:: M. Agus Santoso
OTONOMI DAERAH
DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
M. Agus Santoso
Program Pascasarjana Ilmu Hukum, Universitas Widyagama Mahakam Samarinda,
Telp. 0541-737222 Fax. 0541-736572, Email: uwgm@gmail.com
In the United Nation of Republic of Indonesia the highest authorization holder is center government,
but the geo-politics of Republic of Indonesia is very large and divided into islands and archipelagoes and
large and small regions so in running authorization, central government obliges to give part of its
authority to regions, in order to manage each region. It is called decentralization or regional autonomy.
The principle of Republic of Indonesia can not be separated with principle of regional autonomy, it includes
in section I verse I The Constitution of 1945 and its section 18 amendment, therefore regional autonomy
is sub system of Republic of Indonesia system. If it is looked from organization of regional autonomy in
Indonesia has organized since Indonesia’s Independence of 1945, and it happened since Dutch and Japan
occupation. Therefore, the policy on regional autonomy in Indonesia must be maintained and develops up
to now.
Keywords: Unitary State of the Republic of Indonesia, regional autonomy
B. TINJAUAN HISTORIS OTONOMI yang berdaulat sekitar 232 (dua ratus tiga
DAERAH DI INDONESIA puluh dua) tahun sejak 1293 sampai tahun
Perkembangan peraturan tentang 1525 (Yamin, 1959: 31-32), dan setelah itu
otonomi daerah di Indonesia selalu bangsa Indonesia di kuasai oleh VOC.
mengalami perubahan dalam rangka Masa ‘Pemerintahan’ Hindia Belanda
penerapan prinsip otonomi daerah, secara Staten General di Negara Belanda Nederlan
formal sudah berlangsung sejak tanggal di beri kekuasaan untuk mengatur urusan-
18 Agustus 1945 ketika di syahkannya UUD urusan di wilayah ‘Hindia Belanda’ (yang
45 pada masa awal kemerdekaan Negara kemudian menjadi wilayah Republik
Republik Indonesia. Namun demikian Indonesia) akan tetapi badan ini belum juga
perlu juga dicermati pengaturan masa memikirkan untuk mengadakan
sebelum kemerdekaan Republik pembahasan susunan pemerintahan/
Indonesia, yaitu masa penjajahan Belanda Desentralisasi semacam UUD bagi ‘Hindia
dan Jepang, yang tentunya berpengaruh Belanda’ (Wilayah Indonesia) yang disebut
dan mewarnai pengaturan pada awal Regeerings Reglement/RR yang di
penyelenggaraan pemerintahan Republik dalamnya terlihat sistem ‘Sentralistis’,
Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada namun terdapat ketentuan Pokok dari
tinjauan sejarah otonomi daerah baik pemerintahan dalam negeri Hindia
sebelum kemerdekaan maupun setelah Belanda (Wilayah Indonesia) menyebut-
merdeka. kan Kabupaten-Kabupaten di Jawa dan
Madura, jika di pandang perlu oleh
1. Masa Penjajahan Belanda Gubernur Jenderal, di bagi dalam distrik-
Sebagaimana diketahui dalam sejarah distrik. Hal itu menunjukkan dan
Indonesia, sebelum di jajah Belanda, di membuktikan adanya ‘struktur Pemerin-
Jawa berlangsung masa ‘Pemerintahan’ tahan di Indonesia yang asli’, sejak
Kerajaan Mataram, dan berdasarkan sebelum kedatangan Belanda (Suria-
sumber-sumber Jawa yang terpenting ningrat, 1981: 1-3).
adalah berkenaan dengan mass hidup Ketentuan Regeerings Reglement (RR)
‘Senopati’ dalam hal ini ‘Babad Tanah Jawi’ kemudian di ganti menjadi Indishe
terutama intisari prosa dan uraiannya Siaatsregeling (IS), dengan ketentuan yang
dalam Babad Meinsma (Meinsma, Babad) sama dengan mengadakan perubahan
tetapi sayang sekali Babad itu tidak walaupun tambahan yang menjadi
memberikan dukungan yang tidak begitu landasan adanya Desentralisasi, kemudian
besar. Pada masa pemerintahan Mataram setelah adanya pergeseran dari paradigma
sudah dikenal ‘Pekerjaan’ dalam satu pemerintahan ‘sentralisasi’ ke ‘desentralisasi’,
daerah di sebut ‘Bupati’ tapi dengan nama seluruh wilayah Hindia Belanda dibagi
jabatan ‘Toemenggoeng’ yang kemudian dalam lingkungan kerja yang disebut
pada masa Hindia Belanda, nama ‘Bupati’ wilayah (gewest), untuk kepentingan
diresmikan sebagai nama jabatan penyelenggaraan (algemeen bestuur);
Pimpinan Kabupaten (de Grad, 1981: 99). Gewest (wilayah) merupakan kesatuan
Dalam sejarah Indonesia, yaitu pada geografis tanpa perangkat sendiri dan
masa 2000 (dua ribu) tahun yang lalu telah tanpa keuangan sendiri, jadi pemerintahan
berlangsung masa pemerintahan dilaksanakan secara sentralistis ekstrim,
‘Kerajaan’ yang berkuasa meliputi seluruh jalurnya hanya dekonsentrasi (Suria-
wilayah Indonesia, dan menjadi ‘awal’ ningrat, 1981: 51).
kelahiran Idealisme ‘Kesatuan’ dalam Kemudian di Jawa dan Madura
wilayah Pemerintahan Kerajaan waktu itu, diberlakukan Bestuurs hervormings wet (UU
yaitu: (a) ‘Negara’ Kesatuan/Kerajaan penyesuaian pemerintahan), yang berupa
Sriwijaya, yang berpusat di Sumatera suatu Undang-Undang yang bermaksud
dengan masa kekuasaan sekitar 1000 menyesuaikan ‘pemerintah wilayah’
(Seribu) tahun sejak tahun 392; dan (b) dengan berlakunya Undang-Undang
‘Negara’ Keprabon/Kerajaan Majapahit, desentralisasi bermaksud membentuk
‘Dewan Lokal’ yang mempunyai kota di Jawa serta satuan wilayah dan
‘otonomi’, kemudian di bentuklah masyarakat di luar Jawa.
Provinsi (Province), Kabupaten
(Regentschap) dan Kotamadya/kota (stads/ 2. Masa Penjajahan Jepang
genente) dan hurnine, di Jawa dan Madura Sebagaimana diketahui, setelah ratusan
di bagi dalam 3 (tiga) provinsi, yaitu Jawa tahun Belanda berkuasa di Indonesia,
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dan 2 kemudian diambil alih oleh Penjajah
(dua) Gubernemen terdiri dari Surakarta Jepang yang berkuasa di Indonesia selama
dan Yogyakarta. Mengenai penyeleng- 3,5 (tiga setengah) tahun, dengan
garaan sistem desentralisasi pada masa melakukan perubahan-perubahan yang
pemerintahan Hindia Belanda, cukup fundamental, dengan membagi
dilaksanakan 1905, selanjutnya mulai dalam 3 (tiga) wilayah ‘militer’, yaitu
tahun 1938 terdapat 3 (tiga) wilayah Sumatera dan Jawa Madura sebagai
gubememen Sumatera, Kalimantan wilayah angkatan darat, pemerintahan
(Borneo) dan Timur Besar (Groote Oost), tiap melakukan penetrasi kedalam kehidupan
gubernemen di kepalai oleh seorang masyarakat jauh lebih intensif
gubernur yang bertugas melaksanakan dibandingkan dengan pemerintahan
urusan Pemerintah Hindia Belanda dan Hindia Belanda (Syaukani, Gaffar dan
Departemen-Departemen Gubemur Rasyid, 2002: 54-55).
melaksanakan pengawasan atas Masa penjajahan Jepang, pemerintahan
pemerintah otonomi dan swapraja- yang di bentuk adalah ‘Pemerintahan
swapraja gewesten lama tetap pengawasan Militer’, yang melaksanakan
wilayah administratif; yaitu kesatuan- pemerintahan di Indonesia, dengan
kesatuan Pemerintahan dengan sebutan penyelenggaraan yang sesuai dengan
karesidenan yang dikepalai oleh seorang kepentingan angkatan perang Jepang yang
Residen yang tugasnya mengurus jalan, bersangkutan, dengan melanjutkan
jembatan, bangunan, pekerjaan umum, pemerintahan yang telah ada, yaitu
pengairan, kesehatan rakyat, pemerataan pemerintahan dari masa Hindia Belanda.
pertanian pendidikan (pribumi) Pemegang kekuasaan pemerintahan
peternakan (pemberantasan penyakit). militer tertinggi adalah Dai Nippon yang
Pada daerah kotamadya/kota adalah juga memegang kekuasaan yang dahulu
sama tingkatannya dengan kabupaten, ada ditangan Gubernur Jenderal, dengan
demikian juga dengan otonominya sistem pemerintahan menghapus jalur
(Hadjon, 1993: 59-60), jenis pemerintahan dekonsentrasi (Soetoprawiro, 1994: 13-22).
yang merupakan Daerah Otonomi, diluar Dengan demikian pada masa
Jawa Madura (luar Jawa) langsung di penjajahan Jepang tersebut Indonesia
perintah oleh gubernemen, secara diperintah dengan pembagian urusan ala
ketatanegaraan berada pada tahap/tataran Jepang, yaitu Pimpinan Bala Tentara
antara provincie dan kabupaten (di pulau Jepang sebagai pemerintah pusat yang
Jawa setingkat keresidenan) yang dikuasai Angkatan Darat dan Angkatan
mengurus dan mengatur rumah tangganya Laut, sedangkan pemerintah Daerah tetap
sendiri. diserahkan Kenco/Bupati dan Si--Co/
Berdasarkan uraian diatas mengenai Walikota, semuanya di bawah
sistem pemerintahan Indonesia masa Syuucokan/Residen (orang Jepang),
penjajahan Belanda dengan corak susunan Pemerintah di Daerah diatur
sentralisistis, sehingga semua urusan dalam Osamu Seirei No. 27 tahun 1942
pusat/pemerintahan Hindia Belanda (Surianingrat, 1981: 70-72).
kepada Gubernur Jenderal, kemudian
mulai ada desentralisasi terbatas, yang 3. Masa Kemerdekaan Republik
mulanya diawali dengan adanya Indonesia
desentralisasi urusan terbatas dan bersifat Sebelum proklamasi dikumandang-
lokal yaitu dengan pembentukan wilayah kan telah berdiri sebuah lembaga di
administratif, keresidenan, kabupaten, dan
bahwa bentuk Negara Kesatuan Indonesia yang bersifat staat juga Daerah Indonesia
telah dinyatakan secara bulat dan akan dibagi dalam daerah provinsi dan
konsitusional tertuang dalam dasar daerah provinsi akan dibagi pula dalam
Negara Indonesia, yaitu Undang-Undang daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah
Dasar 1945 dan Pancasila, diharapkan yang bersifat otonomi (streek dan locale
dapat menyatukan seluruh wilayah rechts gemenschappen) atau daerah bersifat
Nusantara yang luas dan terbagi administrasi belaka, semua menurut
kepulauan-kepulauan dan suku bangsa. aturan yang akan ditetapkan dengan
Prinsip ‘Negara Kesatuan’ Republik Undang-Undang. Di daerah-daerah yang
Indonesia tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) bersifat otonomi akan diadakan Badan
UUD 1945, yang tetap tidak berubah Perwakilan Daerah, oleh karena itu di
sampai sekarang, walaupun UUD 1945 daerah pun pemerintahan akan bersendi
telah mengalami perubahan/amandemen atas dasar permusyawaratan; dan (2) Dalam
ke 4 (empat) kalinya, tetap berisi ketentuan Teritorial Indonesia terdapat lebih kurang
bahwa ‘Indonesia (Republik Indonesia) 250 zelfbesturendhe landshappen dan
adalah Negara Kesatuan yang berbentuk volksgemeen schappen, seperti desa di Jawa
Republik’; mempunyai makna Negara dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun
tunggal (satu Negara) yang monosentris dan warga di Palembang dan sebagainya.
(berpusat satu) terdiri hanya satu Negara, Daerah-daerah itu mempunyai susunan
satu pemerintahan, satu kepala Negara, asli, dan oleh karenanya dapat dianggap
satu badan legislatif yang berlaku bagi sebagai daerah yang bersifat istimewa.
seluruh daerah di wilayah Negara Negara Indonesia menghormati
bersangkutan, dalam melakukan aktifitas kedudukan daerah-daerah istimewa dan
keluar maupun kedalam diurus oleh satu segala peraturan Negara mempunyai
pemerintahan yang merupakan langkah daerah-daerah itu akan mengingati hak-
kesatuan, baik pemerintah pusat maupun hak asal usul daerah tersebut.
daerah (Sudjiono dan Rudianto, 2003: 1). Kemudian mengenai otonomi Daerah
Karena luasnya wilayah Republik ini dikuatkan dan diuraikan lagi secara
Indonesia, dan terbagi dalam bentuk rinci dalam amandemen UUD 1945,
kepulauan serta daerah-daerah dalam berkaitan dengan prinsip Negara
menjalankan pemerintahan, maka prinsip Kesatuan clan prinsip Otonomi Daerah
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak yang tidak bisa dipisahkan antara Pasal 1
bisa dipisahkan dengan prinsip ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 18 UUD 1945
Desentralisasi atau otonomi daerah yang baik sebelum maupun sesudah
didasarkan pada Pasal 18 Undang-Undang amandemen, maka dapat di simpulkan
Dasar 1945 sebelum perubahan. Yang antara lain ‘Dalam rangka Negara
berbunyi: “Pembagian Daerah Indonesia kesatuan Republik Indonesia dan
atas dasar besar dan kecil dengan bentuk memperhatikan tujuan pemberian
susunan pemerintahannya ditetapkan otonomi kepada Daerah, maka
dengan undang-undang dengan penyelenggaraan otonomi daerah oleh
memandang dan menghayati dasar pemerintah daerah merupakan sub sistem
pemusyawaratan dalam sistem dari sistem pemerintahan Negara,
pemerintahan Negara dan hak-hak asal khususnya pemerintahan eksekutif
usul dalam daerah yang bersifat istimewa”. diselenggarakan oleh pemerintah pusat,
Prinsip Desentralisasi atau otonomi pemerintah daerah sampai pemerintah
Daerah yang tertuang dalam Pasal 18 UUD desa, dengan sistem pembagian kekuasaan
1945, untuk lebih mendalami maksudnya, sesuai dengan kewenangannya’.
lebih tegas dituangkan dalam
penjelasannya, yang berbunyi: (1) Oleh
karena Negara Indonesia itu suatu D. PRINSIP NEGARA KESATUAN
‘eenheidstaat’, maka Indonesia tak akan REPUBLIK INDONESIA
mempunyai daerah di dalam lingkungan Prinsip Negara Kesatuan sudah
menjadi landasan hukum dalam