Anda di halaman 1dari 3

A.

Pendahuluan
Archaebacteria adalah organisme tertua yang hidup di Bumi. Archaebacteria adalah
prokariota uniseluler dan termasuk Kingdom Archaea. Archaebacteria pertama kali
ditemukan pada tahun 1977 dan diklasifikasikan sebagai bakteri. Kebanyakan
archaebacteria muncul seperti bakteri, bila diamati di bawah mikroskop. Namun,
Archaebacteria sangat berbeda dari bakteri dan organisme eukariotik.
Archaebacteria terdiri dari bakteri-bakteri yang hidup di tempat tempat kritis atau
ekstrim, misalnya bakteri yang hidup di air panas, bakteri yang hidup di tempat berkadar
garam tinggi, dan bakteri yang hidup di tempat yang panas atau asam, di kawah gunung
berapi, dan di lahan gambut. Menurut para ahli, Archaebacteria dikelompokkan menjadi
tiga kelompok utama, yaitu metanogen, halofil ekstrim, dan termofil ekstrim
(termoasidofil). Secara struktural, kelompok prokariotik ini memiliki beberapa
karakteristik, yaitu dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan, ribosomnya
mengandung beberapa jenis RNA-polimerase sehingga lebih mirip eukariotik, dan
plasmanya mengandung lipid dengan ikatan ester.
Archaebacteria ditemukan dalam kondisi yang sangat ekstrim seperti pada ventilasi
vulkanik atau di dasar laut. Mereka dapat dengan mudah bertahan di lingkungan ekstrim
seperti ventilasi laut yang banyak melepaskan gas sulfida, sumber air panas, atau lumpur
mendidih di sekitar gunung berapi.

B. Ciri-ciri Archaebacteria
1. Uniseluler prokariotik, yaitu tidak memiliki membrane inti sel
2. Memiliki dinding sel
3. Mempunyai 1 jenis RNA polimerase
4. Biasanya hidup pada lingkungan ekstrem, seperti daerah dengan kadar garam
tinggi
5. Reproduksi dengan cara pembelahan biner, pembentukan tunas, fragmentasi

C. Cara Perkembangbiakan Kedua Bakteri :

1. Reproduksi Aseksual :
Bakteri melakukan pembelahan biner, yaitu pembelahan langsung tanpa melalui
tahapan sepereti mitosis.
Pembelahan ini berlangsung cepat, misalnya pada bakteri E. Coli setiap 20 menit
membelah menjadi 2.
2. Reproduksi Seksual :
Bakteri belum dapat dibedakan jenis kelaminnya sehingga tidak dijumpai
reproduksi seksual, tetapi terjadi pemindahan materi genetik dari bakteri satu ke
bakteri lain tanpa membentuk zigot. Peristiwa ini disebut Paraseksual.

D. Klasifikasi Archaebacteria
Di bawah ini adalah kingdom Archaea yang diklasifikasikan ke dalam filum
berikut:
Filum Euryarchaeota: Ini adalah divisi yang paling banyak dipelajari dari archaea,
dan sebagian besar termasuk bakteri metanogenik dan halophiles.
Filum Crenarchaeota: Ini termasuk thermophiles, hyperthermophiles dan
thermoacidophiles. Bakteri archebacteria ini kebanyakan ditemukan di lingkungan
laut.
Filum Korarchaeota: Divisi ini terdiri dari hyperthermophiles ditemukan di suhu
lingkungan yang tinggi atau hidrotermal.
Filum Thaumarchaeota: filum ini meliputi amonia-oksidasi archaea, serta mereka
yang diketahui dengan metablolisme energi.
Filum Nanoarchaeota: filum ini memiliki anggota perwakilan tunggal bernama
Nanoarchaeum equitans.
Bakteri archebacterium ini biasa merupakan simbiosis obligat dengan archaea
kelompok genus Ignicoccus. Bakteri metanogenik mendapatkan energi dengan mengubah
H2 dan CO2 menjadi gas metana. Mereka ditemukan dalam saluran usus manusia dan
beberapa hewan seperti sapi, dan di rawa-rawa. Halophiles bertahan hidup dalam suasana
tinggi garam. Oleh karena itu, mereka ditemukan di Great Salt Lake, Laut Mati dan daerah
lain dengan konsentrasi garam yang tinggi. Thermoacidophiles ditemukan di daerah
dengan suhu yang sangat tinggi dan kondisi yang sangat asam. Mereka dapat ditemukan di
saluran hydrothermal dan vulkanik.





E. Habitat Archaebacteria
Archaebacteria hudup di tempat yang asin, seperti di Great Salt Lake (danau garam
di Amerika) dan Laut Mati. Kata halofi l berasal dari bahasa Yunani, halo yang berarti
garam, dan phylos yang berarti pencinta. Beberapa spesies sekadar memiliki toleransi
terhadap kadar garam, tetapi ada pula spesies lain yang memerlukan lingkungan yang
sepuluh kali lebih asin dari air laut untuk dapat tumbuh. Beberapa koloni halofi l ekstrim
membentuk suatu buih bewarna ungu. Warna tersebut adalah bakteriorhodopsin.
Bakteriorhodopsin merupakan suatu pigmen yang menangkap energi cahaya.

F. Manfaat archaebacteria:
1. Enzim dari Archaebacteria ditambahkan ke sabun cuci untuk meningkatkan
kemampuan sabun cuci dan detergen pada suhu dan pH tinggi
2. Digunakan dalam industri makanan untuk mengubah pati jagung menjadi
dekstrin (sejenis karbohidrat)
3. Untuk mengatasi pencemaran laut karena tumpahan minyak

Anda mungkin juga menyukai