Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang
Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting, agar tetap sehat air minum
harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologi sesuai dengan
492/MENKES/PER/IV/2010.
Bakteri Coliform dijadikan indikator dalam menentukan kualitas bakteriologis air.
Sumber air baku dapat diambil dari mata air, PDAM, sumur bor, sumur gali dan sumber
lainnya yang telah direkomendasikan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Diare adalah
salah satu penyakit yang disebabkan oleh air minum yang tidak berkualitas. Jenis penelitian
yang digunakan adalah Explanatory Reseach dengan menggunakan desain Cross Sectional.
Jumlah Sampel 41 sampel. Pemeriksaan kualitas air meliputi pemeriksaan bakteriologi yaitu
bakteri Coliform. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan narasi dari variabel
yang diteliti, analisis menggunakan Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air yang digunakan untuk air baku di depot air
minum isi ulang desa dopang gunung sari terdiri dari dua sumber air baku yaitu, PDAM dan
sumur gali. Sumber air baku yang digunakan yaitu PDAM sebanyak 27 depot dan air sumur
gali sebanyak 14 depot. Hasil pemeriksaan jumlah Coliform pada sampel air minum isi ulang
berdasarkan sumber air baku, depot yang positif mengandung Coliform sebanyak 21 sampel
dan yang tidak mengandung Coliform sebanyak 20 sampel. Hasil uji statistik dengan Mann-
Whitney menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada perbedaan jumlah
Coliform pada air minum isi ulang setelah pengolahan berdasarkan sumber air baku di depot
air minum isi ulang di desa dopang gunung sari pada Tahun 2014.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana cara menganalisa atau mendeteksi bakteri koliform dalam air minum isi
ulang pada depo di desa dopang gunung sari dengan uji pendugaan.
1.3. Tujuan penelitian
2

Sejalan dengan orientasi latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian
ini dilakukan untuk :
a. Mengobservasi dan menganalisis di laboratorium mutu air pada depo air minum isi
ulang di desa dopang gunung sari berdasarkan uji penduga pada standar kualitatif
pemeriksaan air
b. Mendapatkan informasi tentang sumber air baku yang dipergunakan pada depo air
minum isi ulang di desa dopang gunung sari
c. Mendeskripsikan dan menganalisis prosedur pemprosesan air minum yang
dilaksanakan pada depo air minum isi ulang di desa dopang gunung sari.
1.4. Ruang lingkup penelitian
Untuk menghindari meluasnya pembahasan, sehingga lebih terarah maka dibatasi pada
kualitatif bakteri koliform pada depo air minum isi ulang di desa dopang gunung sari
1.5. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya kepada
konsumen air minum isi ulang dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan
masyarakat. Secara lebih rinci, manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1.5.1. Analisiss kualitas mutu air minum isi ulang berdasarkan kehadiran bakteri
koliform pada uji penduga, dapat digunakan untuk mengetahui apakah air minum
tersebut sudah terbebas dari mikroba atau ada cemaran mikrobanya sebagai upaya
perlindungan terhadap kesehatan masyarakat.
1.5.2. Informasi tentang prosedur pemrosesan air minum yang dilaksanakan pada depo
air minum isi ulang akan memberikan dukungan terhadap analisis kualitas yang
dilaksanakan di laboratorium.
1.5.3. Hasil penelitian ini dapat menambah kesadaran pentingnya peningkatan
pengawasan kualitas air pada depo air minum isi ulang di desa dopang gunung
sari.
3

BAB II
PEMBAHASAN

Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan, hal ini terutama untuk
mencukupi kebutuhan air dalam tubuh manusia itu sendiri.Kebutuhan air untuk masyarakat
Indonesia dapat diperinci untuk daerah perkotaan (kurang lebih 50.000 penduduk)
dibutuhkan air sekitar 120-200 liter/per orang/hari, sedangkan untuk daerah pedesaan saat ini
dibutuhkan air sekitar 60-80 liter/per orang/hari sudah dianggap memenuhi
Upaya untuk mempertahankan kualitas air minum agar aman dikonsumsi dan tidak
menimbulkan penyakit pada manusia, maka harus memenuhi persyaratan kualitas air secara
fisik, kimia, biologis dan radiologis karena kualitas air yang tidak memenuhi kualitas air
minum dapat mengganggu kesehatan masyarakat karena air dapat sebagai Water
BorneDiseases yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan oleh air yang tidak sehat, seperti
diare, kolera, disentri, dan beberapa penyakit lainnya.
Air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah
dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum
(Peraturan Pemerintah RI, Nomor 16 Tahun 2005). Sumber air baku dapat diambil dari mata
air, PDAM, sumur bor, sumur gali dan sumber lainnya yang telah direkomendasikan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Masyarakat masih memiliki persepsi bahwa depot air
minum isi ulang ini, air bakunya adalah berasal dari sumber mata air pegunungan yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan, tetapi dalam kenyataannya air baku dapat diambil dari
berbagai sumber yang mungkin kurang memenuhi syarat kualitas air minum.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Mengetahui kualitas air minum isi ulang
yang di produksi depot air minum isi ulang di desa dopang gunung sari berdasarkan
persyaratan bakteriologis (jumlah Coliform) yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan mengetahui
sumber air baku di depot air minum isi ulang desa dopang gunung sari.
Faktor-faktor biotik yang terdapat di dalam air terdiridari bakteria, fungi, mikroalgae,
protozoa dan virus, serta kumpulan hewan ataupun tumbuhan air lainnya yang tidak termasuk
kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air dapat menguntungkan tetapi juga dapat
merugikan.
4

1. Menguntungkan
a. Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan utama
ikan, sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan tersebut. Jenis-
jenis mikroalgae misalnya : Chlorella, Hydrodyction, Pinnularia, Scenedesmus,
Tabellaria.
b. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad
dekomposer, artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai atau
merombak senyawa yang berada dalam badan air. Sehingga kehadirannya
dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di dalam air secara biologis
c. Pada umumnya mikroalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan
fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis akan
menambah jumlah oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan naik/bertambah, ini
yang diperlukan oleh kehidupan di dalam air.
d. Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh jasad
pemakai/konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan besar akumulasi hasil
uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap jasad lain, khususnnya ikan.
2. Merugikan
a. Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab
penyakit, seperti : Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus,Shigella penyebab
penyakit disentribasiler, Vibrio penyebab penyakit kolera, Entamoeba penyebab
disentriamuba.
b. Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium yang
hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya: Pseudomonas,Salmonella,
Staphyloccus, serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena dan Microcystis
c. Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut berasal
dari air pompa, missal di daerah permukiman baru yang tadinya persawahan. Ini
disebabkan oleh adanya bakteri besi missal Crenothrix yang mempunyai kemampuan
untuk mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri.
5

d. Di permukiman baru yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpanmenjadi
berbau (bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya bakteri belerang misal Thiobacillus
yang mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S.
e. Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau warna-
warna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae. Bahkan suatu
proses yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar yang seluruh permukaan
airnya ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak dinamakan blooming. Biasanya jenis
mikroalgae yang berperan didalamnya adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis
aerugynosa.
Dalam keadaan blooming sering terjadi kasus-kasus :
a. Ikan mati, terutama yang masih kecil yang disebabkan karena jenis-jenis mikroalgae
tersebut dapat menghasilkan toksin yang dapat meracuni ikan.
b. Korosi atau pengkaratan terhadap logam (yang mengandung senyawa Fe atau S),
karena di dalam massa mikroalgae penyebab blooming didapatkan pula bakteri Fe
atau S penghasil asam yang korosif. Ada pernyataan bahwa air jernih belum tentu
bersih. Ini dihubungkan dengan keadaan bahwa air, sejak keluar dari mata air, sumur,
ternyata sudah mengandung mikroba, khususnya bakteri atau mikroalgae. Pada air
yang kotor atau sudah tercemar, misal air sungai, air kolam, air danau dan
sumbersumber lainnya, disamping akan didapati mikroba seperti pada air jernih, juga
kelompok mikroba lainnya yang tergolong penyebab penyakit, penghasil toksin,
penyebab blooming, penyebab korosi,penyebab deteriorasi, penyebab pencemaran ini
adalah bakteri koliform
2.1. Karakteristik Air Minum
Air minum dipengaruhi oleh kondisi negara masing-masing, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dunia dilanda krisis air karena semakin menurunnya kualitas air
akibat pencemaran, maka dikeluarkan standar persyaratan kualitas air minum. Indonesia
memiliki standar persyaratan kualitas air ditetapkan oleh Departemen Kesehatan mulai tahun
1975, kemudian diperbaiki tahun 1990 dan diperbaiki lagi tahun 2002. Kualitas air minum
6

memiliki persyratan sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat - syarat dan Pengawasan Kualitas air minum,
adalah meliputi persyaratan: Bakteriologi, Kimiawi, Radioaktif dan Fisik (Purwana dan
Rachmadi,2003).
2.2. Standarisasi Air Bersih dan Air Minum
Air bersih yang baik harus sesuai peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun
peraturan nasional atau setempat. Kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi
persyaratan yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan RI
No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di
dalamnya harus sesuai (Widianti dan Ristiati, 2004).
Kualitas air tersebut menyangkut:
a. Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air
dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di
dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Kekeruhan di
dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan.
b. Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang
membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti
antara lain residu pestisida. Senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan
warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air.
Kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di
dalam air.
c. Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit,
terutama penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil toksin
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau. Air minum juga tidak mengandung kuman patogen dan segala mahkluk yang
membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat
mengganggu fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis dan tidak merugikan secara
ekonomis (Dwidjoseputro, 1990).


7

2.3. Pengolahan Air Minum
Pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu
zat. Hal ini sangat penting artinya bagi air minum. Perkembangan peradaban serta semakin
banyaknya aktivitas manusia, maka akan menambah pencemaran terhadap air. Laporan
keadaan lingkungan di dunia pada tahun 1992 menyatakan bahwa air sudah saatnya menjadi
benda ekonomis, karena itu pengelolaan sumber daya air sangat penting. Pengolahan air
minum dilakukan tergantung dari kualitas air baku yang digunakan baik pengolahan
sederhana sampai dengan pengolahan yang kompleks. Pengolahan air baku ini dimaksudkan
untuk memperbaiki kualitas air sehingga aman dan tidak membahayakan bagi kesehatan
masyarakat yang menggunakannya (Suriawiria, 1996).
2.3.1. Prinsip pengolahan air minum terdiri dari (Suriawiria, 1996):
1. Pengolahan Fisik
Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran
kasar, penyisiran lumpur serta mengurangi zat-zat organik.
2. Pengolahan Kimia
Pengolahan kimia yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat kimia
untuk membantu proses selanjutnya, misalnya dengan pembubuhan kapur.
3. Pengolahan Bakteriologis
Suatu pengolahan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri yang
terkandung dalam air minum yakni dengan cara pembubuhan bahan desinfektan.
Prinsip pengolahan air minum terdiri dari (Suriawiria, 1996):
a. Pengolahan Fisik
Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-
kotoran kasar, penyisiran lumpur serta mengurangi zat-zat organik.
b. Pengolahan Kimia
Pengolahan kimia yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat
kimia untuk membantu proses selanjutnya, misalnya dengan pembubuhan
kapur.
c. Pengolahan Bakteriologis
8

Suatu pengolahan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri yang
terkandung dalam air minum yakni dengan cara pembubuhan bahan
desinfektan.
4. Ultraviolet.
Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi,
sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinarultraviolet. Intensitas lampu
ultraviolet yang dipakai harus cukup. Sanitasi air yang efektif diperlukan
intensitas sebesar 30.000 MW sec/cm2 (micro watt detik per sentimeter persegi).
Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan
waktunya cukup. Residu atau hasil samping tidak ada dari proses penyinaran
dengan UV. Lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling
lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus telah melalui filter
halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik,
dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi).
5. Ozonisasi.
Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen,
termasuk virus. Penggunaan ozon menguntungkan karena pipa, peralatan dan
kemasan akan ikut di sanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih
terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi
air yang efektif disamping sangat aman.
2.4. Penjernihan Air Minum
Penjernihan air minum dapat dilakukan dengan proses filtrasi. Filtrasi adalah proses
penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi dari air melalui media berpori-pori.
Zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air melalui suatu lapisan materi berbentuk
butiran yang disebut media filter. Media filter biasanya pasir atau kombinasi pasir,
anthracite, garnet, polystyrene dan beads. Filter dengan bahan anthracite, kecepatan
filtrasinya dapat diperbesar menjadi 1,5 2 kali saringan kasir. Pasir yang paling baik untuk
bahan filter adalah pasir yang mengandung kuarsa (SiO2) lebih besar atau sama 90,8 %
(Winarno,1993).
9

Penghilangan zat padat tersuspensi dengan penyaringan memainkan peranan penting,
baik yang terjadi dalam pemurnian alami dari air tanah maupun dalam pemurnian buatan
dalam pemurnian instalasi pengolahan air (Sutrisno dan Eny, 1997).
Penyaringan (filtrasi) dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) filtrasi dengan pasir dan 2)
filtrasi membran. Filtrasi pasir untuk memisahkan partikel berukuran besar (>3 mikrometer),
mikrofiltrasi membran dapat memisahkan partikel berukuran lebih kecil (0,08 mikrometer),
ultrafiltrasi dapat memisahkan makromolekul, nanofiltrasi dapat memisahkan mikromolekul
dan ion-ion bervalensi dua (misalnya Mg,Ca). Ion-ion dapat dipisahkan dengan membran
reverses osmosis. Penggunaan mikrofiltrasi dapat memisahkan bakteri, dan penggunaan
ultrafiltrasi dapat memisahkan bakteri dan virus (Widianti dan Ristiati, 2004).
Bahan tersuspensi dapat dihilangkan dengan cara koagulasi/flokulasi, sedimentasi, filtrasi
pasir atau membran filtrasi (mikrofiltrasi). Bahan-bahan terlarut dapat dihilangkan dengan
aerasi (misalnya Fe dan Mn), oksidasi (misalnya dengan ozonisasi atau radiasi UV), adsorpsi
dengan karbon aktif atau mebran filtrasi (reversed osmosis) (Widianti dan Ristiati, 2004).
Proses pengolahan air minum pada prinsipnya harus mampu menghilangkan semua jenis
polutan, baik pencemaran fisik, kimia maupun mikrobiologis. Bisnis air minum isi ulang
merupakan fenomena yang tidak dapat dihilangkan. Pengaturan berupa standar produk dan
prosesnya sangat diperlukan dalam mengawasi pelaksanaanya. Pihak konsumen akan
terlindungi dan juga usaha air minum isi ulang itu sendiri.
Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan
bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusia. Bakteri-bakteri
indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia.
Bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap
pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus
manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya
(Widianti dan Ristiati, 2004).
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi
kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu.
Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif,
tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi laktosa
dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35
o
C. Bakteri koliform
10

yang berada di dalam makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang
bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan
(Suriawiria,1996).
a. Bakteri Coliform berdasarkan asal dan sifatnya dibagi menjadi dua golongan
(Suriawiria, 1996):
1. Coliform fekal, seperti Escherichia coli yang betul-betul berasal dari tinja manusia.
2. Coliform non fekal, seperti aerobacter dan Klebsiella yang bukan berasal dari tinja
manusia tetapi biasanya berasal dari hewan atau tanaman yang telah mati.
b. Sifat-sifat Coliform Bacteria yang penting adalah (Suriawiria, 1996):
1. Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan
berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik lain sebagai sumber energi dan
beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen.
2. Mempunyai sifat dapat mensistesa vitamin.
3. Mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-46,5
0
C.
4. Mampu menghasilkan asam dan gas gula.
5. Dapat menghilangkan rasa pada bahan pangan.
6. Pseudomonas aerogenes dapat menyebabkan pelendiran.









11

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis rancangan penelitian
Desain penelitian Eksperimen dengan menggunakan metode perbandingan, umumnya
menggambarkan hubungan sebab akibat melalui pemanipulasian variabel independen
(misalnya : treatment, stimulus, kondisi) dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh
manipulasi tadi. Efek dari manipulasi tersebut disebut variabel dependen
3.2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa dopang gunung sari, waktu penelitian bulan 12 Januari
2014.
3.3. Subjek penelitian
Air yang diambil berasal dari air sumur gali di desa dopang gunung sari yang di indikasi
kan mengalami pencemaran oleh bakteri koliform.
3.4. Identifikasi variable penelitian
Variabel bebas (x) : Air sumur gali di desa dopang gunung sari
Variabel terikat (y) : Kadar pencemaran air oleh Bakteri koliform.
3.5.Cara Kerja
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data berdasarkan observasi lapangan dengan mengambil contoh
sampel air minum isi ulang sebanyak 100 ml yang ada di Kecamatan desa dopang gunung
sari yang terduga telah tercemar bakteri koliform. Uji air minum isi ulang tersebut dapat
dilakukan setelah uji pendahuluan di desa dopang gunung sari yang meliputi persiapan
alat-alat, pelaksanaan dan pengamatan.
2. Pelaksanaan Pengujian Air Minum Sampel
12

Pelaksanaan meliputi pengambilan sampel pada beberapa depot air minum isi
ulang (DAMIU), dan dilanjutkan dengan menggunakan uji penduga dengan 9 tabung
(seri 3-3-3). Media pertumbuhan menggunakan kaldu laktosa yang masing-masing
tabung berisi 9 ml dilengkapi tabung durham dengan posisi terbalik. Tiga seri tabung
pertama diisikan 10 ml air minum sampel, tiga seri tabung kedua diisikan dengan 1 ml air
minum sampel, dan tiga seri tabung ketiga diisikan 0,1 ml air sampel. Tahap selanjutnya
inkubasi selama 1-2 X 24 jam dengan diamati pembentukan gas pada tabung durham dan
berubahnya media menjadi keruh yang menandakan media menjadi asam karena adanya
aktivitas bakteri koliform. Hasil selanjutnya dianalisis dengan metode MPN (Most
Probable Number) atau metode JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat) dengan penggunaan seri
3-3-3.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pemilik dan karyawan depot air minum isi ulang
mengenai bahan baku produksi dan proses pengolahannya.
4. Pengumpulan Dokumen
Hasil wawancara dan pengujian berupa data yang dikumpulkan dan disusun
sebagai bahan acuan pembanding antara hasil pengujian di laboratorium dan di lapangan
yakni sumber bahan baku dan prosesnya menjadi produk.
5. Analisis Data
Analisis data berdasarkan kehadiran bakteri koliform melalui uji penduga
dibandingkan dengan tabel MPN (Most Probable Number) atau JPT (Jumlah Perkiraan
Terdekat) (Cappuccino & Sherman, 1987). Tabel tersebut dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah bakteri colifom dalam 100 ml sampel air.








13

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Air merupakan kebutuhan paling vital bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Tubuh manusia terdiri dari sekitar 65 % air. Makhluk hidup yang kekurangan air
cukup banyak dapat berakibat fatal atau bahkan mengakibatkan kematian. Manusia
memerlukan 2,5 3 liter air untuk minum dan makan (Sutjahyo,2000).
Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari,
tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Air minum harus memenuhi persyaratan fisik,
kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1996).
Data Departemen Kesehatan (2004), syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak
berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Air dari sumber alam dapat
diminum oleh manusia tetapi masih terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri
(misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Bakteri dapat dibunuh dengan memasak
air hingga 100
0
C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan
cara ini (Suprihatin dalam kompas, 2003).
Air tawar bersih yang layak minum semakin langka di perkotaan. Sungai-sungai yang
menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah
organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman
dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun
air permukaan. Hal ini membuat semakin banyak industri pengolahan air minum dalam
kemasan (AMDK) yang menjawab tantangan dalam penyediaan air bersih terutama air
minum.







14

DAFTAR PUSTAKA

Athena, Sukar, Hendro, M.D, Anwar, M dan Haryono. 2003. Kandungan Bakteri Total Coli
dan Escherichia coli pada air minum dari depot air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang, dan
Bekasi. Puslitbang Ekologi Kesehatan. Jakarta
Departemen Kesehatan. 2004. Kumpulan Perundang-Undangan di Bidang Makanan. Bhakti
Husada. Jakarta
Hartini, S. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kontaminasi Deterjen Pada Air
Minum Isi Ulang di Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Kendal. Tesis Program Magister
Kesehatan Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang
Purwana dan Racmadi. 2003. Pedoman dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum.
Depkes RI WHO. Jakarta
Siswanto. 2004. Mencegah Depot Air Minum Isi Ulang Tercemar. http://www.hakli.or.id.
Diakses tanggal 1 April 2012
Suprihatin. 2003. Sebagian Air Minum Isi Ulang Tercemar Bakteri Coliform. Tim Penelitian
Laboratorium Teknologi dan Manajemen lingkungan. IPB dalam Kompas Sabtu 26 April.
Jakarta
Sutrisno, T.C dan Eny, S. 1997. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta
Widianti, P.M dan Ristiati, N.P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air
Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas P-MIPA IKIP
Negeri Singaraja. Bali
Zuhri, S. 2009. Pemeriksaan Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Anda mungkin juga menyukai