Anda di halaman 1dari 12

Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia

:: M. Agus Santoso

OTONOMI DAERAH
DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

M. Agus Santoso
Program Pascasarjana Ilmu Hukum, Universitas Widyagama Mahakam Samarinda,
Telp. 0541-737222 Fax. 0541-736572, Email: uwgm@gmail.com

Local Autonomy at the United Nation of Republic Indonesia

In the United Nation of Republic of Indonesia the highest authorization holder is center government,
but the geo-politics of Republic of Indonesia is very large and divided into islands and archipelagoes and
large and small regions so in running authorization, central government obliges to give part of its
authority to regions, in order to manage each region. It is called decentralization or regional autonomy.
The principle of Republic of Indonesia can not be separated with principle of regional autonomy, it includes
in section I verse I The Constitution of 1945 and its section 18 amendment, therefore regional autonomy
is sub system of Republic of Indonesia system. If it is looked from organization of regional autonomy in
Indonesia has organized since Indonesia’s Independence of 1945, and it happened since Dutch and Japan
occupation. Therefore, the policy on regional autonomy in Indonesia must be maintained and develops up
to now.
Keywords: Unitary State of the Republic of Indonesia, regional autonomy

A. PENDAHULUAN menetapkan bentuk Negara Kesatuan dan


Gagasan mengenai bentuk Negara di Republik mengandung isi pokok pikiran
Indonesia sudah menjadi perdebatan sejak kedaulatan rakyat, juga di dalam pencasila
awal kemerdekaan, bahkan sebelum tertuang jelas pada sila ke tiga yang
Indonesia merdeka ketika Badan berbunyi: ‘Persatuan Indonesia’, artinya
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan bahwa bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia selanjutnya disebut BPUPKI Indonesia telah dinyatakan secara bulat
sedang sibuk mempersiapkan bentuk dan konstitusional tertuang dalam dasar
negara, karena masih terjadi pro dan Negara Indonesia, UUD 1945 dan Pancasila,
kontra terhadap hal itu, pada akhirnya diharapkan dapat menyatukan seluruh
ditentukan bentuk negara yang sesuai wilayah nusantara yang luas dan terbagi
dengan tujuan dan cita-cita bangsa yang kepulauan dan suku bangsa.
tertuang dalam Pembukaan (preambule) Negara Kesatuan adalah negara yang
Undang--Undang Dasar Republik mempunyai kemerdekaan dan kedaulatan
Indonesia, pada alinea kedua yang atas seluruh wilayah atau daerah yang
berbunyi: “Dan Perjuangan Pergerakan dipegang sepenuhnya oleh satu
Kemerdekaan Indonesia telah sampailah pemerintah pusat. Adapun Negara
kepada saat yang berbahagia dengan kesatuan dibentuk atas asas unitarisme dan
selamat sentosa mengahantarkan rakyat yang dimaksud unitarisme adalah sebagai
Indonesia ke depan pintu gerbang “The Habitual Exercise of Supreme Legislative
kemerdekaan negara Indonesia, yang authority by one central Power”
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan (Abdurrahman, 1987: 54). Prinsip yang
makmur”. terkandung pada negara kesatuan ialah
Bentuk Negara Kesatuan Republik memegang tampuk kekuasaan tertinggi
Indonesia lebih tegas tertuang dalam Pasal atas segenap urusan Negara ialah
1 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang pemerintah pusat (Central Government)
berbunyi: “Negara Indonesia ialah Negara tanpa adanya gangguan oleh suatu
Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Pada delegasi atau pelimpahan kekuasaan
penjelasannya sebelum perubahan kepada pemerintah daerah (Local

Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009 381


Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia
:: M. Agus Santoso

Government). Disamping itu di dalam daerah-daerah otonomi bukanlah hal itu


Negara kesatuan terdapat asas bahwa ditetapkan dalam konstitutsinya, akan
segenap urusan-urusan negara tidak tetapi karena masalah itu merupakan
dibagi antara pemerintah pusat (Central hakekat dari pada negara kesatuan.
Government) dengan pemerintah daerah Kemudian menurut Amrah Muslimin
(Local Government), sedemikian rupa menyatakan bahwa Pengertian Otonomi
sehingga urusan-urusan negara kesatuan tidaklah semata-mata bergandengan
tetap merupakan suatu kebulatan (eenheid) dengan negara Kesatuan, tetapi otonomi
dan bahwa pemegang kekuasaan tertinggi dalam arti umum dan dogmatis juga
di Negara itu ialah pemerintah pusat terdapat dalam negara serikat dimana
(Istanto, 1971: 16). otonomi itu lebih luas dan pada negara
Dengan demikian jelas bahwa dalam kesatuan (Martosoewigdnjo, 1981: 17).
Negara Kesatuan, pemerintah pusat Persoalan otonomi daerah di Indonesia
mempunyai wewenang sepenuhnya di sampai saat ini masih menjadi bahan
dalam seluruh wilayah negara meskipun perbincangan sangat ramai, baik itu
wilayah negara itu dibagi dalam bagian- dikalangan cendikiawan (akademisi),
bagian negara, tetapi bagian-bangian politisi, birokrasi dan bahkan di kalangan
negara tersebut sesungguhnya tidak awampun ikut andil membicarakan
mempunyai kekuasaan asli. Menyadari tentang otonomi daerah, apalagi hal yang
akan hal tersebut sering menimbulkan sangat sulit dilakukan karena Indonesia
kritik adanya pemusatan kekuasaan yang adalah negara yang berbentuk kesatuan,
berlebihan dan akan mengalami proses dengan luas wilayah yang sangat luas, serta
birokrasi yang panjang terhadap negara terbagi dalam bentuk pulau-pulau, hal ini
besar yang system komunikasinya belum akan membuat kesulitan dalam
lancar, serta jarak antara pusat dan daerah-- pelaksanaan otonomi daerah, belum lagi
daerah jauh, maka akan sering terjadi perbedaan etnis, karena Indonesia yang
keterlambatan dalam berbagai hal. Oleh penduduknya di bagi dalam bentuk
karena itu di dalam Negara Kesatuan masyarakat dan budaya yang berbeda-
sesungguhnya masih juga terbuka inisiatif beda, maka sangat wajarlah kalau
daerah dan peranan daerah untuk perdebatan itu sampai kini belum
memeperjuangkan nasib daerahnya menemukan kata akhir.
masing--masing. Namun harus Persolaan otonomi daerah menurut
terkoordinasi dengan pusat, dalam hal ini Nasroen adalah sebuah dari soal-soal yang
sering dilahirkan konsep dekonsentrasi teramat penting yang dihadapi oleh
dan desentralisasi yang tujuannya adalah masyarakat kita pada saat sekarang ini
untuk mendelegasikan sebagian tugas- (Nasroen, 1951: 9). Di pihak lain persoalan
tugas pemerintah Negara Kesatuan tentang otonomi daerah ini merupakan
kepada daerah-daerah terhadap hal-hal suatu persoalan yang sangat kompleks
yang dipandang sudah saatnya diatur atau dengan berbagai dimensi. Persoalan
diurus sendiri oleh pemerintah daerah otonomi bukan persoalan hukum dan
(Wayong, 1975: 24). pemerintah saja, akan tetapi menyangkut
Terhadap kekuasaan pemerintah pusat juga aspek sosial, politik, budaya, ekonomi,
dalam Negara Kesatuan tidak adanya hankam dan lain sebagainya, sehingga
daerah-daerah otonomi. Walaupun kepada persoalannya tidak mungkin di kaji secara
bagian-bagian negara itu diberi otonomi monodisipliner, akan tetapi harus secara multi
yang luas, karena daerah-daerah itu atau interdisipliner. Selain itu juga
sebenarnya tidak mempunyai pengertian mengenai otonomi adalah juga
kewenangan, apalagi secara lebih jauh merupakan suatu konsep yang dinamis,
kekuasaan untuk mengurangi kekuasaan senantiasa mengalami perkembangan
dari pemerintah pusat tersebut, menurut sejalan dengan perkembangan pemikiran
Sri Sumantri adanya pelimpahan yang tumbuh dan berkembang dalam
wewenang dari pemerintah pusat kepada masyarakat yang bersangkutan.

382 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009


Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia
:: M. Agus Santoso

Menurut Nasroen pula, masalah tidak mungkin kita lepaskan dari


otonomi daerah ini selain dari soal dan ketentuan perundang-undangan yang
tehnik ketatanegaraan kita adalah juga soal mengatur tentang pemerintahan di daerah
‘practisen belheid’ sebab banyak syarat- yang berlaku dewasa ini.
syarat yang harus dipenuhi, supaya hak Berdasarkan latar belakang historis dan
mengurus rumah tangga itu jangan telah diatur secara konstitusional, yang
merupakan khayalan belaka. Kemudian mengatur tentang daerah-daerah atau
Amrah Muslimin, mengemukakan bahwa otonomi daerah yang tertuang dalam Pasal
mengenai luasnya otonomi dalam masing- 18 Undang Undang Dasar 1945 sebelum
masing bidang tugas pekerjaan. Adalah mengalami perubahan yang menyebut-
tergantung dari sejarah pembentukan tiap- kan: “Pembagian Daerah Indonesia atas
tiap negara, apakah otonomi itu daerah besar dan kecil dengan bentuk
berkembang dari bawah dan oleh susunan pemerintahannya ditetapkan
pemerintah pusat atas dasar permusya- dengan Undang Undang, dengan
waratan kemudian diberi dasar formil memandang dan mengingati dasar
yuridis (Muslimin, 1978: 10). Hal ini permusyawaratan dalam sistem
menuntut kita untuk melihat pengertian pemerintahan negara dan hak-hak asal
otonomi secara lebih terbuka, tidak usul dalam daerah yang bersifat istimewa.”
menutup arti otonomi menurut Pengaturan mengenai aneka persoalan
perkembangan historisnya dan selalu tentang daerah, sudah dilakukan sejak
melihat otonomi dalam konteks awal berdirinya negara Repuhlik
(Danuredjo, 1967: 10). Indonesia. Sejak tahun 1945 telah dibuat
Aspek historis dari otonomi penting peraturan yang mengatur pemerintahan
untuk mendapat perhatian dalam mengkaji daerah yaitu ketika ditetapkannya
masalah-masalah tersebut. Hal ini adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945
sejalan dengan apa yang dikemukakan tentang Kedudukan Komite Nasional
Soepomo, yang menyatakan bahwa Daerah, kemudian disusul dengan
otonomi daerah sebagai prinsip berarti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948,
menghormati kehidupan regional tentang Pemerintahan Daerah, yang
menurut riwayat, adat dan sifat-sifat digantikan oleh Undang-Undang Nomor
sendiri-sendiri, dalam kadar negara 1 Tahun 1957, tentang Pokok-Pokok
kesatuan, tiap daerah mempunyai historis Pemerintahan Daerah, penetapan Presiden
dan sifat khusus yang berlainan daripada No. 6 Tahun 1959, tentang Pemerintahan
riwayat dan sifat daerah lain. Berhubung Daerah dan Undang-Undang Nomor 18
dengan itu menurut pendapatnya Tahun 1965, tentang Pokok-Pokok
penterintah harus menjauhkan segala Pemenntaan Daerah sebagaimana
urusan yang bermaksud akan kemudian dicabut dan diganti oleh
menguniformisir seluruh daerah menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974,
satu model (Danuredjo, 1967: 10). tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Disampingg latar belakang historis, Pemerintah di Daerah.
pelaksanaan otonomi juga ditentukan oleh Cukup lama Undang-Undang Nomor
politik hukum yang dianut oleh negara 5 tahun 1974 ini berlaku pada masa Orde
yang bersangkutan. Secara lebih jelas Baru, kemudian pada Masa Reformasi di
Juniarto menyatakan bahwa luas ganti dengan Undang-Undang Nomor 22
sempitnya urusan-urusan yang diserah- 1999, Tentang Pemerintahan Daerah, 5
kan kepada suatu pemerintah lokal yang (lima) tahun kemudian di sempurnakan
berhak mengatur dan mengurus rumah dan di ubah menjadi Undang-Undang No.
tangganya sendiri, tergantung pada 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan
politik hukum yang dianut pada waktu Daerah yang terakhir penyempurnaannya
itu, yang dituangkan dalam hukum positif adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun
(Juniarto, 1967: 30). Oleh karena itu, 2008, tentang Pemerintahan Daerah yang
pembicaraan tentang otonomi daerah ini berlaku hingga sekarang.

Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009 383


Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia
:: M. Agus Santoso

B. TINJAUAN HISTORIS OTONOMI yang berdaulat sekitar 232 (dua ratus tiga
DAERAH DI INDONESIA puluh dua) tahun sejak 1293 sampai tahun
Perkembangan peraturan tentang 1525 (Yamin, 1959: 31-32), dan setelah itu
otonomi daerah di Indonesia selalu bangsa Indonesia di kuasai oleh VOC.
mengalami perubahan dalam rangka Masa ‘Pemerintahan’ Hindia Belanda
penerapan prinsip otonomi daerah, secara Staten General di Negara Belanda Nederlan
formal sudah berlangsung sejak tanggal di beri kekuasaan untuk mengatur urusan-
18 Agustus 1945 ketika di syahkannya UUD urusan di wilayah ‘Hindia Belanda’ (yang
45 pada masa awal kemerdekaan Negara kemudian menjadi wilayah Republik
Republik Indonesia. Namun demikian Indonesia) akan tetapi badan ini belum juga
perlu juga dicermati pengaturan masa memikirkan untuk mengadakan
sebelum kemerdekaan Republik pembahasan susunan pemerintahan/
Indonesia, yaitu masa penjajahan Belanda Desentralisasi semacam UUD bagi ‘Hindia
dan Jepang, yang tentunya berpengaruh Belanda’ (Wilayah Indonesia) yang disebut
dan mewarnai pengaturan pada awal Regeerings Reglement/RR yang di
penyelenggaraan pemerintahan Republik dalamnya terlihat sistem ‘Sentralistis’,
Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada namun terdapat ketentuan Pokok dari
tinjauan sejarah otonomi daerah baik pemerintahan dalam negeri Hindia
sebelum kemerdekaan maupun setelah Belanda (Wilayah Indonesia) menyebut-
merdeka. kan Kabupaten-Kabupaten di Jawa dan
Madura, jika di pandang perlu oleh
1. Masa Penjajahan Belanda Gubernur Jenderal, di bagi dalam distrik-
Sebagaimana diketahui dalam sejarah distrik. Hal itu menunjukkan dan
Indonesia, sebelum di jajah Belanda, di membuktikan adanya ‘struktur Pemerin-
Jawa berlangsung masa ‘Pemerintahan’ tahan di Indonesia yang asli’, sejak
Kerajaan Mataram, dan berdasarkan sebelum kedatangan Belanda (Suria-
sumber-sumber Jawa yang terpenting ningrat, 1981: 1-3).
adalah berkenaan dengan mass hidup Ketentuan Regeerings Reglement (RR)
‘Senopati’ dalam hal ini ‘Babad Tanah Jawi’ kemudian di ganti menjadi Indishe
terutama intisari prosa dan uraiannya Siaatsregeling (IS), dengan ketentuan yang
dalam Babad Meinsma (Meinsma, Babad) sama dengan mengadakan perubahan
tetapi sayang sekali Babad itu tidak walaupun tambahan yang menjadi
memberikan dukungan yang tidak begitu landasan adanya Desentralisasi, kemudian
besar. Pada masa pemerintahan Mataram setelah adanya pergeseran dari paradigma
sudah dikenal ‘Pekerjaan’ dalam satu pemerintahan ‘sentralisasi’ ke ‘desentralisasi’,
daerah di sebut ‘Bupati’ tapi dengan nama seluruh wilayah Hindia Belanda dibagi
jabatan ‘Toemenggoeng’ yang kemudian dalam lingkungan kerja yang disebut
pada masa Hindia Belanda, nama ‘Bupati’ wilayah (gewest), untuk kepentingan
diresmikan sebagai nama jabatan penyelenggaraan (algemeen bestuur);
Pimpinan Kabupaten (de Grad, 1981: 99). Gewest (wilayah) merupakan kesatuan
Dalam sejarah Indonesia, yaitu pada geografis tanpa perangkat sendiri dan
masa 2000 (dua ribu) tahun yang lalu telah tanpa keuangan sendiri, jadi pemerintahan
berlangsung masa pemerintahan dilaksanakan secara sentralistis ekstrim,
‘Kerajaan’ yang berkuasa meliputi seluruh jalurnya hanya dekonsentrasi (Suria-
wilayah Indonesia, dan menjadi ‘awal’ ningrat, 1981: 51).
kelahiran Idealisme ‘Kesatuan’ dalam Kemudian di Jawa dan Madura
wilayah Pemerintahan Kerajaan waktu itu, diberlakukan Bestuurs hervormings wet (UU
yaitu: (a) ‘Negara’ Kesatuan/Kerajaan penyesuaian pemerintahan), yang berupa
Sriwijaya, yang berpusat di Sumatera suatu Undang-Undang yang bermaksud
dengan masa kekuasaan sekitar 1000 menyesuaikan ‘pemerintah wilayah’
(Seribu) tahun sejak tahun 392; dan (b) dengan berlakunya Undang-Undang
‘Negara’ Keprabon/Kerajaan Majapahit, desentralisasi bermaksud membentuk

384 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009


Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia
:: M. Agus Santoso

‘Dewan Lokal’ yang mempunyai kota di Jawa serta satuan wilayah dan
‘otonomi’, kemudian di bentuklah masyarakat di luar Jawa.
Provinsi (Province), Kabupaten
(Regentschap) dan Kotamadya/kota (stads/ 2. Masa Penjajahan Jepang
genente) dan hurnine, di Jawa dan Madura Sebagaimana diketahui, setelah ratusan
di bagi dalam 3 (tiga) provinsi, yaitu Jawa tahun Belanda berkuasa di Indonesia,
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dan 2 kemudian diambil alih oleh Penjajah
(dua) Gubernemen terdiri dari Surakarta Jepang yang berkuasa di Indonesia selama
dan Yogyakarta. Mengenai penyeleng- 3,5 (tiga setengah) tahun, dengan
garaan sistem desentralisasi pada masa melakukan perubahan-perubahan yang
pemerintahan Hindia Belanda, cukup fundamental, dengan membagi
dilaksanakan 1905, selanjutnya mulai dalam 3 (tiga) wilayah ‘militer’, yaitu
tahun 1938 terdapat 3 (tiga) wilayah Sumatera dan Jawa Madura sebagai
gubememen Sumatera, Kalimantan wilayah angkatan darat, pemerintahan
(Borneo) dan Timur Besar (Groote Oost), tiap melakukan penetrasi kedalam kehidupan
gubernemen di kepalai oleh seorang masyarakat jauh lebih intensif
gubernur yang bertugas melaksanakan dibandingkan dengan pemerintahan
urusan Pemerintah Hindia Belanda dan Hindia Belanda (Syaukani, Gaffar dan
Departemen-Departemen Gubemur Rasyid, 2002: 54-55).
melaksanakan pengawasan atas Masa penjajahan Jepang, pemerintahan
pemerintah otonomi dan swapraja- yang di bentuk adalah ‘Pemerintahan
swapraja gewesten lama tetap pengawasan Militer’, yang melaksanakan
wilayah administratif; yaitu kesatuan- pemerintahan di Indonesia, dengan
kesatuan Pemerintahan dengan sebutan penyelenggaraan yang sesuai dengan
karesidenan yang dikepalai oleh seorang kepentingan angkatan perang Jepang yang
Residen yang tugasnya mengurus jalan, bersangkutan, dengan melanjutkan
jembatan, bangunan, pekerjaan umum, pemerintahan yang telah ada, yaitu
pengairan, kesehatan rakyat, pemerataan pemerintahan dari masa Hindia Belanda.
pertanian pendidikan (pribumi) Pemegang kekuasaan pemerintahan
peternakan (pemberantasan penyakit). militer tertinggi adalah Dai Nippon yang
Pada daerah kotamadya/kota adalah juga memegang kekuasaan yang dahulu
sama tingkatannya dengan kabupaten, ada ditangan Gubernur Jenderal, dengan
demikian juga dengan otonominya sistem pemerintahan menghapus jalur
(Hadjon, 1993: 59-60), jenis pemerintahan dekonsentrasi (Soetoprawiro, 1994: 13-22).
yang merupakan Daerah Otonomi, diluar Dengan demikian pada masa
Jawa Madura (luar Jawa) langsung di penjajahan Jepang tersebut Indonesia
perintah oleh gubernemen, secara diperintah dengan pembagian urusan ala
ketatanegaraan berada pada tahap/tataran Jepang, yaitu Pimpinan Bala Tentara
antara provincie dan kabupaten (di pulau Jepang sebagai pemerintah pusat yang
Jawa setingkat keresidenan) yang dikuasai Angkatan Darat dan Angkatan
mengurus dan mengatur rumah tangganya Laut, sedangkan pemerintah Daerah tetap
sendiri. diserahkan Kenco/Bupati dan Si--Co/
Berdasarkan uraian diatas mengenai Walikota, semuanya di bawah
sistem pemerintahan Indonesia masa Syuucokan/Residen (orang Jepang),
penjajahan Belanda dengan corak susunan Pemerintah di Daerah diatur
sentralisistis, sehingga semua urusan dalam Osamu Seirei No. 27 tahun 1942
pusat/pemerintahan Hindia Belanda (Surianingrat, 1981: 70-72).
kepada Gubernur Jenderal, kemudian
mulai ada desentralisasi terbatas, yang 3. Masa Kemerdekaan Republik
mulanya diawali dengan adanya Indonesia
desentralisasi urusan terbatas dan bersifat Sebelum proklamasi dikumandang-
lokal yaitu dengan pembentukan wilayah kan telah berdiri sebuah lembaga di
administratif, keresidenan, kabupaten, dan

Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009 385


Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia
:: M. Agus Santoso

Indonesia setingkat Lembaga Kenegaraan Sejarah perkembangan pengaturan


berupa Panitia Persiapan Kemerdekaan tentang pelaksanaan Desentralisasi/
Indonesia (PPKI), yang telah terbentuk otonomi daerah di Indonesia sejak
sebagai Lembaga Kebangsaan Indonesia kemerdekaan 1945 sampai masa
pada tanggal 9 Agustus 1945 oleh tokoh- berlakunya UU Nomor 5 Tahun 1974 telah
tokoh Bangsa Indonesia, dan sejak tanggal mengalami berbagai pengaturan yang
15 Agustus 1945 yang dipimpin oleh tidak konsisten, yaitu beberapa kali
Soekarno-Hatta, kemudian secara dilakukan. Perubahan secara prinsip dalam
normative Negara Indonesia terbentuk pengaturannya, sehingga dalam
setelah pengucapan proklamasi kenyataannya di Indonesia memang
kemerdekaan Republik Indonesia oleh belum pernah terjadi Penyelenggaraan
Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus Pemerintah Lokal (Pemerintah Daerah)
1945 dan Undang-Undang Dasar Negara yang relatif kuat, hal itu pula yang menjadi
Republik Indonesia tahun 1945 pada hambatan pelaksanaan otonomi daerah,
tanggal 18 Agustus 1945, dan sejak saat itu Namun demikian sejak berlakunya UU
dalam menjalankan pemerintahan Negara Nomor 22 Tahun 1999 dan seterusnya
Republik Indonesia harus berpijak pada sampai sekarang pelaksanaan otonomi
UUD 1945, sebagai konstitusi tertinggi di daerah sudah mengalami perkembangan
negara Republik Indonesia. yang begitu pusat, dan tetap dalam bingkai
Perkembangan kebijakan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
landasan hukum penyelenggaraan
pemerintahan daerah, hal-hal yang
berkaitan dengan prinsip dan sistem C. PRINSIP OTONOMI DAERAH DI
pembagian urusan pemerintah pusat INDONESIA
maupun pemerintah daerah, dalam rangka Indonesia adalah sebuah Negara yang
penerapan asas desentralisasi di Indonesia, terbentuk pada tanggal 17 Agustus 1945
tertuang dalam Pasal 18 UUD 1945 yang memiliki wilayah sangat luas terbagi
sebelum perubahan yang berbunyi: dalam pulau-pulau dan dapat disatukan
“Pembagian daerah Indonesia atas dasar menjadi kepulauan nusantara, dengan
besar dan kecil dengan bentuk susunan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, seluruh
pemerintahannya ditetapkan dengan masyarakatnya dapat disatukan, seperti
Undang-Undang, dengan memandang dan dikatakan Soepomo, dalam sidang BPUPKI
mengingat dasar permusyawaratan dalam atau Dokuritul/Dokuritsu Zyumbi Tjoosakai
sistem pemerintahan Negara dan hak-hak pada tanggal 31 Mei 1945, bahwa Negara
asal usul dalam daerah yang bersifat adalah susunan masyarakat yang integral,
istimewa”. segala golongan, segala lapisan, segala
Bahwa dari isi dan jiwa Pasal 18 UUD anggotanya berhubungan dengan erat satu
1945 beserta penjelasannya, menurut Lubis sama lain, dan merupakan kesatuan
(1997: 215): “Jelaslah bahwa pemerintah masyarakat yang organis (Soepomo, 1945:
diwajibkan untuk melaksanakan politik 325).
‘Desentalisasi’ dan Dekonsentrasi di Indonesia merupakan Negara
bidang ketatanegaraan”. Sebenarnya pasal kesatuan, yang terbentuk sejak tunggal 18
tersebut lebih banyak mengandung Agustus 1945, tertuang dalam Pasal 1 ayat
ketentuan tentang penyelenggaraan (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang
pemerintah, dalam hal ini pemerintah berbunyi: “Negara Indonesia ialah Negara
daerah. Hal itu didasarkan atas pembagian Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Dan
wilayah Negara Kesatuan Republik pada penjelasannya menetapkan bentuk
Indonesia yang begitu luas dan kecil serta Negara kesatuan dan Republik
beraneka suku bangsa, dengan semboyan mengandung isi pokok pemikiran
Bhinneka Tunggal Ika untuk kedaulatan rakyat, juga dalam Pancasila
mempertahankan Negara Kesatuan tertuang jelas pada sila ketiga yang
Republik Indonesia. berbunyi: ‘Persatuan Indonesia’. Artinya

386 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009


Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia
:: M. Agus Santoso

bahwa bentuk Negara Kesatuan Indonesia yang bersifat staat juga Daerah Indonesia
telah dinyatakan secara bulat dan akan dibagi dalam daerah provinsi dan
konsitusional tertuang dalam dasar daerah provinsi akan dibagi pula dalam
Negara Indonesia, yaitu Undang-Undang daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah
Dasar 1945 dan Pancasila, diharapkan yang bersifat otonomi (streek dan locale
dapat menyatukan seluruh wilayah rechts gemenschappen) atau daerah bersifat
Nusantara yang luas dan terbagi administrasi belaka, semua menurut
kepulauan-kepulauan dan suku bangsa. aturan yang akan ditetapkan dengan
Prinsip ‘Negara Kesatuan’ Republik Undang-Undang. Di daerah-daerah yang
Indonesia tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) bersifat otonomi akan diadakan Badan
UUD 1945, yang tetap tidak berubah Perwakilan Daerah, oleh karena itu di
sampai sekarang, walaupun UUD 1945 daerah pun pemerintahan akan bersendi
telah mengalami perubahan/amandemen atas dasar permusyawaratan; dan (2) Dalam
ke 4 (empat) kalinya, tetap berisi ketentuan Teritorial Indonesia terdapat lebih kurang
bahwa ‘Indonesia (Republik Indonesia) 250 zelfbesturendhe landshappen dan
adalah Negara Kesatuan yang berbentuk volksgemeen schappen, seperti desa di Jawa
Republik’; mempunyai makna Negara dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun
tunggal (satu Negara) yang monosentris dan warga di Palembang dan sebagainya.
(berpusat satu) terdiri hanya satu Negara, Daerah-daerah itu mempunyai susunan
satu pemerintahan, satu kepala Negara, asli, dan oleh karenanya dapat dianggap
satu badan legislatif yang berlaku bagi sebagai daerah yang bersifat istimewa.
seluruh daerah di wilayah Negara Negara Indonesia menghormati
bersangkutan, dalam melakukan aktifitas kedudukan daerah-daerah istimewa dan
keluar maupun kedalam diurus oleh satu segala peraturan Negara mempunyai
pemerintahan yang merupakan langkah daerah-daerah itu akan mengingati hak-
kesatuan, baik pemerintah pusat maupun hak asal usul daerah tersebut.
daerah (Sudjiono dan Rudianto, 2003: 1). Kemudian mengenai otonomi Daerah
Karena luasnya wilayah Republik ini dikuatkan dan diuraikan lagi secara
Indonesia, dan terbagi dalam bentuk rinci dalam amandemen UUD 1945,
kepulauan serta daerah-daerah dalam berkaitan dengan prinsip Negara
menjalankan pemerintahan, maka prinsip Kesatuan clan prinsip Otonomi Daerah
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak yang tidak bisa dipisahkan antara Pasal 1
bisa dipisahkan dengan prinsip ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 18 UUD 1945
Desentralisasi atau otonomi daerah yang baik sebelum maupun sesudah
didasarkan pada Pasal 18 Undang-Undang amandemen, maka dapat di simpulkan
Dasar 1945 sebelum perubahan. Yang antara lain ‘Dalam rangka Negara
berbunyi: “Pembagian Daerah Indonesia kesatuan Republik Indonesia dan
atas dasar besar dan kecil dengan bentuk memperhatikan tujuan pemberian
susunan pemerintahannya ditetapkan otonomi kepada Daerah, maka
dengan undang-undang dengan penyelenggaraan otonomi daerah oleh
memandang dan menghayati dasar pemerintah daerah merupakan sub sistem
pemusyawaratan dalam sistem dari sistem pemerintahan Negara,
pemerintahan Negara dan hak-hak asal khususnya pemerintahan eksekutif
usul dalam daerah yang bersifat istimewa”. diselenggarakan oleh pemerintah pusat,
Prinsip Desentralisasi atau otonomi pemerintah daerah sampai pemerintah
Daerah yang tertuang dalam Pasal 18 UUD desa, dengan sistem pembagian kekuasaan
1945, untuk lebih mendalami maksudnya, sesuai dengan kewenangannya’.
lebih tegas dituangkan dalam
penjelasannya, yang berbunyi: (1) Oleh
karena Negara Indonesia itu suatu D. PRINSIP NEGARA KESATUAN
‘eenheidstaat’, maka Indonesia tak akan REPUBLIK INDONESIA
mempunyai daerah di dalam lingkungan Prinsip Negara Kesatuan sudah
menjadi landasan hukum dalam

Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009 387


Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia
:: M. Agus Santoso

menjalankan pemerintahan di Indonesia, moral Negara Persatuan itu ialah Negara


sejak kemerdekaan Republik Indonesia Kesatuan. Dalam Negara Kesatuan tidak
pada tanggal 17 Agustus 1945 berdasarkan ada negara dalam negara. Negara dibagi
hukum nasional Indonesia mulai saat itu, dalam daerah-daerah, tidak terdiri dari
sebelum ditetapkan UUD 1945 pada Negara--negara Bagian” (Wahyono, 1984:
tanggal 18 Agustus 1945, oleh Lembaga 22).
Kenegaraan Indonesia yaitu Panitia Undang-Undang Dasar 1945 Pasal l ayat
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (1), menyatakan dengan tegas bahwa
disingkat PPKI menetapkan rancangan Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
UUD yang disusun sebelumnya oleh berbentuk Republik. Prinsip pada Negara
Lembaga Kebangsaan Indonesia yaitu Kesatuan ialah pemegang tampuk
Badan Penyelidik Usaha Persiapan kekuasaan tertinggi atas segenap urusan
Kemerdekaan Indonesia, disingkat negara ialah Peme-rintah Pusat tanpa
BPUPKI (Dokoritsu Zyumbi Tjoosakai) pada adanya suatu delegasi atau pelimpahan
pertengahan Juli, tepatnya tanggal 17 Juli kekuasaan kepada Pemerintah Daerah
1945. (local government). Dalam Negara Kesatuan
Negara Indonesia yang lahir pada terdapat asas bahwa segenap urusan-
tanggal 17 Agustus 1945, dan sehari urusan negara tidak dibagi antara
kemudian mengesahkan UUD 1945, yang pemerintah pusat (central government)
sebelumnya sudah disiapkan, di dalamnya dengan pemerintah lokal (local government)
juga termuat mengenai bentuk Negara sedemikian rupa, sehingga urusan-urusan
Kesatuan Republik Indonesia yang negara dalam Negara Kesatuan tetap
merdeka, atas kesepakatan bersama para merupakan suatu kebulatan (eenheid) dan
pendiri negara pada waktu itu, kemudian bahwa pemegang kekuasaan tertinggi di
ditetapkan bentuk ‘Negara Kesatuan’ negara itu ialah pemerintah pusat (Lubis,
Republik Indonesia seperti yang termuat 1997: 8).
dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945. Di dalam Negara Kesatuan tanggung
Bentuk Negara Kesatuan adalah jawab pelaksanaan tugas-tugas
bentuk negara yang paling tepat untuk pemerintahan pada dasarnya tetap berada
menjadi wadah ide persatuan. Apabila di tangan Pemerintah pusat. Akan tetapi
selama musyawarah di dalam Badan karena sistem pemerintahan Indonesia
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan meng-anut asas Negara Kesatuan yang
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) didesentralisasikan, maka ada tugas-
digunakan istilah Negara Persatuan atau -tugas tertentu yang diurus sendiri,
Negara Kesatuan, sebagai terjemahan sehingga menimbulkan hubungan timbal
bahasa Eenheidsstaat, maka UUD 1945 balik yang melahirkan adanya hubungan
menggunakan kedua istilah tersebut, kewenangan dan peng-awasan.
namun dengan pengertian yang berbeda. Negara Kesatuan merupakan landasan
Istilah Negara Kesatuan digunakan dalam batas dari isi pengertian otonomi.
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 sebagai Berdasarkan landasan batas tersebut
terjemahan bahasaan Eenheidsstaat. Istilah dikembangkan ber-bagai peraturan (rules)
Negara Kesatuan digunakan dalam yang mengatur mekanisme yang akan
Penjelasan Umum UUD sebagai berikut: menjelma-kan keseimbangan antara
“Dalam pembukaan ini diterima aliran tuntutan kesatuan dan tuntutan otonomi.
pengertian negara persatuan... Istilah Di sini pulalah letak kemungkinan
Negara Persatuan di sini tidak spanning yang timbul dari kondisi tarik
menunjukkan bentuk negara, melainkan menarik antara kedua kecenderungan
cita-cita hukum dan cita-cita moral. tersebut (Manan, 1993: 3).
Artinya ialah negara yang melindungi dan Tarik-menarik itu bukanlah suatu yang
meliputi segenap bangsa seluruhnva. perlu dihilangkan. Upaya untuk
Bentuk negara yang paling cocok untuk menghilangkan tidak akan pernah berhasil
mewujudkan cita-cita hukum dan cita-cita karena hal itu merupakan suatu yang

388 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009


Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia
:: M. Agus Santoso

alami. Kehidupan bernegara dan jenis Daerah Otonomi, yaitu Keresidenan,


pemerintahan tidak pernah lepas dari Kabupaten dan Kota. Otonomi Daerah
kehidupan masyarakat, baik masya- diberikan kepada daerah bersamaan pada
rakatnya sendiri maupun masyarakat di saat pembentukan daerah melalui
luarnya. Negara atau pemerintah yang Undang-Undang berupa kewenangan
baik adalah yang berkiprah sesuai dengan pangkal yang sangat terbatas dan selama
dinamika masyarakatnya. Dalam kondisi kurun waktu 3 (tiga) tahun belum ada
itulah semestinya dilihat kecenderungan Peraturan Pemerintah yang mengaturnya.
ke arah kesatuan atau otonomi. Undang-Undang ini belum bisa
dilaksanakan sepenuhnya.

E. PERKEMBANGAN OTONOMI 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun


DAERAH DI INDONESIA 1948 tentang Pemerintahan Daerah
Mengamati perkembangan otonomi Undang-undang ini hanya berfokus
daerah di Indonesia merupakan kajian pada pengaturan tentang susunan
yang sangat menarik, karena otonomi pemerintahan daerah yang demokrasi. Di
daerah bukan saja fenomena hukum, tetapi dalam Undang-Undang ini ditentukan 2
juga fenomena pemerintahan, politik, (dua) jenis daerah otonom, yaitu daerah
bahkan juga sosial budaya dan lain otonomi biasa dan daerah otonomi
sebagainya termasuk juga tentang istimewa serta ada 3 (tiga) tingakatan
kekuasaan, otonomi daerah sebagai daerah otonom, yaitu Propinsi,
prinsip berarti menghormati kehidupan Kabupaten/Kota Besar dan Desa/Kota
regional di daerah, adat istiadat, agama Kecil. Undang-Undang ini juga belum bisa
maupun karakter yang ada didaerah, oleh dilaksanakan sepenuhnya.
karena itu pemerintahan pusat harus
menjauhkan segala urusan dengan maksud 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957
menyeragamkan seluruh daerah dalam tentang Pokok-pokok Pemerintahan
satu modal, dengan memaksakan Daerah
kehendak agar karakter daerah mengikuti Undang-Undang ini berlaku secara
karakter nasional. seragam di seluruh Indonesia, titik
Perkembangan otonomi daerah di beratnya adalah pengaturan pada aspek
Indonesia mengalami pasang surut otonomi yang seluas-luasnya Di dalam
dengan corak yang berbeda-beda, yang Undang-Undang ini di tetapkan ada 3 (tiga)
tentunya dilandasi dengan peraturan tingkatan daerah otonomi yaitu Daerah
perundang-undangan yang coraknya Tingkat I termasuk Kota Praja Jakarta
berbeda-beda pula, karena lahirnya Raya, Daerah Tingkat II dan Daerah
undang-undang yang mendasari Otonomi Tingkat III. Dalam pada ini pelaksanaan
Daerah itu dilatarbelakangi oleh kondisi Otonomi Daerah semakin mendapat
politik hukum yang berkembang pada perhatian Pemerintah Pusat, di mana
saat itu. Berikut ini akan diuraikan Pemerintah Pusat di wajibkan
peraturan perundang-undangan yang melaksanakan politik desentralisasi di
mengatur pelaksanaan Otonomi Daerah samping dekonsentrasi. Namun demikian
sejak tahun 1945. Otonomi Daerah saat berlakunya Undang-
Undang ini juga belum bisa dilaksanakn
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 sepenuhnya, bahkan nuansa sentralisasi
tentang Kedudukan Komite Nasional masih sangat kelihatan.
Daerah
Undang-Undang ini menekankan pada 4. Undang-Undang Nomor l8 Tahun l965
aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui tentang Pokok-pokok Pemerintahan
pengaturan pembentukan Badan Daerah
Perwakilan Rakyat Daerah. Didalam Undang - Undang ini sudah menganut
Undang-Undang ini ditentukan 3 (tiga) sistem Otonomi yang seluas-luasnya;

Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009 389


Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia
:: M. Agus Santoso

pembagian daerah otonom sebanyak 3 adanya perangkat Dekonsentrasi di daerah


(tiga) tingkatan, yaitu Propinsi sebagai Tingkat I dan Tingkat II, dimana
Daerah Tingkat I, Kabupaten/Kotamadya kewenangan Kabupaten dan Kota bersifat
sebagai Derah Tingkat II dan Kecamatan/ residule, dan tidak mengenal adanya
Kota Praja sebaga Daerah Tingkat III. otonomi desa.
Walaupun Undang-Undang ini menganut
sistem otonomi yang seluas--luasnya 6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun
tetapi tidak ada satupun Peraturan 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Pemerintah (PP) yang diterbitkan dalam Pada Undang-Undang ini azas
rangka penyerahan sebagian urusan Desentralisai di laksanakan di Kabupaten
pemerintahan (Desentralisasi) kepada dan Kota, sedangkan Desentralisasi
daerah, oleh karena itu Undang-Undang dilaksanakan bersama-sama di Provinsi
ini juga belum bisa dilaksanakan dalam kedudukannya sebagai Daerah
sepenuhnya. Kemudian Undang-Undang Otonomi terbatas sekaligus wilayah
ini dinyatakan tidak berlaku berdasarkan administrasi. Desentralisasi ditetapkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969. bersamaan penetapan status daerah
Dengan Ketentuan bahwa pernyataan otonomi/melekat (kewenangan daerah
tidak berlakunya Undang-Undang ini pada otonomi utuh dan bulat), bersifat mandiri
saat ditetapkannya Undang-Undang yang dan bervariasi sesuai aspirasi masyarakat
menggantikannya. lokal, sumber daya alam di daerahnya
masing - masing.
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Pemerintahan Daerah adalah Kepala
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Daerah beserta perangkat Daerah Otonom
Pemerintahan Daerah sebagai badan eksekutif daerah,
Dalam Undang-Undang ini azas sedangkan DPRD sebagai Badan legislatif
Desentralisasi dilaksanakan bersamaan daerah, termasuk menjalankan pemilihan
dengan azas Dekonsentrasi dan Kepala Daerah menjadi kewenangan
medebewind, melalui penyerahan urusan DPRD. Maka kedudukan DPRD pada saat
secara bertahap sesuai dengan kemam- itu sangat kuat. Kepala Daerah dalam
puan (kewenangan daerah otonom menjalankan tugasnya bertanggung jawab
terbatas) dan semunya tergantung kepada DPRD dan wajib menyampaikan
kebijakan Pemerintah Pusat yang bersifat pertanggungjawaban kepada DPRD setiap
seragam. tahun anggaran, apabila pertanggung-
Dalam mengelola sumber daya alam jawaban Kepala Daerah ditolak yang ke
(SDA) sepenuhnya menjadi wewenang dua kalinya, maka DPRD sewaktu-waktu
Pemerintah Pusat, tidak ada kewenangan dapat mengusulkan pemberhentiannya
yang diberikan kepada Pemerintah kepada Presiden RI.
Daerah, termasuk rekruting Pejabat
Politik, Proses Legislasi daerah melalui 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
izin dan petunjuk Pemerintah Pusat. Yang 2004 tentang Pemerintahan Daerah
memegang kepeminpinan dalam Dalam Undang-Undang ini Azas
pemerintahan daerah adalah Kepala Desentralisasi di laksanakan di Propinsi
Daerah dan DPRD, kedudukan Gubemur dan Kabupaten/Kota, sedangkan
sebagai Kepala Daerah merupakan Kepala Dekonsentrasi hanya di laksanakan di
Pemerintahan, sekaligus kepala wilayah Propinsi. Pada periode ini hampir mirip
bertanggung jawab kepada Presiden seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun
melalui menteri dalam negeri, sedangkan 1974 yaitu menempatkan DPRD sebagai
kedudukan DPRD sebagai unsur bagian Pemerintahan Daerah bersama-
Pemerintahan Daerah dan juga berfungsi sama Kepala Daerah, menjalankan
sebagai wakil rakyat. Maka kedudukan Pemerintahan Daerah (DPRD merupakan
Gubernur sebagai Kepala Daerah sangat bagian dari Pemerintahan Daerah). Kepala
dominan. Undang-Undang ini mengenal Daerah tidak lagi bertanggungjawab

390 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009


Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia
:: M. Agus Santoso

kepada DRPD tetapi bertanggungjawab bisa dipisahkan dengan pasal 18 Undang-


kepada Presiden melalui Menteri Dalam Undang Dasar 1945 yaitu bentuk Negara
Negeri. Undang-Undang ini sudah Kesatuan Republik Indonesia dengan
mengatur tentang Pemilihan Kepala prinsip Otonomi Daerah.
Daerah Langsung oleh rakyat, sehingga Perkembangan Otonomi Daerah sudah
demokrasi ada pada rakyat, dan agak mengalami perubahan sejak Indonesia
istimewanya adalah mengenal adanya merdeka, dan bahkan sebelumnya. Tetapi
otonomi desa. pelaksanaan otonomi daerah menjadi
tekad bersama bangsa Indonesia, hal itu
terbukti bahwa Undang-Undang yang
F. PENUTUP pertama kali disyahkan di Indonesia sejak
Dalam sejarah Indonesia sekitar 2000 merdeka adalah Undang-Undang tentang
(dua ribu) tahun yang lalu telah Otonomi Daerah yaitu Undang-Undang
berlangsung masa pemerintahah Nomor 1 Tahun 1945, tentang Kedudukan
‘Kerajaan’ yang berkuasa meliputi seluruh Komite Nasional Daerah. Undang-Undang
wilayah Indonesia, yang menyatukan itu terus mengalami perubahan sesuai
seluruh kepulauan Nusantara. Hal itu dengan pasang surutnya perkembangan
menjadi awal idealisme dalam awal politik di negara ini, tentu saja sesuai
pemerintahan pada waktu itu, ada dua dengan karakter situasi politik yang ada
kerajaan besar yaitu Kerajaan Snwijaya hingga kini kemungkinan akan terus
dan Kerajaan Majapahit, dan pada waktu berkembang dan berubah.
itu sudah mulai ada yang dinamakan
otonomi daerah, walaupun bentuknya
berbeda dengan sekarang yaitu REFERENSI
pengaturan pemerintahan oleh Raja Kecil Abdurrahman. 1987. Beberapa Pemikiran
dan Raja Besar. Kemudian dilanjutkan tentang Otonomi Daerah. Jakarta: Melton
pada Pemerintahan Hindia Belanda, Putra.
Danuredjo, S. 1967. Otonomi di Indonesia
walaupun menjadi negara jajahan, tetapi
Ditinjau dalam Rangka Kedaulatan. Jakarta:
juga diberikan kewenangan walaupun Lores.
sedikit yaitu sebagai Karesidenan dan De Graaf, H.J. 1978. Awal Kebangkitan Mataram
Kabupaten, kemudian di teruskan pada masa Pemerintahan Senopati (De Regering Van
masa penjajahan Jepang. Pemerintahan Senopati Ingalaga)1954.
Uraian tersebut menggambarkan Pustaka Grafiti Pers.
bahwa Indonesia sudah menjadi Negara ________. 1981. Awal Kebangkitan Mataram
Kesatuan sejak jaman dulu dengan masa Pemerintahan Senopati (De Regering Van
Pemerintahan Senopati Ingalaga)1954.
komitmen melaksanakan otonomi daerah,
Pustaka Grafiti Pers.
yaitu masa kerajaan, masa Pemerintahan Istanto, F.S. 1971. Beberapa Segi Hubungan
Hindia Belanda, Jepang dan sampai saat Pemerintah Pusat dan Daerah Dalam Negara
ini. Kesatuan Indonesia. Yogyakarta: Karya
Wilayah Republik Indonesia begitu Putra.
luas dengan bentuk pulau-pulau namun Juniarto. 1967. Perkembangan Pemerintah Lokal.
demikian dapat dipersatukan, dengan Bandung: Alumni.
bentuk Negara Kesatuan Republik Lubis, M.S. 1974. Pergeseran Garis Politik dan
Perundang-undangan Mengenai
Indonesia, yang dilandasi secara
Pemerintahan Daerah. Bandung: Alumni.
konstitusional dalam Pasal 1 ayat (1) _______. 1997. Pembahasan UUD 1945.
Undang-Undang Dasar 1945. Bandung: Alumni.
Bentuk Negara Kesatuan sudah Hadjon, P.M. 1994. Pengantar Hukum
menjadi tekad bulat bagi bangsa Indonesia, Administrasi Indonesia. Yogyakarta: Gajah
namun dalam menjalankan pemerintahan Mada Univ. Press.
mengedepankan kepentingan daerah, Manan, B.. 1993. Perjalanan Historis Pasal 8
dengan bentuk otonomi daerah Pasal 1 UUD 1945. Jakarta: UNISKA.
Muslimin, A. 1978. Aspek - Aspek Hukum
ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tidak
Otonomi Daerah. Bandung: Alumni.

Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009 391


Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia
:: M. Agus Santoso

Nasroen, M. 1951. Masalah Sekitar Otonomi.


Jakarta: J.B. Woeters. Groningan.
Soepomo, Pokok pidato dalam Sidang Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia/Dokuritsu Zyunbi Tjosakai tanggal
31 Mei 1945, dalam M.Yamin, Naskah
Persiapan UUD 1945 Jilid I dan II Tinjauan
Hukum Terhadap Kerangka dan Isi UUD
1945 Dokumentasi tahun 1959. Seminar
Pancasila di Jogyakarta 16-20 Februari
1959, di susun penyusun tanggal 28
Oktober 1959.
Soetoprawiro, K. 1994. Pemerintahan dan
Peradilan di Indonesia ( Asal usul dan
perkembangannya). Bandung: PT. Citra
Aditiya Bakti.
Sudjiono, B. dan Rudianto, D. 2003.
Manajemen Pemerintahan Federal Perspektif
Indonesia Masa Depan. Jakarta: Citra Indah
Pratama.
Sumantri, S.M. 1981. Pengantar Perbandingan
Antara Hukum Tata Negara. Jakarta:
Rajawali.
Sumarto, T. 1984. Bentuk Negara dan
Implementasinya Menurut Undang-Undang
Dasar 1945, dimuat dalam Padmo
Wahyono (Penghimpun), Masalah
Ketatanegaraan Indonesia Dewasa Ini.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Surianingrat, B. 1981. Sejarah Pemerintahan di
Indonesia (Babak Hindia Belanda dan
Jepang). Dewaruci Press.
Syaukani dkk. 2002. Otonomi Daerah dalam
Negara Kesatuan (PUSKAB). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
The Liang Gie. 1977. Kumpulan Pembahasan
Terhadap Undang-Undang Tentang Pokok
Pemerintahan Daerah Indonesia. Yogyakarta:
Karya Kencana.
Wajong, J. 1975. Azas dan tuiuan Pemerintah
Daerah. Jakarta: Jambatan. Jakarta.
Yamin, M.. Naskah Persiapan UUD 1945. Jilid I
dan II Tinjauan Hukum Terhadap Kerangka
dan Isi UUD 1945 Dokumentasi tahun
1959. Seminar Pancasila di Jogyakarta 16-
20 Februari 1959. Disusun tanggal 28
Oktober 1959.

392 Jurnal Ilmu Administrasi Volume VI No. 4 Desember 2009

Anda mungkin juga menyukai