Anda di halaman 1dari 8

MENGAKHIRI KEKHAWATIRAN

DENGAN KEPEMIMPINAN YANG


KUAT DAN TEGAS
H. Wiranto, SH.
LAUNCHING NPC-INDONESIA
“Tantangan Kepemimpinan 2009”

Hotel Sultan Jakarta


Rabu, 27 Agustus 2008

“Perubahan membutuhkan gerakan.


Gerakan memerlukan kekuatan. Kekuatan yang legal formal dan
konstitusional adalah kekuatan politik. Kekuatan politik akan
bermanfaat bagi rakyat apabila mengedepankan Hati Nurani.”
— Wiranto dalam Apa Itu HANURA (2008)

Pembahasan tentang tantangan kepemimpinan 2009 saat ini


sangatlah tepat. Sebab, dewasa ini rakyat Indonesia tengah susah dan
mengalami berbagai kesulitan. Mereka dibuat was-was. Setiap langkah
dan kebijakan yang ditempuh pemerintah senantiasa direspons dengan
pesimis. Masyarakat kehilangan kepercayaan pada pemerintah. Parahnya,
mereka menjadi semakin tidak yakin pada kepastian masa depan mereka.
Saat ini, solusilah yang diperlukan untuk mengakhiri krisis. Namun
sebelumnya, izinkan saya untuk menginventarisasi permasalahan
kepemimpinan saat ini dalam tabel berikut.

Individu Sistem
1. Orientasi kepentingan individu 1. Praktik demokrasi yang masih
dan kelompok prosedural belum lahirkan pemimpin
2. Jabatan sebagai tujuan akhir berkualitas
3. Jabatan bukan dianggap 2. Kultur demokratis tidak dibangun
sebagai amanah melalui transformasi sikap dan
4. Tidak tahu masalah dan perilaku demokratis
solusinya 3. Kaderisasi minimal melahirkan
5. Tidak dapat dijadikan figur kepemimpinan yang berkualifikasi
teladan masyarakat rendah

1|Saatnya HATI NURANI Bicara


4. Pemimpin parpol merangkap
pejabat pemerintahan

Masalah kepemimpinan yang muncul juga disebabkan oleh


lemahnya konsolidasi demokrasi. Pertama, perbaikan kondisi ekonomi.
Kondisi ekonomi dipercaya terkait erat dengan ‘tingkat keamanan
demokrasi’. Bahwa proses demokratisasi sebuah bangsa akan menjumpai
sejumlah kendala nyata, apabila masih dihadapkan pada kompleksitas
permasalahan di bidang ekonomi. Sebaliknya, membaiknya kondisi
ekonomi akan berpengaruh bagi kualitas demokrasi.
Perbaikan kondisi ekonomi akan tercapai bila pemerintah berpihak
pada rakyat banyak. Kebijakan yang ditelurkan juga memprioritaskan
kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Pemerintah semestinya berjuang untuk mewujudkan kemandirian ke
dalam, dan kemartabatan yang tinggi ke luar.

Kedua, kultur politik demokratis. Dengan disparitas intelektual


masyarakat kita yang sangat beragam, masih sangat sulit membangun
kultur politik yang demokratis. Untuk itu, diperlukan adanya suatu
pembelajaran dan pendewasaan politik yang berjalan efektif di mana
masyarakat dan semua elemen demokrasi makin mampu untuk
mengaktualisasikan demokrasi substansial ke praktik-praktik demokrasi
prosedural secara optimal.

Ketiga, penguatan konsensus politik. Setelah perbaikan kondisi


ekonomi dan terciptanya kultur politik yang demokratis, penguatan
konsensus politik menjadi variabel paripurna dalam mewujudkan
konsolidasi demokrasi. Kuat atau tingginya tingkat konsensus di satu sisi
dan rendahnya tingkat konflik politik di kalangan elite di sisi lain memiliki
pengaruh positif bagi stabilitas politik yang demokratis.

Dalam rangka memastikan berjalannya proses ini, yang kita


butuhkan adalah stabilitas politik yang demokratis. Stabilitas tersebut
tidak lagi direkayasa secara represif oleh rezim, tetapi betul-betul secara
alamiah dan demokratis tumbuh di tengah-tengah masyarakat, justru
karena sistemnya telah demokratis.

2|Saatnya HATI NURANI Bicara


Konsensus politik yang dimaksud tentu adalah konsensus yang
dibangun atas niatan besar membangun negeri, bukan untuk
melanggengkan dominasi elite politik semata. Pada titik ini, komitmen
elite sangat mementingkan kepentingan rakyat di atas kepentingan
golongan atau kelompok. Sebab, pada dasarnya elite politik tak mungkin
ada tanpa rakyat. Begitu pun konsensus politik tak akan efektif bila publik
tak merasa diperjuangkan oleh elite.

Yang paling penting, konsensus diarahkan pada keinginan


membangun kultur politik demokratis dengan etika kebersamaan yang
tinggi. Dengan konsensus, penyimpangan praktik demokrasi dapat
diminimalisasi, dan ketidakpuasan dapat diantisipasi lebih dini.
Kedewasaan berpolitik akan terwujud dari komitmen masing-masing elite
politik untuk menaati konsensus. Tanpa kedewasaan, demokrasi hanya
akan sukses prosedur, tanpa mengena substansinya.

Proses Lahirnya Pemimpin


Terma kepemimpinan lahir sebagai suatu konsekuensi logis dari
perilaku dan budaya manusia yang terlahir sebagai individu yang memiliki
ketergantungan sosial (zoon politicon) yang sangat tinggi dalam
memenuhi berbagai kebutuhannya. Abraham Maslow, pakar psikologi
humanistik, mengidentifikasi lima tingkat kebutuhan manusia (need of
hierarchy), yakni kebutuhan biologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan untuk diterima dan dihormati orang lain, kebutuhan untuk
mempunyai citra yang baik, dan kebutuhan aktualisasi diri untuk
menunjukkan prestasi yang baik.

Dalam upaya memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia kemudian


menyusun organisasi dari yang terkecil sampai yang terbesar sebagai
media pemenuhan kebutuhan serta menjaga berbagai kepentingannya.
Bermula dari hanya sebuah kelompok, berkembang hingga menjadi suatu
bangsa. Pada setiap organisasi selalu ada seorang atau lebih yang
dianggap sebagai pemimpin. Di Indonesia, ‘pemimpin’ sering disebut
penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus,
penggerak, ketua, kepala, raja, tua-tua, dan sebagainya. Setelah

3|Saatnya HATI NURANI Bicara


menduduki posisi pemimpin, kualitas diri yang dimiliki seseorang tadi
dalam memimpin adalah ‘kepemimpinan’. Oleh karenanya, pada dasarnya
kepemimpinan berhubungan dengan keterampilan, kecakapan, dan
tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang.

Pemimpin sesungguhnya tidak hanya ditentukan oleh pangkat atau


pun jabatan seseorang. Pemimpin adalah sesuatu yang muncul dari dalam
dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi
pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, keluarga, serta bagi lingkungan
masyarakatnya.

Nilai-nilai kepemimpinan lahir dari proses perubahan karakter atau


transformasi internal dalam diri seseorang. Dalam hal ini, kepemimpinan
merupakan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri
seseorang.
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi
kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter
yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan
pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong
kemajuan dalam organisasinya maka pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin.
Jadi, pemimpin bukan sekadar gelar atau jabatan yang diberikan
dari luar, melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang atau dikenal dengan kepemimpinan yang lahir dari proses
internal (leadership from the inside out).

Nilai-Nilai Kepemimpinan
Nilai-nilai kepemimpinan yang diajarkan Rasulullah Saw. adalah
sebagai berikut. Pertama, jujur (sidiq). Kedua, dapat dipercaya (amanah).
Ketiga, menyampaikan (tablig). Keempat, pandai (fathanah).
Ketika pada suatu hari filsuf besar Cina, Lao Tsu, ditanya oleh
muridnya tentang siapakah pemimpin yang sejati maka dia menjawab, As
for the best leaders, the people do not notice their existence. The next
best, the people honour and praise. The next, the people fear, and the

4|Saatnya HATI NURANI Bicara


next the people hate. When the best leader’s work is done, the people
say, “We did it ourselves.”

Justru sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui


keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau
tugas terselesaikan, seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa
merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang
pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer.

Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang asing, tidak


normal, dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin formal
konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor
and praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan
dikultuskan, mereka akan semakin merasa tinggi hati dan lupa diri.
Sebaliknya, kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan
pada kerendahan hati (humble).

Sebaiknya, pemimpin memiliki ciri-ciri pemimpin sejati. Pelajaran


mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh
dari kisah hidup Nelson Mandela, seorang pemimpin besar Afrika Selatan
yang membawa bangsanya dari negara rasialis menjadi negara yang
demokratis dan merdeka. Mandela bercerita bahwa selama menderita 27
tahun dalam penjara Pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan
dalam dirinya. Dia mengalami perubahan karakter dan memperoleh
kedamaian dalam dirinya, sehingga dia menjadi manusia yang rendah hati
dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selama
bertahun-tahun.

Kelebihan 4Q Pemimpin
Dalam perspektif yang berbeda, kita dapat menyatakan bahwa
syarat-syarat seseorang dapat menjadi pemimpin sejati di masyarakat
pada akhirnya harus memiliki kelebihan-kelebihan 4 Q sebagai berikut.

Q yang pertama adalah kecerdasaran intelektual (IQ). Dengan itu, ia


mampu menginterpretasikan hal yang rumit menjadi sederhana dan
mampu memberikan penjelasan secara terperinci dan dapat
dipertanggungjawabkan dari pendekatan disiplin ilmu.

5|Saatnya HATI NURANI Bicara


Q yang kedua adalah kecerdasan emosi (EQ). Dalam keadaan apa
pun, ia tetap tenang dan tidak kehilangan rasionalitas dalam menghadapi
tekanan dan masalah seberat apa pun.

Q yang ketiga adalah kecerdasaran kreatif (CQ). Ia tidak pernah


kehilangan akal dan selalu membangun ide-ide baru yang membawa
organisasi terus berkembang.

Q yang keempat adalah kecerdasan spiritual (SQ). Dalam hal ini, ia


mampu mengajak para pengikutnya untuk selalu sadar bahwa segala
sesuatu dapat terjadi atas kehendak Allah.

Keberhasilan Kepemimpinan
Keberhasilan atau kegagalan kepemimpinan dapat diukur atau
ditandai oleh tiga hal penting. Pertama, konsistensi, yakni apakah ia
selalu konsisten antara janji dan pelaksanaannya; antara petunjuk atau
arahan dengan apa yang dilakukannya.

Kedua, transparansi; berarti ada keterbukaan dalam manajemen


organisasi, tidak one man show, kaya sendiri, mampu membangun team
work yang baik, dan selalu memberikan argumentasi pada setiap
kebijakan yang diambilnya. Ketiga, membangun kepastian. Pemimpin
yang baik mampu memberikan arah yang jelas terhadap semua yang
dipimpinnya terutama mengenai tujuan dan bagaimana cara
mencapainya, sehingga mampu mewujudkan sinergi positif dari seluruh
potensi yang ada di organisasi itu.

Ketiga prinsip tersebut jelas tidak mungkin dapat dicapai kalau si


pemimpin tidak memiliki kesehatan jasmani. Jadi, betapa pentingnya
kebugaran bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, beberapa hal di atas
adalah salah satu alternatif terbaik dari banyak yang baik dalam menjaga
dan memelihara kebugaran siapa pun yang menjadi pemimpin.

Setiap pemimpin apa pun dan pada tingkat mana pun harus
menyadari bahwa jabatan adalah amanah dari Tuhan Yang Mahakuasa
untuk digunakan bagi kemaslahatan rakyatnya. Jabatan bukan sekadar
anugerah untuk dinikmati diri sendiri, keluarga, dan kroninya. Harus ada

6|Saatnya HATI NURANI Bicara


pemahaman dan rambu-rambu yang dapat menjamin bahwa jabatan
bukan didapat dari hasil rekayasa kotor melalui transaksi dagang, tetapi
benar-benar harus diperjuangkan melalui konteks integritas dan
kompetensi yang sehat dan terbuka.

Kepemimpinan Nasional yang Kuat dan Tegas


Sampai di sini, kita lantas akan bertanya, upaya apa yang sebaiknya
ditempuh untuk menyelesaikan semua persoalan kepemimpinan di atas?
Kepemimpinan seperti apa yang akan membawa Indonesia pada keadaan
yang lebih baik?
Kepemimpinan yang kuat adalah kepemimpinan legitimatif; yang
tidak gampang dirongrong oleh persoalan temporal. Kepemimpinan kuat
akan membawa negeri ini pada keberlangsungan hidup berbangsa yang
tidak terus-menerus dipenuhi oleh konflik domestik. Sementara itu,
kepemimpinan yang tegas akan bermuara pada kepastian hidup
berbangsa dan tidak terkatung-katung pada kebimbangan melangkah.
Kepemimpinan model ini harus didukung oleh prasyarat eksternal
dan kapasitas pribadi. Prasyarat eksternal yang dimaksud adalah back-
up politik yang kuat. Harus muncul satu kekuatan politik besar yang
mampu mengungguli kekuatan politik lainnya. Dengan demikian,
kekuatan tersebut, kecuali unggul dalam suara, berarti kuat dalam
bargaining serta menguasai pemerintahan dalam jangka yang cukup
lama.
Kiranya amat sulit membayangkan bahwa dalam waktu singkat
akan muncul suatu kekuatan politik mendapatkan kekuatan single
majority. Sebenarnya, kalau pun bukan mayoritas tunggal, harus dapat
terbangun mayoritas koalisi yang merupakan gabungan kekuatan politik
yang memiliki satu platform perjuangan. Mayoritas inilah yang akan dapat
melakukan perubahan yang kuat dalam rangka menata ulang
pembangunan hukum, demokrasi, dan ekonomi nasional kita.
Sedangkan kapasitas pribadi yang dimaksud adalah kepribadian
STMJ.
Sadar bahwa pemimpin mengemban amanah dari Allah SWT dan
diperoleh karena dukungan rakyat.

7|Saatnya HATI NURANI Bicara


Tahu apa yang menjadi harapan dan keinginan rakyat.
Mau dan mampu untuk mewujudkan harapan-harapan rakyat
tersebut.
Jamin bahwa jabatan apa pun sejatinya hanyalah mewakili rakyat
menuju kesejahteraan lahir dan batin.
Semoga kondisi republik yang kita cintai ini akan semakin membaik;
menjadi Indonesia yang bermartabat dan sejahtera. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa memberikan pertolongan kepada kita. Amin. [w]

8|Saatnya HATI NURANI Bicara

Anda mungkin juga menyukai