Anda di halaman 1dari 6

MENCARI JUARA SEJATI

H. Wiranto, SH.
Ketua Umum Partai HANURA

Pelatihan Dasar Kepemimpinan Terpadu


Leading Through The Change
Juara Sejati
BEM FISIPOL UI
TMII, 8 Maret 2008

Adalah Bill Gates, seorang ceking berkacamata minus


tebal dan pencinta games komputer sejak kecil.
Ketika itu, ia memutuskan untuk hengkang dari
Harvard, hanya karena ia temukan seorang
mahasiswa yang memiliki grade matematika lebih
tinggi darinya. Ia merasa tidak lagi ada gunanya
bernaung di bawah bendera salah satu kampus
tersohor di negeri Paman Sam itu, lantaran selama
ini, hanya matematikalah kebanggaannya. Ia lantas
mendirikan Microsoft dan berniat untuk menggilas

HIKMAH dari sekelumit catatan sejarah ini tentu bukan pada keputusan
Gates untuk keluar sebelum waktunya, tapi lebih kepada keinginannya
untuk lebih baik, setelah ia ternyata harus ‘kalah’ grade matematika
dari seorang mahasiswa lain. Gates tahu persis bahwa apa yang ia
perjuangkan selama ini, bahkan tanpa piknik, nonton konser, atau
berpacaran layaknya kaum muda AS, ternyata tidak berbanding lurus
dengan kenyataan yang ia hadapi.
Di sisi lain, ia dapat memanfaatkan kelemahan itu sebagai
pemantik spirit kerja keras untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih
baik. Kini, ia bahkan menyumbangkan lebih dari separuh kekayaannya
untuk kegiatan-kegiatan sosial di seluruh dunia. Lihatlah, setelah jaya
pun, ia tetap tak perlu untuk membanggakan diri terlalu berlebihan.

Mencari Juara Sejati 1


Apa Kabar Indonesia Hari Ini?
Kita awali dengan gurita globalisasi yang telah berhasil
menguasai seluruh sendi kehidupan bernegara. Sebagai sebuah
fenomena, bagi sebuah bangsa, globalisasi, pada satu sisi memang
menawarkan peluang bagi bangsa tersebut untuk tampil di kancah
global. Tetapi, tentu saja sejumlah kualifikasi harus dipenuhi.
Tidak dapat dipungkiri, di dalam konteks globalisasi terdapat
aneka persaingan antar-entitas dalam sebuah pasar global, di mana
hukum-hukum persaingan global berlaku. Sayangnya, tidak semua bangsa
di muka bumi berangkat dari start yang sama dalam konteks persaingan
itu. Satu sisi, terdapat bangsa-bangsa yang dari segi ekonomi telah
demikian maju. Di sisi lain, terdapat bangsa-bangsa yang tertinggal.
Parahnya, berbagai regulasi yang terkait dengan makanisme pasar bebas
(liberalisme pasar) amat ditentukan oleh segelintir negara maju, tanpa
memperhatikan kondisi dan kesiapan negara-negara yang tertinggal atau
yang sedang berkembang.
Contoh paling nyata, sebut saja globalisasi ekonomi yang dewasa
ini berparadigma pasar bebas. Ia telah menjadi kecenderungan global.
Konsekuensinya, terjadilah kompetisi ekonomi secara bebas. Dalam
situasi normal, satu negara dengan negara lain, dengan keunggulan
komparatifnya masing-masing, saling bersaing secara ekonomi. Negara
yang memiliki keunggulan komparasi tinggi akan memenangkan
persaingan. Tetapi, pada kenyataannya tidak selalu demikian. Sebab,
garis-garis perdagangan dunia telah ditentukan oleh negera-negara maju.
Seunggul apa pun tingkat komparasi sebuah negara terbelakang dalam
produk tertentu, tidak akan pernah bisa menyaingi negara-negara maju.
Modal, akses, infrastruktur, dan kemampuan SDM keduanya tidak
sebanding.
Lahirlah negara-negara adidaya yang kemudian memonopoli
semua jalur perdagangan dunia. Pada konteks Indonesia, ditambah
dengan kekalahan kompetisi di tataran regional, dan konsolidasi bangsa

Mencari Juara Sejati 2


yang gagal semakin dapat diketahui bahwa negeri ini tengah mengalami
kehancuran karakter yang sangat. Lebih lanjut, bangsa Indonesia pun
tersudut dalam percaturan global. Perlahan tapi pasti, rasa cinta tanah
air mulai menipis, tergerus oleh semakin mengguritanya kekuatan global
yang tidak memberi kesempatan pada pihak-pihak yang tidak dapat
berkompetisi.

Indonesiaku Sayang Indonesiaku Malang


Kini, kita bahkan merasa tidak menjadi tuan di negeri sendiri,
lantaran berjuta ketergantungan hidup kita terhadap produk-produk
asing. Kita tak dapat menghindar dari kecenderungan kita untuk takluk
di depan mereka, hanya karena kita selalu saja merasa inferior, dengan
seabrek ratapan yang tidak perlu. Wajar saja, sebab negara berpenduduk
terbesar nomor 4 di dunia ini merupakan pasar konsumen yang sangat
potensial. Makanya mereka merasa perlu untuk menghabisi posisi
Indonesia sebagai negara produsen.

Di sisi lain, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, dan


jumlahnya terbesar di dunia. Apabila pemeluk Islamnya bersatu, akan
sangat sulit dikendalikan oleh kekuatan adidaya, maka mereka merasa
perlu untuk menghabisi semangat persatuan.

Keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersebar di


antara dua samudra dan dua benua juga menjadikannya faktor penentu
dalam konteks geo-politik dan geo-ekonomi dunia, maka mereka merasa
perlu untuk menghabisi kemandiriannya.
Selain itu, sumber daya alam Indonesia sangatlah besar. Jadi,
Indonesia harus secepatnya mereka kuasai dan habisi sebelum mampu
memproteksinya. Keberadaan Freeport, Newmont, Exxon Mobile, British
Petroleum mengisyaratkan keberadaan mereka di Indonesia sebagai
pembenaran atas hipotesis tersebut.

Mencari Juara Sejati 3


Belum lagi seabrek persoalan domestik yang terus-menerus
menghantui pertumbuhan negeri ini. Kita lihat praktik demokrasi yang
jauh dari nilai-nilai aslinya. Demokrasi masih sebatas prosedural, belum
substansial. Di mana-mana terjadi euforia kebebasan tanpa
mengindahkan konstitusi. Hasilnya, chaos menjadi rutinitas negeri yang
dulu sangat terkenal karena toleransinya ini.
Ketimpangan ekonomi juga sangat kental mewarnai perjalanan
sejarah bangsa. Ia bahkan berkelindan dengan kekuasaan dan
menghasilkan oligarki dominan untuk memperalat rakyat dan kekuasaan
demi kepentingan individu dan kelompok.
Betapa saat ini akhlak menjadi persoalan berat kepemimpinan
bangsa. Orang tidak malu lagi saling serang. Orang tak merasa risih kalau
pun harus menjadi komprador. Orang juga tak membutuhkan
kebersamaan sebagai bangsa, karena membahayakan posisinya. Nah,
sampai kapan keterpurukan ini akan berlangsung?

Bermimpilah!
Kegilaan game Bill Gates justru membuatnya tertarik untuk
mengaitkan matematika dengan game impiannya. Mulailah ia punya hobi
baru, yakni menguasai dan menciptakan program komputer baru. Dan
seperti diketahui, kini ia berhasil merajai perangkat lunak dunia.
Agak jauh ke belakang ke abad pertengahan, saat Coppernicus,
seorang ilmuwan, menyatakan bahwa bumi ini bulat dan berpusat pada
tata surya, banyak yang bilang, ia gila. Ia bahkan dieksekusi mati karena
dianggap mengajarkan hal sesat. Namun, setelah teleskop dikembangkan
begitu maju, dunia pun meyakini pernyataan Coppernicus, dengan tanpa
ragu sedikit pun.
Ketika Maha Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa
untuk menyatukan Nusantara, ia bahkan tak peduli pada kepentingan
dirinya. Ia yakin, penyatuan Nusantara akan berbuah pada pengakuan
martabat bangsa di tengah pergaulan internasional. Seperti tercatat

Mencari Juara Sejati 4


sejarah, ia pun akhirnya berhasil. Nusantara bahkan menjadi embrio
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Betapa mimpi
Gajah Mada ketika itu ternyata berbuah pada persatuan dan kesatuan
negara yang melimpah sumber daya alamnya ini.
Maka bermimpilah, atau bercita-citalah. Sebab, dengan mimpi,
seseorang akan berusaha untuk fokus dalam bertindak. Bila semua anak
Indonesia memiliki fokus tindakan yang tak tanggung-tanggung, 220 juta
penduduk negeri ini akan bertemu dengan kebahagiaan, lantaran
memiliki generasi penerus yang penuh kualifikasi mumpuni.

Indonesia Butuh Juara Sejati


Perubahan terjadi sangat cepat. Hanya sosok-sosok yang mampu
menyesuaikan diri dengan cepatlah yang mampu berperan dalam
perubahan itu. Sementara itu, untuk dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan, seseorang harus berpikir terbuka. Ia dapat menerima
perubahan, serta siap memasuki perubahan tersebut.
Beruntunglah anak-anak muda yang mampu memahami dunia yang
berubah cepat, juga dapat memasuki masa itu dengan tanpa mengikis
identitas utama kediriannya. Karena, keterbukaan berpikir tentu harus
selaras dengan kecerdasan mentalnya. Jadi, berpikir terbuka berbeda
dengan plagiasi, atau berperilaku meniru bulat-bulat apa yang tengah
menjadi tren saat ini.
Kerja keras adalah pilihan penting selanjutnya. Sebab, mimpi
tidak akan menjadi kenyataan tanpa kerja keras. Lihatlah, Paul Gilbert,
mantan gitaris Mr. Big, melatih jari-jarinya selama 8 jam sehari.
Simaklah, Einstein bahkan tak sempat mengurus rambutnya, dan larut
pada laboratoriumnya. Ketahuilah, Ronaldinho bahkan tidur bersama
bolanya.
Bekerja keras tentu sangat menyenangkan bagi anak-anak muda
yang memiliki cita-cita. Waktu menjadi sangat penting untuk diisi hal-hal
positif agar dapat mengerti banyak hal. Membaca, menulis, diskusi,

Mencari Juara Sejati 5


meneliti, berkarya, berekspresi, hingga mencintai keluarga dan taat
beragama. Kreativitas akan tumbuh dari komunitas anak-anak yang
energik, memiliki keingintahuan besar, dan tidak takut berkompetisi.
Sebab, semua anak yang dilahirkan berpotensi menjadi juara.
Untuk melengkapi kiprah semangat muda, berdedikasi tentu juga
merupakan hal penting. Seorang pemuda yang baik pasti memiliki
orientasi sosial, agar berguna bagi orang lain di sekitarnya. Persembahan
tersebut dapat mewujud dalam perilaku untuk berbagi dan aksi.
Berbagi artinya membagikan apa yang kita miliki kepada
masyarakat; ada yang membuat perpustakaan umum bagi anak jalanan,
kegiatan pengobatan gratis, atau berbagi dalam bentuk lain, yaitu
berbagi kebahagiaan kepada masyarakat yang membutuhkan perhatian
khusus, seperti kepada anak-anak yatim piatu, panti jompo, dan
sebagainya.
Jika tidak ada sesuatu yang dapat diberikan secara langsung maka
bisa melakukan aksi, yaitu kegiatan-kegiatan sosial dalam bentuk aksi
pembersihan lingkungan, ikut pengamanan lingkungan, ikut mengatur
lalu lintas ketika macet, dan aksi apa pun yang bermanfaat bagi
sesamanya.
Bila masyarakat telah merasakan kehadiran generasi muda dalam
hari-harinya, bukan hal mustahil, di masa depan bangsa ini akan berisi
pemimpin-pemimpin tangguh yang dapat mengemban amanah, jujur,
adil, dan menyampaikan kebenaran.
Lihatlah, jalan menuju masa depan yang cerah telah terbentang
luas di depan kita... terang-benderang. Selamat menjadi Juara Sejati.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhai anak-anak muda Indonesia. Saya
berdoa untuk keberhasilan Anda semua. Amin.

Mencari Juara Sejati 6

Anda mungkin juga menyukai