Anda di halaman 1dari 12

1.

Pengertian
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan
kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat
kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan
kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya
yang dimiliki untuk mencapai kemajuan.
2. Tujuan
Individu, keluarga dan masyarakat tahu, mampu dan mau mempraktekkan serta dapat
memelihara, mengatasi serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri.
Individu, keluarga dan masyarakat tahu, mampu dan mau berperan serta dalam
gerakan pemberdayaan di wilayahnya.
Masyarakat melakukan kegiatan pembangunan kesehatan melalui pendekatan edukatif
Adanya upaya kesehatan yang bersumberdaya dari potensi yang ada di masyarakat
(dari, oleh dan untuk masyarakat)
Adanya informasi tentang hasil pelaksanaan kegiatan gerakan pemberdayaan
masyarakat di bidang upaya pelayanan kesehatan dalam bentuk desa sehat.
3. Sasaran
a. Sasaran utama dari gerakan pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta
kelompok masyarakat, terutama masyarakat yang terkena masalah maupun beresiko
terkena masalah, baik dikota maupun didesa.
b. Tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan serta organisasi profesi.
c. Lintas sector
d. Petugas kesehatan
e. Metode gerakan pemberdayaan
Pengorganisasian masyarakat sebagai salah satu metode pemberdayaan masyarakat
yang bersifat komprehensif perlu dikembangkan di desa-desa/kelurahan-
kelurahan/nagari-nagari secara bertahap. Misalnya dilakukan upaya pemberdayaan
petugas kesehatan masyarakat.
4. Kegiatan Gerakan Pemberdayaan
Dalam melaksanakan gerakan pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan
kondisi, situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat serta karateristik
masyarakat setempat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Masyarakat pembina ( Caring Community ) yaitu masyarakat yang peduli kesehatan
Misalnya: LSM kesehatan, organisasi profesi yang bergerak dibidang kesehatan.
b) Masyarakat setara ( Coping Community ) yaitu masyarakat yang karena kondisinya
kurang memadai sehingga tidak dapat memelihara kesehatannya. Misalnya seorang
ibu sadar akan pentingnya memeriksakan kehamilan, tetapi karena keterbatasan
ekonomi dan tidak adanya transportasi ibu tidak pergi ke sarana pelayanan kesehatan.
c) Masyarakat pemula ( Crisis Response Community) yaitu masyarakat yang tidak tahu
akan pentingnya kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas yang tersedia. Misalnya
masyarakat dilingkungan kumuh dan daerah terpencil.
Pendekatan yang dilakukan adalah melalui pengembangan daerah-daerah percontohan
sesuai dengan program kesehatan yang didukung (misalnya Desa Siaga untuk KIA).
Daerah-daerah percontohan ini selain dapat digunakan sebagai alat untuk advokasi guna
replikasinya ke daerah-daerah (desa-desa/kelurahan-kelurahan/nagari-nagari lain), juga dapat
digunakan sebagai lahan kerja lapangan dalam pelatihan petugas.
Sebelum petugas kesehatan melakukan upaya pemberdayaan di masyarakat, terlebih
dahulu dilakukan upaya pemberdayaan petugas kesehatan. Metode yang paling efektif untuk
pemberdayaan petugas adalah pelatihan yang dilaksanakan secara berselang-seling antara
kegiatan di kelas dan kegiatan di lapangan (interrupted training). Dengan interrupted training
sekaligus dapat diperoleh dua hasil, yaitu petugas-petugas yang terampil dan adanya daerah
percontohan.
Pelatihan semacam ini dapat diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota
terhadap petugas-petugas promosi kesehatan di Puskesmas wilayah kerjanya, atau oleh Dinas
Kesehatan Provinsi terhadap petugas-petugas promosi kesehatan Kabupaten/Kota dan
Puskesmas di wilayah kerjanya.
Kunci keberhasilan gerakan pemberdayaan
Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta
menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai Lembaga-
lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli
terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun
antara mereka dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna
dan berhasilguna. Setelah itu, sesuai dengan ciri-ciri sasaran serta situasi dan kondisi, lalu
ditetapkan, diadakan dan digunakanlah metode dan sarana komunikasi yang tepat.
Kunci keberhasilan gerakan pemberdayaan adalah membuat orang tersebut
memahami bahwa sesuatu (misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya.
Sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu
merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apa pun
lebih lanjut.
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta
dan mendramatisasi masa-ah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa
masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan fakta yang
berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan.
Jika sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan
terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan
bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam
proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan
masyarakat (community development). Untuk itu, sejumlah individu yang telah mau,
dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi.
Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari
pemerintah atau dari dermawan). Di sinilah letak pentingya sinkronisasi promosi kesehatan
dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masya-
rakat oleh program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan
sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
Cara pendekatan gerakan pemberdayaan masyarakat terbagi dua:
1) Makro:
Membangun komitmen disetiap jenjang
Mengembangkan masyarakat (critical mass)
Menyediakan petujuk pelaksnaan dan biaya operasional
Monitoring dan evaluasi serta koordinasi

2) Mikro :
Menggali potensi yang belum disadari masyarakat. Potensi dapat muncul dari adanya
kebutuhan masyarakat (demand creation) yang diperoleh melalui pengarahan,
pemberian masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian.
Membuat model model percontohan dan prototipe pengembangan masyarakat, seperti
menerapkan pendekatan edukatif dan manajemen ARRIF (Analisis, Rumusan,
Rencana, Intervensi, Forum komunikasi)
Beberapa tolok ukur keberhasilan gerakan masyarakat dapat disebutkan antara lain:
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan kampanye kesehatan oleh
masyarakat dan peningkatan dana sehat /JPKM

Kegiatan pokok gerakan pemberdayaan masyarakat
o Melakukan KIE, kampanye dan kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di
bidang upaya pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian
individu, keluarga dan masyarakat dalam memelihara, mengatasi serta meningkatkan
kesehatannya.
o Mengembangkan, mengadakan serta mendistribusikan media KIE untuk mendukung
kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang upaya pelayanan kesehatan.
o Melakukan kegiatan fasilitasi, bimbingan teknis atau asistensi terhadap pelaksanaan
kegiatan PHBS di masyarakat.
o Bersama dengan masyarakat melakukan kegiatan pendekatan edukatif atau penerapan
konsep PKMD.
o Penghargaan (insentif), serta peningkatan ekonomi produktif ( income generating).
o Melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di
bidang upaya pelayanan kesehatan.

Jenis kegiatan gerakan pemberdayaan
1. Pemberdayaan Individu
Pemberdayaan individu dilakukan oleh setiap petugas institusi kesehatan
terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan pelayanan kesehatan. Selain
itu juga terhadap individu-individu yang menjadi sasaran kunjungan (misalnya dalam
upaya keperawatan kesehatan masyarakat atau usaha kesehatan sekolah).
Tujuan dilakukannya pemberdayaan individu terutama untuk memperkenalkan
perilaku baru kepada individu (yang mungkin juga merupakan pengganti dari perilaku
yang selama ini dipraktikkan oleh individu tersebut). Misalnya saja perilaku
menimbang balita secara berkala untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan
balita. Perilaku ini dapat diperkenalkan kepada individu-individu ibu yang membawa
balitanya berobat ke Puskesmas. Kepada setiap ibu, setelah selesai diberi pelayanan
pengobatan untuk balitanya, dapat disampaikan informasi tentang manfaat
menimbang balita secara berkala, bagaimana mencatat dan menggunakan catatan
(yaitu KMS), dan di mana si ibu dapat melakukan penimbangan yang dimaksud (yaitu
di Posyandu).
Metode yang digunakan dalam hal ini dapat berupa pilihan atau kombinasi
dari: dialog, demonstrasi, konseling, dan bimbingan. Media komunikasi yang
digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: lembar balik, gambar/ foto, dan
skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa (jika dipakai kunjungan).

2. Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga dilakukan oleh petugas intitusi kesehatan yang melaksanakan
kunjungan rumah terhadap keluarga. Yaitu keluarga dari individu pengunjung
Puskesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas.
Tujuan dilakukannya pemberdayaan keluarga adalah untuk memperkenalkan
perilaku baru (yang mungkin sebagai pengganti dari perilaku yang selama ini
dipraktikkan keluarga tersebut). Misalnya buang air besar di jamban, mengonsumsi
garam beryodium, memelihara taman obat keluarga, menguras bak mandi-menutup
persediaan air-mengubur benda-benda buangan yang dapat menahan/menampung air
(3M), mengonsumsi makanan berserat.
Pada saat kunjungan rumah ini semua anggota keluarga dikumpulkan dan
diberikan informasi berkaitan dengan perilaku yang diperkenalkan. Pemberian
informasi dilakukan secara sistematis sehingga anggota-anggota keluarga itu bergerak
dari tidak tahu ke tahu, dan dari tahu ke mau. Bila sarana untuk melaksanakan
perilaku yang bersangkutan tersedia, diharapkan juga sampai tercapai fase mampu
melaksanakan (misalnya: mencuci tangan pakai sabun, BAB di jamban, minum air
yang matang, dll).
Metode yang digunakan dapat berupa salah satu atau kombinasi dari: dialog,
demonstrasi, diskusi kelompok terarah, dan bimbingan. Media komunikasi yang
digunakan juga dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: poster, lembar balik,
gambar/foto, dan skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa.
3. Pemberdayaan Masyarakat Umum
Gerakan pemberdayaan juga dapat dilakukan terhadap sekelompok individu
anggota masyarakat, melalui upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat
(community organization/community development). Sasarannya dapat berupa orang
dewasa, dapat juga murid-murid sekolah atau santri-santri. Salah satu hasil dari upaya
ini dapat berujud upaya-upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pondok Bersalin Desa (Polindes), Bina Keluarga
Balita (BKB), Warung Obat Desa (WOD), Panti Pemulihan Gizi, Dokter Kecil, Saka
Bhakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), dan lain-lain. Melalui
metode yang sama (yaitu pengorganisasian masyarakat) dapat pula dibentuk Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Yaitu suatu badan yang menghimpun berbagai potensi
masyarakat seperti tokoh masyarakat, LSM, dan dunia usaha, yang berperan sebagai
mitra Puskesmas dalam pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan.
Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan membantu
kelompok masyarakat tertentu untuk mengubah masalah yang dihadapi individu-
individu menjadi masalah bersama.Setelah itu, lalu dirumuskan upaya bersama yang
dapat dilaksanakan oleh kelompok untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak jarang,
untuk lebih meyakinkan kelompok dan dalam rangka perencanaan yang baik dalam
mengatasi masalah, kelompok dibantu untuk melakukan survei sederhana
(Community Self Survey atau CSS).
Dalam pelaksanaan pemecahan masalah, petugas kesehatan memberikan
bantuan teknis dan sebaiknya juga material seperti obat, KMS, dan lain-lain. Jika
petugas kesehatan tidak mampu memberikan bantuan material, kiranya, bekerja-sama
dengan mitra potensial terkait.

4. Gerakan pemberdayaan di Rumah Sakit

5. Pemberdayaan Individu Pasien
Terdapat tiga kategori pasien, yaitu:
1. Pasien yang sedang sakit akut.
2. Pasien yang dalam penyembuhan.
3. Pasien dengan penyakit kronis.
Selama pasien sakit akut, semua perhatian dan tenaga pasien serta petugas
kesehatan dipusatkan pada upaya untuk menyelamatkan pasien dari ancaman maut
dan dari penderitaan. Suasana seperti ini tidak tepat untuk melakukan promosi
kesehatan. Namun petugas kesehatan sudah dapat mulai merencanakan upaya
pemberdayaan yang nanti akan dilakukannya. Pada saat pasien sudah memasuki masa
penyembuhan, umumnya ia sangat ingin mengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya.
Walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya pasien yang acuh-tak acuh karena
mereka sudah terbebas dari penya-kitnya. Bagi pasien yang seperti ini, Pemberdayaan
memang harus dimulai dari awal, yaitu dari menciptakan kesadaran akan adanya
masalah. Adapun pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang
berbeda-beda seperti misalnya agresif, apatis, atau menarik diri. Hal ini karena
penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak
sosial ekonomi kepada penderita-nya. Kepada pasien yang seperti ini, kesabaran dari
petugas kesehatan sungguh sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan promosi
kesehatan atau pemberdayaan.
Tujuan pemberdayaan terhadap individu-individu pasien adalah agar yang
bersangkutan:
a. Mengembangkan pengertian dan sikap tentang penyakit yang dideritanya,
sehingga tahu apa yang harus dilakukan dan kemudian terdorong untuk:
Membantu mempercepat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatannya.
Misalnya dengan selalu mengikuti secara tekun anjuran petugas kesehatan
Rumah Sakit dalam pengobatan penyakitnya.
Mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sedang dideritanya.
Mencegah terjadinya penularan penyakitnya kepada orang lain.
Memberi penjelasan (penyuluhan) kepada orang lain agar tidak terserang oleh
penyakit yang sedang dideritanya.

b. Mengembangkan pengertian dan sikap tentang peman-faatan sarana kesehatan
secara benar (sesuai dengan kaidah rujukan). Yaitu jika sakit sebaiknya tidak
langsung ke rumah sakit, melainkan ke Puskesmas terdekat terlebih dulu.
Selanjutnya, Puskesmaslah yang akan menentukan apakah ia perlu dikirim ke
rumah sakit atau tidak. Metode yang digunakan dalam hal ini dapat berupa pilihan
atau kombinasi dari: dialog, demonstrasi, konseling, dan bimbingan, yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien (bedside health promotion). Bagi
pasien-pasien yang sudah hampir sembuh, metode-metode yang dipilih dapat
dilakukan secara berkelompok dalam satu ruangan. Media komunikasi yang
digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari: lembar balik, gambar/foto,
dan skema, atau media lain yang mudah digunakan dan dibawa (bila digunakan
untuk bedside health promotion).

6. Pemberdayaan Keluarga/Kelompok
Pemberdayaan terhadap keluarga/kelompok ditujukan untuk mengembangkan
pengertian dan kemauan guna mendukung pasien dalam bentuk:
1. Dukungan moral dan atau material dalam penyem-buhan penyakit.
2. Upaya mencegah agar penyakit yang diderita pasien tidak menular kepada orang
lain.
3. Upaya mencegah agar jika pasien sudah sembuh tidak terserang kembali oleh
penyakit yang sama.
Jadi pemberdayaan keluarga/kelompok yang dilakukan di Rumah Sakit ini dapat
pula disebut sebagai Bina Suasana di lingkungan Rumah Sakit. Pemberdayaan
keluarga/kelompok di Rumah Sakit biasanya dilakukan sebelum atau sesudah
keluarga/kelompok itu menjenguk pasien. Yaitu dengan jalan mengelompokan serta
mengumpulkan mereka dalam ruangan-ruangan sesuai dengan penyakit pasien yang
dijenguknya.
Metode yang digunakan dapat berupa salah satu atau kombinasi dari: dialog,
demonstrasi, diskusi dan bimbingan.
Media komunikasi yang digunakan juga dapat berupa pilihan atau kombinasi dari:
slide, radio spot, poster, gambar/foto, dan skema, atau media lain.
Ada 5 (lima) langkah pokok dalam melakukan kegiatan pemberdayaan di masyarakat
yaitu:
1) Pendekatan kepada tokoh masyarakat.
2) Diagnosis masalah kesehatan oleh masyarakat.
3) Perumusan upaya penanggulangan masalah kesehatan oleh masyarakat.
4) Pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan oleh masyarakat.
5) Pembinaan dan pengembangan.
Adapun langkah-langkah secara rinci tentang pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
di masyarakat adalah sebagai berikut:
a) Pendekatan kepada tokoh masyarakat
Pendekatan tokoh masyarakat merupakan tahap pertama yang harus dilakukan
sebelum mengimplementasikan suatu program di suatu wilayah tersebut.Tokoh
masyarakat merupakan panutan masyarakat setempat. Semua yang telah disetujui
tokoh masyarakat akan berjalan lancar, sebaliknya bila para tokoh masyarakat
tidak merestui kegiatan tersebut, jalannya program akan tersendat-sendat.
Pendekatan kepada mereka dapat dilakukan melalui hubungan antar manusia yang
baik dan bersahabat
Forum untuk mendekati tokoh masyarakat ini antara lain melalui kunjungan
rumah, pertemuan perorangan, pembicaraan informal di berbagai kesempatan dan
pertemuan dengan kelompok kecil.
Setelah para tokoh masyarakat didekati secara interpersonal, perlu diadakan
pembahasan bersama para tokoh masyarakat tersebut antara lain melalui
pertemuan khusus, misalnya: melalui sarasehan dengan tokoh masyarakat untuk
membahas program yang akan dilaksanakan di wilayahnya. Dapat juga
menggunakan forum komunikasi yang sudah ada seperti selapanan desa, rembuk
desa dan lain-lain, namun topik pembicaraan adalah program yang kita maksud.

b) Diagnosis masalah kesehatan oleh masyarakat
Diagnosis masalah kesehatan oleh masyarakat merupakan kegiatan untuk
mengenali keadaan dan masalah mereka sendiri, serta potensi yang mereka miliki
untuk mengatasi masalah tersebut. Caranya dengan melakukan survei mawas diri
(SDM). Melalui kegiatan SDM masyarakat diajak untuk mengenali permasalahan
kesehatan yang mereka hadapi sehingga memperoleh gambaran masalah
kesehatan menurut apa yang dirasakan dan disepakati keluarga serta dapat
mengenali potensi yang ada disekeliling mereka. Pengenalan masalah kesehatan
dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya:
Mengajak wakil keluarga untu melihat langsung cara hidup bersih dan sehat
yang dilakukan oleh keluarga desa yang lebih maju dari desa mereka.
Melalui foto atau gambar.
Menggunakan alat bantu pemantauan keadaan keluarga.
Data yang yang dikumpulkan adalah data umum, data khusus serta data
perilaku. Data umum yaitu data tentang potensi desa (merupakan data sekunder,
dapat diperoleh dari data statistik desa). Data khusus yaitu tentang identitas
keluarga, keadaan kesehatan (misalnya diare, batuk pilek, malaria, Tb. Paru dan
lain-lain). Data perilaku, sehubungan dengan masalah kesehatan yang ada
misalnya tentang diare. Maka data perilaku yang dimaksud adalah pengetahuan
masyarakat tentang diare, penyebabnya, cara pencegahannya dan kebiasaan
masyarakat yang berhubungan dengan diare dan lain-lain. Atas dasar hal tersebut
diatas, petugas membantu membuat diagnosis masalah kesehatannya, membantu
mencarikan cara yang tepat agar mempermudah mereka mengenali dan menggali
potensi yang mereka miliki.
Hasil SDM setelah direkapitulasi dibawa ke forum Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD). Dalam MMD ini diundang para pemimpin baik formal maupun informal,
para tokoh masyarakat dan anggota masyarakat. Dalam pertemuan ini
disampaikan temuan dari survei mawas diri untuk dibahas bersama upaya
mengatasinya. Langkah-langkah pembahasan pada musyawarah masyarakat desa
adalah sebagai berikut:
Pemaparan temuan serangkaian masalah kesehatan dan sederetan
potensi/sumber daya setempat yang mungkin bisa digunakan untuk
menanggulanginya.
Memandu peserta musyawarah untuk menggali tenaga, dana, material atau
pemikiran inovatif lainnya.
Atas dasar prioritas masalah yang telah disusun dan potensi masyarakat yang
tergali, dibuat rencana kegiatan penanggulangan masalah, lengkap dengan jadwal
kegiatannya.

c) Perumusan upaya penanggulangan masalah kesehatan oleh masyarakat dan
perencanaan
Perumusan upaya penanggulangan masalah kesehatan oleh masyarakat atas
dasar musyawarah ini merupakan kekuatan politis yang tangguh untuk menggali
dan meningkatkan peran masyarakat, serta menjamin kelestarian program. Peran
petugas dalam musyawarah masyarakat ini adalah memandu jalannya
musyawarah agar berjalan lancar dan mencapai tujuan.

Ada beberapa patokan yang dapat digunakan untuk menentukan skala prioritas
masalah, antara lain:
Kegawatannya
Besar/kecilnya akibat masalah kesehatan ini bagi masyarakat.
Mendesaknya
Berkaitan dengan waktu. Kalau tidak segera ditanggulangi akan menimbulkan
akibat yang serius.
Penyebarannya
Semakin banyak penduduk atau semakin luas wilayah yang terkena, menjadi
semakin penting.
Sumber daya yang dimiliki
Kaitannya dengan kemampuan yang mereka miliki untuk mengatasi masalah
tersebut dana, sarana, tenaga, dan teknologinya.

d) Pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan oleh masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan penaggulangan masalah kesehatan oleh masyarakat,
merupakan rangkaian penerapan kegiatan sebagai penjabaran dari perumusan
upaya penaggulangan yang telah disusun menjadi suatu rencana kegiatan, yang
dilaksanakan untuk mengatasi masalah kesehatan. Rangkaian kegiatan ini dapat
berjangka waktu pendek, sedang dan lama. Namun minimal 1 tahun berjalan
harus diadakan penilaian .Jenis kegiatan bervariasi mulai dari yang sangat
sederhana sampai yang rumit, semua tergantung pada kesepakatan yang diambil
dalam musyawarah masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan oleh masyarakat
dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Tahap persiapan (P1)
Mempersiapkan tenaga pelaksana yaitu tenaga pembangunan desa yang
sudah dipilih sebelumnya dan sudah melaksanakan SDM dengan pelatihan,
orientasi, lokakarya dan lain-lain, pelatihan yang diselengarakan harus
praktis, mengutamakan latihan keterampilan. Metode yang banyak digunakan
dalam pelatihan antara lain demonstrasi, bermain peran/permainan simulasi,
diskusi kelompok. Lamanya pelatihan tergantung jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan. Disamping pelatihan atau orientasi upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan keterampilan petugas dan masyarakat dapat
melalui cara-cara sebagai berikut :
Diskusi kelompok terarah (DKT), bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, kemauan, keterampilan keluarga/masyarakat dalam
menggali dan mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
Kunjungan rumah (memberikan informasi yang lebih rinci).
Penyuluhan massa, menciptakan kesadaran dan membentuk opini yang
mendukung.

2. Tahap pelaksanaan (P2)
Sesudah tenaga pelaksana dilatih, diharapkan mampu melaksanakan
kegiatan yang telah disusun, sehingga secara bertahap dapat mengatasi
masalah kesehatan yang mereka hadapi, sekaligus, membuktikan apakah
rencana yang mereka susun sudah tepat.Namun demikian petugas perlu
memantau bila ternyata ada kekeliruan bisa segera diperbaiki.Peran
petugas adalah memberikan bimbingan teknis secara teratur dan
berkesinambungan.

3. Tahap menilai kegiatan yang sudah dilaksanakan
Penilaian merupakan suatu hal yang penting dalam proses perubahan.
Masyarakat harus dapat melihat sampai dimana rencana kegiatan yang
telah mereka susun sudah terlaksana.Apakah ada hal-hal yang perlu
penyempurnaan atau perbaikan. Pada tahap ini diharapkan masyarakat
melakukan penilaian yang mereka susun.Penilaian dilakukan secara
sederhana dan praktis.
4. Pembinaan dan pengembangan.
Langkah terakhir dari serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat
adalah pembinaan dan pengembangan program.Setiap pelaksanaan
program harus dibina agar mantap jalannya.Setelah mantap harus
dikembangkan, agar tidak jenuh dan makin maju tingkat pencapaiannya.
Pemantapan dan pembinaan juga bermaksud memantapkan dan mambina
pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi para tenaga pembangunan
desa, masyarakat dan keluarga sendiri di bidang kesehatan.
Pembinaan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
Supervisi
Banyak hasil penilaian mengungkapkan bahwa supervisi petugas amat
menentukan tingkat keberhasilan program. Oleh karena itu, supervisi
secara berkala perlu dilakukan.Bila memungkinkan, supervisi ke
bawah sebaiknya dikembangkan menjadi suatu sistem penilaian yang
utuh.

Forum komunikasi
Forum komunikasi antara petugas lintas program dan sektor di tingkat
kabupaten, maupun kecamatan merupakan wahana pemantauan yang
baik. Pada forum ini dapat dibahas rencana supervisi terpadu, hasil
supervisi dari petugas yang turun ke lapangan, sekaligus dapat
membahas upaya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
ditemui di lapangan. Di lapangan atau desa, forum komunikasi ini juga
perlu dibentuk sebagai wadah berkumpulnya pelaksana pembangunan
desa dengan toloh masyarakat baik formal maupun non formal. Dalam
forum ini pelaksana pembangunan desa dapat menyampaikan
pelaksanaan rencana kegiatan yang telah disusun, hambatan-hambatan
serta keberhasilan yang telah dicapai. Forum ini sekaligus sebagai
wadah untuk pemecahan masalah, menyempurnakan rencana yang
disusun dan lain-lain sehingga dapat berfungsi untuk pemantauan dan
penilaian oleh masyarakat sendiri.

Menunjukkan film-film pembangunan kesehatan untuk memotivasi
pelaksana pembangunan desa dan masyarakat.

Kunjungan tamu dari luar
Kegiatan ini dapat merangsang masyarakat untuk membenahi desanya
karena akan kedatangan tamu, namun harus dijaga jangan sampai
terlalu sering, bisa membosankan dan mengganggu kegiatan
masyarakat.

Wisata karya ke tempat lain yang lebih maju
Kegiatan ini dapat memperluas wawasan, dan memotivasi masyarakat
untuk lebih maju.

Perlombaan-perlombaan desa sehat secara teratur.

Penerbitan majalah dinding buatan sendiri yang memuat antara lain:
Kegiatan-kegiatan di desa bersangkutan, cara pencegahan penyakit
yang sedang berjangkit, misalnya muntah berak, atau demam berdarah,
pengalaman pelaksana pembangunan desa, dan lain-lain




Pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat
Pengembangan dilakukan apabila kegiatan di wilayah uji coba telah seperti yang
diharapkan, maka perlu dilakukan kegiatan perluasan atau pengembangan ke daerah terutama
di wilayah sekitarnya.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
o Pertama-tama wilayah uji coba menyiapkan dokumentasi kegiatan serta hasil yang
diperoleh
o Selanjutnya mengundang tokoh masyarakat yang ada di wilayah sekitar daerah uji
coba untuk mengikuti pertemuan serta melakukan peninjauan di wilayah yang sudah
berhasil. Pada acara pertemuan para tamu ditunjukkan dokumentasi (slide, film atau
foto) yang telah berhasil beserta gambaran proses kegiatannya.
o Pada akhir pertemuan atau kunjungan dilakukan pembahasan kemungkinan
menerapkan kegiatan serupa di wilayah sekitarnya.
Pengembangan kegiatan pemberdayaan ada dua macam yaitu: pengembangan daerah dan
pengembangan program. Dalam pengembangan kegiatan ke daerah lain harus dicegah adanya
penjiplakan, namun harus berdasarkan kebutuhan, kemampuan serta karakteristik wilayah
tersebut. Ada sepuluh indikator keberhasilan:
1. Adanya petugas kesehatan yang mampu melakukan upaya gerakan pemberdayaan.
2. Adanya sarana yang mendukung kegiatan gerakan pemberdayaan kesehatan.
3. Adanya forum komunikasi yang menjadi wadah kemitraan/ partisipasi masyarakat
dalam pembangunan bidang kesehatan (PHBS).
4. Adanya kader yang mampu menjadi fasilitator kesehatan di desa.
5. Adanya data hasil SMD.
6. Adanya rancangan kegiatan pembangunan kesehatan (PHBS) di desa hasil MMD.
7. Adanya kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
8. Adanya dokumentasi proses dan hasil kegiatan.
9. Adanya rencana tindak lanjut atau kegiatan yang berkesinambungan.
10. Adanya dukungan sumberdaya maupun kebijakan dari pengambil keputusan maupun
lintas sektor terkait.
Kesimpulan
1. Dalam melakukan gerakan pemberdayaan terlebih dahulu kegiatan harus difokuskan
pada upaya pemberdayaan petugas agar siap dan mampu berperan secara tepat dalam
membangun masyarakat.
2. Mengembangkan masyarakat itu sendiri agar siap dan mampu berpartisipasi,
memecahkan masalah yang dihadapinya secara mandiri.
3. Setelah kegiatan di masyarakat berlangsung, tidak berarti pemberdayaan petugas
sudah berakhir, namun interaksi timbal balik antara petugas dan masyarakat masih
terus berlangsung. Artinya, masih banyak tantangan maupun permasalahan yang
bervariasi harus dihadapi oleh petugas dalam melestarikan maupun mengembangkan
kegiatan yang telah dibangun. Untuk itu proses pemberdayaan petugas harus terus
dilakukan, sehingga tetap semangat dan mampu berperan dengan tepat dalam
membantu masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai