Anda di halaman 1dari 1

CASE STUDY Di awal-awal pertemuan kami pada mata kuliah Micro, ibu Indani

meminta kami untuk membawakan benda apa saja untuk dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Pada waktu saya tampil, hari itu saya membawa contoh bedak tabur dan bedak padat, ketika saya mempresentasikan didepan, saya merasa sedikit kewalahan, itu dikarnakan saya membuka dua variable sekaligus, niat saya untuk membandingkannya, tapi hasilnya saya masih kurang dibandingkan penampilan pertama. Kemudian diminggu-minggu selanjutnya, kami dianjurkan bagaimana cara masuk kedalam kelas dan memperkenalkan diri kepada anak-anak. Pada kesempatan itu saya tampil dengan kemampuan yang saya punya, kata ibu saya terlalu tegang dan terlalu terburu-buru, akan tetapi kata-kata yang saya gunakan sudah bagus cuman tinggal atur intonasinya saja, dan rilek. Kata ibu Anggaplah seperti kita bicara sehari-hari saja. Di minggu selanjutnya kami sudah masuk kedalam bagaimana cara mengajar, dan menyiapkan RPP dengan KD yang kita pilih sendiri tentu dengan metode-metode yang pembelajaran apa yang cocok dengan KD kita masingmasing. Pada penampilan yang ke-3 kalinya sudah ada sedikit perubahan walau masih merasa gugup tapi saya sudah merasa lebih nyaman berdiri di depan kelas (tidak gemetaran lagi). Tapi yang namanya kami masih belajar tentu masih ada kekurangan, baik di sikap maupun di dalam kita menyimpulkan materi, saya membahas tentang wawancara, saya terapkan metode pemodelan, 2 orang saya panggil ke depan untuk berwawancara, tapi kata ibu contoh wawancara yang berikan itu kurang cocok dengan siswa, saya diminta untuk mengganti contoh wawancara yang topiknya lebih akrab dengan anak-anak. Saya tidak berkecil hati untuk menerima kritik dan saran-saran dari ibu juga kawan-kawan, karena itu bisa menjadi perbaikan kita kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai