Anda di halaman 1dari 5

NAMA: R.A.

RATIH SONIA FARADITA


KELAS: XI IPS 1
ABSEN: 31

KERATON SUMENEP
Keraton Sumenep dulunya adalah tempat kediaman resmi para Adipati/Raja-Raja selain
sebagai tempat untuk menjalankan roda pemerintahan. Kerajaan Sumenep sendiri bisa
dibilang sifatnya sebagai kerajaan kecil (setingkat Kadipaten) kala itu, sebab sebelum
wilayah Sumenep dikusai VOC wilayah Sumenep sendiri masih harus membayar upeti
kepada kerajaan-kerajaan besar(Singhasari, Majapahit, dan Kasultanan Mataram).

Keraton Sumenep sejatinya banyak jumlahnya, selain sebagai kediaman resmi adipati/raja
yang berkuasa saat itu, karaton juga difungsikan sebagai tempat untuk mengatur segala
urusan pemerintahan kerajaan. Saat ini Bangunan Karaton yang masih tersisa dan utuh adalah
bangunan Karaton yang dibangun oleh Gusti Raden Ayu Tirtonegoro R. Rasmana dan
Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bindara Saod) beserta keturunannya yakni
Panembahan Somala Asirudin Pakunataningrat dan Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat
I (Raden Ario Notonegoro). Sedangkan untuk bangunan karaton-karaton milik Adipati/Raja
yang lainnya, seperti Karaton Pangeran Siding Puri di Parsanga, Karaton Tumenggung
Kanduruan, Karaton Pangeran Lor dan Pangeran Wetan di Karangduak hanya tinggal sisa
puing bangunannya saja yakni hanya berupa pintu gerbang dan umpak pondasi bangunan
Keraton.
Istilah penyebutan Karaton apabila dikaitkan dengan sistem pemerintahan di Jawa saat itu,
merasa kurang tepat karena karaton Sumenep memeliki strata tingkatan yang lebih kecil dari
bangunan keraton yang ada di Jogjakarta dan Surakarta. Karaton Sumenep sebenarnya adalah
bangunan kediaman keadipatian yang pola penataan bangunannya lebih sederhana dari pada
keraton-keraton besar seperti Jogjakarta dan Surakarta. Namun perlu dimaklumi bahwa
penggunaan penyebutan istilah karaton sudah berlangsung sejak dulu kala oleh masyarakat
Madura, karena kondisi geografis Sumenep yang berada di daerah mancanegara (wilayah
pesisir wetan) yang jauh dari Kerajaan Mataram. Begitu juga penyebutan Penguasa
Kadipaten yang lebih familiar dikalangan masyarakatnya dengan sebutan "Rato/Raja"
/
. (
)
( )
.

/

.
(
( .
/


.



.

.


( ) .
" /
"
Pendiri
Karaton Pajagalan atau lebih dikenal Karaton Songennep dibangun di atas tanah pribadi milik
Panembahan Somala penguasa Sumenep XXXI. Dibangun Pada tahun 1781 dengan arsitek
pembangunan Karaton oleh Lauw Piango salah seorang warga keturunan Tionghoa yang
mengungsi akibat Huru Hara Tionghoa 1740 M di Semarang. Karaton Panembahan Somala
dibangun di sebelah timur karaton milik Gusti R. Ayu Rasmana Tirtonegoro dan Kanjeng
Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bindara Saod) yang tak lain adalah orang tua beliau.
Bangunan Kompleks Karaton sendiri terdiri dari banyak massa, tidak dibangun secara
bersamaan namun di bangun dan diperluas secara bertahap oleh para keturunannya.


.

.
. .

.
Prasasti Karaton Sumenep
Prasasti keraton Sumenep berisi wasiat Panembahan Somala tentang kompleks bangunan
Karaton dan sekitarnya. Prasasti tersebut ditulis pada tahun 1200 H atau tahun ba' Bulan
Muharram dengan huruf arab dan sekarang masih tersimpat di Museum Karaton Sumenep.
Tahun Hijriah Nabi SAW. 1200 (tahun ba') dibulan Muharram, inilah bangunan-bangunan
(tempat tinggal) serta tanah-tanah wakaf Pangeran Natakusuma Adipati Sumenep. Semoga
Allah SWT memberi ampun baginya dan kedua orang tuanya. Inilah bangunan serta tanah
yang tidak dapat dirusak dan tidak dapat diwaris sebabb bangunan (termasuk tanah
tersebut) adalah wakaf yang diperuntukkan untuk kebutuhan orang fair dan orang miskin.
Saya memberi perintah kepada sekalian keturunan, atau kalau tidak ada sanggup, kepada
lainnya guna memperbaiki mengawasi dan memlihara bangunan-bangunan dan tanah
tersebut, bagi keturunan lainnya yang telah memlihara dan mengawasi wakaf itu semoga
Allah SWT, mengaruniai keselamatan dunia maupun akherat.

.
'
.

. ( ') ( )
. .
( )
.


.
Struktur Penataan Kota
Konsep dasar perencanaan tata kota Sumenep ditentukan berdasarkan ajaran Islam : hablum
minallah wa hablum minannas artinya berhubungan dengan Allah dan berhubungan dengan
manusia. Maksudnya alun-alun sebagai pusatnya. Bila menghadap lurus ke barat
dimaksudkan kita berhubungan dengan Tuhan ( kiblat di Masjidil haram ) dan kita temukan
Masjid jamik. Sebaliknya bila kita menghadap ke timur dimaksudkan berhubungan dengan
manusia dan kita dapatkan keraton Sumenep. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan ajaran
agama Hindu yang mengatakan bahwa timur, arah tempat matahari terbit adalah lambang
kehidupan, jadi tempat manusia di alam dunia. Sebaliknya barat tempat matahari terbenam
adalah lambang kematian, lambang akherat, dan lambang ketuhanan.



:
. .
. ) (
.
.
.

Anda mungkin juga menyukai