal, membengkak dan
tidak sakit. Abses dapat pecah di intraoral maupun ekstraoral membentuk sinus, dapat pula
menyebabkan fraktur patologi dan sequestra. Diagnosa dari kasus TB mandibula sulit
dilakukan karena tidak ada tanda spesifik dan hanya manifestasi berupa pembengkakan lokal
dari rahang yang dapat disalah diagnosa dengan abses piogenik dan bila terdapat sinus
multiple dapat diragukan sebagai aktinomikosis. Diagnosis harus dilakukan dengan
pemeriksaan histopatologis dan ditemukannya organisme pada lesi.


Patogenesis keterlibatan rongga mulut pada penyakit TB

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang paru-paru namun
juga memiliki kemampuan untuk menyerang hampir seluruh bagian dari tubuh termasuk
rongga mulut. Penyakit ini bersifat aerobik dan menyebar dari satu orang ke orang lain dan
umumnya memerlukan kontak yang berulang untuk penyebarannya. Penyakit TB
berkembang ketika sistem imun tidak dapat melawan infeksi bakteri tersebut.Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang
rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.

Bentuk primer dari penyakit TB paling sering mengenai paru. Namun pada banyak
pasien, infeksi tersebut tidak menyebar, dan seiring dengan meningkatnya daya tahan tubuh
pasien, maka bagian tubuh yang mengalami infeksi mengalami penyembuhan berupa fibrosis
dan kalsifikasi. Pada sedikit pasien, penyakit paru yang berkelanjutan, menyebar ke organ
lain melalui self-inoculation melalui sputum yang terinfeksi, darah atau sistem limfatik yang
mengakibatkan bentuk sekunder dari penyakit TB.
Lesi TB rongga mulut, dapat berupa infeksi primer dan sekunder dari infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Patogenesis biasanya karena inokulasi sendiri
melalui sputum yang terinfeksi tetapi dapat juga terjadi melalui aliran darah. Inokulasi
langsung sering melibatkan gingiva, soket gigi dan lipatan bukal.Kasus yang paling sering
dari TB di rongga mulut disebabkan infeksi sekunder dari TB paru. Permukaan mukosa oral
yang sehat relatif resisten terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis karena saliva juga
mempunyai efek bakteriostatik. Saliva mempunyai efek proteksi yang dapat mencegah
terjadinya lesi TB rongga mulut, walaupun banyak basil yang berkontak dengan permukaan
mukosa rongga mulut yang khas pada kasus TB paru. Luka kecil pada mukosa merupakan
tempat yang disenangi oleh mikroorganisme. Faktor predisposisi lain termasuk oral
hygiene yang jelek, ekstraksi gigi dan leukoplakia.


Daftar Pustaka

1. Schwartz.SI; Shires.GT; Spencer.FC; alih bahasa: Laniyati; Kartini.A; Wijaya.C;
Komala.S; Ronardy.DH; Editor Chandranata.L; Kumala.P. Intisari Prinsip Prinsip Ilmu
Bedah. Penerbit EGC; Jakarta.2000.

2. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of Musculoskeletal System. 3ed.
William & Wilkins. Baltimore-Maryland, 1999 : 209-216

Anda mungkin juga menyukai