1
Sebelumnya, mari membedah persoalan kekinian Indonesia
pada konteks global dan domestik.
2
memiliki tanggung jawab sosial untuk menghidupi seluruh
bangsanya. Sekarang, privatisasi terus-menerus menyeret modal
menjauh dari dimensi sosial pada komunitas di mana sebenarnya ia
tetap berada. Demi keuntungan yang sebesar-besarnya, modal
berjumlah besar dengan cepat berlari (capital flight) ke komunitas
(negara) yang diinginkannya. Contoh, pada tahun 1997 dan
seterusnya memberikan gambaran nyata atas persoalan tersebut.
Kondisi Domestik
3
faktor penentu dalam konteks geo-politik dan geo-ekonomi dunia,
maka mereka merasa perlu untuk menghabisi kemandiriannya.
Selain itu, sumber daya alam Indonesia sangatlah besar. Jadi,
Indonesia harus secepatnya mereka kuasai dan habisi sebelum
mampu memproteksinya. Keberadaan Freeport, Newmont, Exxon
Mobile, British Petroleum mengisyaratkan keberadaan mereka di
Indonesia sebagai pembenaran atas hipotesis tersebut.
4
Dan yang lebih parah, saking kompleksnya persoalan yang ada,
rasa cinta tanah air masyarakat kita pun mulai menipis. Nilai-nilai
kejuangan dan nasionalisme yang dulu sangat berperan melahirkan
Indonesia merdeka, seperti luntur dengan perlahan.
Sampai di sini, kita lantas akan bertanya, upaya apa yang
sebaiknya ditempuh untuk menyelesaikan semua persoalan di atas?
5
Kebersamaan ini sangat penting untuk mengawal misi kemerdekaan
nasional.
Keempat, adanya Kepemimpinan. Untuk itulah kemudian
kepemimpinan sangat diperlukan untuk mengantarkan tujuan pada
keberhasilan yang dimaksud. Tanpa kepemimpinan, semua ini akan
sia-sia.
Sementara itu, pada tataran praksis, solusi yang dapat
ditempuh adalah dengan; melakukan konsolidasi demokrasi, serta
mewujudkan kepemimpinan nasional yang kuat dan tegas.
Konsolidasi Demokrasi
Demokrasi memang pekerjaan berat yang tidak serta-merta
terwujud seperti yang diinginkan, segampang kita membalikkan
telapak tangan. Artinya, meski terdapat karut-marut persoalan
bangsa yang hingga kini masih berlarut-larut, niatan baik untuk
terus memperbaiki proses demokrasi di republik ini adalah pilihan
bijak yang harus terus kita dukung.
Secara teoretis, berbagai literatur mengenai konsolidasi
demokrasi, mengaitkannya dengan tiga variabel utama yang perlu
diperhatikan.
Variabel pertama, adalah perbaikan kondisi ekonomi. Kondisi
ekonomi dipercaya terkait erat dengan ‘tingkat keamanan
demokrasi’. Bahwa proses demokratisasi sebuah bangsa akan
menjumpai sejumlah kendala nyata, apabila masih dihadapkan pada
kompleksitas permasalahan di bidang ekonomi. Sebaliknya,
membaiknya kondisi ekonomi akan berpengaruh bagi kualitas
demokrasi.
Variabel kedua, terciptanya kultur politik yang demokratis.
Dengan kata lain, ada suatu pembelajaran dan pendewasaan politik
yang berjalan efektif di mana masyarakat dan semua elemen
demokrasi makin mampu untuk mengaktualisasikan demokrasi
substansial ke praktik-praktik demokrasi prosedural secara optimal.
6
Variabel ketiga adalah adanya penguatan konsensus politik di
kalangan elite. Kuat atau tingginya tingkat konsensus di satu sisi
dan rendahnya tingkat konflik politik di kalangan elite di sisi lain,
memiliki pengaruh positif bagi stabilitas politik yang demokratis.
7
Sedangkan kapasitas pribadi yang dimaksud adalah
kepribadian STMJ.
Sadar bahwa pemimpin mengemban amanah dari Allah SWT
dan diperoleh karena dukungan rakyat.
Tahu apa yang menjadi harapan dan keinginan rakyat.
Mau dan mampu untuk mewujudkan harapan-harapan rakyat
tersebut.
Jamin bahwa jabatan apa pun sejatinya hanyalah mewakili
rakyat menuju kesejahteraan lahir dan batin.
Semoga kondisi republik yang kita cintai ini akan semakin
membaik; menjadi Indonesia modern yang bermartabat dan
sejahtera. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan pertolongan
kepada kita. Amin. [w]